Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
LATAR BELAKANG : selama beberapa abad lalu, keperawatan telah berjuang dengan
penuh drama untuk mencapai status yang lebih ilmiah. Teori-teori yang “dipinjam” dari ilmu
social, atau yang dikembangkan secara spesifik untuk keperawatan. Bagaimanapun juga ada
banyak hal ambigu tentang seluruh upaya yang dilakukan sebagaimana masalah arti,
interpretsai dan implementasi akan ditujukan. TUJUAN: Karya ilmiah ini ditujukan untuk
menjelaskan keambiguan teori dari dunia keperawatan and keterkaitannya pada sistem
keperawatan terbaru saat ini. PEMBAHASAN: Teori keperawatan telah ditetapkan dan
dibahas, dan alasannya mengapa keperawatan memerlukan teori-teori kan dijelaskan.
Gambaran dan metode yang digunakan pada analisis dan evaluasi dari teori keperawatan
telah disajikan. Pertimbangan yang berkaitan dengan keunggulan dan kekurangan dari
penerapan teori keperawatan juga dibahas. KESIMPULAN: saran-saran yang dibuat yaitu
tentang konsep yang berlawanan, interpretasi dan kerjasama mereka pada saat prakteknya.
Contoh sederhana dari teori keperawatan juga disajikan.
KATA KUNCI: Teori, Praktek keperawatan
PENDAHULUAN
Para perawat, disaat ingin mempraktekkan keperawatan yang kompeten, harus mengkombinasikan
pengetahuan yang sudah dikembangkan dari berbagai ilmu, sebagaimana untuk menciptakan
kenyataan yang kokoh dan kuat dari profesi keperawatan itu sendiri. Keperawatan memiliki berbagai
teori yang tumpang tindihdengan kelompok subyek yang berkaitan dan satu set perhatian
professional yang beragam (Becher 1989, Moss & Schell 2004).
Sebagai perawat klinik, tidak hanya sisi prakteknya saja yang diperhatikan tetapi juga
perkembangan keperawatan itu juga, karena teori-teori memudahkan kita untuk membedakan fakta-
fakta dari kekeliruan (Roberts 1985, Facione & Facione 1996). Teori-teori pada dasarnya diperlukan
dengan harapan untuk membingkai penggabungan kenyataaan dari berbagai bidang. Hal ini
khususnya untuk profesi keperawatan. Masih ada banyak alas an lagi mengapa keperawatan
seharusnya memiliki teoriyang sesuai. Contohnya sebagai berikut: kemampuan para perawat menjadi
meningkat melalui pengetahuan yang berlandaskan teori karena metode pengembangan yang
tersistem sepertinya berhasil. Kedua, para perawat menjadi tahu apa yang mereka lakukan jika
tertantang. Dan terakhir, teori menyajikan kemandirian dengan cara menunjukkan prakteknya,
pendidikan dan pengkajian fungsi profesi (Mariner-Tomey 1990).
Draper (1991) menyatakan bahwa “teori keperawatan adalah alat”. Kiasan ini meskipun agag kasar,
namun menangkap makna tujuan dari teori keperawatan itu sendiri. Drapper memfokuskan pada dua
tujuan yang mana teori keperawatan seharusnya memiliki pandangan. Pertama, teori keperawatan
melayani pandangan pemahaman pada beberapa bagian dari dunia keperawatan dengan cara
mengidentifikasikan fenomena relevan yang haru diujikan, dan kedua, ini mengunjukkan tugas
kusus dari keperawatan, contohnya untuk memenuhi tuntutan dari dunia atau sistem keperawatan
yang ideal.
Menurut Dickoff dkk (1968), “teori lahir pada saat prakteknya, diperkuat dengan penelitian dan
harus bisa diterapkan kembali pada prakteknya”. Hal ini menangkap kemurnian dari keperawatan itu
sendiri. Sebagaimana keperawatan adalah praktek yang didasarkan pada ilmu yang membutuhkan
panduan dari teori yang benar, dan jika teorinya itu menuju pada prakteknya, maka hal ini mesti
dikembangkan pada penelitian selanjutnya. Dengan itu aturan keperawatan membutuhkan teori yang
sudah berkembang dari hasil penelitian, sudah teruji dan dimodifikasi pada prakteknya, dan akhirnya
diperkaya lagi dengan tujuan untuk memandu penerapan prakteknya disaat ini dan untuk
menguatkan status paradigm demi profesi dan keilmuan secara keseluruhan.
