Вы находитесь на странице: 1из 7

Nursing theory

A discussion on an ambiguous concept


-
Teori Keperawatan
Pembahasan tentang konsep yang ambigu

Theofanidis D. RGN, MSc,1,2 Fountouki A. RGN, MSc3


1
TAP-OTE, Thessaloniki, Greece,
2
Nursing Department "Alexander" Technological Educational Institution, Thessaloniki, Greece,
3
“AHEPA” Hospital, Thessaloniki, Greece

LATAR BELAKANG : selama beberapa abad lalu, keperawatan telah berjuang dengan
penuh drama untuk mencapai status yang lebih ilmiah. Teori-teori yang “dipinjam” dari ilmu
social, atau yang dikembangkan secara spesifik untuk keperawatan. Bagaimanapun juga ada
banyak hal ambigu tentang seluruh upaya yang dilakukan sebagaimana masalah arti,
interpretsai dan implementasi akan ditujukan. TUJUAN: Karya ilmiah ini ditujukan untuk
menjelaskan keambiguan teori dari dunia keperawatan and keterkaitannya pada sistem
keperawatan terbaru saat ini. PEMBAHASAN: Teori keperawatan telah ditetapkan dan
dibahas, dan alasannya mengapa keperawatan memerlukan teori-teori kan dijelaskan.
Gambaran dan metode yang digunakan pada analisis dan evaluasi dari teori keperawatan
telah disajikan. Pertimbangan yang berkaitan dengan keunggulan dan kekurangan dari
penerapan teori keperawatan juga dibahas. KESIMPULAN: saran-saran yang dibuat yaitu
tentang konsep yang berlawanan, interpretasi dan kerjasama mereka pada saat prakteknya.
Contoh sederhana dari teori keperawatan juga disajikan.
KATA KUNCI: Teori, Praktek keperawatan
PENDAHULUAN
Para perawat, disaat ingin mempraktekkan keperawatan yang kompeten, harus mengkombinasikan
pengetahuan yang sudah dikembangkan dari berbagai ilmu, sebagaimana untuk menciptakan
kenyataan yang kokoh dan kuat dari profesi keperawatan itu sendiri. Keperawatan memiliki berbagai
teori yang tumpang tindihdengan kelompok subyek yang berkaitan dan satu set perhatian
professional yang beragam (Becher 1989, Moss & Schell 2004).
Sebagai perawat klinik, tidak hanya sisi prakteknya saja yang diperhatikan tetapi juga
perkembangan keperawatan itu juga, karena teori-teori memudahkan kita untuk membedakan fakta-
fakta dari kekeliruan (Roberts 1985, Facione & Facione 1996). Teori-teori pada dasarnya diperlukan
dengan harapan untuk membingkai penggabungan kenyataaan dari berbagai bidang. Hal ini
khususnya untuk profesi keperawatan. Masih ada banyak alas an lagi mengapa keperawatan
seharusnya memiliki teoriyang sesuai. Contohnya sebagai berikut: kemampuan para perawat menjadi
meningkat melalui pengetahuan yang berlandaskan teori karena metode pengembangan yang
tersistem sepertinya berhasil. Kedua, para perawat menjadi tahu apa yang mereka lakukan jika
tertantang. Dan terakhir, teori menyajikan kemandirian dengan cara menunjukkan prakteknya,
pendidikan dan pengkajian fungsi profesi (Mariner-Tomey 1990).
Draper (1991) menyatakan bahwa “teori keperawatan adalah alat”. Kiasan ini meskipun agag kasar,
namun menangkap makna tujuan dari teori keperawatan itu sendiri. Drapper memfokuskan pada dua
tujuan yang mana teori keperawatan seharusnya memiliki pandangan. Pertama, teori keperawatan
melayani pandangan pemahaman pada beberapa bagian dari dunia keperawatan dengan cara
mengidentifikasikan fenomena relevan yang haru diujikan, dan kedua, ini mengunjukkan tugas
kusus dari keperawatan, contohnya untuk memenuhi tuntutan dari dunia atau sistem keperawatan
yang ideal.
Menurut Dickoff dkk (1968), “teori lahir pada saat prakteknya, diperkuat dengan penelitian dan
harus bisa diterapkan kembali pada prakteknya”. Hal ini menangkap kemurnian dari keperawatan itu
sendiri. Sebagaimana keperawatan adalah praktek yang didasarkan pada ilmu yang membutuhkan
panduan dari teori yang benar, dan jika teorinya itu menuju pada prakteknya, maka hal ini mesti
dikembangkan pada penelitian selanjutnya. Dengan itu aturan keperawatan membutuhkan teori yang
sudah berkembang dari hasil penelitian, sudah teruji dan dimodifikasi pada prakteknya, dan akhirnya
diperkaya lagi dengan tujuan untuk memandu penerapan prakteknya disaat ini dan untuk
menguatkan status paradigm demi profesi dan keilmuan secara keseluruhan.
Sudah pernah dibahas bahwa literatur baik yang berhubungan dengan teori dan model
keperawatan itu membingungkan, sebagin besar dikarenakan artian yang digunakan tidak konsisten
dan penggunaan bahasa yang berbelit-belit (McFarlane 1986). Hasilnya, para perawat yang tidak
