Вы находитесь на странице: 1из 22

BAB I

PENDAHULUAN

Bronkhitis adalah inflamasi jalan pernafasan dengan penyempitan atau

hambatan jalan nafas di tandai peningkatan produksi sputum mukoid,

menyebabkan ketidak cocokan ventilasi- perfusi dan menyebabkan sianosis. 1

Infeksi pada bronkus yang berasal dari hidung dan tenggorokan di mana

bronkus merupakan suatu pipa sempit yang berawal pada trakhea, yang

menghubungkan saluran pernafasan atas, hidung, tenggorokan, dan sinus ke paru.

Gejala bronkhitis di awali dengan batuk pilek, akan tetapi infeksi ini telah

menyebar ke bronkus, sehingga menjadikan batuk akan bertambah parah dan

berubah sifatnya.1

Bronkhitis akut adalah serangan bronkhitis dengan perjalanan penyakit

yang singkat atau kurang berat, gejala-gejala termasuk demam,batuk dan pilek.

Serangan berulang mungkin menunjukkan bronkhitis kronis. Bronkhitis kronis

adalah suatu bentuk penyakit obstruksi paru kronik, pada keadaan ini terjadi iritasi

bronkhial dengan sekresi yang bertambah dan batuk produktif selama sedikitnya

tiga bulan atau bahkan dua tahun berturut-turut, biasanya keadaan ini disertai

emfisema paru. Berikut ini perbedaan antara bronkhus normal dengan bronkhus

yang meradang.1

1
Gambar 1:(Perbedaan bronchi dan bronchitis)1

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. DEFINISI BRONCHITIS

Bronkitis adalah suatu penyakit yang ditandai adanya dilatasi (ektasis)

bronkus lokal yang bersifat patologis dan berjalan kronik. Perubahan bronkus

tersebut disebabkan oleh perubahan-perubahan dalam dinding bronkus berupa

destruksi elemen-elemen elastis dan otot-otot polos bronkus.2

Paru – paru merupakan salah satu organ vital bagi kehidupan manusia

yang berfungsi pada sistem pernapasan manusia. Bertugas sebagai tempat

pertukaran oksigen yang dibutuhkan manusia dan mengeluarkan karbondiksida

yang merupakan hasil sisa proses pernapasan yang harus dikeluarkan dari tubuh,

sehingga kebutuhan tubuh akan oksigen terpenuhi. Udara sangat penting bagi

manusia, tidak menghirup oksigen selama beberapa menit dapat menyebabkan

kematian. Itulah peranan penting paru – paru. Cabang trakea yang berada dalam

paru – paru dinamakan bronkus, yang terdiri dari 2 yaitu bronkus kanan dan

bronkus kiri. Organ yang terletak di bawah tulang rusuk ini memang mempunyai

tugas yang berat, belum lagi semakin tercemarnya udara yang kita hirup serta

berbagai bibit penyakit yang berkeliaran di udara. Ini semua dapat menimbulkan

berbagai penyakit paru – paru. Salah satunya adalah penyakit yang terletak di

bronkus yang dinamakan bronchitis.11 Bronkitis (Bronkitis inflamasi-Inflamation

bronchi) digambarkan sebagai inflamasi dari pembuluh bronkus. Inflamasi

menyebabkan bengkak pada permukaannya, mempersempit pembuluh dan

menimbulkan sekresi dari cairan inflamasi.2

3
B. EPIDEMIOLOGI BRONCHITIS

Di Indonesia, belum ada angka morbiditas bronkitis kronis, kesuciali di

rumah sakit sentra pendidikan. Sebagai perbandingan, di amerika serikat (national

center for health statistics) diperkirakan sekitar 4% dari populasinya didiagnosa

bronkitis kronis. Angka inipun diduga masih dibawah angka morbiditas yang

sebenarnya karena bronkitis kronis yang tidak terdiagnosis.3

Dalam sebuah studi longitudinal 30 tahun dari 1.711 pria finlandia, kedian

kumulatif dari bronkitis adalah 42% pada perokok aktif 26% pada mantan

perokok, dan 22% di pernah perokok. Bronkitis kronik mempengaruhi sekitar 10

juta orang di amerika serikat, dan mayoritas adalah antara 44 dan 65 tahun.

