Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
T
DENGAN MASALAH ATRESIA ANI DI BANGSAL MELATI
RUMAH SAKIT UMUM
A. Defenisi
Menurut kamus kedokteran , Atresia berarti tidak adanya lubang pada tempat yang
seharusnya berlubang. Sehingga atresia ani berarti tidak terbentuknya lubang pada anus.
Dengan kata lain tidak adanya lubang di tempat yang seharusnya berlubang atau buntunya
saluran atau rongga tubuh, hal ini bisa terjadi karena bawaan sejak lahir atau terjadi
kemudian karena proses penyakit yang mengenai saluran itu. Atresia dapat terjadi pada
seluruh saluran tubuh, misalnya atresia ani. Jadi ATRESIA ANI adalah bentuk kelainan
bawaan dimana tidak adanya lubang dubur terutama pada bayi.
Klasifikasi:
1. Anomali bawah
Rektum mempunyai jalur desenden normal melalui otot puborektalis,terdapat spingter internal dan
eksternal yang berkembang baik dengan fungsi normal, dan tidak terdapat hubungan dengan
saluran genitourinari.
2. Anomali tinggi
Rektum berada pada atau di bawah tingkat otot puborektalis,lesung anal dan spingter eksternal
berada pada posisi yang normal .
3. Anatomi tinggi
Ujung rectum diatas otot puborektalis,dan spingter internal tdak ada .Hal ini biasanya berhubungan
dengan fistula genitourinarius rektouretral (pria)atau rektovaginalis (wanita)
B. Etiologi
1. Putusnya saluran pencernaan dari atas dengan daerah dubur sehingga bayi lahir tanpa
lubang dubur
2. Kegagalan pertumbuhan saat bayi dalam kandungan berusia 12 minggu/3 bulan
3. Adanya gangguan atau berhentinya perkembangan embriologik didaerah usus,rectum
bagian distal serta traktus urogenitalis,yang terjadi antra minggu keempat sampai keenam
usia kehamilan.
C. PATOFISIOLOGI
Terjadinya anus imperforata karena kelainan congenital dimana saat proses
perkembangan embrionik tidak lengkap pada proses perkembangan anus dan rectum.
Dalam perkembangan selanjutnya ujung ekor dari belakang berkembang jadi kloaka yang
juga akan berkembang jadi genitor urinary dan struktur anoretal.
Atresia ani ini terjadi karena tidak sempurnanya migrasi dan perkembangan kolon
antara 7-10 minggu selama perkembangan janin. Kegagalan tersebut terjadi karena
abnormalitas pada daerah uterus dan vagina, atau juga pada proses obstruksi. Anus
1
imperforate ini terjadi karena tidak adanya pembukaan usus besar yang keluar anus
sehingga menyebabkan feses tidak dapat dikeluarkan.
Manifestasi klinis diakibatkan adanya obstuksi dan adanya 'fistula. Obstuksi ini
mengakibatkan distensi abdomen, sekuestrasi cairan, muntah dengan segala akibatnya
Apabila urin mengalir melalui fistel menuju rektum, maka urin akan diabsorbsi sehingga
terjadi asidosis hiperchloremia, sebaliknya feses mengalir kearah traktus urinarius
menyebabkan infeksi berulang. Pada keadaan ini biasanya akan terbentuk fistula antara
rectum dengan organ sekitarnya. Pada wanita 90% dengan fistula ke vagina (rektovagina)
atau perineum (rektovestibuler). Pada laki- laki biasanya letak tinggi, umumnya fistula
menuju ke vesika urinaria atau ke prostate (rektovesika) pada letak rendah fistula menuju
ke urethra (rektourethralis).
