Вы находитесь на странице: 1из 29

ASUHAN KEPERAWATAN PADA An.

T
DENGAN MASALAH ATRESIA ANI DI BANGSAL MELATI
RUMAH SAKIT UMUM

I. LANDASAN TEORI MEDIS

A. Defenisi

Menurut kamus kedokteran , Atresia berarti tidak adanya lubang pada tempat yang
seharusnya berlubang. Sehingga atresia ani berarti tidak terbentuknya lubang pada anus.
Dengan kata lain tidak adanya lubang di tempat yang seharusnya berlubang atau buntunya
saluran atau rongga tubuh, hal ini bisa terjadi karena bawaan sejak lahir atau terjadi
kemudian karena proses penyakit yang mengenai saluran itu. Atresia dapat terjadi pada
seluruh saluran tubuh, misalnya atresia ani. Jadi ATRESIA ANI adalah bentuk kelainan
bawaan dimana tidak adanya lubang dubur terutama pada bayi.
Klasifikasi:
1. Anomali bawah
Rektum mempunyai jalur desenden normal melalui otot puborektalis,terdapat spingter internal dan
eksternal yang berkembang baik dengan fungsi normal, dan tidak terdapat hubungan dengan
saluran genitourinari.
2. Anomali tinggi
Rektum berada pada atau di bawah tingkat otot puborektalis,lesung anal dan spingter eksternal
berada pada posisi yang normal .
3. Anatomi tinggi
Ujung rectum diatas otot puborektalis,dan spingter internal tdak ada .Hal ini biasanya berhubungan
dengan fistula genitourinarius rektouretral (pria)atau rektovaginalis (wanita)

B. Etiologi

Atresia dapat disebabkan oleh beberapa factor,antra lain :

1. Putusnya saluran pencernaan dari atas dengan daerah dubur sehingga bayi lahir tanpa
lubang dubur
2. Kegagalan pertumbuhan saat bayi dalam kandungan berusia 12 minggu/3 bulan
3. Adanya gangguan atau berhentinya perkembangan embriologik didaerah usus,rectum
bagian distal serta traktus urogenitalis,yang terjadi antra minggu keempat sampai keenam
usia kehamilan.

C. PATOFISIOLOGI
Terjadinya anus imperforata karena kelainan congenital dimana saat proses
perkembangan embrionik tidak lengkap pada proses perkembangan anus dan rectum.
Dalam perkembangan selanjutnya ujung ekor dari belakang berkembang jadi kloaka yang
juga akan berkembang jadi genitor urinary dan struktur anoretal.
Atresia ani ini terjadi karena tidak sempurnanya migrasi dan perkembangan kolon
antara 7-10 minggu selama perkembangan janin. Kegagalan tersebut terjadi karena
abnormalitas pada daerah uterus dan vagina, atau juga pada proses obstruksi. Anus

1
imperforate ini terjadi karena tidak adanya pembukaan usus besar yang keluar anus
sehingga menyebabkan feses tidak dapat dikeluarkan.
Manifestasi klinis diakibatkan adanya obstuksi dan adanya 'fistula. Obstuksi ini
mengakibatkan distensi abdomen, sekuestrasi cairan, muntah dengan segala akibatnya
Apabila urin mengalir melalui fistel menuju rektum, maka urin akan diabsorbsi sehingga
terjadi asidosis hiperchloremia, sebaliknya feses mengalir kearah traktus urinarius
menyebabkan infeksi berulang. Pada keadaan ini biasanya akan terbentuk fistula antara
rectum dengan organ sekitarnya. Pada wanita 90% dengan fistula ke vagina (rektovagina)
atau perineum (rektovestibuler). Pada laki- laki biasanya letak tinggi, umumnya fistula
menuju ke vesika urinaria atau ke prostate (rektovesika) pada letak rendah fistula menuju
ke urethra (rektourethralis).