Beberapa 24,3% dari individu dengan bronkitis kronik lebih tua dari 65 tahun, dan

yang mengejutkan 31.2% adalah antara usia 18 dan 44 tahun.Sebuah studi 10

tahun dari 21.30 danish pasien menunjukkan bahwa pravelensi kumulatif lendir

kronis sekresi adalah 10.7% pada wanita dibandingkan 8,7% pada pria. 3

C.ETIOLOGI BRONCHITIS

Secara umum penyebab bronkitis dibagi berdasarkan faktor lingkungan

dan faktor host/penderita. Penyebab bronkitis berdasarkan faktor lingkungan

meliputi polusi udara, merokok dan infeksi. Infeksi sendiri terbagi menjadi infeksi

bakteri (Staphylococcus, Pertusis, Tuberculosis, mikroplasma), infeksi virus

(RSV, Parainfluenza, Influenza, Adeno) dan infeksi fungi (monilia). Faktor polusi

udara meliputi polusi asap rokok atau uap/gas yang memicu terjadinya bronkitis.

Sedangkan faktor penderita meliputi usia, jenis kelamin, kondisi alergi dan

riwayat penyakit paru yang sudah ada.3

4
 Bronkitis infeksiosa

Brokitis infeksiosa disebabkan oleh infeksi bakteri atau virus,

terutama Mycoplasamapneumoniae dan Chlamydia. Serangan bronkitis

berulang bisa terjadi pada perokok dan penderita penyakit paru dan saluran

pernapasan menahun. Infeksi berulang bisa merupakan akibat dari :

.1. Sinusitis kronik

2. Bronkiektasis

.3. Alergi

4. Pembesaran amandel dan adenoid pada anak-anak4

 Bronkitis iritatif

Bronkitis iritatif adalah bronkitis yang disebabkan alergi terhadapsesuatu

yang dapat menyebabkan iritasi pada daerah bronkus. Bronkitis iritatif bisa

disebabkan oleh berbagai jenis debu, asap dari asam kuat, amonia, beberapa

pelarut organik klorin, hidrogen sulfida, sulfur dioksida, dan bromine, polusi

udara yang menyebabkan iritasi ozon dan nitrogen dioksida, tembakau dan rokok

lainnya. Faktor etiologi utama adalah zat polutan. 4

D. PATOGENESIS

hipertrofi dan hiperplasia kelenjar mukus bronkhus, dimana dapat

menyebabkan penyempitan pada saluran bronkhus, sehingga diameter

bronkhus ini menebal lebih dari 30-40% dari normal. Terdapat juga

peradangan difus, penambahan sel mononuklear di submukosa trakeo

5
bronkial, metaplasia epitel bronkhus dan silia berkurang. Perubahan yang

penting juga adalah perubahan pada saluran napas kecil yaitu sekresi sel

goblet, bukan saja bertambah dalam jumlahnya akan tetapi juga lebih

kental sehingga menghasilkan substansi yang mukopurulen, sel radang di

mukosa dan submokusa, edema, fibrosis penbrokial, penyumbatan mukus

intraluminal dan penambahan otot polos. Dua faktor utama yang

menyebabkan bronkhitis yaitu adanya zat-zat asing yang ada di dalam

saluran napas dan infeksi mikrobiologi.5

Pada bronkhitis terjadi penyempitan saluran pernapasan.

Penyempitan ini dapat menyebabkan obstruksi jalan napas dan

menimbulkan sesak. Pada penderita bronkhitis saat terjadi ekspirasi

maksimal, saluran pernapasan bagian bawah paru akan lebih cepat dan

lebih banyak yang tertutup. Hal ini akan mengakibatkan ventilasi dan

perfusi yang tidak seimbang, sehingga penyebaran udara pernapasan

maupun aliran darah ke alveoli tidak merata. Timbul hipoksia dan sesak

napas, lebih jauh lagi hipoksia alveoli menyebabkan vasokontriksi

pembuluh darah paru dan polisitemia. Terjadi hipertensi pulmonal yang

dalam jangka panjang dapat menimbulkan kor pulmonaL5.

