Вы находитесь на странице: 1из 41

Bidang Hodge bidang penurunan kepala janin

Bidang Hodge adalah garis khayal dalam panggul untuk mengetahui seberapa jauh
penurunan kepala janin pada panggul. Diambil dari nama penemunya yaitu Hodge

Bidang Hodge dipelajari untuk menentukan sampai di mana bagian terendah janin
turun ke dalam panggul pada persalinan dan terdiri atas empat bidang:

1. Bidang Hodge I: bidang yang dibentuk pada lingkaran PAP dengan bagian atas
simfisis dan promontorium.

2. Bidang Hodge II: bidang ini sejajar dengan bidang Hodge I terletak setinggi bagian
bawah simfisis.

3. Bidang Hodge III: bidang ini sejajar dengan bidang Hodge I dan II, terletak setinggi
spina iskiadika kanan dan kiri.

4. Bidang Hodge IV: bidang ini sejajar dengan bidang Hodge I, II, dan III, terletak
setinggi os koksigeus.
http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/04/bidang-hodge-bidang-penurunan-
kepala.html

https://mutiazainivitaloka.wordpress.com/2015/08/02/ukuran-ukuran-kepala-janin/

http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/04/macam-macam-bentuk-panggul-pada-
wanita.html

Menentukan Penurunan Kepala Janin Dengan Station Dan Perlimaan

 By: Fian Rubianti Am.Keb


Penurunan kepala saat proses persalinan harus menunjukan kemajuan, Bidan atau
dokter SpOG harus bisa membaca penurunan kepala janin baik dengan bidang hodge,
station atau perlimaan, dan semuanya akan dipantau dengan partograf.
Apa itu station dalam persalinan?

Station dalam persalinan adalah Ketinggian bagian terbawah janin pada jalan lahir yang
digambarkan dalam hubungannya dengan spina ischiadika yang terletak ditengah-
tengah antara PAP (Pintu Atas Panggul) dan PBP (Pintu Bawah Panggul).
Pada pemeriksaan VT derajat desensus ditentukan berdasarkan "zero station". Zero
point berada pada posisi setinggi dengan spina ischiadika (panggul tengah) dan derajat
desensus diperkirakan berada pada beberapa cm diatas atau dibawah zero point. Bila
bagian terendah janin sudah berada pada titik zero, maka disebut sudah engage.
Apa itu perlimaan dalam persalinan?

Mengetahui penurunan kepala dengan metode perlimaan ini dapat dilakukan dengan
palpasi abdominal atau leopold, dengan menggunakan tekhnik jari tangan seorang
pemeriksa untuk meraba kepala janin berada pada station atau hodge berapa.
Simak keterangan pada gambar diatas, berikut pnjelasannya:
Penurunan kepala janin menurut metode perlimaan
 5/5 : Ketika dilakukan VT teraba kepala janin diatas PAP, kepala mudah
digerakkan atau digoyangkan dengan palpasi abdominal.
 4/5 : Ketika dilakukan VT teraba H I-II, dan kepala sulit digerakkan atau
digoyangkan, bila dilakukan perabaan palpasi abdominal bagian terbesar kepala
belum masuk panggul
 3/5 : Ketika dilakukan VT teraba H II-III, dan ketika dilakukan palpasi teraba
bagian terbesar kepala belum masuk panggul
 2/5 : Ketika dilakukan VT teraba H III +, dan ketika dilakukan palpasi teraba
bagian terbesar kepala sudah masuk panggul
 1/5 : Ketika dilakukan VT teraba H III-IV dan kepala sudah di dasar panggul
 0/5 : Kepala janin telah berada pada posisi H IV dan sudah terlihat di perineum
Penurunan bagian terbawah dengan metode lima jari atau perlimaan adalah :
 5/5 jika terbawah janin seluruhnya teraba diatas simpisis pubis.
 4/5 jika sebagian 1/5 bagian terbawah janin memasuki PAP
 3/5 jika sebagian 2/5 bagian terbawah janin sudah masuk rongga panggul.
 2/5 jika sebagian dari bagian terbawah janin masih berada diatas simpisis dan
3/5 bagian terbawah telah turun melewati bidang tengah rongga panggul.
 1/5 jika hanya 1 dan 5 jari masih dapat meraba bagian terbawah janin yang
berada diatas simpisis dan 4/5 telah masuk ke rongga panggul.
Setiap kali melakukan pemeriksaan dalam, maka akan teraba caput atau kulit kepala
janin, maka akan diketahui nilai penyusupan kepala janin, temuan tersebut dicatat pada
partograf dengan lambang dibawah ini:
0: Tulang – tulang kepala janin terpisah, sutura dengan mudah dipalpasi.
1: Tulang – tulang kepala janin tumpang tindih, tetapi masih dapat dipisahkan.
2: Tulang – tulang kepala janin hanya saling bersentuhan.
3: Tulang – tulang kepala janin tumpang tindih dan tidak dapat dipisahkan.

Macam-macam bentuk panggul pada wanita

Bentuk Panggul
Klasifikasi menurut Caldwell dan Molloy, bentuk panggul terbagi menjadi 4 yaitu:
1. Panggul gynecoid
2. Panggul android
3. Panggul anthropoid
4. Panggul platypeloid
Panggul Gynecoid
Panggul yang paling ideal. Diameter anteroposterior sama dengan diameter transversa
bulat. Jenis ini ditemukan pada 45% wanita.
Panggul Android
Bentuk pintu atas panggul hampir segitiga. Umumnya
pada panggul pria. Panjang diameter transversa dekat dengan sakrum.
Pada wanita ditemukan 15%.
Panggul Anthropoid
Bentuk pintu atas panggul agak lonjong seperti telur. Panjang diameter anteroposterior
lebih besar daripada diameter transversa. Jenis ini ditemukan 35% pada wanita.
Panggul Platypeloid
Merupakan panggul picak. Diameter transversa lebih besar daripada diameter
anteroposterior, menyempit arah muka belakang. Jenis ini ditemukan pada 5% wanita.

Ukuran – ukuran Kepala Janin


BAB I
PEMBAHASAN

Ukuran – ukuran Kepala Janin

Kepala janin Merupakan bagian tubuh yang paling besar dan paling keras yang akan
dilahirkan.
Besar dan posisi kepala janin akan sangat menentukan dan mempengaruhi jalannya
persalinan.
Trauma pada kepala bayi selama persalinan dapat mempengaruhi kehidupannya :
hidup sempurna, cacat, atau meninggal. Kepala secara garis besar dapat dibagi
menjadi tulang-tulang tengkorak (kranium), tulang-tulang dasar tengkorak (basis kranii)
dan tulang-tulang muka. Tulang tengkorak (kranium) bayi paling menentukan
keberhasilan proses persalinan pervaginam, karena daerahnya relatif paling luas dan
mengalami kontak langsung dengan jalan lahir.
Ukuran-ukuran diameter kepala bayi yang menentukan di antaranya :
1. Presentasi Belakang Kepala, Kepala melewati vulva dengan diameter sub
mentobregmantika ( 9,5 cm ).
2. Presentasi Puncak Kepala, Diameter yang berperan Diameter Oksipito Frontalis
( ±11,5cm).
3. Presentasi Dahi, Diameter Oksipitomentalis ( ±13 cm).
4. Presentasi Muka, Diameter Submentobregmantika ( 9,5 cm).
5. Diameter Biparietalis, Ukuran lintang antara os parietal kanan / kiri.
6. Diameter Bitemporalis, Ukuran lintang terkecil antara 2 temporalis (±8cm)
Ukuran-ukuran sirkumferensia / lingkar kepala bayi :
1. Sirkumferensia Suboksipito-bregmatika ( 32 cm)
2. Sirkumferensia Oksipito-frontalis ( 34 cm)
3. Sirkumferensia Mento oksipitalis ( 35 cm)
4. Sirkumferensia Submento-bregmatikus ( 32 cm)

Bidang Hodge
Hodge, menemukan bidang-bidang lain dalam panggul untuk mengetahui seberapa
jauh penurun kepala pada panggul yang dikenal dengan Bidang Hodge. Beliau juga
mengajarkan pelajaran kebidanan tentang letak verteks/letak belakang kepala,
mekanisme letak sungsang, pemasangan forsep, dan mengubah letak kepala dengan
tangan sebelum memasang cunam.

Bidang Hodge dipelajari untuk menentukan sampai di mana bagian terendah janin turun
ke dalam panggul pada persalinan dan terdiri atas empat bidang:

1. Bidang Hodge I: bidang yang dibentuk pada lingkaran PAP dengan bagian atas
symphisis dan promontorium.
2. Bidang Hodge II: bidang ini sejajar dengan bidang Hodge I terletak setinggi
bagian bawah symphisis.
3. Bidang Hodge III: bidang ini sejajar dengan bidang Hodge I dan II, terletak
setinggi spina isciadika kanan dan kiri.
4. Bidang Hodge IV: bidang ini sejajar dengan bidang Hodge I, II, dan III, terletak
setinggi os koksigeus.