terbiasa dengan “bahasa khusus keperawatan” kemungkinan mengalami kebingungan, kecemasan,
atau bahkan ketakutan keteka merea ingin menerapkan teori keperawatan tersebut, dan bisa jadi
mereka berhenti berusaha karena yang mereka lakukan tidak membuahkan hasil (Tadd & Chadwick
1992, Richman & Mercer 2004). Kejadian ini benar terjadi khususnya untuk para perawat yang tidak
bisa berbahasa inggris saat berjuang untuk meresapi bagian yang tidak biasa bagi mereka, menyusun
gambaran konsep dan paradigm sebagaimana itu adalah kunci konsep dari bahasa umum dalam
pengembangan teori. Meskipun begitu, masih banyak hal yang ambigu tentang bagaimana aturan
tersebut digunakan dan dalam konteks apa mereka menyampaikannya, sebagaimana kita ketahui
orang yang menganut teori berbeda akan menerapkan teori tertentu dengan tidak konsisten.
Didalam bahasa akademik keperawatan, teori telah diartikan dalam berbagai cara tapi satu yang
paling jelas menurut Banum (1990) adalah “sebuah teori adalah pernyataan yang bertujuan menilai
beberapa fenomena”. Makna yang lebih rumit lagi menurut Chin & Jacobs (1987) yang menyatakan
bahwa teori adalah “satu set atau susunan berbagai konsep, makna, dan rencana yang
memproyeksikan pandangan sistematis dari sebuah fenomena dengan cara menciptakan hubungan
yang lebih spesifik antara berbagai tujuan konsep untuk menyampaikan, menjelaskan, memprediksi
atau mengontrol suatu fenomena”. Lagipula, bahasa sehari-hari keperawatan di suatu Negara seperti
Yunani, kebanyakan perawat menganggap suatu teori sebagai pernyataan yang menunjukkan bahwa
itu adalah hukum yang akan dilakukan. Contohnya para perawat mngambil beberapa teori mengenai
cara mencegah tekanan pada suatu cidera dan untuk menjaga pasien tetap merasa nyaman ditempat
tidur. Malah sering mereputkan diri mereka sendiri dengan membawa bahkan sering
mengaplikasikan atau mempraktekan teori mereka sendiri, mengacu dari pengalaman, litelatur,
pengetahuan sendiri atau dari pengembangan ide-ide sendiri.
Selain itu, paradigm telah digambarkan sebagai “pola”, yang seharusnya terjemahan terdekat dari
kata-kata bahasa yunani. Lalu, sebagai orang yunani, kita kemungkinan menganggap paradigm
sebagai “contoh yang ideal”. Dalam teori keperawatan terbaru hal ini dapat digambarkan sebagai
“ungkapan seni”, kata benda yang menjelaskan ungkapan ideal tentang teori yang telah
disempurnakan. Dalam hal ini, menunjukkan bahwa “ide keseluruhan tentang berbagai individual,
kelompok, situasi dan kegiatan yang menarik suatu ilmu” (Fawcett 1992).
Selain itu, implikasi serius dari frustrasi yang dirasakan secara luas dengan teori keperawatan
adalah bahwa hal itu dapat mencegah perawat dari memahami, mengevaluasi dan kemungkinan
memasukkan model teoritis dalam praktik sehari-hari (Cormark & Reynolds 1992).
Ada banyak pertanyaan sederhana yang bisa dipajang untuk menganalisis dan mengevaluasi teori
keperawatan, seperti: Apakah ini teori? Apakah itu teori keperawatan? Seberapa bermanfaatkah itu?
Banyak teori keperawatan yang dirumuskan selama tahun 1970 telah dipelajari dan dipraktekkan
oleh perawat dan kemudian direvisi atau dimodifikasi. Namun, ada sangat sedikit kesepakatan
tentang jenis-jenis teori yang dibutuhkan oleh profesi keperawatan dan ini merupakan tantangan bagi
status ilmiah dari ilmu/aturan tersebut.
Namun demikian, secara umum disepakati bahwa teori keperawatan harus dikembangkan dengan
menggunakan empat elemen penting seperti berikut ini:
i. Konsep: Ini yang berasal dari persepsi individu atau peristiwa yang berasal dari pengalaman
pribadi experience (Chinn & Jacobs 1987). Namun, masing-masing teori keperawatan harus
membahas empat konsep sentral (selain itu dikenal sebagai konsep paradigma) yaitu orang,
lingkungan, tingkat kesehatan / penyakit, dan profesi keperawatan itu sendiri (Nyatanga 1990).
ii. Definisi konsep: Ini digambarkan sebagai definisi teoritis yang menyampaikan makna umum
dengan cara yang sesuai dengan teori (Chinn & Jacobs 1987).
iii. Konstruk dan proposisi: Konstruk menggambarkan hubungan antara dua atau lebih konsep,
dan dihasilkan dari pengetahuan klinis khusus. Konstruksi teoretis, yang merupakan blok
bangunan khusus dari teori tertentu, dapat diamati. Dalam hal ini, istilah proposisi digunakan
secara bergantian dengan istilah hipotesis (Marriner-Tomey & Alligood 2006).
iv. Kaitan antara susunan: Ini sebenarnya merumuskan teori yang pada gilirannya menjelaskan
dan memprediksi fenomena