E. GAMBARAN KLINIS

pada pasien bronkhitis tergantung pada luas dan beratnya penyakit,

lokasi kelainannya dan ada tidaknya komplikasi lanjut. Ciri khas pada

penyakit ini adalah adanya batuk disertai produksi sputum, adanya

haemaptoe dan pneumonia berulang. Tanda dan gejala klinis dapat

6
demikian hebat pada penyakit berat dan dapat tidak nyata atau tanpa gejala

pada penyakit yang ringan. Tanda dan gejala tersebut yaitu:6

a. Batuk produktif

Pada bronkhitis mempunyai ciri antara lain batuk produktif

berlangsung lama, jumlah sputum bervariasi, umumnya jumlahnya

banyak terutama pada pagi hari sesudah ada perubahan posisi tidur

atau bangun dari tidur. Kalau tidak ada infeksi sekunder sputumnya

mukoid, sedangkan apabila terjadi infeksi sputumnya purulen, dapat

memberikan bau yang tidak sedap.

b. Haemaptoe

Terjadi pada 50% kasus bronkhitis, kelainan ini terjadi akibat nekrosis

atau destruksi mukosa bronkhus mengenai pembuluh darah sehingga

pembuluh darah pecah dan timbul perdarahan. Perdarahan yang timbul

bervariasi mulai dari yang paling ringan sampai perdarahan cukup

banyak atau massif. Pada bronkhitis kering, haemaptoe justru tanda

satu-satunya karena bronkhitis jenis ini letaknya di lobus atas paru,

drainasenya baik, sputum tidak pernah menumpuk dan kurang

menimbulkan reflek batuk, pasien tanpa batuk atau batuknya minimal.

Pada tuberkolosis paru dan bronkhitis ini merupakan penyebab utama

komplikasi haemaptoe.

c. Sesak napas atau dispnea

Pada 50% kasus ditemukan sesak napas. Hal tersebut timbul dan

beratnya tergantung pada seberapa luas bronkhitis yang terjadi dan

seberapa jauh timbulnya kolap paru dan desturksi jaringan paru yang

7
terjadi akibat infeksi berulang (ISPA), biasanya menimbulkan fibrosis

paru dan emfisema. Kadang juga ditemukan suara mengi (wheezing),

akibat adanya obstruksi bronkhus. Mengi dapat lokal atau tersebar

tergantung pada distribusi kelainnya

d. Demam berulang

Bronkhitis merupakan penyakit yang berjalan kronis, sering

mengalami infeksi berulang pada bronkhus maupun paru, sehingga

sering timbul deman.6

F. Gambaran Radiologi

 Thorax

Terdapat sekitar 50% penderita bronchitis kronik memiliki gambaran

roentgen thoraks normal. Jika terdapat abnormalitas pada foto thoraks, biasanya

tanda yang ditemukan adalah akibat adanya emfisema, superimpos infeksi

ataupun kemungkinan terjadinya bronkiektasis.7

Gambaran radiologi yang mendukung adanya bronchitis kronik adalah

dengan ditemukannya gambaran “dirty chest”. Hal ini ditandai dengan terlihatnya

corakan bronkovaskular yang ramai. Gambaran opasitas yang kecil mungkin

akan terlihat pada semua tempat di seluruh lapangan paru namum penilaian

gambaran ini bersifat subjektif. Terdapat beberapa korelasi antara bronchitis

kronik dengan adanya edema perivascular dan peribronkial, inflamasi kronik dan

fibrosis. Jika gambaran ini terlihat jelas, dengan beberapa bayangan linear dan

8
opasitas nodular yang berat, maka gambarannya akan mirip dengan fibrosis

interstisial, limfangitis karsinoma, maupun bronkiektasis.7

Gambaran tramline maupun tubular shadow yang tipis lebih mengarah pada

bronkiektasis namun gambaran ini dapat dialami oleh penderita bronchitis kronik

Opasitas ini berhuubungan dengan hilus dan kejelasannya akan didemonstrasikan

dengan tomografi. Namun sekali lagi, penyakit ini hanya bersifat mengarahkan

dan bukan mejadi prosedur diagnostik.