Sutura
Sutura adalah batas antara 2 tulang, sedangkan fontanella merupakan antara sudut –
sudut tulang terdapat ruang ditutup dengan membran.
Beberapa sutura pada tengkorak :

 Sutura Sagitalis Superior, yang menghubungkan kedua ossis parietalis kiri dan
kanan
 Sutura Koronaria, yang menghubungkan os parietalis dengan os frontalis
 Sutura Lamboidea , yang menghubungkan os parietalis dengan os oksipitalis
 Sutura Frontalis, yang menghubungkan kedua ossis frontalis.

Terdapat 2 fontanella ( Ubun – ubun) yaitu :

 Fontanella Minor ( Ubun-ubun Kecil), berbentuk segitiga, dan terdapat ditempat


sutura sagitalis superior bersilang dengan sutura lamboidea.
 Fontanella Mayor (Ubun-ubun Besar), berbentuk segiempat panjang, terdapat
ditempat sutura sagitalis superior dan sutura frontalis bersilang dengan sutura
koronaria.

Molase Kepala Janin

Adalah perubahan bentuk kepala sebagai akibat penumpukan tulang tengkorak yang
saling overlapping satu sama lain karena belum menyatu dengan kokoh dan
memungkinkan terjadinya pergeseran sepanjang garis
sambungnya. Molase (Molding) melibatkan seluruh tengkorak kepala, dan merupakan
hasil dari tekanan yang dikenakan atas kepala janin oleh struktur jalan lahir ibu. Sampai
batas-batas tertentu, molase akan memungkinkan diameter yang lebih besar bisa
menjadi lebih kecil dan dengan demikian bisa sesuai melalui panggul ibu.
Molase ( penyusupan ) adalah indikator penting tentang seberapa jauh kepala janin
dapat menyesuaikan diri dengan bagian atas panggul ibu. Tulang kepala yang saling
menyusup / tumpang tindih menunjukan kemungkinan adanya disproporsi tulang
panggul ( Chepalo Pelvic Disproportion ) CPD.

Setiap kali melakukan pemeriksaan dalam, nilai penyusupan kepala janin,


temuan dicatat pada partograf dengan lambang :
0 : Tulang – tulang kepala janin terpisah, sutura dengan mudah dipalpasi.
1 : Tulang – tulang kepala janin tumpang tindih, tetapi masih dapat dipisahkan.
2 : Tulang – tulang kepala janin hanya saling bersentuhan.
3 : Tulang – tulang kepala janin tumpang tindih dan tidak dapat dipisahkan.

PENURUNAN KEPALA JANIN MENURUT SISTEM PERLIMAAN

Periksa Luar Periksa Dalam Keterangan


Kepala diatas PAP, mudah
5/5
digerakkan
Sulit digerakkan, bagian
4/5 H I-II terbesar kepala belum masuk
panggul
Bagian terbesar kepala belum
3/5 H II-III
masuk panggul
Bagian terbesar kepala sudah
2/5 H III +
masuk panggul
1/5 H III-IV Kepala di dasar panggul
0/5 H IV Di perineum
Penurunan bagian terbawah dengan metode lima jari atau perlimaan adalah :
1. 5/5 jika terbawah janin seluruhnya teraba diatas simpisis pubis.
2. 4/5 jika sebagian 1/5 bagian terbawah janin memasuki PAP
3. 3/5 jika sebagian 2/5 bagian terbawah janin sudah masuk rongga panggul.
4. 2/5 jika sebagian dari bagian terbawah janin masih berada diatas simpisis dan
3/5 bagian terbawah telah turun melewati bidang tengah rongga panggul.
5. 1/5 jika hanya 1 dan 5 jari masih dapat meraba bagian terbawah janin yang
berada diatas simpisis dan 4/5 telah masuk ke rongga panggul.
6.0/5 ji an terbawah janin sudah tidak dapat diraba dari
pemeriksaan luar dan seluruh bagian terbawah janin.ka bagi
Rumus Taksiran Berat Janin (TBJ)

Taksiran berat janin dianggap penting pada masa kehamilan karena pertumbuhan janin
intrauterine berlangsung tidak konstan, yaitu berlangsung cepat pada awal masa
kemudian melambat seiring bertambahnya usia kehamilan dan berhubungan dengan
meningkatnya risiko terjadinya komplikasi selama persalinan pada ibu dan bayi seperti
berat lahir rendah atau berat lahir berlebih. Ibu yang sehat akan melahirkan bayi sehat.
Salah satu factor yang mempengaruhi terhadap kesehatan ibu adalah keadaan gizi ibu.
Pada penelitian ini status gizi ibu dinilai dari ukuran lingkar lengan atas (LLA) ibu.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan akurasi taksiran berat janin
dengan rumus Lohnson dibandingkan dengan berat lahir actual pada ibu hamil gizi baik
dan ibu hamil gizi buruk berdasarkan lingkar lengan atas.Metode penelitian yang
digunakan adalah studi non eksperimental dengan pendekatan cross-sectional. Sampel
yang digunakan dalam penelitian ini berjumlah 30 ibu hamil inpartu di klinik bersalin di
Yogyakarta yang sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi. Analisis statistik yang
dipakai adalah analisis chi square.Dari hasil analisis data, didapatkan hasil pada status
gizi p=0.603 (p0.05); OR=1,6 (OR1).Dari penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa tidak
ada perbedaan akurasi antara ibu hamil gizi baik dan ibu hamil gizi buruk.

Tinggi Fudus Uteri


Tinggi fudus adalah jarak antara tepi atas simfisis pubis dan p[uncak fudus uteri.
Pemeriksaan fudus dilaksanankan saat utereri sedang tidak dalam keadaan kontraksi,
bias dengan cara manual atau menggunakan pita lila
Pemeriksaan fudus uteri bertujuan untuk menentukan usia kehamilan, menentukan
tafsiran berat janin apakah ada hambatan pertumbuhan janin atau tidak.