Analysis of nursing theories (Analisis teori keperawatan)


Analisis adalah penguraian konten yang objektif menjadi elemen-elemen komponen (Fawcett 1989).
Prosedur ini
bertujuan untuk memperjelas isi teori dan mengeksplorasi organisasinya. Oleh karena itu, sebuah teori
harus dipecah menjadi bagian-bagian yang diperiksa secara individual, dalam kaitannya satu sama
lain, dan akibatnya struktur teoritis secara keseluruhan harus diperiksa untuk hal-hal seperti validitas
dan perkiraan ke "dunia nyata". Seluruh upaya dapat menyediakan sarana untuk memeriksa struktur
teori untuk menentukan kekuatan dan kelemahannya (secara teoritis) dan akibatnya menggunakannya
dalam praktik (Ume Nwagbo et al. 2006). Kemudian, pengembangan lebih lanjut dari teori dalam
ruang lingkup dapat dimulai, asalkan kekuatan dan kelemahannya dibuat eksplisit.
Menurut Walker & Avant (1988), ada enam langkah yang harus diikuti dalam jalur analisis teori. Hal
ini adalah untuk:
 menentukan asal-usul teori,
 memeriksa/menguji makna teori,
 menganalisis kecukupan logis teori,
 menentukan kegunaan teori
 menentukan tingkat generalisasi dan kekikiran teori, dan
 menentukan testabilitas teori.
Mereka juga menekankan perlunya mengidentifikasi metodologi yang digunakan untuk
membangun teori, karena metode untuk mengembangkan dasar teori dalam keperawatan belum
digambarkan secara lengkap. Mereka juga berpendapat bahwa metodologi saat ini tersedia dalam
disiplin ilmu lain, seperti sosiologi, belum diterjemahkan ke dalam konteks keperawatan.
Fawcett (1989) memperkenalkan kerangka kerja untuk analisis model konseptual keperawatan,
menggabungkan serangkaian pertanyaan berkaitan dengan pengembangan model, kontennya dan
bidang yang menjadi perhatiannya.
Stevens (1979) memperkenalkan sistem ujian teori tiga tingkat. Tingkat kedua dari metode ini
adalah analisis yang pada awalnya mencoba mengidentifikasi blok-blok pembangun teori dan prinsip-
prinsip yang penting untuk menyusun atau menjelaskan teori. Langkah selanjutnya adalah identifikasi
metodologi yang digunakan untuk konstruksi teori dan, akhirnya, juga tepat untuk memasukkan
gagasan dinamika atau sumber energi.
Oleh karena itu, melalui analisis teori, kekuatan suatu teori dapat diekspos, keterbatasannya atau
"blinders" diidentifikasi, dan kekuatannya kemudian dapat digunakan untuk memperluas pengetahuan
dan pemahaman kita tentang fenomena yang menjadi ciri situasi keperawatan (Melnyk 1989).