D. Manifestasi klinis
1. Mekonium tidak keluar dalam 24 jam pertama setelah kelahiran
2. Tidak dapat dilakukan pengukuran suhu rectal pada bayi.
3. Mekonium keluar melalui sebuah fistula atau anus yang salah letaknya.
4. Distensi bertahap dan adanya tanda-tanda obstruksi usus (bila tidak ada fistula )
5. Bayi muntah-muntah pada umur 24-48 jam
6. Pada pemeriksaan rectal toucheé terdapat adanya membran anal
7. Perut kembung
E. Pemeriksaan penunjang
1. X-ray.ini menunjukkan adanya gas dalam usus
2. Pewarna rdiopak dimasukkan kedalam traktus urinaris,misalnya suatu sistrouretrogram
mikturasi akan memperlihatkan hubungan rektrourinarius dan kelainan urinarius
3. Pemeriksaan urin,perlu dilakukan untuk mengetahui apakah trdapat mekonium
F. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan atresiaa ani tergantung klasifikasinya . pada atresia ani letak tinggi
harus dilakukan kolostomi terlebih dahulu . pada beberapa waktu lalu penanganan atresia
ani menggunakan prosedur abdominoperineal pullthorough, tapi metode ini banyak
menimbulkan inkontinen feses dan prolaps mukosa usus yang lebih tinggi .
Pena dan defries (1982) memperkenalkan metode operasi dengan pendekatan
postero sagital anoreltoplasi (PSARP), yaitu dengan cara membelah muskulus sfingter
eksternus dan muskulus levator ani untuk memudahkan mobilisasi kantong rectum dan
pemotongan fistel.
Keberhasilan penatalaksanaan atresia ani dinilai dari fungsina secara jangka
panjang, meliputi anatomisnya, fungsi fisiologisnya, bentuk kosmetik serta antisipasi
trauma psikis. Untuk menangani secara tepat, harus ditentukan ketinggian akhiran rectum
yang dapat ditentukan dengan berbagai cara antara lain dengan pemeriksaan fisik,
radiologis, dan USG.
Dari berbagai klasifikasi, penatalaksanaannya berbeda tergantung pada letak
ketinggian akhiran rektum dan adanya tidaknya fistula. Leape (1987) menganjurkan :
2
1. Atresia ani letak tinggi dan intermediet dilakukan sigmoid kolostomi atau TCD dahulu,
setelah 6-12 bulan baru dikerjakan tindakan definitif(PSARP).
2. Atresia ani letak rendah dilakukan perineal anoplasti, dimana sebelumnya dilakukan tes
profokasi dengan stimulator otot untuk identifikasi batas otot sfingter ani ekternus.
3. Bila terdapat fistula dilakukan cut back incicion.
4. Pada stenosis ani cukup dilakukan dilatasi rutin, berbeda dengan Pena dimana
dikerjakan minimal PSARP tanpa kolostomi
G. Discharge Planning
1. Berikan Pujian saat melakukan perwatan dan jawab pertanyaan secara jujur apa yang
dibutuhkan keluarga.
2. Ajarkan mengenai tanda dan gejala infeksi ( demam, kemerahan diaerah luka, terasa panas).
3. Ajarkan bagaimana mengenai penangamanan pada dan melakukan dilatasi anal.
4. Beriakn intruksi secara tertulis dan verbal tentang alat-alat yang dibutuhkan untuk
perawatan dirumah.
5. Tekankan tetap mengadakan stimulasi baik untuk mensupport tumbuh kembang.
3
H. PATHWAYS
4
II. LANDASAN TEORI KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
1. Pengkajian Pada Anak
a. Kaji biodata pasien.
b. Tanpa mekonium dalam 24 jam setelah lahir.
c. Kaji adanya pasase mekonium.
Perhatikan bila mekonium tampak pada orifisium yang tidak tepat.
d. Kaji feses yang seperti korban pada bayi yang lebih besar atau anak kecil yang
mempunyai riwayat kesulitan defekasi atau distensi abdomen.
e. Kaji adanya tinja dalam urine dan vagina.
2. Pengkajian Pada Orang Tua
a. Kaji riwayat kehamilan
b. Kaji riwayat infeksi
c. Kaji psikososial keluarga
d. Kaji pengetahuan keluarga
3. Pemeriksaan Fisik
a. Periksa keadaan anus
Adanya malformasi anorektal tidak terbentuk anus.
b. Perikasa ada atau tidaknya pistula rektovaginal dan fistula rekburetra
Pada pengkajian kperawatan pasien dengan atresia ani akan ditemukan data-data sebagai
berikut :
1) Penyumbatan anus ( anus tidak normal ).