- Gambaran Dirty chest. Karena terjadi infeksi berulang yang disertai

terbentuknya jaringan fibrotik pada bronkus dan percabangannya, maka

corakan bronkovaskular akan terlihat ramai dan konturnya irregular. Ini

merupakan tanda khas bronkitis kronik yang paling sering ditemukan

pada foto thoraks.

Gambar 2 Dirty chest yang menunjukkan adanya corakan bronkuvaskular

yang ramai hingga menuju percabangan perifer di paru.7

9
- Gambaran Tubular Shadow menunjukkan adanya bayangan garis-garis

yang paralel keluar dari hilus menuju basal paru dari corakan paru yang

bertambah

Gambar 3 Adanya gambaran tubular shadow pada bronkitis kronik7

1. Bronkitis akut

Radang akut bronkus berhubungan dengan infeksi saluran nafas bagian

atas. Penyakit ini biasanya tidak hebat dan tidak ditemukan komplikasi. Juga tidak

terdapat gambaran roentgen yang positif pada keadaan ini. Tetapi foto roentgen

berguna jika ada komplikasi pneumonitis pada penderita dengan infeksi akut

saluran nafas. Gejala biasanya hebat.

2. Bronkitis kronik

Penyakit bronkitis kronik tidak selalu memperlihatkan gambaran khas

pada foto thoraks. Acapkali berdasarkan pemeriksaan klinis dan laboratorik sudah

10
dapat ditegakkan diagnosisnya. Pada foto hanya tampak corakan yang ramai di

bagian basal paru. Gambaran radiogram bronkitis kronik hanya memperlihatkan

perubahan yang minimal dan biasanya tidak spesifik. Kadang-kadang tampak

corakan peribronkial yang bertambah di basis paru oleh penebalan dinding

bronkus dan peribronkus. Corakan yang ramai di basal paru ini dapat merupakan

variasi normal foto thoraks. Tidak ada kriteria yang pasti untuk menegakkan

diagnosis bronkitis kronik pada foto thoraks biasa. Penyakit ini disebabkan oleh

bermacam-macam etiologi, misalnya asma, infeksi, dan lain-lain7

Infeksi merupakan penyebab kedua tersering terjadinya bronkitis kronik.

Infeksi ini dapat spesifik maupun tidak spesifik. Penyakit bronkitis kronik dan

emfisema ternyata selalu berhubungan dengan bronkitis asma oleh adanya spasme

bronkus.

Cor pulmonale kronik umumnya disebabkan oleh penyumbatan emfisema

paru yang kronik dan sering ditemukan pada bronkitis asma kronik. Bronkitis

kronik secara radiologik dibagi dalam 3 golongan, yaitu: ringan, sedang, dan

berat. Pada golongan yang ringan ditemukan corakan paru yang ramai di bagian

basal paru. Pada golongan yang sedang, selain corakan paru yang ramai, juga

terdapat emfisema dan kadang-kadang disertai bronkiektasis di pericardial kanan

dan kiri, sedangkan golongan yang berat ditemukan hal-hal tersebut di atas dan

disertai cor pulmonale sebagai komplikasi bronkitis kronik.

11
 Ct-scan

- Gambaran tremline shadow appearance berupa garis paralel sejajar akibat

penebalan dinding bronkus dan dilatasi bronkus ringan akibat peradangan

bronkus

Gambar 4 Terlihat adanya tramline appearance7

- Penebalan dinding bronkus akibat bronkitis kronis berdasarkan gambaran

Computed Tomography (CT) scan juga terlihat pada panah merah dan

lendir di dalam bronkus pada panah kuning berikut:

Gambaran 5 CT-Scan Thoraks Bronkitis Kronik7

12
G. DIAGNOSIS BANDING

Beberapa penyakit yang perlu diingat atau dipertimbangkan kalau kita

berhadapan dengan pasien bronkitis 8

- Tuberkulosis paru ( penyakit ini dapat disertai kelainan anatomis paru

berupa bronkitis

Gambar 6 Tuberkulosis primer: Radiografi toraks (gambar kiri)

menunjukkan opasitas paru atas yang jelas (panah). CT menunjukkan

kekeruhan tambal sulam (panah) di bagian bawah di atas lobus kanan atas

dengan nodularitas pohon-di-tunas yang berdekatan.Dahak pasien tumbuh

Mycobacterium tuberculosis.8

 Tuberkulosis primer merupakan infeksi dari paparan pertama terhadap TB. TB

primer mungkin melibatkan parenkim paru, saluran udara, dan pleura. TB

primer sering menyebabkan adenopati.