Theory evaluation (Evaluasi Teori)


Generasi teori keperawatan, pada awalnya melibatkan konstruksi tanpa pengetahuan yang jelas
tentang kegunaan teori tersebut. Setelah teori dirumuskan, dapat dianalisis dan dievaluasi. Analisis
teori bertujuan untuk menentukan kekuatan dan kelemahan teori dalam hal strukturnya, sementara
evaluasi teori berfungsi untuk menyoroti kekuatan dan kelemahan teori dengan memeriksa hasil
pengujian teori di dunia nyata dan dengan membandingkan teori dengan kriteria lain. , seperti
konsistensi logis.
Oleh karena itu, membenarkan nilai teori hanya dengan menganalisisnya dan membuat eksplisit
kekuatan dan kelemahannya tidak akan cukup dengan sendirinya. Marx (1963) mendukung
pandangan ini dengan menyatakan bahwa: “kita perlu mengenali secara eksplisit bahwa penemuan
dan konfirmasi diperlukan untuk menghasilkan karya ilmiah yang efektif. Teori yang paling cerdik
adalah nilai terbatas sampai tes empiris diproduksi; proposisi yang dikonfirmasi terbaik adalah nilai
yang kecil kecuali jika berurusan dengan variabel yang bermakna ”(hal. 13).
Namun, Hardy (1986) menggarisbawahi bahwa “kurangnya kritik atau komentar, dalam bidang
(keperawatan) yang mengklaim telah tiba di dunia ilmiah, tetapi yang belum mapan, dapat merusak
bukti pada keadaan sebenarnya keperawatan sebagai profesi ".
Banyak penulis telah memberikan kerangka kerja atau set kriteria untuk mengevaluasi teori
keperawatan. Ellis (1968) dalam upaya awal untuk menentukan karakteristik teori signifikan untuk
keperawatan, menggambarkan kriteria untuk mengevaluasi teori, yang paling penting, adalah
kegunaan teori. “Kegunaan” mengacu pada praktik klinis dalam hal mengembangkan atau
membimbing praktik. Stevens (1979) memberikan kerangka kerja yang sangat rinci untuk
mengevaluasi suatu teori, yang membedakan antara kritik internal dan eksternal. Kritik internal
diidentifikasi sebagai didekati melalui empat kriteria yang menguji konstruksi internal teori. Ini
adalah: kejelasan, elaborasi logis, konsistensi, dan tingkat signifikan dari evolusi teori. Kritik
eksternal berkaitan dengan aspek-aspek eksternal teori sehubungan dengan dunia nyata orang,
lingkungan, kesehatan dan keperawatan. Kritik eksternal terdiri dari enam kriteria, yaitu: kecukupan,
kegunaan, signifikansi, perbedaan, ruang lingkup, dan kesederhanaan.
Namun, konstruksi teori berbeda dari evaluasinya, menunjukkan bahwa pada awalnya kita harus
memeriksa, atau bahkan lebih baik, meneliti teori keperawatan tanpa memiliki pengetahuan langsung
tentang kegunaannya atau kemampuan atau implikasinya terhadap praktik keperawatan.
Fawcett (1989), dalam ulasannya tentang teori substantif yang telah menjadi tengara konseptual
yang penting dalam pemikiran keperawatan, memasukkan serangkaian pertanyaan untuk
mengevaluasi suatu teori. Pertanyaan-pertanyaan ini, yang sifatnya sederhana, bertujuan
membandingkan isi teori dengan kriteria yang berfokus pada penjelasan asumsi, keterkaitan konten,
kesesuaian logis, kemampuan menghasilkan dan menguji teori, pertimbangan sosial dan kontribusi
pada pengetahuan keperawatan.