Secara umum persalinan pervaginam dapat dilakukan jika memenuhi tiga faktor utama:
1. Power. (His ditambah kemampuan ibu mengejan)
2. Passage (Jalan lahir)
3. Passanger (Janin,plasenta, dan selaput ketuba
Berat janin yang berlebih kadang menjadi kendala bagi para bidan yg akan menolong
persalinan per vaginam. Disini coba kami sampaikan :rumus menghitung berat janin
dalam uterus (rumus Lohnson) dan rumus hodge.
RUMUS TAKSIRAN BERAT BADAN JANIN PADA SAAT KALA 1
1. LOHNSON
Ø Jika kepala belum masuk PAP maka rumusnya:
Berat Janin = (tinggi fudus uteri – 12 ) x 155 gram
Ø Jika kepala sudah masuk PAP maka rumusnya:
Berat Janin = (tinggi fudus uteri – 11 ) x 155 gram
1. HODGE
Rumus : tinggi fundus ( cm ) – N x 155
1. HODGE I: N = 13 bila kepala belum melewati PAP
2. HODGE II: N = 12 bila kepala berada diatas spina isciadika
3. HODGE III: N = 11 bila kepala berada dibawah spina isciadika
Contohnya:
Diketahui TFU 26cm
TBJ = (TFU-13) x 155
= (26-13) x 155
= 2015 gram
Sedangkan TBJ menurut TFU normal UK 7 bulan adaah
TBJ = (TFU-13) x 155
= (30-13) x 155
= 2636 gram
Menghitung taksiran berat janin (TBJ) dengan rumus diatas keakuratannya akan
meleset , karena faktor sbb:
 Ketebalan didnding abdomen, ini membuat kita kesulitan dalam menentukan
lokasi fundus uteri.
 Rumus ini tidak dikhususkan untuk wanita Indonesia, pola makan yg berbeda
akan menentukan besarnya janin.
o Penanganan kelainan posisi (positio occipito posterior persistensi)
Umunya dapat lahir spontan, namun bila ada indikasi, dapat dipilih antara
ekstraksi vakum atau forseps.
Ekstraksi dengan forceps
1. Anak dilahirkan dengan oksiput tetap dibelakang ¬
terutama dilakukan jika ada faktor – faktor yang menyukarkan rotasi ke deapan
seperti panggul anthropoid atau android
2. Anak dilahirkan dengan oksiput sebelah depan
Dilakukan jika tidak adanya faktor yang menghalangi rotasi sangat sukar. Oleh
karena itu, dalam praktik baiknya forceps dipasang biparietal dan dilakukan
tarikan. Jika kepala dengan oksiput di belakang. Namun, jika ternyata waktu
menarik kepala ada kecenderungan untuk memutar ke depan, kita bantu dengan
forsep. Cara yang dilakukan adalah menurut teknik scanzoni
Ekstraksi dengan vakum.
Pada ekstraksi dengan vakum ekstator kita ikuti arah putaran ubun-ubun kecil
dengan hanya dilakukan penarikan kepala ke bawah dengan arah tarikan yang
disesuaikan dengan tingkat turunnya kepala
Presentasi oksiput posterior,Penanganan :
a. Persalinan akan terganggu (lama) bila rotasi spontan tidak terjadi (90% akan
terjadi rotasi spontan menjadi oksiput anterior.)
b. Pecahkan ketuban
c. Bila kepala tdk turun (teraba > 3/5 diatas PAP) ð lakukan seksio sesarea
d. Bila pembukaan serviks belum lengkap, tdk ada tanda2 obstruksi ð drips
oksitosin
e. Pembukaan lengkap & Kala II lama & tdk ada tanda2 obstruksi ð drips oksitosin
f. Syarat2 terpenuhi ð ekstraksi vakum atau forsep
Presentasi puncak kepalaØ
Adalah presentasi kepala dengan defleksi/ekstensi minimal dengan sinsiput
merupakan bagian terendah.
Penanganan :
a. dapat ditunggu kelahiran spontan
b. episiotomy
c. bila 1 jam dipimpin mengejan tak lahir, dan kepala bayi sudah didasar panggul,
maka dilakukan ekstraksi forcep.
Presentasi dahi
Adalah presentasi kepala dengan defleksi/ekstensi maksimal sedang dahi
merupakan bagian terendah. Terjadi pada 1 dari 400 kelahiran. Biasanya akan
berubah menjadi presentasi muka atau belakang kepala.
Penanganan
a. bayi kecil maka bisa lahir spontan
b. jika pada kala 1 kepala belum masuk ke dalam rongga panggul, dapat
diusahakan dengan melakukan perasat Thorn (10% bisa menjadi presentasi
muka/ belakang kepala jika tidak berhasil lakukan SC.
c. jalan persalinan tak lancar/pembukaan belum lengkap/janin besar dan sukar
melewati PAP kemudaian terjadi molage hebat maka lakukan Sectio caesaria
d. jika janin mati lakukan pembukaan lengkap dan lakukan kraniotomi dan jika
pembukaan tidak lengkap lakukan SC.
1. Presentasi muka
Adalah presentasi kepala dengan defleksi/ekstensi maksimal sedang muka
merupakan bagian terendah. Terjadi pada 1 dari 1000 kelahiran.Penanganan :
a. periksa apakah ada CPD jika positif ada maka lakukan SC dan jika negatif
dan kondisi baik lakukan persalinan pervaginam
b. dalam kehamilan, bila terjadi posisi mentoposterior (dagu berada di belakang)
perasat Schatz
c. dalam persalinan
1. konservatif dan aktif : tidur miring kesebelah dagu, bila mentoanterior lahir
spontan, bila mentoposterior ubah menjadi mentoanterior dengan perasat Thorn
atau forsep jika tidak berhasil lakukan SC.
2. janin mati embriotomi
Letak sungsang
Adalah keadaan janin dimana letaknya memanjang dgn bagian terbawah bokong
dengan atau tanpa kaki. Angka kejadian mencapai 3 % dari kelahiran.Klasifiaksi :
Ada 4 presentasi yaitu
a. presentasi bokong murni, kedua kaki menjungkit ke atas terletak dekat kepala
b. presentasi bokong kaki, kedua kaki disamping bokong dsb sempurna, bila
hanya satu kaki dsb tidak sempurna.
c. presentasi kaki, bgn terendah 2 kaki dsb presentasi kaki sempurna, bila hanya
1 dsb presentasi kaki tidak sempurna.
d. presentasi lutut, bgn terendah 2 lutut dsb sempurna, bila hanya 1 dsb tidak
sempurna
Penanganan :
a. Dalam kehamilan, Bila ditemui pada primigravida hendaknya diusahakan versi
luar yang dilakukan antara 34 dan 38 minggu. Sebelum melakukan versi luar,
diagnosis letak janin harus pasti dan denyut jantung janin harus dalam keadaan
baik. Perlu diingat kotraindikasi versi luar ialah panggul sempit, perdarahan
antepartum, hipertensi, hamil kembar, dan plasenta previa.
b. Dalam persalinan, Untuk menolong persalinan letak sungsang ini diperlukan
ketekunan dan kesabaran. Pertama-tama tentukan apakah ada kelainan yang
mengindikasikan untuk seksio sesarea. Apabila tidak ada, dan diperkirakan dapat
dilahirkan pervaginam maka hendaknya pengawasan dilakukan secara seksama.
Setelah bokong lahir, jangan menarik atau mengadakan dorongan secara
Kristeller karena dapat menyulitkan kelahiran lengan dan bahu. Untuk melahirkan
bahu dan kepala dapat dipilih perasat Bracht. Sedangkan untuk melahirkan
lengan dan bahu dapat dipakai cara klasik yaitu Mueller / Loevset. Kepala janin
dapat dilahirkan secara Mauriceau.
Presentasi rangkap
Penanganan :
a)Pada sebagian besar kasus, penatalaksanaan kasus adalah ekspektatif oleh
karena jarang mengganggu jalannya persalinan dan umumnya tangan janin
secara reflektoar akan ditarik sehingga tidak lagi mengganggu jalannya
persalinan.
b)Tindakan yang bisa dikerjakan adalah dengan mereposisi tangan dan
menurunkan kepala kedalam jalan lahir secara bersamaan.
Letak lintang
Keadaan di mana sumbu panjang janin kira-kira tegak lurus dengan sumbu
panjang tubuh ibu – Knee-chest position, Pada primigravida umur kehamilan
kurang dari 28 minggu dianjurkan posisi lutut dada, jika lebih dari 28 minggu
dilakukan versi luar, kalau gagal dianjurkan posisi lutut dada sampai persalinan.
Pada multigravida umur kehamilan kurang dari 32 minggu posisi lutut dada, jika
lebih dari 32 minggu dilakukan versi luar, kalau gagal posisi lutut dada sampai
persalinan.
Presentasi gandaØ
Menumbungnya satu ekstremitas disisi bagian terbawah janin dan kedua bagian
ini sekaligus berada didalam panggul.
Penanganan :
-Jika lengan menumbung disamping kepala, keadaan tersebut harusØ diawasi
ketat apakah lengan keluar bersama dengan penurunan bagian terbawah janin.
Jika gagal mengikuti penurunan tersebut/bila tampaknya menghalangi penurunan
kepala, lengan yang menumbung tersebut secara perlahan-lahan harus didorong
ke atas dan bersamaan dengan itu, kepala akan turun karena tekanan fundus
uteri.udah masuk ke rongga panggul.
POSISIO OKSIPITALIS POSTERIOR PERSISTEN
Pada 10% kehamilan, kepala masuk PAP dengan oksiput berada pada segmen
posterior panggul.
Sebagian besar keadaan ini terjadi pada arsitektur panggul yang normal, sebagian kecil
terjadi pada bentuk android.
Diagnosa ditegakkan melalui palpasi abdomen dimana punggung janin teraba disatu
sisi pinggang ibu dan dilokasi tersebut DJJ terdengar paling keras.
Pada persalinan, pemeriksaan VT dapat memberi informasi yang lebih banyak dengan
terabanya occiput dan ubun-ubun besar .
Selama persalinan berlangsung, kepala janin memperoleh tekanan kearah pelvis
sehingga terjadi fleksi kepala. Setelah dilatasi lengkap, proses persalinan selanjutnya
dapat terjadi melalui satu dari 3 kemungkinan dibawah :
Kemungkinan arah Putar Paksi Dalam ( PPD) pada posisio oksipitalis posterior
1. 65% kasus, kepala melakukan PPD sejauh 135 0 sehingga occiput berada
dibelakang simfisis (rotasi panjang) → persalinan spontan pervaginam normal.
2. 20% kasus, kepala tidak dapat melalukan PPD secara lengkap sehingga ubun-
ubun kecil berada dikiri atau dikanan (“deep tranverse arrest”).
3. 15% kasus, terjadi PPD 450 kearah posterior (rotasi pendek) → positio occipitalis
posterior persisten.
Rotasi panjang kearah anterior

Rotasi pendek kearah posterior (mendekati sacrum)


Persalinan pervaginam dapat terjadi melalui berbagai kemungkinan :
1. Persalinan spontan.
2. Ekstraksi cunam dengan occiput posterior.
3. Rotasi manual menjadikan occiput anterior dan diikuti dengan persalinan
spontan atau dengan ekstraksi cunam.
4. Rotasi dengan cunam kearah occiput anterior dan kemudian dilahirkan.
PROGNOSA
Fitzpatrick dkk (2001) , Ponkey dkk (2003) : membandingkan prognosa antara 246
pasien POPPersisten dengan presentasi occiput anterior (POA) dan tercatat adanya
komplikasi persalinan yang lebih tinggi pada POPP dibandingkan pada POA.
Hanya 40% kasus POPP yang dapat mengalami persalinan spontan pervaginam.
12% kasus POPP berakhir dengan SC atas indikasi distosia.
POSISI OKSIPITO TRANVERSAL PERSISTSN
(deep tranverse arrest – letak malang melintang rendah)
Pada arsitektur panggul normal, posisi occiput tranversal umumnya bersifat sementara
sebelum berakhir sebagai posisi occiput anterior atau posterior.
Bila his cukup kuat, terjadi PPD keanterior dan persalinan dapat berlangsung secara
normal atau dengan bantuan ekstraksi cunam outlet.
Bila his tidak kuat atau terdapat kelainan bentuk panggul, persalinan pervaginam
mungkin berlangsung dengan didahului oleh tindakan rotasi manual kepala dilanjutkan
dengan persalinan ekstraksi cunam dengan occiput di anterior atau di posterior.
Etiologi posisi occipitalis tranversal tidak selalu sederhana. Panggul jenis platipeloid
atau android tidak memiliki cukup ruangan untuk terjadinya rotasi kepala.
Pada panggul android, engagemen tidak terjadi sehingga kulit kepala sering terlihat
didepan introitus vagina sebagai akibat adanya molase dan pembentukan caput yang
berlebihan. Dalam keadaan ini tindakan persalinan dengan cunam harus dilakukan
secara hati-hati dan tidak dipaksakan.