 Sebanyak 15% pasien yang terinfeksi TB primer tidak mengalami perubahan

radiografi dan gambaran pencitraan tuberkulosis primer tidak spesifik.

13
 Keempat pencitraan manifestasi TB primer (yang ada, tidak ada, atau semua

mungkin ada) adalah konsolidasi yang tidak ditentukan, efusi pleura,

limfadenopati, dan penyakit miliaria. TB primer dapat terjadi di lobus

manapun, tetapi lokasi yang paling khas adalah lobus bawah atau lobus tengah

kanan. Sulit untuk membedakan antara TB primer dan pasca-primer, dan

dalam praktek klinis, pengobatan (terapi tuberkulosis) adalah sama.

 Temuan pencitraan klasik tidak selalu terlihat, tetapi mencakup:

Ghon Focus: Fokus awal infeksi parenkim, biasanya terletak di bagian atas

bawahlobus atau bagian bawah lobus atas. Rankecomplex: Ghon fokus dan

limfadenopati.

 Kavitasi jarang terjadi pada TB primer, berbeda dengan TB reaktivasi

Adenopati sering terjadi pada TB primer, biasanya menampilkan

rendahnya enua on dan peningkatan perifer, terutama pada anak-anak.

Sebaliknya, TB pasca-primer tidak menunjukkan adenopati yang

menonjol8

- Emfisema

Emfiema secara patologis didefinisikan sebagai pembesaran

permanen abnormal dari ruang udara distal ke terminal bronkiolus disertai

dengan penghancuran dinding alveolar dan tanpa fibrosis yang jelas.

Secara klinis, istilah emfisema digunakan secara bergantian dengan

penyakit paru obstruktif kronik, atau COPD.

Pada emfisema sedang hingga berat, temuan radiografi toraks

berupa paru-paru hiperlusen bilateral dengan volume besar, diafragma

14
pipih dengan sudut kostofrenik melebar, tulang vertebra horizontal, dan

mediastinum yang sempit. Posis lateral menunjukkan ruang retrosternal

meningkat dan sudut diafragma anterior yang datar. Selain itu, bula dan

distribusi pembuluh darah paru yang tidak teratur dapat ditemukan.