Considerations of analysis and evaluation (Pertimbangan analisis dan evaluasi)


Membangun teori jauh berbeda dari pengujian teori itu dan oleh karena itu, analisis dan
evaluasi adalah dua prosedur yang memerlukan waktu dan urutan tertentu. Dengan kata lain, seorang
praktisi dengan minat khusus pada teori keperawatan X, dapat melanjutkan dalam analisis untuk
mendapatkan pandangan ke dalam konstruksi teori dan kekuatan dan kelemahan teoretisnya. Jika
hasilnya positif, langkah selanjutnya adalah menguji asumsi teori dalam praktik dan mengukur hasil
yang sesuai. Akhirnya, ia harus menerapkan teori dalam praktik.
Dalam konteks ini, Walker & Avant (1988), dalam menulis tentang strategi untuk konstruksi
teori dalam keperawatan, berpendapat bahwa "mengkritik metode asal dari mana teori telah
dikembangkan karena ini tidak sesuai dengan yang digunakan dalam evaluasi teori adalah
berbahaya ... sementara teori yang dikembangkan dengan baik harus diharapkan untuk melewati
tinjauan dengan standar yang ketat untuk evaluasi teori, standar yang sama ini mungkin tidak sesuai
untuk menghasilkan teori "(hal. 14).
Analisis dikaitkan dengan pemahaman yang mendalam. Ini adalah proses mengungkap
struktur dan bagaimana konsep dihubungkan tanpa menilai mereka, tanpa melibatkan keyakinan dan
bias kita sendiri, tanpa memaksakan pandangan kita sendiri tentang dunia ke dalam teori yang sedang
dianalisis, sebanyak mungkin. Idealnya, ini adalah prosedur netral. Evaluasi sebaliknya, terkait
dengan keputusan. Ini adalah alat yang ampuh yang akan memungkinkan seseorang untuk
memutuskan apakah dan seberapa berguna suatu teori untuk praktik, pendidikan dan penelitian.
Langkah terakhir adalah benar-benar bertindak, dengan menerapkan teori "menjanjikan dan
bermanfaat" ke dalam praktik dan bidang terkait (McKenna 1997).
Ketika sampai pada analisis atau evaluasi suatu teori, orang harus selalu mengingat
pandangan lama: "Sebuah teori yang memprediksi segalanya, tidak memprediksi apa pun!" Terlepas
dari seberapa berkembang dan terstrukturnya sebuah teori, tidak ada yang bisa menggambarkan,
menjelaskan, dan memprediksi fenomena keperawatan dengan cara yang mencakup semua.
Bagaimanapun, sikap yang benar-benar ilmiah selalu skeptis (Judd et al 1991). Praktisi telah banyak
dikritik karena mengadopsi teori tanpa analisis, pengujian dan evaluasi secara memadai. Oleh karena
itu, waktu tidak boleh terbuang untuk mencari teori yang sempurna, tetapi perawat harus fokus
mencari teori yang dapat menjelaskan, menggambarkan, dan memprediksi fenomena keperawatan,
dengan cara yang paling tepat pada waktu itu.
Kesamaan dalam semua upaya untuk mengevaluasi dan menguji suatu model adalah aspek
dari kesederhanaan dan kelengkapan model. Suatu cara untuk mengurangi kesenjangan antara teori
dan praktik, ahli teori terkemuka dan praktisi biasa, akademisi dan profesional awam, adalah bagi para
ahli teori untuk memastikan bahwa model mereka dapat diakses dan sepenuhnya dipahami oleh klinisi
perawat "rata-rata", yang pada gilirannya harus mengenali nilai besar yang dimainkan para akademisi
ini dalam mengangkat standar dan status profesi keperawatan. Kalau tidak, model teori akan memiliki
nilai yang sangat terbatas dan penerapannya untuk semua (Cormack & Reynolds 1992).

Why nursing needs theories? (Mengapa keperawatan membutuhkan teori?)