Tulang-tulang Panggul

Tulang-tulang panggul terdiri atas 3 buah tulang yaitu :


1. Os koksa (tulang innominata) 2 buah kiri dan kanan, yang terdiri atas :
a. Os ilium
b. Os iskium
c. Os pubis
2. Os sakrum
3. Os koksigis
Tulang-tulang ini satu dengan lainnya berhubungan. Didepan terdapat hubungan antara kedua os
pubis kanan dan kiri yang di sebut simfisis. Simfisis terdiri atas jaringan fibrokartilago yang
berada di bagian bawah dan ligamentum pubikum superior di bagian atas. Kedua ligamen ini
sering disebut sebagai ligamentum arkuatum.
Di belakang terdapat artikulasi sakro iliaka yang menghubungkan os sakrum dengan os ilium. Di
bawah terdapat artikulasi sakro koksigea yang menghubungkan os sakrum dengan os koksigis.
Pada waktu persalinan artikulasio dapat di geser lebih jauh dan lebih longgar, tetapi pada saat di
luar kehamilan hanya memungkinkan pergeseran sedikit. Akibat relaksasi persendian ini, maka
pada posisi dorso-litotomi memungkinkan penambahan diameter pintu bawah panggulsebesar
1,5 sampai 2 cm. Hal ini menjadi dasar pertimbangan untuk persalinan dalam posisi dorso-
litonomi2. Penambahan diameter pintu bawah panggul hanya di mungkinkan apabila os sakrum
di mungkinkan untuk bergerak ke belakang yaitu dengan mengurangi tekanan alas tempat tidur
terhadap os sakrum. Hal inilah yang menjadi dasar tindakan manuver McRoberts pada distosia
bahu2.
Secara fungsional panggul terdiri dari 2 bagian yang disebut pelvis mayor, dan pelvis minor.
Pelvis mayor adalah bagian pelvis yang terletas diatas linea terminalis, disebut pula false pelvis.
Bagian yang terletak di bawah linea terminalis disebut pelvis minor atau true pelvis. Bagian
akhir ini adalah bagian yang mempunyai peranan penting dalam obstetri dan harus dikenal dan
dinilai sebaik-baiknya untuk dapat memperkirakan dapat tidaknya bayi melewatinya.
Bentuk pelvis minor ini menyerupai suatu saluran yang mempunyai sumbu melengkung ke
depan (sumbu Carus). Sumbu ini secara klasik adalah garis yang menghubungkan titik
persekutuan antara diameter transversa dan konjugata vera pada pintu atas panggul dengan titik-
tik sejenis di Hodge II, III, dan IV. Sampai dekat Hodge III sumbu itu lurus, sejajar dengan
sakrum, untuk seterusnya melengkung kedepan, sesuai dengan lengkungan sakrum. Hal ini
penting untuk diketahui bila kelak mangakhiri persalinan dengan cunam agar arah penarikan
cunam itu di sesuaikan dengan arah sumbu jalan lahir tersebut.
Diantara kedua pintu panggul terdapat ruang panggul (pelvic cavity). Ukuran ruang panggul dari
atas ke bawah tidak sama. Ruang panggul mempunyai ukuran yang paling luas di bawah pintu
atas panggul, kemudian menyempit di panggul tengah, dan selanjutnya menjadi sedikit lebih luas
lagi di bagian bawah. Penyempitan di panggul tengah ini disebabkan oleh adanya spina iskiadika
yang kadang-kadang menonjol kedalam ruang panggul. Penyempitan di panggul tengah ini
setinggi spina iskiadika yang jarak antara kedua spina iskiadika (distansia interspinarium) normal
10,5 cm.

Pintu atas panggul


Pintu atas panggul merupakan suatu bidang yang di bentuk oleh promontorium korpus vertebra
sakral 1, linea innominata (terminalis), dan pinggir atas simfisis. Terdapat 4 diameter pada pintu
atas panggul, yaitu diameter anteroposterior, diameter transversa, dan 2 diameter iblikua3.
Panjang jarak dari pinggir atas simfisis ke promontorium kurang lebih 11 cm, disebut konjugata
vera. Jarak terjauh garis melintang pada pintu atas panggul lebih kurang 12,5 – 13 cm, disebut
diameter transversa. Bila ditarik garis dari artikulasio sakro iliaka ke titik persekutuan antara
diameter transversa dan konjugatavera dan di teruskan ke linea ennominata, ditemukan diameter
yang disebut diameter oblikua sepanjang lebih kurang 13cm1,4.
Cara mengukur konjugata vera adalah dengan jari tengah dan telunjuk di masukkan kedalam
vagina untuk meraba promontorium. Jarak bagian bawah simfisis sampai ke promontorium
dikenal sebagai konjugata diagonalis. Secara statistik diketahui bahwa konjugata vera sam
dengan konjugata diagonalis dipotong1,5 cm. Selain dua konjugata tersebut, dikenal juga
konjugata obstetrika, yaitu jarak dari bagian dalam tengah simfisis ke promontorium.
Dalam obstetri dikenal 4 jenis panggul (pembagian Caldwell dan Moloy, 1993), yang
mempunyai ciri-ciri pintu atas panggul sebagai berikut.
1. Jenis ginekoid : panggul paling baik untuk perempuan. Bentuk pintu atas panggul hampir bulat.
Panjang diameter antero posterior kira-kira sama dengan diameter transversa. Jenis ini ditemukan
pada 45% perempuan.
2. Jenis android : bentuk pintu atas panggul hampir segi tiga. Umumnya pria mempunyai jenis
seperti ini. Jenis ini ditemukan pada 15% perempuan.
3. Jenis antropoid : bentuk pintu atas panggul agak lonjong, seperti telur. Jenis ini ditemukan pada
35% perempuan.
4. Jenis platipelloid : jenis ini adalah jenis ginekoid yang menyempit pada arah muka belakang.
Ukuran melintang jauh lebih besar daripada ukuran muka belakang. Jenis ini ditemukan pada 5%
perempuan.

Kegunaan pelvimetri radiologik adalah untuk mengetahui jenis, bentuk, dan ukuran-ukuran
pelvis secara tepat. Untuk menyebut jenis pelvis kombinasi, disebutkan jenis pelvis bagian
belakang dahulu kemudian bagian depan. Pelvimetri radiologik hanya dilakukan pada indikasi
tertentu misal nya ada dugaan ketidakseimbangan antara janin dan panggul. Pemakaian sinar
rontgen dibatasi berdasarkan pengaruhnya terhadap sel-sel kelamin janin yang masih sangat
muda dan ovarium ibu.

Pintu bawah panggul


Pintu bawah panggul tidak merupakan suatu bidang datar, tetapi tersusun atas 2 bidang datar
yang masing-masing berbentuk segitiga, yaitu bidang yang dibentuk oleh garis antara kedua
buah tuber os iskii dengan ujung os sakrum dan segitiga lainnya yang alasnya juga garis antara
kedua tuber os iskii dengan bagian bawah simfisis. Pinggir bawah simfisis berbentuk lengkung
kebawah dan merupakan sudut disebut arkus pubis.
Ruang panggul ( pelvic cavity)
Ruang panggul di bawah pintu atas panggul mempunyai ukuran yang paling luas. Di panggul
tengah terdapat penyempitan setinggi kedua spina iskiadika.jarak antara kedua spina ini normal
10 cm.
Dari bentuk dan ukuran pelbagai bidang rongga panggul tampak rongga ini merupakan saluran
yang tidak sama luasnya di antara tiap-tiap bidang. Bidang terluas dibentuk pada pertengahan
simfisis dengan os sakral 2-3, sehingga kepala bayi di mungkinkan bergeser melalui pintu atas
panggul masuk kedalam ruang panggul. Kemungkinan kepala dapat lebih mudah masuk ke
dalam ruang panggul.