Gambar 7

A) Foto toraks posisi posteroanterior (PA) tidak menunjukkan kelainan

pembuluh darah paru, dengan ruang interkostal normal dan kubah

diafragma berada di ICS 6 anterior di kedua sisi. B) Pasien dengan

emfisema yang menunjukkan berkurangnya pembuluh darah paru yang

mengakibatkan paru-paru hiperlusen. Ruang interkostal sedikit membesar,

dan kubah diafragma datar dan berada di bawah costa 7.8

Namun berdasarkan kemiripan gambaran radiologi, bronkiektasis

dapat menjadi diagnosis banding dari bronkitis kronik ini. Gambaran khas

bronkiektasis yang berupa tramline shadow pada foto thoraks juga dapat

ditemukan pada bronkitis kronik8

15
Gambar 8:Terlihat gambaran foto CT-Scan dan thoraks

bronkiektasis. Gambaran tramline appearance tampak pada foto thoraks.8

H. PENCEGAHAN

1 Pencegahan primer

Pencegahan tingkat pertama merupakan upaya untuk mempertahankan

orang yang sehat agar tetap sehat atau mencegah orang yang sehat agar

tidak sakit, untuk mengurangi gangguan tersebut perlu diusahakan agar

batuk tidak bertambah parah.9

- Membatasi aktifitas/kegiatan yang memerlukan tenaga yang banyak

- . Tidak tidur di kamar yang ber AC dan menggunakan baju hangat kalau

bisa hingga sampe leher

- Hindari makanan yang merangsang batuk seperti: gorengan, minuman

dingin (es),

16
- Jaga kebersihan makanan dan biasakan cuci tangan sebelum makan

- Menciptakan lingkungan udara yang bebas polusi

2 Pencegahan sekunder

Pencegahan sekunder merupakan upaya untuk membantu orang yang telah

sakit agar sembuh, menghambat progresifitas penyakit, menghindarkan

komplikasi, dan mengurangi ketidakmampuan. Pencegahan ini dapat

dilakukan dengan:9

- Diagnosis

dari bronkitis dapat ditegakkan bila pada anamnesa pasien mempunyai

gejala batuk yang timbul tiba-tiba dengan atau tanpa sputum dan tanpa

adanya bukti pasien menderita pneumonia, common cold, asma akut dan

eksaserbasi akut. Pada pemeriksaan fisik pada stadium awal biasanya tidak

khas. Dapat ditemukan adanya demam, gejala rinitis sebagai manifestasi

pengiring, atau faring hiperemis. Sejalan dengan perkembangan serta

progresivitas batuk, pada auskultasi dapat terdengar ronki, wheezing,

ekspirium diperpanjang atau tanda obstruksi lainnya. Bila lendir banyak

dan tidak terlalu lengket akan terdengar ronki basah9

- Pemeriksaan fisik

Keadaan paru : ronki basah kasar yang tidak tetap (dapat hilang atau

pindah setelah batuk, wheezing dan krepitasi)9

17
I.PEMERIKSAAN LABORATORIUM

Pemeriksaan dahak dan rontgen dilakukan untuk membantu menegakkan

diagnosa dan untuk menyingkirkan diagnosa penyakit lain. Bila penyebabnya

bakteri, sputumnya akan seperti nanah. Untuk pasien anak yang diopname,

dilakukan dengan tes C-reactive protein, kultur pernapasan, kultur darah, kultur

sputum, dan tes serum aglutinin untuk membantu mengklasifikasikan penyebab

infeksi apakah dari bakteri atau virus. Jumlah leukositnya berada > 17.500 dan

pemeriksaan lainnya dilakukan dengan cara tes fungsi paru-paru dan gas darah

arteri9

J.PENGOBATAN

Pencegahan ini dimaksudkan untuk mengurangi ketidakmampuan penderita

bronkitis dengan terapi-terapi yang dapat membantu pernapasan. Pencegahan

tersier untuk penderita bronkitis dapat ditolong dengan terapi farmakologi dan

terapi non-farmakologi yaitu:9

1. Terapi farmakologi

- Bronkodilatori

Bronkodilator mempunyai aksi merelaksasi otot-otot polos pada saluran

pernapasan. Ada tiga jenis bronkodilator yaitu : Simpatomimetika,

metilsantin, dan antikolinergik.

- Beta-2 agonis (simptomimetika)

Obat-obat simpatomimetika merupakan obat yang mempunyai aksi

serupa dengan aktifitas simpatis. Sistem saraf simaptis memgang peranan

penting dalam menentukan ukuran diameter bronkus. Ujung saraf simpatis

18
yang menghasilkan norephinepherin, epinefrin dan isoproterenol disebut

adrenergik

Adrenergik memiliki dua reseptor yaitu alfa dan beta. Reseptor

beta terdiri beta 1 dan beta 2. Beta 1 adrenergik terdapat pada jantung, beta

2 adrenergik terdapat pada kelenjar dan otot halus bronkus. Adrenergik

menstimulasi reseptor beta 2 sehingga terjadi bronkodilatasi.9

- Metilxantin

Teofilin merupakan golongan metil santin yang banyak digunakan,

disamping kafein dan dyphylline. Kafein dan dyphylline kurang paten

dibandingkan dengan teofilin

Obat golongan ini menghambat produksi fosfodiesterase. Dengan

penghambatan ini penguraian cAMP menjadi AMP tidak terjadi sehingga

kadat cAMP seluler meningkat. Peningkatan ini menyebabkan

bronkodilatasi. Obat-obat metilsantin antara lain aminofilin dan teofilin.