2) Adanya kembung dan muntah pada 24-28 jam setelah lahir.
3) Pada bayi laki-laki dengan fistula urinary didapatkan mekonium pada urine dan pada
bayi perempuan dengan fistula urogenital ditemukan mekonium dalam vagina.
4) Pada pemeriksaan fisik ( dengan memasukkan jari kelingking dengan memakai sarung
tangan atau juga dengan memasukkan thermometer sepanjang ± 2cm ) tidak ditemukan
anus secara normal.
5) Adanya berbagai bentuk seperti stinosis rectum yang lebih rendah atau juga pada anus.
6) Membrane anus yang menetap.
7) Adanya fistula antara rectum dan tractus urinaria.
8) Adanya fistula antara rectum, vagina atau perineum pada perampuan.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Pra bedah
1) Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan melalui rute
abnormal.
5
2) Kurang pengetahuan berhubungan dengan keterbatasan paparan.
b. Pasca bedah
1) Resiko infeksi berhubungan dengan trauma post op colostomy.
2) Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik.
3) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan
ketidakmampuan dalam mencerna makanan.
4) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan immobilisasi.
5) Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan adanya insisi pembedahan.
C. INTERVENSI
Menurut NIC ; 1996 dan NOC ; 1997
a. Pra bedah
1. Dx 1 : Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan melalui
rute abnormal.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proses
Keperawatan diharapkan kebutuhan cairan dan elektrolit
pasien adekuat.
NOC : Fluid Balance
Kriteria Hasil :
a. Mempertahankan urine output sesuai dengan usia dan BB, Bj urine normal HT normal
b. TD, nadi, suhu tubuh dalam batas normal
c. Tidak ada tanda, dehidrasi, alstisitas turgor kulit baik, membrane mukosa lembab, tidak
ada rasa haus yang berlebihan
Keterangan skala :
1 : Tidak pernah menunjukkan.
2 : Jarang menunjukkan
3 : Kadang menunjukkan
4 : Sering menunjukkan
5 : Selalu menunjukkan
NIC : Fluid Management
Intervensi :
a. Timbang popok / pembalut jika diperlukan
b. Pertahankan catatan intake dan output yang akurat
c. Monitor status hidrasi (kelembaban membran mukosa, nadi adekuat, tekanan darah
ortostatik)
d. Monitor TTV
e. Monitor masukan makanan / cairan dan hitung intake kalori harian
f. Kolaborasi pemberian cairan IV
g. Dorong keluarga untuk membantu pasien makan
h. Tawarkan snack / jus buah segar
6
2. Dx 2 : Kurang pengetahuan berhubunagn dengan keterbatasan paparan
Tujuan : Setelah dilakuakn tindakan keperawatan selama proses keperawatan diharapkan
pasien tidak mengalami tanda-tanda infeksi.
NOC : Knowledge : Disease Process
Kriteria Hasil :
a. Pasien dan keluarga mengatakan pemahaman tentang penyakit, kondisi, prognosis dan
program pengobatan
b. Pasien dan keluarga mampu melaksanakan prosedur yang dijelaskan secara benar.
c. Pasien dan keluarga mampu menjelaskan kembali apa yang dijelaskan perawat / tim
kesehatan lainnya.
Keterangan Skala :
1 : Tidak pernah dilakukan
2 : Jarang dilakukan
3 : Kadang dilakukan
4 : Sering dilakukan
5 : Selalu dilakukan
7
3 : Kadang dilakukan
4 : Sering dilakukan
5 : Selalu dilakukan
NIC : Infection Control
Intervensi :
a. Batasi pengunjung bila perlu.
b. Gunakan sabun antimikrobia untuk cuci tangan.
c. Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah tindakan keperawatan.
d. Gunakan baju, sarung tangan sebagai alat pelindung.
e. Tingkatkan intake nutrisi.
f. Berikan terapi antibiotic bila perlu.