Sudah pernah dibahas bahwa literatur baik yang berhubungan dengan teori dan model
keperawatan itu membingungkan, sebagin besar dikarenakan artian yang digunakan tidak konsisten
dan penggunaan bahasa yang berbelit-belit (McFarlane 1986). Hasilnya, para perawat yang tidak
terbiasa dengan “bahasa khusus keperawatan” kemungkinan mengalami kebingungan, kecemasan,
atau bahkan ketakutan keteka merea ingin menerapkan teori keperawatan tersebut, dan bisa jadi
mereka berhenti berusaha karena yang mereka lakukan tidak membuahkan hasil (Tadd & Chadwick
1992, Richman & Mercer 2004). Kejadian ini benar terjadi khususnya untuk para perawat yang tidak
bisa berbahasa inggris saat berjuang untuk meresapi bagian yang tidak biasa bagi mereka, menyusun
gambaran konsep dan paradigm sebagaimana itu adalah kunci konsep dari bahasa umum dalam
pengembangan teori. Meskipun begitu, masih banyak hal yang ambigu tentang bagaimana aturan
tersebut digunakan dan dalam konteks apa mereka menyampaikannya, sebagaimana kita ketahui
orang yang menganut teori berbeda akan menerapkan teori tertentu dengan tidak konsisten.
Didalam bahasa akademik keperawatan, teori telah diartikan dalam berbagai cara tapi satu yang
paling jelas menurut Banum (1990) adalah “sebuah teori adalah pernyataan yang bertujuan menilai
beberapa fenomena”. Makna yang lebih rumit lagi menurut Chin & Jacobs (1987) yang menyatakan
bahwa teori adalah “satu set atau susunan berbagai konsep, makna, dan rencana yang
memproyeksikan pandangan sistematis dari sebuah fenomena dengan cara menciptakan hubungan
yang lebih spesifik antara berbagai tujuan konsep untuk menyampaikan, menjelaskan, memprediksi
atau mengontrol suatu fenomena”. Lagipula, bahasa sehari-hari keperawatan di suatu Negara seperti
Yunani, kebanyakan perawat menganggap suatu teori sebagai pernyataan yang menunjukkan bahwa
itu adalah hukum yang akan dilakukan. Contohnya para perawat mngambil beberapa teori mengenai
cara mencegah tekanan pada suatu cidera dan untuk menjaga pasien tetap merasa nyaman ditempat
tidur. Malah sering mereputkan diri mereka sendiri dengan membawa bahkan sering
mengaplikasikan atau mempraktekan teori mereka sendiri, mengacu dari pengalaman, litelatur,
pengetahuan sendiri atau dari pengembangan ide-ide sendiri.
Selain itu, paradigm telah digambarkan sebagai “pola”, yang seharusnya terjemahan terdekat dari
kata-kata bahasa yunani. Lalu, sebagai orang yunani, kita kemungkinan menganggap paradigm
sebagai “contoh yang ideal”. Dalam teori keperawatan terbaru hal ini dapat digambarkan sebagai
“ungkapan seni”, kata benda yang menjelaskan ungkapan ideal tentang teori yang telah
disempurnakan. Dalam hal ini, menunjukkan bahwa “ide keseluruhan tentang berbagai individual,
kelompok, situasi dan kegiatan yang menarik suatu ilmu” (Fawcett 1992).
Selain itu, implikasi serius dari frustrasi yang dirasakan secara luas dengan teori keperawatan
adalah bahwa hal itu dapat mencegah perawat dari memahami, mengevaluasi dan kemungkinan
memasukkan model teoritis dalam praktik sehari-hari (Cormark & Reynolds 1992).
Ada banyak pertanyaan sederhana yang bisa dipajang untuk menganalisis dan mengevaluasi teori
keperawatan, seperti: Apakah ini teori? Apakah itu teori keperawatan? Seberapa bermanfaatkah itu?
Banyak teori keperawatan yang dirumuskan selama tahun 1970 telah dipelajari dan dipraktekkan
oleh perawat dan kemudian direvisi atau dimodifikasi. Namun, ada sangat sedikit kesepakatan
tentang jenis-jenis teori yang dibutuhkan oleh profesi keperawatan dan ini merupakan tantangan bagi
status ilmiah dari ilmu/aturan tersebut.