Bidang Hodge
1. Bidang Hodge I : bidang yang dibentuk pada lingkaran pintu atas panggul dengan bagian atas
simfisis dan promontorium.
2. Bidang Hodge II : bidang ini sejajar dengan Bidang Hodge I terletak setinggi bagian bawah
simfisis
3. Bidang Hodge III : bidang ini sejajar dengan Bidang Hodge I dan Hodge II terletak setinggi
spina iskiadika kanan dan kiri
4. Bidang Hodge IV : bidang ini sejajar dengan Bidang Hodge I, II, dan III terletak setinggi os
koksigis.
Ukuran-ukuran Luar Panggul
Ukuran-ukuran luar panggul ini masih dapat dipergunakan di mana pelvimetri rontgen sulit
dilakukan. Alat-alat yang dipakai antara lain jangkar-jangkar panggul Martin,Oseander, Collin,
Boudeloque, dsb.
Yang di ukur sebagai berikut :
1. Distansia spinarium ( jarak antara kedua spina iliaka anterior superior sinistra dan dekstra.
2. Distansia kristarum ( 28cm – 30cm) : jarak terpanjang antara dua tempat yang simetris pada
krista iliaka sinistris dan dekstra.
3. Distansia oblikua eksterna (ukuran miring luar) : jarak antara spina iliaka sinistra dan spina
iliaka anterior superior dekstra dan dari spina iliaka dekstra ke spina iliaka anterior superior
sinistra.
4. Distansia intertrokanterika : jarak antara kedua trokanter mayor.
5. Konjugata eksterna ( jarak antara bagian atas sesus spinosus lumbal 5.
6. Distansia tuberum ( 10,5 cm) : jarak antara tuber iskii kanan dan kiri. Untuk mengukurnya di
pakai Oseander.

http://anatomipanggulsarwono.blogspot.com/

PASSENGER ( ISI KEHAMILAN )

Passenger terdiri dari janin, placenta, air ketuban. Janin merupakan passanger utama, dan
bagian janin yang paling penting adalah kepala, karena kepala janin mempunyai ukuran yang
paling besar, 90% bayi dilahirkan dengan letak kepala.

Kelainan-kelainan yang sering menghambat dari pihak passanger adalah kelainan ukuran
dan bentuk kepala anak seperti hydrocephalus ataupun anencephalus, kelainan letak seperti letak
muka atau pun letak dahi, kelainan kedudukan anak seperti kedudukan lintang atau pun letak
sungsang.

PASSENGER ( ISI KEHAMILAN )

 Janin
 Placenta
 Air ketuban ( amnion)

JANIN
Pengertian
Janin adalah hasil dari pertemuan sperma dan ovum yang telah tumbuh secara sempurna.
Janin aterm mempunyai tanda cukup bulan yaitu 38 samppai 42 minggu dengan berat badan
sekitar 2500 sampai 3000 gram dan panjang badan sekitar 50 sampai 55 cm .Didalam rahim
posisi janin sebagai berikut :

 Kepala mengadakan fleksi didada


 Tangan menndekap dada
 Kaki mengadakan fleksi dan mengarah perut bayi

Bagian-bagian kepala janin


Kepala janin terdiri dari bagian muka dan bagian tengkorak :

a. Bagian muka, terdiri dari :

 Tulang hidung (os nasale)


 Tulang pipi ( os zygomatikum)
 Tulang rahang atas ( os maxillare )
 Tulang rahang bawah ( os mandibullare )
 Pada persalinan, muka dikenal kalau meraba dagu, mulut, hidung atau rongga mata.

b. Bagian tengkorak, terdiri dari :

 Tulang dahi ( os frontale )


 Tulang ubun-ubun (os parietal)
 Tulang pelipis ( os temporale)
 Tulang belakang kepala ( os occipital )

Hubungan antara tulang tengkorak janin ditutup dengan jaringan ikat yang disebut sutura.
Sutura di kepala janin terdiri dari :

 Sutura frontalis
Sutura yang menghubungkan kedua os frontalis kanan dan kiri

 Sutura sagitalis

Sutura yang menghubungkan kedua os parietalis kanan dan kiri

 Sutura coronaria

Sutura yang menghubungkan os parietalis dengan os frontalis

 Sutura lambdoidea

Sutura yang menghubungkan os parietalis dengan os occipitalis


Pertemuan antara sutura-sutura membentuk ubun-ubun (fontanela ) yaitu :
a. Ubun-ubun besar ( fontanela mayor )

o Bentuk segi empat laying merupakan pertemuan antara 1 sutura sagitalis, 2 sutura
coronaria, 1 sutura frontalis.
o Sudut lancipnya terletak di sutura sagitalis
o Sebagai petunjuk letak puncak kepala

b. Ubun-ubun kecil (fontanela minor )

o Dibentuk oleh satu sutura sagitalis dan 2 sutura lambdoidea


o Sebagai petunjuk letak belakang kepala

Ubun-ubun dan sutura akan baru tertutup kalau anak berumur 1,5 – 2 tahun.

Ukuran-Ukuran Kepala Janin

a. Ukuran muka belakang

1. Diameter suboccipito-bregmatika
Dari foramen magnum ke ubun-ubun besar, ukurannya 9,5 cm. Ukuran ini adalah ukuran muka
belakang yang terkecil. Ukuran ini melalui jalan lahir kalau kepala anak sangat menekur pada
letak belakang kepala.
2. Diameter suboccipito frontalis
Dari foramen magnum ke pangkal hidung, ukurannya 11 cm. Ukuran ini melalui jalan lahir pada
letak belakang kepala dengan flexi yang sedang.
3. Diameter fronto occipitalis
Dari pangkal hidung ke titik terjauh pada belakang kepala, ukurannya 12 cm. Ukuran ini melalui
jalan lahir pada letak puncak kepala.
4. Diameter mento occipitalis
Dari dagu ke titik yang terjauh pada belakang kepala, ukurannya 13,5 cm. Ukuran ini adalah
ukuran terbesardan melalui jalan lahir pada letak dahi.
5. Diameter submento bregmatika
dari bawah dagu ialah os hyoid ke ubun-ubun besar, ukurannya 9,5 cm. Ukuran ini melalui jalan
lahir padda letak muka.
Ukuran-ukuran muka belakang kepala bayi pada pintu atas panggul menempatkan diri
pada ukuran melintang (diameter tranversa ) atau ukuran serong (diameter oblique ) dari pintu
atas panggul.

b. Ukuran melintang

1. Diameter biparietalis
Ukuran yang terbesar antara kedua os parietal, ukurannya 9 cm. Pada letak belakang kepala
ukuran ini melalui ukuran muka belakang dari pintu atas panggul (conjugate vera )
2. Diameter bitemporalis
Jarak yang terbesar antara sutura coronaria kanan kiri, ukurannya 8 cm. Pada letak defleksi
ukuran ini melalui conjugate vera.

c. Ukuran melingkar

1. Circumferentia suboccipito bregmatika


Lingkaran kecil kepala dengan ukurannya 32 cm.
2. Circumferentia fronto occipito
Lingkaran sedang kepala dengan ukurannya 34 cm.
3. Circumferential mento occipito
Lingkaran besar kepala dengan ukurannya 35 cm.

Faktor lain yang mempengaruhi terhadap persalinan


1. Sikap (Habitus)
Sikap janin menunjukkan hubungan bagian –bagian dengan sumbu janin, biasanya terhadap
tulang punggungnya. Janin umunnya dalam sikap fleksi dimana kepala, tulang punggung, dan
kaki dalam keadaan fleksi, lengan bersilang di dada.
2. Letak ( Situs )
Menunjukkan hubungan sumbu janin dengan sumbu jalan lahir. Bila kedua sumbunya sejajar
disebut letak memanjang, bila tegak lurus satu sama lain disebut letak melintang.

o Letak membujur ( longitudinal)


1. Letak kepala

 Letak fleksi = letak belakang kepala ( LBK )


 Letak defleksi = letak puncak kepala, letak dahi, dan letak muka
 Letak sungsang= letak bokong

 Letak bokong sempurna ( complete breech )


 Letak bokong tidak sempurna (incomplete breech)
2. Letak lintang ( Transverse lie )
3. Letak miring ( oblique lie )
 Letak kepala mengolak
 Letak bokong mengolak
3. Presentasi
Presentasi menunjukkan bagian janin yang terdapat di bagian terbawah jalan lahir.
Bagian janin yang terbawah menyebutkan presentasi janin tersebut. Pada letak memanjang,
bagian terbawah yaitu dapat kepala atau bokong, sehingga terdapat presentasi kepala atau
presentasi bokong. Pada letak melintang bagian terbawahnya bahu, sehingga terdapat presentasi
bahu.

o Presentasi kepala dapat bermacam-macam tergantung sikap kepala terhadap


badan janin. Apabila kepala flexsi maksimal, bagian terbawahnya adalah
belakang kepala (verteks)/presentasi belakang kepala. Apabila defleksi maksimal,
bagian terbawahnya muka/ presentasi muka. Apabila janin bersikap antara kedua
kondisi ekstrim ini maka terdapat presentasi sinsiput dengan bagian terbawah
ubun-ubun besar, dan presentasi dahi dengan bagian terbawah dahi. Kedua
presentasi terakhir ini hanya merupakan presentasi belakang transisi, karena
dengan majunya partus akan beralih menjadi presentasi belakang kepala atau
presentasi muka.
o Presentasi bokong, bila kedua tungkainya lurus disamping badan janin (extended,
maka bagian terbawahnya hanyalah bokong sehingga disebut presentasi bokong
(frank breech presentation ), bila kedua tungkainya bersilang disamping bokong,
bagian terbawahnya bokong dan kaki sehingga disebut presentasi bokong ( full
breech presentation) dan bila salah satu atau kedua kakinya menjulur lebih awal
dari pada bokongnya maka disebut presentasi kaki ( single or double foot or
footling presentation ).