2. Dx 2 : Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik
Tujuan : Setelah dilakuakn tindakan keperawatan selama proses keperawatan diharapkan
nyeri berkurang / hilang.
NOC : Pain Control
Kriteria Hasil :
a. Mengenal faktor penyebab
b. Mengenal serangan nyeri
c. Gunakan tindakan preventif
d. Gunakan tindakan pertolongan non analgetik
e. Gunakan analgetik yang tepat
Keterangan Skala :
1 : Tidak pernah dilakukan 4 : Sering dilakukan
2 : Jarang dilakukan 5 : Selalu dilakukan
3 : Kadang dilakukan
NIC : Pain Management
Intervensi :
a. Kaji secara komprehensif tentang nyeri meliputi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,
kualitas, intensitas nyeri dan faktor presipitasi.
b. Gunakan komunikasi terapeutik agar pasien dapat mengekspresikan.
c. Berikan dukungan terhadap pasien dan keluarga.
d. Berikan informasi tentang nyeri, seperti penyebab, berapa lama terjadi dan tindakan
pencegahan.
e. Ajarkan penggunaan teknik non farmakologi.
f. Berikan analgetik sesuai anjuran.
g. Tingkatkan tidur istirahat yang cukup.
h. Monitor kenyamanan pasien terhadap management nyeri.
i. Libatkan keluarga untuk mengurangi nyeri.
3. Dx 3 : Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan
ketidakmampuan dalam mencerna makanan
8
Tujuan : Setelah dilakuakn tindakan keperawatan selama proses keperawatan diharapkan
kebutuhan nutrisi terpenuhi.
NOC : Nutritional Status
Kriteria Hasil :
a. Adanya peningkatan berat badan sesuai dengan tujuan.
b. Berat badan ideal sesuai dengan tinggi badan.
c. Mampu mengidentifikasi kebutuhan nutrisi.
d. Tidak ada tanda-tanda malnutrisi.
Keterangan Skala :
1 : Tidak pernah menunjukkan. 4 : Sering menunjukkan
2 : Jarang menunjukkan 5 : Selalu menunjukkan
3 : Kadang menunjukkan
NIC : Nutrition Management
Intervensi :
a. Kaji adanya alergi makanan.
b. Anjurkan pasien untuk meningkat intake Fe.
c. Anjurkan pasien untuk meningkatkan intake protein.
d. Monitor jumlah nutrisi dan kandungan kalori.
e. Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi.
f. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang dibutuhkan
pasien.
4. Dx 4 : Intoleransi aktivitas berhubungan dengan immobilisasi.
Tujuan : Setelah dilakuakn tindakan keperawatan selama proses keperawatan diharapkan
tidak terjadi intoleransi aktivitas.
NOC : Activity Tolerance
Kriteria Hasil :
a. Berpartisipasi dalam aktivitas fisik tanpa disertai peningkatan TD,Nadi,RR.
b. Mampu melakukan aktivitas sehari-hari (ADLs) secara mandiri.
Keterangan Skala :
1 : Tidak dilakukan sama sekali. 4 : Sering dilakukan
2 : Jarang dilakukan 5 : Selalu dilakukan
3 : Kadang dilakukan
9
5. Dx 5 : Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan adanya insisi pembedahan.
Tujuan : Setelah dilakuakn tindakan keperawatan selama proses keperawatan diharapkan
integritas kulit kembali baik / normal.
NOC : Tissue Integrity : Skin and Mucous Membranes
Kriteria Hasil :
a. Integritas kulit yang baik bisa dipertahankan
b. Tidak ada luka / lesi pada kulit
c. Perfusi jaringan baik
d. Menunjukkan pemahaman dalam proses perbaikan kulit dan mencegah terjadinya cedera
berulang
e. Mampu melindungi kulit dan mempertahankan kelembaban kulit dan perawatan alami
Keterangan Skala :
1 : Tidak pernah menunjukkan.