Setiap Firdaus/surge memiliki ular sendiri dan apel beracun, oleh karena itu, menggunakan
model keperawatan dalam praktiknya tidak bebas dari kerugian. Menurut Hardy (1986), meskipun
teori keperawatan membantu kita melihat seluruh situasi dan segala sesuatu yang bekerja di dalamnya,
ada empat faktor yang harus dipertimbangkan perawat sebelum menggunakan teori.
Sebagai salah satu tujuan utama dari makalah ini adalah untuk mengeksplorasi dunia ambigu
teori keperawatan (model). Alasan Hardy sekarang akan dikutip (dicetak miring) dan diskusi akan
diberikan di bawah ini. Menurut Hardy (1986), kerugian dari penggunaan teori meliputi yang berikut:
1. “Model tertentu mana pun menyajikan pandangan subjektif atau pandangan orang-orang
yang membangunnya. Maka, tentu saja, konsepsi mereka bias karena pembelajaran dan
pengalaman khusus mereka”.
Dapat dikatakan bahwa model tertentu, atau lebih disukai, setiap teori, dalam disiplin apa pun,
mencakup beberapa subjektivitas penciptanya. Tetapi, di sisi lain, siapa yang bisa menghasilkan
model "obyektif" murni yang tidak akan memiliki pandangan pembuatnya sendiri dibangun di
dalamnya sampai tingkat tertentu? Ini seperti mencari model yang tidak dibangun oleh manusia,
tetapi dibuat untuk digunakan oleh manusia. Oleh karena itu, model seperti itu sebenarnya
bukan dari dunia ini! Untuk dunia keperawatan, ini setara dengan model yang dirancang oleh
orang-orang di luar profesi dan diperkenalkan langsung ke praktik keperawatan sehari-hari.

Dalam konteks ini Heisenberg mengatakan bahwa, "tidak ada pengamat di luar percobaan",
yang berarti bahwa bahkan desain eksperimental murni ilmiah tunduk pada pengaruh peneliti.
Ini juga berlaku untuk konstruksi teori karena orang bisa berpendapat bahwa, kerangka kerja
teoritis tanpa pandangan konstruktornya sendiri dalam strukturnya tidak mungkin. Perawat yang
menggunakan model sebaiknya tidak fokus mengeksplorasi sejauh mana model tertentu telah
dipengaruhi oleh ide, keyakinan, bias, dan budaya pembuatnya sendiri. Lebih penting lagi, dapat
diperdebatkan bahwa pengguna harus diyakinkan bahwa model tertentu adalah kegunaan
sebenarnya dalam praktik. Dengan kata lain, fokuslah pada konten dan bukan pada penciptanya.
2. “Model mempromosikan pandangan bahwa pandangan dunia semua orang adalah
sama, bahwa semua orang dapat dinilai dengan cara yang sama”.
Sesuai sifatnya, model keperawatan, seperti halnya kerangka kerja konseptual lainnya dalam
disiplin ilmu lain, sangat abstrak dan “mengingat sifat abstrak dan umum dari konsep tersebut,
proposisi yang menggambarkan atau mengaitkan konsep juga abstrak dan umum” (Fawcett
1989 ). Model mewakili, mencerminkan atau, dengan kata-kata sederhana, berdiri untuk dunia,
dengan analogi. Tujuan abstrak mereka adalah untuk mereproduksi struktur asli karena ada
korespondensi point-by-point antara pola hubungan model dan asli (Robinson 1992).

Oleh karena itu, model tidak menyiratkan bahwa pandangan dunia setiap orang adalah, atau
seharusnya, sama. Mereka hanya membantu perawat untuk mengonseptualisasikan pandangan
dunia akumulatif dengan cara yang sangat abstrak. Jika, menurut argumen Hardy, suatu model
adalah untuk memberikan semua pandangan dunia yang berbeda yang ada, maka model itu akan
menjadi ukuran dunia! Dengan demikian, model tidak mempromosikan pandangan bahwa
semua orang dapat dinilai dengan cara yang sama. Sebaliknya, model menaruh banyak
penekanan pada konsep pendekatan yang berpusat pada pasien dan perawatan individual. Demi
argumen, beberapa perbandingan representatif, dari Rosenbaum (1986) perbandingan kritis dari
dua model keperawatan, Orem dan Leininger akan dikutip.

Leininger: “Perawatan adalah fenomena manusia universal, tetapi pola peduli bervariasi di
antara budaya. Dimensi khusus perawatan dan universal perawatan harus diidentifikasi dan
dipelajari untuk memajukan pengetahuan keperawatan tentang perawatan ”.