PLASENTA
Pengertian
Placenta adalah suatu organ dalam kandungan pada masa kehamilan. Pembentukan
plasenta merupakan proses yang mengesankan, karena sejak implantasinya pertama, yang sel
trofoblas dengan vili korialis bertindak sebagai “sel ganas”, dengan segala kemampuannya
melakukan destruksi terhadap desidua yang telah siap menerima implantasi. Pada akhir proses
pembentukannya minggu ke-16, proses destruksi itu berhenti dengan sendirinya.
Dalam perjalanan destruksinya terjadi pengrusakan desidua jauh ke dalam struma basalis,
dengan menanamkan korion frondosumnya sehingga plasenta dengan mantap tertanam dalam
desidua. Dalam perjalanannya terjadi destruksi pembuluh darah vena pada hari ke 12-13,
sedangkan destruksi pembuluh darah arteri, terjadi pada hari ke 14-15. Dengan terbukanya
pembuluh vena dan arteri pada hari ke 14-15, terjadilah sirkulasi retroplasenta, sebagai bagian
penting untuk mendukung tumbuh kembangnya janin dalam rahim sehingga vili korialis
mendapatkan saripati nutrisi dari darah ibu secara langsung. Pembentukan vili korialis pada hari
ke 17 yang berasal dari mesenkim (mesoderm) sehingga sejak saat itu mulai terdapat “sirkulasi
janin”.
Bagian- bagian Placenta
Plasenta terbentuk dengan lengkap pada minggu ke-16 dengan ciri mempunyai bagian
maternal dan bagian fetalis, sebagai berikut:

1. Bagian maternal

a. Bagian desidua maternal


 Stroma kompakta
 Stroma spongiosa
 Septum yang berasal dari desidua
b. Lapisan Nitabuch, yang membatasi tetanamnya korion frondosum pada basalis
2. Bagian fetalis

a. Menghadap ke janin: membrana korii


 Amnionnya
 Pembuluh darah janin vena dan arteri
b. Menghadap ke arah maternal
 Korion frondosum
 Kotiledon dengan vili korialisnya
Sirkulasi retroplasenta merupakan sirkulasi tersendiri untuk dapat melangsungkan
pertukaran nutrisi, elektrolit, O2 dan CO2, membuang hasil metabolisme yang tidak berguna bagi
janin, dan memasukkan bahan-bahan yang diperlukan secara khusus. Dengan demikian, darah
janin dan darah ibu yang berada dibelakang plasenta tidak bercampur dan dibatasi oleh
“membrane plasenta”, yang terdiri dari:

1. Lapisan sel sinsitiotrofoblas


2. Lapisan sitotrofoblas (sel Langhan)
3. Jaringan ikat penyangga pada vili korialis
4. Endotel kapiler pembuluh darah janin

Sirkulasi retroplasenta
Pada hari ke 12-13 pembuluh darah vena desidua telah didestruksi sehingga terbuka dan
menimbulkan “lakuna yang berisi darah ibu” selanjutnya pada hari ke 14-15, pembuluh darah
arteri spiralis terbuka sehingga sejak saat itu telah terbentuk “sirkulasi retroplasenta awal”.
Dengan demikian, nutrisi telah diambil dari sirkulasi darah ibu, dan diikuti tumbuh kembangnya
plasenta sampai usia kehamilan 16 minggu.
Sirkulasi retroplasenta sangat penting artinya karena melalui sirkulasi semua fungsi plasenta
dapat berlangsung. Terdapat beberapa faktor penting yang menentukan mekanisme sirkulasi
retroplasenta sebagai berikut:

1. Pembuluh darah arteri dari arteri spiralis, seolah-olah tegak lurus sehingga dapat
menyemburkan darah sampai palsental plate.
2. Tekanan arteri spiralis yang menyemburkan darah sekitar 80 mmHg.
3. Vena-vena di desidua seolah-olah berjalan sejajar dengan dinding rahim, dengan tekanan
sekitar 8 mmHg.
4. Pada beberapa tempat tertentu dijumpai penampungan sementara darah retroplasenta
sehingga tidak menggangu pertukaran nutrisi.
5. Dibagian tepi tempat penampungan darah terdapat sinus marginalis.
6. Tekanan dari aorta sampai vena cava berangsur-angsur menurun sehingga dapat
membantu sirkulasi retroplasenta.
7. Terdapat juga arteriovenosus shunt sehingga dapat mengendalikan tekanan sirkulasi
retroplasenta dalam situasi stabil.

Efek semburan cabang arteri spiralis yang relatif tegak lurus dapat menimbulkan gerakan pasif
dari vili korialis sehingga hampir seluruh permukaannya akan tersiram oleh darah dalam
sirkulasi retroplasenta itu.
Dikemukakan bahwa setiap plasenta mempunyai sekitar 16-20 kotiledon yang selanjutnya
mempunyai cabang besar dan kecil dengan ujungnya, yaitu “vili korialis”. Diperkirakan bahwa
luas permukaan plasenta yang dianggap aktif ikut serta dalam proses pertukaran nutrisi lainnya
sekitar 11 m2.
Pada minggu ke 16 setelah plasenta selesai terbentuk, sel lapisan sitotrofoblas atau sel langhan,
makin menghilang, sehingga mempermudah terjadinya pertukaran nutrisi dan kebutuhan lainnya.
Pada saat inpartu dengan kontraksi otot rahim dalam jarak pendek, secara keseluruhan fungsi
plasenta tidak terganggu oleh karena tekanan darah dan lamanya aliran darah retroplasenta
dikendalikan oleh arteriovenous shunt sebagai berikut :

1. Kontraksi otot rahim mungkin akan menutup sebagian vena desidua basalis, tetapi tidak
akan menutup seluruh arteria spiralis yang mempunyai dinding yang lebih tebal.
2. Dengan demikian aliran darah arteria akan tetap mengalir, dan waktu keberadaannya
disirkulasi retroplasenter akan lebih lama sehingga pertukaran nutrisi atau fungsi plasenta
lainnya tetap dapat berlangsung.
3. Dalam situasi kontraksi inilah sinus marginalis sangat berfungsi untuk menampung darah
sementara.

His inpartu sekitar 3-4 kali dalam 10 menit, sehingga masih terdapat peluang interval, terjadinya
aliran darah normal keluar dari sirkulasi retroplasenta.
Dalam kontraksi otot rahim yang sangat cepat sampai tetania uteri atau tali pusat terjepit, akan
terjadi asfiksia intrauteri yang dapat dibuktikan dengan perubahan dan gangguan detak jantung
janin.
Proses pematangan plasenta telah terjadi sejak kehamilan berumur 28 minggu, dan berlangsung
terus sampai hamil aterm dengan tanda sebagai berikut:

1. Terjadi penebalan membran


2. Terjadi timbunan fibrin dan kalsium, pada vili korialis dan sekitarnya sehingga dapat
menyebabkan obliterasi pembuluh darah.
3. Obliterasi pembuluh darah menimbulkan infark kecil dan besar karena kekurangan darah
dan akan menambah timbunan kalsium.

Pematangan plasenta menimbulkan gangguan fungsinya dan menurunnya pengeluaran hormonal


sehingga dapat dimulai timbulnya kontraksi Braxton Hick yang pada gilirannya menjadi
kontraksi untuk persalinan.
Fungsi plasenta
Fungsi plasenta dapat dijabarkan sebagai berikut:

1. Plasenta sebagai alat pertukaran nutrisi

Untuk dapat melaksanakan fungsi nutrisi, plasenta dapat melakukan dengan jalan:
a. Pertukaran zat pasif
1). Secara filtrasi
 Plasenta bertindak sebagai membran semi permeabel.
 Perbedaan tekanan hidrostatik dapat menimbulkan filtrasi zat yang larut dalam air, mengalir ke
tempat dengan tekanan yang lebih rendah.
2). Difusi
 Molekul kecil yang dapat melalui sifat membran semi permeabel plasenta.
 Arah aliran zat yang larut dalam air, tergantung dari konsentrasinya.
 Difusi akan lebih cepat aktif karena terdapat molekul pengangkut atau system saluran disebut
“system karier”.
3). Dengan diapedesis : khususnya untuk eritrosit.
b. Melalui fungsi transport aktif
1). Diatur oleh sistem enzim
 Dijumpai bahwa terdapat aliran kontinu beberapa zat yang sangat diperlukan janin untuk
tumbuh kembangnya walaupun konsentrasinya sudah cukup tinggi.
 Cara kerja enzim untuk tetap mengalirkan keperluannya dapat dipecah dulu pada vili korialis
dan selanjutnya disintesis kembali setelah dimasukkan kedalam darahnya.
 Untuk dapat melaksanakan tugas transportasi aktif ini diperlukan metabolisme tinggi dalam
plasenta.
 Bahan yang ditransportasi aktif dan dipecah dulu adalah:
- Protein menjadi asam amino
- Lemak menjadi asam lemak bebas
- Polisakarida menjadi monosakarida

2). Sistem pinositosis


 Pengambilan zat secara khusus dengan metode ameboid
 Zat yang masuk melalui pinositosis adalah protein dan antibodi.