2 : Jarang menunjukkan
3 : Kadang menunjukkan
4 : Sering menunjukkan
5 : Selalu menunjukkan
NIC : Pressure Management
Intervensi :
a. Anjurkan pasien untuk menggunakan pakaian yang longgar
b. Hindari kerutan pada tempat tidur
c. Jaga kebersihan kulit agar tetap bersih dan kering
d. Mobilisasi pasien setiap 2 jam sekali
e. Monitor kulit akan adanya kemerahan
f. Oleskan lotion / minyak / baby oil pada daerah yang tertekan
g. Mandikan pasien dengan sabun dan air hangat.
D. EVALUASI
1. Pra bedah
1. Dx 1
Kriteria Hasil :
a. Mempertahankan urine output sesuai dengan usia dan BB, Bj urine normal HT normal
( skala 5 )
b. TD, nadi, suhu tubuh dalam batas normal ( skala 5 )
c. Tidak ada tanda, dehidrasi, alstisitas turgor kulit baik, membrane mukosa lembab, tidak
ada rasa haus yang berlebihan ( skala 5 )
2. Dx 2
Kriteria Hasil :
a. Pasien dan keluarga mengatakan pemahaman tentang penyakit, kondisi, prognosis dan
10
program pengobatan ( skala 5 )
b. Pasien dan keluarga mampu melaksanakan prosedur yang dijelaskan secara benar ( skala
5)
c. Pasien dan keluarga mampu menjelaskan kembali apa yang dijelaskan perawat / tim
kesehatan lainnya ( skala 5 )
2. Pasca bedah
1. Dx 1
Kriteria Hasil :
a. Pasien bebas dari tanda dan gejala infeksi ( skala 5 )
b. Mendeskripsikan proses penularan penyakit, faktor yang mempengaruhi penularan serta
penatalaksanaannya ( skala 5 )
c. Menunjukkan kemampuan untuk mencegah timbulnya infeksi
( skala 5 )
d. Jumlah leukosit dalam batas normal ( skala 5 )
e. Menunjukkan perilaku hidup sehat ( skala 5 )
2. Dx 2
Kriteria Hasil :
a. Mengenal faktor penyebab ( skala 5 )
b. Mengenal serangan nyeri ( skala 5 )
c. Gunakan tindakan preventif ( skala 5 )
d. Gunakan tindakan pertolongan non analgetik ( skala 5 )
e. Gunakan analgetik yang tepat ( skala 5 )
3. Dx 3
Kriteria Hasil :
a. Adanya peningkatan berat badan sesuai dengan tujuan ( skala 5 )
b. Berat badan ideal sesuai dengan tinggi badan ( skala 5 )
c. Mampu mengidentifikasi kebutuhan nutrisi ( skala 5 )
d. Tidak ada tanda-tanda malnutrisi ( skala 5 )
4. Dx 4
Kriteria Hasil :
a. Integritas kulit yang baik bisa dipertahankan ( skala 5 )
b. Tidak ada luka / lesi pada kulit ( skala 5 )
c. Perfusi jaringan baik ( skala 5 )
d. Menunjukkan pemahaman dalam proses perbaikan kulit dan mencegah terjadinya cedera
berulang ( skala 5 )
e. Mampu melindungi kulit dan mempertahankan kelembaban kulit dan perawatan alami
( skala 5 )
11
ASUHAN KEPERAWATAN PADA An. T
DENGAN MASALAH ATRESIA ANI DI BANGSAL Melati
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH
A. PENGKAJIAN
Tanggal : 18-09-2010
Jam : 14.00 wit
Tempat : Bangasal Melati
1. BIODATA
a. Identitas Klien
Nama : An.T
Tempat,Tgl Lahir : ambon, 16-09-2010
Umur : 2 hari
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Passo
Agama : Islam
Suku Bangsa : Indonesia
Pendidikan :-
Pekerjaan :-
No. Reg : 108080
Tanggal Masuk RS : 18-09-2010 pkl: 09:00 wit
Tanggal Pengkajian : 18-09-2010 pkl 09:30 wit
Diagnosa Medis : Atresia ani
12
Jenis kelamin : Perempuan
Alamat :Passo
Agama : Islam
Suku Bangsa : Indonesia
Hubungan Dgn Klien : Ibu
2. RIWAYAT KESEHATAN
a. Keluhan Utama :
Distensi abdomen
b. Riwayat Kesehatan Sekarang :
Muntah, perut kembung dan membuncit, tidak bisa buang air besar,
meconium keluar dari vagina atau meconium terdapat dalam urin
c. Riwayat Kesehatan Dahulu :
Klien mengalami muntah-muntah setelah 24-48 jam pertama