2. Terapi non farmokologi

- Pasien harus berhenti merokok

- Kalau timbul kesulitan dalam pernapasan atau dadanya bagian tengah

sangat sesak, biarlah dai menghirup uap air tiga kali sehari.9

- Taruhlah kompres uap di atas dada pasien dua kali sehari, dan taruhlah

kompres lembab di atas dada sepanjang malam sambil menjaga tubuhnya

jangan sampai kedinginan.

- Rehabilitasi paru-paru secara komprehensif dengan olahraga dan latihan

pernapasan sesuai yang diajarkan tenaga medis.

- Istirahat yang cukup.

19
K. komplikasi

Komplikasi dari bronkhitis tidak terlalu besar, yaitu antara lain:

Bronkitis Akut yang tidak ditangani cenderung menjadi Bronkitis Kronik,

Pada orang yang sehat jarang terjadi komplikasi, tetapi pada anak dengan

gizi kurang dapat terjadi Othitis Media, Sinusitis dan Pneumonia,

Bronkitis Kronik menyebabkan mudah terserang infeksi, Bila sekret tetap

tinggal, dapat menyebabkan atelektasis atau Bronkietaksis.9

L.prognosis

Quo ad vitam

Pada kasus bronkhitis yang berat dan tidak diobati, prognosisnya jelek,

survivalnya tidak akan lebih dari 5-10 tahun. Kematian pasien karena

pneumonia, empisema, gagal jantung kanan, haemaptoe dan lainnya.

Que ad sanam

Pada pasien bronkhitis tergantung pada berat ringannya serta luasnya

penyakit waktu pasien berobat pertama kali. Bila tidak ada komplikasi,

prognosis brokhitis akut pada anak umumnya baik. Pada bronkhitis akut

yang berulang. Bila anak merokok (aktif dan pasif) maka dapat terjadi

kecenderungan untuk menjadi bronkhitis kronik kelak pada usia dewasa9

20
BAB III

KESIMPULAN

Bronkitis merupakan suatu penyakit yang sering terjadi dan merupakan

lima alasan teratas seseorang mencari pengobatan medis. Bronkitis terbagi atas

bronkitis akut dan bronkitis kronik. Gambaran radiologi yang khas pada bronkitis

akut jarang ditemukan sementara pada bronkitis kronik hanya memperlihatkan

perubahan yang minimal dan biasanya tidak spesifik. Namun pada beberapa

kasus tamapak adanya corakan bronkovaskular yang ramai sehingga terlihat

seperti dirty chest, adanya gambaran tubular shadow dan tramline appearance

yang berasal dari hilus paru. Penegakan diagnosis bronkitis dengan pemeriksaan

radiologi sudah cukup baik di dapatkan dari foto thoraks konvensional dan juga

CT- Scan.

21
DAFTAR PUSTAKA

1. Iskandar. 2010. Penyakit paru dan saluran, PT.Bhuana llmu Populer,

Jakarta.

2. Holman, RC. 2003, Risk factor for bronchiolitis-associated deaths among

infants in the United States. Pediart Infect Dis J 2003; 22:483-9

3. Wohl, Meb. 2006. Bronchiolitis.Dalam: Chernick V,Boat TF, WIlmott

RW,Bush A, penyuting. Kendig’s Disorder of Respiratory Tract in

Children.Edisi ke-7. Philadelphia: saunder;.h.423-32

4. . Djojodibroto, Darmanto. Respirologi (respirotory medicine). 1. Jakarta :

EGC,2009.

5. Walsh EE. Acute bronchitis. In: Mandell GL, Bennett JE, Dolin R,

6. Rasad, Sjahriar & Iwan Ekayuda. 2011. Radiologi Diagnostik. Jakarta:

FK-UI

7. Helms, CA & William EB. 2007. Fundamental Diagnostic of Radiology.

8. Ikawati, Zulies., 2008, Farmakoterapi Penyakit Sistem Pernafasan, Pustaka

Adipura, Yogyakarta

22

Вам также может понравиться