2. Plasenta sebagai alat respirasi

Untuk terjadinya pertukaran gas CO2 dan O2 dalam plasenta, diperlukan aktivitas khusus
plasenta selain adanya perbedaan tekanan kedua gas. Dengan kemampuan pertukaran gas ini,
seolah-olah plasenta dapat ikut serta dalam keseimbangan asam basa antara darah ibu dan fetal
sehingga pHnya tetap terkendali.
Lebih lanjut, aktivitas terbatas plasenta ini dapat mempertahankan keseimbangan tekanan gas
pada ruang intervillous sehingga pertukaran gas ini berlangsung mantap.
Dikemukakan bahwa terdapat perbedaan PO2 sekitar 10 mmHg antara vena umbilikalis dan vena
uterina dan besar perbedaan yang sama antara vena umbilikalis dengan ruang intervillous.
Sekalipun diketahui bahwa CO2 larut dalam darah dan jaringan tetapi perbedaan tekanan PCO2
antara vena umbilikalis dan vena uterina hanya 3 mmHg.
Kecilnya perbedaan PO2 dan PCO2 antara arteria dan vena umbilikalis, dapat disebabkan
tingginya metabolisme yang terdapat pada plasenta. Selain itu terjadi ketidakmerataan pertukaran
gas di semua bagian plasenta.
Karbondioksida dalam darah dapat berbentuk larutan CO2 atau sebagai bikarbonat yang
berfungsi sebagai keseimbangan asam basa atau buffer. Oleh karena itu , aliran karbondioksida
dari janin kematernal, terjadi dalam bentuk molekul yang berlangsung secara difusi.
Disamping itu, terdapat perbedaan afinitas elektrolit fetal yang lebih tinggi terhadap O2 sehingga
dengan mudah dapat melepaskan CO2 ke dalam darah ibu. Sedangkan afinitas elektrolit dewasa
terjadi sebaliknya, yaitu dengan mudah melepaskan O2 dan mudah menarik CO2.

3. Plasenta sebagai alat seksresi

Setelah ginjal janin mulai berfungsi, sebagian hasil metabolisme akan dikeluarkan melalui ginjal.
Hasil metabolisme meliputi kreatinin, ureum, elektrolit, amoniak, dan sebagainya. Semua sisa
metabolisme tersebut akhirnya akan disalurkan sebagai air seni janin dan dijumpai pada air
ketuban.

4. Plasenta sebagai sawar

Plasenta merupakan pemisah yang sangat efektif terhadap tercampurnya darah janin dan
maternal sehingga disebut sebagai sistem “hemokoreoendothelial”. Sistem ini sangat penting
untuk perkawinan antar bangsa yang sebagian perempuannya mempunyai “rhesus negatif”
dengan pria yang mempunyai sistem rhesus positif. Sawar plasenta tidak begitu efektif karena
masih dapat ditembus oleh:
a. Virus dan berbagai bakteri
b. Obat-obatan
Kedua hal diatas dapat mempengaruhi tumbuh kembangnya janin dalam rahim, pada waktu
terjadi “organogenesis” yaitu pembentukan organ.

5. Plasenta sebagai sumber hormon kehamilan

Selama kehamilan seolah-olah plasenta dapat menggantikan fungsi hipofisis bahkan mungkin
hipotalamus dan memicu dikeluarkannya hormon gonadotropin sehingga semua metabolisme
tubuh dapat ditingkatkan untuk mendukung tumbuh kembangnya janin dalam rahim.
Plasenta bertindak sebagai master of gland during pregnancy sehingga fungsinya harus diketahui
dengan baik untuk dapat melakukan evaluasi terhadap perkembangan kehamilan yang sedang
berlangsung.
a. Human chorionic gonadotrophin
Human chorionic gonadotrophin telah dikeluarkan sejak hari ke7-9 setelah ovulasi atau saat
terbentuknya blastokis sehingga dapat mempertahankan korpus luteum graviarum sampai
plasenta terbentuk. Puncak dikeluarkannya hCG tercapai pada kehamilan umur 60 hari atau
minggu ke 10 dan selanjutnya makin menurun sampai kehamilan aterm.
Fungsi human chorionic gonadotrophin adalah:
 Saat permulaan kehamilan korpus luteum sampai plasenta tumbuh dengan lengkap
 hCG pada janin laki-laki masuk kesirkulasi darah janin sehingga merangsang pengeluaran
testosteron dari sel leydig.
 hCG merangsang dikeluarkannya relaksin dari desidua sehingga dapat menimbulkan relaksasi
otot rahim dan vasodilatasi pembuluh darah.
 Sifat rangsangan hCG dapat bertindak sebagai LH, TSH, dan FSH, tetapi tertekan karena
tingginya konsentrasi hormon steroid eperti estrogen dan progesterone.
b. Human placental lactogen
Sudah dapat dideteksi 5-10 hari setelah fertilisasi
Fungsinya adalah:
 Meningkatkan transportasi asam amino menuju janin
 Meningkatkan hidrolisis lemak menjadi asam lemak sehingga dapat dipergunakan dalam
metabolisme dan membentuk cadangan lemak baru.
 Merupakan antiinsulin maternal yang relative tinggi sehingga dapat menekan penggunaan
glukosa oleh ibu dan diarahkan menuju sumber energi janin.
 Dengan konsentrasi yang tinggi , pengeluaran FSH dan LH maternal dapat ditekan sehingga
tidak terjadi tumbuh kembang primer folikel dan menghalangi terjadinya ovulasi.
 Konsentrasi human prolactine inilah yang menyebabkan terjadinya pengeluaran ASI selama
kehamilan.
c. Somatomammotropin
Dibentuk di plasenta dengan fungsi yang dapat membantu human placenta lactogen sehingga
metabolisme karbohidrat dan lemak berlangsung lebih baik.
d. Pembentukan estrogen
Pembentukan estrogen diatur oleh empat komponen penting yaitu:
 Sumbernya adalah low density lipoprotein (LDL)
 Pengaturan dalam atau oleh hormon kelenjer hipofisis
 Pengaturan atau pembentukan intraplasenta
 Pengaturan atau pembentukan intra kelenjar adrenal janin.

AIR KETUBAN (cairan amnion)

Pengertian
Air ketuban, atau cairan amnion, adalah cairan yang terdapat dalam ruangan yang diliputi
selaput janin yang merupakan element penting dalam proses persalinan. Air ketuban ini dapat
dijadikan acuan dalam menetukan diagnose kesejahteraan janin.

Struktur cairan amnio


Volume air ketuban pada kehamilan cukup bulan kira-kira 1000-1500 cc. Air ketuban
berwarna putih keruh, berbau amis, dan berasa manis. Reaksinya agak alkalis atau netral, dengan
berat jenis1,008. Komposisinya terdiri atas 98% air, sisanya albumin, urea, asam urik, kreatinin,
sel-sel epitel, rambut lanugo, verniks caseosa, dan garam anorganik. Kadar protein kira-kira
2,6% g per liter, terutama albumin.
Dijumpainya lesitin dan sfingomielin dalam air ketuban amat berguna untuk mengetahui
apakah paru-paru janin sudah matang, sebab peningkatan kadar lesitin merupakan tanda bahwa
permukaan paru-paru (alveolus) diliputi oleh zat surfaktan. Ini merupakan syarat bagi paru-paru
untuk berkembang dan bernafas. Cara penilaiannya adalah dengan cara menghitung rasio L/S.
Bila persalinan berjalan lama atau ada gawat janin atau letak janin sungsang, maka akan kita
jumpai warna air ketuban yang keruh kehijauan, karena telah bercampur dengan mekoneum.

Kondisi normal Amnion


Seiring pertambahan usia kehamilan, aktivitas organ tubuh janin mempengaruhi
komposisi cairan ketuban. Jumlah air ketuban tidak terus sama dari minggu ke minggu
kehamilan. Jumlah itu pun akan bertambah atau berkurang sesuai perkembangan kehamilan. Saat
usia kehamilan 25-26 minggu, jumlahnya rata-rata 239 ml. Lalu meningkat jadi+ 984 ml pada
usia kehamilan 33-34 minggu dan turun jadi 836 ml saat janin siap lahir.
Cara Mengenali Air Ketuban
1. Dengan lakmus,
2. Makroskopis : bau amis, adanya lanugo, rambut, dan veniks caseosa, bercampur
mekoneum,
3. Mikroskopis : lanugo dan rambut,
4. Laboratorium : kadar urea (ureum) rendah dibanding dengan air kencing.