kelahiran
d. Riwayat Kesehatan Keluarga :
Merupakan kelainan kongenital bukan kelainan/penyakit menurun
sehingga belum tentu dialami oleh angota keluarga yang lain
e. Riwayat Kesehatan Lingkungan :
Kebersihan lingkungan tidak mempengaruhi kejadian atresia ani
f. Genogram
13
Keterangan :
= Laki-laki meninggal = Perempuan
= Klien = Anak
14
c. Pola istirahat/tidur
Diperoleh dari keterangan sang ibu bayi atau kelurga yang lain
d. Pola nutrisi metabolik
Klien hanya minum ASI atau susu kaleng
e. Pola eliminasi
Klien tidak dapat buang air besar, dalam urin ada mekonium
f. Pola kognitif perseptual
Klien belum mampu berkomunikasi, berespon, dan berorientasi
dengan baik pada orang lain
g. Pola konsep diri
1) Identitas diri : belum bisa dikaji
2) Ideal diri : belum bisa dikaji
3) Gambaran diri : belum bisa dikaji
4) Peran diri : belum bisa dikaji
5) Harga diri : belum bisa dikaji
h. Pola seksual Reproduksi
Klien masih bayi dan belum menikah
i. Pola nilai dan kepercayaan
Belum bisa dikaji karena klien belum mengerti tentang kepercayaan
j. Pola peran hubungan
Belum bisa dikaji karena klien belum mampu berinteraksi dengan
orang lain secara mandiri
k. Pola koping
Belum bisa dikaji karena klien masih bayi dan belum mampu
berespon terhadap adanya suatu masalah
4. PEMERIKSAAN FISIK
a. Keadaan Umum
Klien lemah
b. Tanda-tanda vital
15
Nadi : 120 – 140 kali per menit
Tekanan darah :-
Suhu : 36,5ºC – 37,6ºC
Pernafasan : 30 – 40 kali per menit
BB : > 2500 gram
TB : normal
c. Data sistematik
1) Sistem kardiovaskuler
Tekanan darah normal
Denyut nadi normal (120 – 140 kali per menit )
2) Sistem respirasi dan pernafasan
Klien tidak mengalami gangguan pernapasan
3) Sistem gastrointestinal
Klien mengalami muntah-muntah, perut kembung dan
membuncit
4) Sistem musculosceletal
Klien tidak mengalami gangguan sistem muskuloskeletal
5) Sistem integumen
Klien tidak mengalami gangguan sistem integumen
6) Sistem perkemihan
Terdapat mekonium di dalam urin
16
KLASIFIKASI DATA
Data Subjektif:
Ibu pasien mengatakan:
Pasien rewel terus menerus
Perut pasien kembung dan membuncit
Pasien tidak bisa BAB
Pasien sedikit sesak akibat perut kembung
Pasien muntah
Data obyektif :
Pra pembedahan :
Klien tampak lemah
Klien tampak muntah-muntah
Perut klien tampak kembung
Sesak napas akibat distensi abdomen
Klien tampak menangis
Perut klien tampak membuncit
Pasien Tidak bisa BAB
Pasien Tidak ada anus terbuka
Terdapat mekonium dalam urin
Mekonium keluar dari vagina
Post Pembedahan :
Terpasang kolostomi
Terpasang infus
Luka jahitan post insisi
17
Analisa Data
No. Symptom Problem Etiologi
1 Ds : ibu pasein Ketidakseimbangan Pengurangan intake
mengatakan
nutrisi kurang dari
Pasien rewel terus
menerus kebutuhan tubuh
Pasien muntah
Perut pasien kembung
dan membuncit
Do:
Klien tampak lemah
Peru
t klien tampak
kembung
Klie
n tampak menangis
2 Ds : ibu pasein Ketidakefektifan pola Distensi abdomen
mengatakan
napas
Pasien muntah
Perut pasien kembung
dan membuncit
DO :
Tidak ada anus
terbuka
Klien tidak bisa
BAB
3 Ds : ibu pasein Resiko kurang volume Intake tidak adekuat
mengatakan
cairan
Pasien muntah
Perut pasien
kembung dan
membuncit
Pasien rewel terus
menerus
Do :
18
Klien muntah-
muntah
Klien lemah
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Pra bedah
1) Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan melalui
rute abnormal.