Namun demikian, secara umum disepakati bahwa teori keperawatan harus dikembangkan dengan
menggunakan empat elemen penting seperti berikut ini:
i. Konsep: Ini yang berasal dari persepsi individu atau peristiwa yang berasal dari pengalaman
pribadi experience (Chinn & Jacobs 1987). Namun, masing-masing teori keperawatan harus
membahas empat konsep sentral (selain itu dikenal sebagai konsep paradigma) yaitu orang,
lingkungan, tingkat kesehatan / penyakit, dan profesi keperawatan itu sendiri (Nyatanga 1990).
ii. Definisi konsep: Ini digambarkan sebagai definisi teoritis yang menyampaikan makna umum
dengan cara yang sesuai dengan teori (Chinn & Jacobs 1987).
iii. Konstruk dan proposisi: Konstruk menggambarkan hubungan antara dua atau lebih konsep,
dan dihasilkan dari pengetahuan klinis khusus. Konstruksi teoretis, yang merupakan blok
bangunan khusus dari teori tertentu, dapat diamati. Dalam hal ini, istilah proposisi digunakan
secara bergantian dengan istilah hipotesis (Marriner-Tomey & Alligood 2006).
iv. Kaitan antara susunan: Ini sebenarnya merumuskan teori yang pada gilirannya menjelaskan
dan memprediksi fenomena
Dalam konteks ini Heisenberg mengatakan bahwa, "tidak ada pengamat di luar percobaan",
yang berarti bahwa bahkan desain eksperimental murni ilmiah tunduk pada pengaruh peneliti.
Ini juga berlaku untuk konstruksi teori karena orang bisa berpendapat bahwa, kerangka kerja
teoritis tanpa pandangan konstruktornya sendiri dalam strukturnya tidak mungkin. Perawat yang
menggunakan model sebaiknya tidak fokus mengeksplorasi sejauh mana model tertentu telah
dipengaruhi oleh ide, keyakinan, bias, dan budaya pembuatnya sendiri. Lebih penting lagi, dapat
diperdebatkan bahwa pengguna harus diyakinkan bahwa model tertentu adalah kegunaan
sebenarnya dalam praktik. Dengan kata lain, fokuslah pada konten dan bukan pada penciptanya.
2. “Model mempromosikan pandangan bahwa pandangan dunia semua orang adalah
sama, bahwa semua orang dapat dinilai dengan cara yang sama”.
Sesuai sifatnya, model keperawatan, seperti halnya kerangka kerja konseptual lainnya dalam
disiplin ilmu lain, sangat abstrak dan “mengingat sifat abstrak dan umum dari konsep tersebut,
proposisi yang menggambarkan atau mengaitkan konsep juga abstrak dan umum” (Fawcett
1989 ). Model mewakili, mencerminkan atau, dengan kata-kata sederhana, berdiri untuk dunia,
dengan analogi. Tujuan abstrak mereka adalah untuk mereproduksi struktur asli karena ada
korespondensi point-by-point antara pola hubungan model dan asli (Robinson 1992).
Oleh karena itu, model tidak menyiratkan bahwa pandangan dunia setiap orang adalah, atau
seharusnya, sama. Mereka hanya membantu perawat untuk mengonseptualisasikan pandangan
dunia akumulatif dengan cara yang sangat abstrak. Jika, menurut argumen Hardy, suatu model
adalah untuk memberikan semua pandangan dunia yang berbeda yang ada, maka model itu akan
menjadi ukuran dunia! Dengan demikian, model tidak mempromosikan pandangan bahwa
semua orang dapat dinilai dengan cara yang sama. Sebaliknya, model menaruh banyak
penekanan pada konsep pendekatan yang berpusat pada pasien dan perawatan individual. Demi
argumen, beberapa perbandingan representatif, dari Rosenbaum (1986) perbandingan kritis dari
dua model keperawatan, Orem dan Leininger akan dikutip.
Leininger: “Perawatan adalah fenomena manusia universal, tetapi pola peduli bervariasi di
antara budaya. Dimensi khusus perawatan dan universal perawatan harus diidentifikasi dan
dipelajari untuk memajukan pengetahuan keperawatan tentang perawatan ”.
Orem: “Yang unik dari perawatan adalah penyediaan perawatan diri. Inti dari konsep ini adalah
gagasan tindakan yang diambil oleh praktisi atas nama individu ”.