Orem: “Yang unik dari perawatan adalah penyediaan perawatan diri. Inti dari konsep ini adalah
gagasan tindakan yang diambil oleh praktisi atas nama individu ”.
3. “Model diadopsi secara kaku, membatasi pertanyaan dan perubahan. Jenis perilaku ini
secara langsung bertentangan dengan analisis kritis”
Sebelumnya dalam makalah ini telah ditunjukkan bahwa analisis dan evaluasi sangat penting
sebelum menerapkan model tertentu ke dalam praktik. Oleh karena itu, ini bukan kesalahan
model jika diadopsi secara “kaku”, tetapi lebih merupakan kesalahan penggunanya jika ia
membawanya tanpa perlu dipertanyakan.
4. “Model mempromosikan penggunaan konsep dan jargon khusus yang memerlukan
orientasi panjang, prosedur yang tidak tersedia untuk konsumen kesehatan, sehingga jarak
dibuat antara perawatan dan konsumen, dan antara profesi”
Pada tingkat pribadi, kami akan setuju dengan Hardy di sini, sehubungan dengan penggunaan
konsep khusus dan jargon dalam model keperawatan. Ini adalah alasan mengapa, tidak hanya
konsumen tetapi juga karier, sulit untuk membiasakan diri dengan mereka. Ada beberapa alasan
untuk ini, terutama fakta bahwa menyusui sebagai disiplin ilmu relatif “sangat muda”, berusia
sekitar setengah abad! Meskipun profesi ini berawal ribuan tahun, terminologi ini telah
berkembang dengan kemajuan akademis yang relatif baru sehingga “asing” dan bahkan
mencurigakan bagi sebagian besar perawat yang bekerja terlalu keras di seluruh dunia.

Untuk mengembangkan profesi keperawatan sebagai ilmu, di samping elemen seni, orang
membutuhkan pemikiran baru, bahasa internal baru, dan kemandirian dari obat-obatan utama
otoriter. Evolusi dasar teori keperawatan ini sangat singkat jika dibandingkan dengan disiplin
ilmu lain. Seluruh proses berteori keperawatan perlu deskriptif, tidak hanya untuk situasi
keperawatan yang ideal, tetapi dengan kehidupan yang lebih nyata dibangun di dalam, sehingga
kesenjangan antara praktik ideal dan aktual akan dipahami dan praktisi akan lebih cenderung
menghadapi teori secara konstruktif.

Namun, berteori dengan sendirinya membawa risiko; hal ini dapat menyebabkan menjauhkan
akademisi keperawatan baru dari mereka yang menyediakan perawatan praktis dan ini dapat
mematahkan identitas perawatan yang kuat yang diberikan pada disiplin keperawatan yang
berharga secara sosial. Dalam pandangan kami, satu contoh yang sangat baik dari teori
konstruktif datang dari perawat sarjana McCance (1999) yang melakukan pencarian mendalam
untuk melakukan analisis konsep perawatan. Definisinya disempurnakan menjadi empat atribut
penting dari kepedulian:
- Perhatian serius
- Perhatian
- Kesediaan untuk
- Yang berkenaan, rasa hormat, atau kesukaan

Ringkasan sederhana ini dapat dimediasi dan direfleksikan oleh semua perawat dan diterapkan
tidak dapat disangkal, meningkatkan hasil kesehatan pasien dan status profesi keperawatan itu
sendiri. Teori keperawatan perlu didengarkan, diterapkan, dan ditantang secara konstruktif untuk
berubah seiring perkembangan zaman.

CONCLUSIONS (KESIMPULAN)
Tujuan utama dari makalah ini adalah untuk mengeksplorasi konsep teori keperawatan yang
"ambigu", dan untuk membuat eksplisit bahwa meskipun esensi ilmiah dan pengembangan teoritis
keperawatan masih tetap tidak jelas, teori keperawatan bukanlah konsep yang ambigu. Ketidakjelasan
agak terletak pada cara teori-teori ini diungkapkan, dirasakan, ditafsirkan dan dimasukkan ke dalam
praktik.

Teori keperawatan yang paling etis harus memperkenalkan pendekatan holistik, optimis, dan
menjanjikan. Namun, para pengguna teori tidak boleh terlalu kewalahan oleh kekuatan potensial
model.

Analisis dan evaluasi di sisi lain, telah diidentifikasi sebagai prosedur penting karena membantu
memahami potensi dan kegunaan atau kegunaan teori. Tetapi, bahkan jika beberapa teori terbukti
lemah dalam hal struktur atau penerapan, mereka mungkin masih bernilai karena mereka dapat
merangsang diskusi dan debat tentang praktik keperawatan terbaik. Selain itu, teori keperawatan yang
dihasilkan oleh sarjana perawat memberi bobot pada anggapan bahwa ada sesuatu yang disebut
Keperawatan yang memiliki identitas independen, sangat berbeda dari profesi perawatan kesehatan
lainnya. Bagaimanapun, teori keperawatan dibangun oleh perawat untuk perawat, sehingga mereka
dapat meningkatkan perawatan mereka untuk orang-orang.