2) Kurang pengetahuan berhubungan dengan keterbatasan paparan.
b. Pasca bedah
1 Resiko infeksi berhubungan dengan trauma post op colostomy.
2 Ketidakefektifan pola napas b.d Distensi abdomen
3 Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik.
4 Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan
ketidakmampuan dalam mencerna makanan.
19
5 Intoleransi aktivitas berhubungan dengan immobilisasi.
6 Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan adanya insisi pembedahan.
PERIORITAS MASALAH
1. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan
ketidakmampuan dalam mencerna makanan.
2. Ketidakefektifan pola napas b.d Distensi abdomen
3. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan adanya insisi pembedahan.
4. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan
melalui rute abnormal.
5. Resiko infeksi berhubungan dengan trauma post op colostomy.
20
NCP
Nama : An.T Ruangan : Melati
Umur : 2 hari No. Register : 108080
2.
Setelah dilakukan Monitor
Ketidakefektifan pola tindakan keperawatan frekuensi, Untuk mengetahui
napas b.d Distensi selama 1x 24 jam ritme, pernapasan dalam
abdomen, yang diharapkan pola nafas kedalaman rentang normal
ditandai dengan : klien efektif dengan pernapasan Untuk mengetahui
kriteria hasil : Catat pengembangan paru
21
Ds : ibu pasein Respiratory status : pergerakan dan tingkat
mengatakan ventilation dada, kesulitan bernafas
Pasien sedikit - 040301 kecepatan kesimetrisan, Untuk mengetahui
sesak napas akibat respirasi dalam penggunaan pola napas klien
perut kembung batas normal otot tambahan Untuk mengetahui
Pasien muntah - 040302 irama nafas dan retraksi perkembangan pola
Perut pasien dalam batas normal otot intercostal napas klien
kembung dan - 040304 ekspansi Monitor Untuk mengetahui
membuncit dada simetris pernapasan kemampuan
DO : - 040309 tidak hidung pengembangan
Tidak ada anus menggunakan otot Monitor pola paru-paru klien
terbuka bantu pernapasan napas : adanya Untuk
Klien tidak bisa - 040316 tidak takipnea mempertahankan
BAB menunjukkan nafas Palpasi ekspansi pola nafas yang
pendek paru efektif
Untuk memberikan
Keterangan : Oxygen therapy : bantuan pernapasan
1 = tidak pernah Pertahankan Untuk mengontrol
menunjukkan jalan nafas yang kebutuhan oksigen
2 = jarang menunjukkan paten klien
3 = kadang Atur peralatan Untuk
menunjukkan oksigenasi mempertahankan
4 = sering menunjukkan Monitor aliran kepatenan jalan
5 = selalu menunjukkan oksigen nafas
Pertahankan Untuk mengetahui
posisi klien secara dini adanya
Observasi hipoventilasi
adanya tanda-
tanda
hipoventilasi
22
membuncit dalam batas normal kemerahan Untuk menjaga
DO : - 110103 elastisitas Oleskan keadekuatan nutrisi
Terpasang dalam batas normal lotion/baby oil guna penyembuhan
infus - 110104 hidrasi pada daerah luka
Terpasangnya dalam bats normal yang tertekan