3. “Model diadopsi secara kaku, membatasi pertanyaan dan perubahan. Jenis perilaku ini
secara langsung bertentangan dengan analisis kritis”
Sebelumnya dalam makalah ini telah ditunjukkan bahwa analisis dan evaluasi sangat penting
sebelum menerapkan model tertentu ke dalam praktik. Oleh karena itu, ini bukan kesalahan
model jika diadopsi secara “kaku”, tetapi lebih merupakan kesalahan penggunanya jika ia
membawanya tanpa perlu dipertanyakan.
4. “Model mempromosikan penggunaan konsep dan jargon khusus yang memerlukan
orientasi panjang, prosedur yang tidak tersedia untuk konsumen kesehatan, sehingga jarak
dibuat antara perawatan dan konsumen, dan antara profesi”
Pada tingkat pribadi, kami akan setuju dengan Hardy di sini, sehubungan dengan penggunaan
konsep khusus dan jargon dalam model keperawatan. Ini adalah alasan mengapa, tidak hanya
konsumen tetapi juga karier, sulit untuk membiasakan diri dengan mereka. Ada beberapa alasan
untuk ini, terutama fakta bahwa menyusui sebagai disiplin ilmu relatif “sangat muda”, berusia
sekitar setengah abad! Meskipun profesi ini berawal ribuan tahun, terminologi ini telah
berkembang dengan kemajuan akademis yang relatif baru sehingga “asing” dan bahkan
mencurigakan bagi sebagian besar perawat yang bekerja terlalu keras di seluruh dunia.
Untuk mengembangkan profesi keperawatan sebagai ilmu, di samping elemen seni, orang
membutuhkan pemikiran baru, bahasa internal baru, dan kemandirian dari obat-obatan utama
otoriter. Evolusi dasar teori keperawatan ini sangat singkat jika dibandingkan dengan disiplin
ilmu lain. Seluruh proses berteori keperawatan perlu deskriptif, tidak hanya untuk situasi
keperawatan yang ideal, tetapi dengan kehidupan yang lebih nyata dibangun di dalam, sehingga
kesenjangan antara praktik ideal dan aktual akan dipahami dan praktisi akan lebih cenderung
menghadapi teori secara konstruktif.
Namun, berteori dengan sendirinya membawa risiko; hal ini dapat menyebabkan menjauhkan
akademisi keperawatan baru dari mereka yang menyediakan perawatan praktis dan ini dapat
mematahkan identitas perawatan yang kuat yang diberikan pada disiplin keperawatan yang
berharga secara sosial. Dalam pandangan kami, satu contoh yang sangat baik dari teori
konstruktif datang dari perawat sarjana McCance (1999) yang melakukan pencarian mendalam
untuk melakukan analisis konsep perawatan. Definisinya disempurnakan menjadi empat atribut
penting dari kepedulian:
- Perhatian serius
- Perhatian
- Kesediaan untuk
- Yang berkenaan, rasa hormat, atau kesukaan
Ringkasan sederhana ini dapat dimediasi dan direfleksikan oleh semua perawat dan diterapkan
tidak dapat disangkal, meningkatkan hasil kesehatan pasien dan status profesi keperawatan itu
sendiri. Teori keperawatan perlu didengarkan, diterapkan, dan ditantang secara konstruktif untuk
berubah seiring perkembangan zaman.
CONCLUSIONS (KESIMPULAN)
Tujuan utama dari makalah ini adalah untuk mengeksplorasi konsep teori keperawatan yang
"ambigu", dan untuk membuat eksplisit bahwa meskipun esensi ilmiah dan pengembangan teoritis
keperawatan masih tetap tidak jelas, teori keperawatan bukanlah konsep yang ambigu. Ketidakjelasan
agak terletak pada cara teori-teori ini diungkapkan, dirasakan, ditafsirkan dan dimasukkan ke dalam
praktik.
Teori keperawatan yang paling etis harus memperkenalkan pendekatan holistik, optimis, dan
menjanjikan. Namun, para pengguna teori tidak boleh terlalu kewalahan oleh kekuatan potensial
model.