Fungsi cairan amnion


1. Fungsi cairan amnion Untuk proteksi janin,
2. Mencegah perlekatan janin dengan amnion,
3. Agar janin dapat bergerak dengan bebas,
4. Regulasi terhadap panas dan perubahan suhu,
5. Mungkin untuk menambah suplai cairan janin, dengan cara ditelan atau diminum, yang
kemudian dikeluarkan melalui kencing janin,
6. Meratakan tekanan intrauterin dan membersihkan jalan lahir bila ketuban pecah,
7. Peredaran air ketuban dengan darah ibu cukup lancar dan perputarannya cepat, kira-kira 350-500
cc.
Kelainan air ketuban

a. Polihidramion
Cairan ketuban paling banyak dihasilkan oleh proses urinasi atau produksi air seni
janin. Si jabang bayi minum air ketuban dalam jumlah yang seimbang dengan air seni yang
dihasilkannya. Volume air ketuban mestinya tidak persis sama dari waktu ke waktu. Volume ini
mengalami puncak di umur kehamilan sekitar 33 minggu, yakni sekitar 1-1,5 liter yang
berangsur berkurang mendekati kehamilan cukup bulan (40 minggu). Pada kasus hidramnion,
volume bisa mencapai 3-5 liter yang umumnya terjadi setelah umur kehamilan mencapai 22
minggu atau sekitar 5 bulan.
Polihidramion terjadi karena:
 Produksi air seni janin berlebihan.
 Ada kelainan pada janin yang menyebabkan cairan ketuban menumpuk, yaitu hidrosefalus,
atresia saluran cerna, kelainan ginjal dan saluran kencing kongenital.
 Ada sumbatan/penyempitan saluran cerna pada janin sehingga ia tak bisa menelan air ketuban.
Alhasil, volume air ketuban meningkat drastis.
 Kehamilan kembar, karena ada dua janin yang menghasilkan air seni.
 Ada proses infeksi.
 Ada hambatan pertumbuhan atau kecacatan yang menyangkut sistem saraf pusat sehingga fungsi
gerakan menelan mengalami kelumpuhan.
 Ibu hamil menderita diabetes yang tidak terkontrol.
 Inkompatibilitas/ketidakcocokan Rhesus.
Gejala
Gejala yg dirasakan ibu adalah: susah bernafas, berdebar2 dan bengkak pada kaki. Saat
diperiksa perut ibu tampak tegang dan mengkilat. Tinggi rahim melebihi usia kehamilan serta
bagian2 janin sulit diraba dari luar. Dapat dilakukan pemeriksaan penunjang seperti USG untuk
menilai AFI, jumlah bayi, letak bayi dan deteksi kelainan kongenital bayi.
Komplikasi
Kompliaksi yang bisa tejadi adalah: Pre-eklampsia, KPD, Persalinan kurang bulan,
perdarahan pra-persalinan.
Dampak
Cairan ketuban yang berlebih berdampak buruk. Ibu biasanya merasa kandungannya
cepat sekali membesar. Pada kasus hidramnion ekstrem, pembesaran perut biasanya begitu
berlebihan sehingga dinding perut menjadi sedemikian tipis. Bahkan pembuluh darah di bawah
kulit pun terlihat jelas. Lapisan kulit pecah, sehingga tampak guratan-guratan nyata pada
permukaan perut. Kalau diukur, pertambahan lingkaran perut terlihat begitu cepat. Begitu juga
tinggi rahim.
Cairan ketuban yang berlebih menyebabkan peregangan rahim, selain menekan
diafragma ibu. Itu semua akan memunculkan keluhan-keluhan serupa dengan kehamilan kembar,
di antaranya sesak napas/gangguan pernapasan yang berat, pertambahan berat badan berlebih dan
bengkak di sekujur tubuh. Keluhan-keluhan tersebut ujung-ujungnya akan memicu terjadinya
hipertensi dalam kehamilan yang mungkin harus diakhiri dengan persalinan prematur.
Disamping itu, letak janin umumnya jadi tidak normal. Dengan alat pemeriksa, suara
denyut jantung janin terdengar jauh karena letaknya jadi cukup jauh dari permukaan. USG bisa
mendapat diagnosis yang lebih pasti dengan cara mengukur ketinggian kantung air ketuban dan
indeks cairan amnion. Alat ini sekaligus dapat mengetahui apakah ada kelainan bawaan pada
janin dan gangguan pertumbuhan janin.
Peregangan atau tekanan yang begitu kuat pada dinding rahim dapat memicu terjadinya
kontraksi sebelum waktunya. Namun, dokter tentu akan mengupayakan agar tidak terjadi
persalinan prematur dengan cara memberikan obat “peredam” kontraksi.Cairan ketuban yang
berlebih juga bisa meningkatkan risiko komplikasi persalinan, yaitu perdarahan pascapersalinan.
hidramnion juga amat memungkinkan terjadinya komplikasi plasenta terlepas dari tempat
perlekatannya. Belum lagi risiko terjadinya kematian janin dalam kandungan.
Yang jelas, kemungkinan ibu menjalani bedah sesar jauh lebih tinggi dibanding
kehamilan biasa mengingat letak janin yang tidak normal dan menurunnya tingkat kesejahteraan
janin.

Cara mengatasi
Cara yang biasanya ditempuh adalah dengan menyedot atau mengeluarkan sebagian
cairan ketuban melalui sebuah jarum khusus yang dimasukkan dari permukaan perut yang
disebut dengan amniosentesis. Cairan tersebut akan diperiksa sel-sel kromosomnya untuk
ditelusuri apakah ada kelainan. Tindakan ini dapat dilakukan berulang kali sampai kehamilan
cukup bulan. Tindakan ini juga dapat digunakan untuk mengurangi rasa sesak si ibu yang kadang
tak tertahankan.

Kemungkinan persalinan
Operasi sesar juga tidak otomatis menjadi jalan terbaik bagi persalinan dengan kasus ini.
Prinsip utama dan dasar ilmu kedokteran secara universal yaitu “primum non nocere”, artinya
“pertama-pertama janganlah melukai”. Jadi, pada kasus hidramnion dimana kemungkinan
kecacatan janin tinggi, dokter kandungan akan berpikir dua kali sebelum memilih “melukai ibu”
untuk mendapat bayi yang “cacat” dengan kemungkinan hidup kecil. Para dokter akan
mengupayakan persalinan per vaginam walupun ibu bergelut dengan kasus hidramnion.
b. Oligohidramion
Cairan ketuban dikatakan kurang bila volumenya lebih sedikit dari 500 cc. Hal ini
diketahui dari hasil pemeriksaan USG. Istilah medisnya oligohidramnion. Ibu harus curiga jika
ada cairan yang keluar secara berlebih atau sedikit tetapi terus-menerus melalui vagina. Biasanya
berbau agak anyir, warnanya jernih, dan tidak kental. Sangat mungkin itu adalah cairan yang
keluar/merembes karena ketuban mengalami perobekan. Tanda lainnya adalah gerakan janin
menyebabkan perut ibu terasa nyeri.segera konsultasikan dengan dokter/bidan untuk memastikan
apakah itu cairan ketuban atau bukan. Salah satu kemungkinan penyebab terjadinya ketuban
pecah dini adalah infeksi vagina/jalan lahir. Dengan demikian untuk mencegah terjadinya
ketuban pecah dini, ibu harus berupaya menjaga kebersihannya agar tidak terkena infeksi
jalalahir.
Dampak
Kurangnya cairan ketuban tentu saja akan mengganggu kehidupan janin, bahkan dapat
mengakibatkan kondisi gawat janin. Seolah-olah janin tumbuh dalam “kamar sempit” yang
membuatnya tidak bisa bergerak bebas. Malah pada kasus ekstrem dimana sudah terbentuk
amniotic band (benang/serat amnion) bukan tidak mustahil terjadi kecacatan karena anggota
tubuh janin “terjepit” atau “terpotong” oleh amniotic band tersebut. Efek lainnya, janin
berkemungkinan memiliki cacat bawaan pada saluran kemih, pertumbuhannya terhambat,
bahkan meninggal sebelum dilahirkan. Sesaat setelah dilahirkan pun, sangat mungkin bayi
berisiko tak segera bernapas secara spontan dan teratur.
Bahaya lainnya akan terjadi bila ketuban lalu robek dan airnya merembes sebelum tiba
waktu bersalin. Kondisi ini amat berisiko menyebabkan terjadinya infeksi oleh kuman yang
berasal dari bawah. Pada kehamilan lewat bulan, kekurangan air ketuban juga sering terjadi
karena ukuran tubuh janin semakin besar.
Mengatasi
Sebenarnya air ketuban tidak akan habis selama kehamilan masih normal dan janin masih
hidup. Bahkan air ketuban akan tetap diproduksi, meskipun sudah pecah berhari-hari. Walau
sebagian berasal dari kencing janin, air ketuban berbeda dari air seni biasa, baunya sangat khas.
Ini yang menjadi petunjuk bagi wanita hamil untuk membedakan apakah yang keluar itu air
ketuban atau air seni.
Supaya volume cairan ketubankembali normal, dokter umumnya menganjurkan ibu hamil
untuk menjalani pola hidup sehat, terutama makan dengan asupan gizi berimbang. Pendapat
bahwa satu-satunya cara untuk memperbanyak cairan ketuban adalah dengan memperbanyak
porsi dan frekuensi minum adalah “salah kaprah”.
Kemungkinan persalinan
Tidak benar bahwa kurangnya air ketuban membuat janin tidak bisa lahir normal
sehingga mesti dioperasi sesar. Bagaimanapun, melahirkan dengan cara operasi sesar merupakan
pilihan terakhir pada kasus kekurangan air ketuban. Meskipun ketuban pecah sebelum waktunya,
tetap harus diusahakan persalinan per vaginam dengan cara induksi yang baik dan benar.

Manuaba, I.B.G, dkk. 2007. Pengantar Kuliah Obstetri. Jakarta. :Buku Kedokteran (EGC)
Sulistyawati, Ari. 2010. Asuhan Kebidanan pada Ibu Bersalin. Jakarta: Salemba Medika
http://konsulbid.blogspot.com/2012/04/v-behaviorurldefaultvmlo.html

Вам также может понравиться