kolostomi - 110105 pigmentasi Monitor status
dalam batas normal nutrisi klien
- 110111 perfusi
jaringan baik
Keterangan :
1 = tidak pernah
menunjukkan
2 = jarang menunjukkan
3 = kadang
menunjukkan
4 = sering menunjukkan
5 = selalumenunjukkan
23
5 = selalu menunjukkan cairan IV
24
NO IMPLEMENTASI EVALUASI / SOAPIER
1. Tanggal 19-09-2010
Pukul 08.00
4. MengKolaborasikan pemberian
cairan IV
Hasil : Untuk memberikan asupan nutrisi
pada bayi
25
Pukul 10.00
3. Memonitor pernapasan hidung
Hasil : Untuk mengetahui pola napas
klien
Pukul 10.30
4. Monitor pola napas : adanya
takipnea
Hasil : Untuk mengetahui perkembangan
pola napas klien
Pukul 11.00
5. Mempalpasi ekspansi paru
Hasil : Untuk mengetahui kemampuan
pengembangan paru-paru klien
Pukul 11.30
6. Mempertahankan jalan nafas yang
paten
Hasil : Untuk mempertahankan pola
nafas yang efektif
Pukul 12.00
7. Mengatur peralatan oksigenasi
Hasil : Untuk memberikan bantuan
pernapasan
Pukul 12.30
8. Memonitor aliran oksigen
Hasil : Untuk mengontrol kebutuhan
oksigen klien
Pukul 13.00
9. Mempertahankan posisi klien
Hasil : Untuk mempertahankan
kepatenan jalan nafas
Pukul 13.30
10. Mengobservasi adanya tanda-tanda
hipoventilasi
Hasil : Untuk mengetahui secara dini
adanya hipoventilasi
26
3. Pukul 14.00 Pukul 17.30 wit
1. Menghindari kerutan pada tempat S : ibu pasien mengatakan
tidur - Pasien tidak rewel
Hasil : Untuk mencegah perlukaan - Perut pasien tidak kembung dan
pada kulit membuncit
O:
Pukul 14.30 - Klien tidak rewel lagi
2. Menjaga kebersihan kulit agar tetap - Perut klien tidak kembung lagi
bersih dan kering - Adanya luka pembedahan insisi
Hasil : Untuk menjaga ketahanan
kulit A : Masalah sebagian teratasi
Pukul 15.30
4. Mengoleskan lotion/baby oil pada
daerah yang tertekan
Hasil : Untuk menjaga kelembaban
kulit
Pukul 16.00
5. Memonitor status nutrisi klien
Hasil : Untuk menjaga keadekuatan
nutrisi guna penyembuhan luka
27
3. Mempertahankan catatan intake dan A : Masalah sebagian teratasi
output yang akurat
Hasil : Untuk mengontrol status P : Intervensi 1-6 dilanjutkan
nutrisi klien
Pukul 18.00
4. Memonitor status hidrasi
(kelembaban membran mukosa, nadi
adekuat, takanan darah ortostatik)
jika
Hasil : Untuk mengetahui tanda-
tanda dehidrasi
Pukul 18.30
5. Memonitor status nutrisi
Hasil : Untuk mengetahui adanya
kekurangan cairan
Pukul 19.00
6. Kolaborasikan pemberian cairan IV
Hasil : Untuk mencukupi intake klien
Pukul 21.00
4. Mempertahankan teknik isolasi
Hasil : Untuk mengetahui kebersihan
luka dan tanda infeksi
28
Pukul 21.30
5. Menginspeksi kondisi luka/insisi
bedah
Hasil: Agar gejala infeksi dapat
segera teratasi;
Pukul 22.00
6. Mengjarkan keluarga klien tentang
tanda dan gejala infeksi
Hasil : Agar gejala infeksi dapat di
deteksi lebih dini
Pukul 22.30
7. Melaporkan kecurigaan infeksi
29