Analisis dan evaluasi di sisi lain, telah diidentifikasi sebagai prosedur penting karena membantu
memahami potensi dan kegunaan atau kegunaan teori. Tetapi, bahkan jika beberapa teori terbukti
lemah dalam hal struktur atau penerapan, mereka mungkin masih bernilai karena mereka dapat
merangsang diskusi dan debat tentang praktik keperawatan terbaik. Selain itu, teori keperawatan yang
dihasilkan oleh sarjana perawat memberi bobot pada anggapan bahwa ada sesuatu yang disebut
Keperawatan yang memiliki identitas independen, sangat berbeda dari profesi perawatan kesehatan
lainnya. Bagaimanapun, teori keperawatan dibangun oleh perawat untuk perawat, sehingga mereka
dapat meningkatkan perawatan mereka untuk orang-orang.
REFERENCES (REFERENSI)
1. Barnum B (1990). Nursing Theory: Analysis, Application, Evaluation (3rd ed), Philadelphia, Little Brown
2.Becher T (1989). Academic Tribes and Territories: intellectual inquiry across the disciplines. Society for Research into Higher Education,
Open University Press
3. Clinn PL, Jacobs MK (1987). Theory and Nursing; A Systematic Approach, St Louis: CV Mosby
4.Cormack DF, Reynolds W (1992). Criteria for evaluating the clinical and practical utility of models used by nurses. Journal of Advanced
Nursing, 17:1472–1478
5. Dickoff J, James P, Wiendenbach E (1968). Theory in a practice discipline. Nursing Research, 17:415–435
6. Draper P (1991). The ideal and the real: some thoughts on theoretical developments in British Nursing. Nurse Education Today, 11:292–
294
7. Ellis R (1968). Characteristics of significant theories. Nursing Research, 17:117–222
8. Facione NC, Facione PA (1996). Externalizing the critical thinking in clinical judgment. Nursing Outlook, 44:129–136
9. Field PA (1987). The impact of nursing theory on the clinical decision making progress. Journal of Advanced Nursing, 12:563–
571
10. Fawcett J (1989). Analysis and Evaluation of Conceptual Models of Nursing. Philadelphia Davis Co
11. Fawcett J (1992). Conceptual models and nursing practice: the reciprocal relationship. Journal of Advanced Nursing, 17:224–228
12. Hardy LK (1986). Identifying the place of theoretical frameworks in an evolving discipline. Journal of Advaced Nursing, 11:103–107
13. Judd CM, Smith ER, Kidder LH (1991). Research Methods in Social Relations (6th ed.), Holt, Rinehart and Winston, Inc., Orlando, Florida
14. Marriner-Tomey A, Alligood R (2006). Nursing Theorists and Their Work. Mosby, London
15. Marx MH (1963). The general nature of theory construction in (Marx MH (ed). Theories in Contemporary Psychology. Macmillan, New
York
16. McCance T, McKenna H, Boore J (1999). Caring: theoretical perspectives of relevance to nursing. Journal of Advanced Nursing, 30:1388–
1395
17. Melnyk K. The process of theory analysis: an examination of the nursing theory of Dorothea E. Orem. Nursing Research 1989, 32:170–174
18. McFarlane J (1986). Look to the future. In: Kershaw B, Salvage J (eds) Models for nursing. J Willey & Sons, New York, 111–116
19.McKenna H (1997). Nursing Theories and Models. Routledge, London
20. Moss MP, Schell MC (2004). A Scientific Framework and Methodological Tool for Nursing Research. Advances in Nursing Science. Advances in
Research Methods (Part I), 27:150–159
21. Nyatanga L. Nursing paradigm: the state of art. Senior Nurse 1990,
10:18–19
22. Richman J, Mercer D (2004). "Modern language" or "spin"? Nursing, ‘newspeak’ and organizational culture: new health scriptures.
Journal of Nursing Management, 12:290–298
23.Roberts K (1985). Theory of nursing as curriculum content. Journal of Advanced Nursing, 10:209–215
24. Robinson JA (1992). Problem with paradigms in a caring profession. Journal of Advanced Nursing , 17:632–637
25. Rosenbaum JN (1986). Comparison of two theorists on care: Orem and Leininger. Journal of Advanced Nursing , 11:409–416
26. Stevens B (1979). Nursing theory: Analysis, Application, Evaluation. Little Brown, Boston
27. Tadd W, Chadwick RF (1992) . Ethics and Nursing Practice: a case approach, Macmillan, London
28.Ume-Nwagbo PN, DeWan SA, Lowry LW (2006). Using the Neuman systems model for best practices. Nursing Science Quarterly, 19:31–
35
29. Walker L, Avant K (1988). Strategies for Theory Construction in Nursing (2nd ed), Appleton & Lange