REFERENCES (REFERENSI)
1. Barnum B (1990). Nursing Theory: Analysis, Application, Evaluation (3rd ed), Philadelphia, Little Brown
2.Becher T (1989). Academic Tribes and Territories: intellectual inquiry across the disciplines. Society for Research into Higher Education,
Open University Press
3. Clinn PL, Jacobs MK (1987). Theory and Nursing; A Systematic Approach, St Louis: CV Mosby
4.Cormack DF, Reynolds W (1992). Criteria for evaluating the clinical and practical utility of models used by nurses. Journal of Advanced
Nursing, 17:1472–1478
5. Dickoff J, James P, Wiendenbach E (1968). Theory in a practice discipline. Nursing Research, 17:415–435

6. Draper P (1991). The ideal and the real: some thoughts on theoretical developments in British Nursing. Nurse Education Today, 11:292–
294
7. Ellis R (1968). Characteristics of significant theories. Nursing Research, 17:117–222
8. Facione NC, Facione PA (1996). Externalizing the critical thinking in clinical judgment. Nursing Outlook, 44:129–136
9. Field PA (1987). The impact of nursing theory on the clinical decision making progress. Journal of Advanced Nursing, 12:563–
571
10. Fawcett J (1989). Analysis and Evaluation of Conceptual Models of Nursing. Philadelphia Davis Co
11. Fawcett J (1992). Conceptual models and nursing practice: the reciprocal relationship. Journal of Advanced Nursing, 17:224–228
12. Hardy LK (1986). Identifying the place of theoretical frameworks in an evolving discipline. Journal of Advaced Nursing, 11:103–107
13. Judd CM, Smith ER, Kidder LH (1991). Research Methods in Social Relations (6th ed.), Holt, Rinehart and Winston, Inc., Orlando, Florida
14. Marriner-Tomey A, Alligood R (2006). Nursing Theorists and Their Work. Mosby, London
15. Marx MH (1963). The general nature of theory construction in (Marx MH (ed). Theories in Contemporary Psychology. Macmillan, New
York
16. McCance T, McKenna H, Boore J (1999). Caring: theoretical perspectives of relevance to nursing. Journal of Advanced Nursing, 30:1388–
1395
17. Melnyk K. The process of theory analysis: an examination of the nursing theory of Dorothea E. Orem. Nursing Research 1989, 32:170–174
18. McFarlane J (1986). Look to the future. In: Kershaw B, Salvage J (eds) Models for nursing. J Willey & Sons, New York, 111–116
19.McKenna H (1997). Nursing Theories and Models. Routledge, London
20. Moss MP, Schell MC (2004). A Scientific Framework and Methodological Tool for Nursing Research. Advances in Nursing Science. Advances in
Research Methods (Part I), 27:150–159
21. Nyatanga L. Nursing paradigm: the state of art. Senior Nurse 1990,
10:18–19
22. Richman J, Mercer D (2004). "Modern language" or "spin"? Nursing, ‘newspeak’ and organizational culture: new health scriptures.
Journal of Nursing Management, 12:290–298
23.Roberts K (1985). Theory of nursing as curriculum content. Journal of Advanced Nursing, 10:209–215
24. Robinson JA (1992). Problem with paradigms in a caring profession. Journal of Advanced Nursing , 17:632–637
25. Rosenbaum JN (1986). Comparison of two theorists on care: Orem and Leininger. Journal of Advanced Nursing , 11:409–416
26. Stevens B (1979). Nursing theory: Analysis, Application, Evaluation. Little Brown, Boston
27. Tadd W, Chadwick RF (1992) . Ethics and Nursing Practice: a case approach, Macmillan, London
28.Ume-Nwagbo PN, DeWan SA, Lowry LW (2006). Using the Neuman systems model for best practices. Nursing Science Quarterly, 19:31–
35
29. Walker L, Avant K (1988). Strategies for Theory Construction in Nursing (2nd ed), Appleton & Lange

Вам также может понравиться