D. Manifestasi klinis
1. Mekonium tidak keluar dalam 24 jam pertama setelah kelahiran
2. Tidak dapat dilakukan pengukuran suhu rectal pada bayi.
3. Mekonium keluar melalui sebuah fistula atau anus yang salah letaknya.
4. Distensi bertahap dan adanya tanda-tanda obstruksi usus (bila tidak ada fistula )
5. Bayi muntah-muntah pada umur 24-48 jam
6. Pada pemeriksaan rectal toucheé terdapat adanya membran anal
7. Perut kembung

E. Pemeriksaan penunjang
1. X-ray.ini menunjukkan adanya gas dalam usus
2. Pewarna rdiopak dimasukkan kedalam traktus urinaris,misalnya suatu sistrouretrogram
mikturasi akan memperlihatkan hubungan rektrourinarius dan kelainan urinarius
3. Pemeriksaan urin,perlu dilakukan untuk mengetahui apakah trdapat mekonium

F. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan atresiaa ani tergantung klasifikasinya . pada atresia ani letak tinggi
harus dilakukan kolostomi terlebih dahulu . pada beberapa waktu lalu penanganan atresia
ani menggunakan prosedur abdominoperineal pullthorough, tapi metode ini banyak
menimbulkan inkontinen feses dan prolaps mukosa usus yang lebih tinggi .
Pena dan defries (1982) memperkenalkan metode operasi dengan pendekatan
postero sagital anoreltoplasi (PSARP), yaitu dengan cara membelah muskulus sfingter
eksternus dan muskulus levator ani untuk memudahkan mobilisasi kantong rectum dan
pemotongan fistel.
Keberhasilan penatalaksanaan atresia ani dinilai dari fungsina secara jangka
panjang, meliputi anatomisnya, fungsi fisiologisnya, bentuk kosmetik serta antisipasi
trauma psikis. Untuk menangani secara tepat, harus ditentukan ketinggian akhiran rectum
yang dapat ditentukan dengan berbagai cara antara lain dengan pemeriksaan fisik,
radiologis, dan USG.
Dari berbagai klasifikasi, penatalaksanaannya berbeda tergantung pada letak
ketinggian akhiran rektum dan adanya tidaknya fistula. Leape (1987) menganjurkan :

2
1. Atresia ani letak tinggi dan intermediet dilakukan sigmoid kolostomi atau TCD dahulu,
setelah 6-12 bulan baru dikerjakan tindakan definitif(PSARP).
2. Atresia ani letak rendah dilakukan perineal anoplasti, dimana sebelumnya dilakukan tes
profokasi dengan stimulator otot untuk identifikasi batas otot sfingter ani ekternus.
3. Bila terdapat fistula dilakukan cut back incicion.
4. Pada stenosis ani cukup dilakukan dilatasi rutin, berbeda dengan Pena dimana
dikerjakan minimal PSARP tanpa kolostomi

G. Discharge Planning
1. Berikan Pujian saat melakukan perwatan dan jawab pertanyaan secara jujur apa yang
dibutuhkan keluarga.
2. Ajarkan mengenai tanda dan gejala infeksi ( demam, kemerahan diaerah luka, terasa panas).
3. Ajarkan bagaimana mengenai penangamanan pada dan melakukan dilatasi anal.
4. Beriakn intruksi secara tertulis dan verbal tentang alat-alat yang dibutuhkan untuk
perawatan dirumah.
5. Tekankan tetap mengadakan stimulasi baik untuk mensupport tumbuh kembang.

3
H. PATHWAYS

4
II. LANDASAN TEORI KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN
1. Pengkajian Pada Anak
a. Kaji biodata pasien.
b. Tanpa mekonium dalam 24 jam setelah lahir.
c. Kaji adanya pasase mekonium.
Perhatikan bila mekonium tampak pada orifisium yang tidak tepat.
d. Kaji feses yang seperti korban pada bayi yang lebih besar atau anak kecil yang
mempunyai riwayat kesulitan defekasi atau distensi abdomen.
e. Kaji adanya tinja dalam urine dan vagina.
2. Pengkajian Pada Orang Tua
a. Kaji riwayat kehamilan
b. Kaji riwayat infeksi
c. Kaji psikososial keluarga
d. Kaji pengetahuan keluarga
3. Pemeriksaan Fisik
a. Periksa keadaan anus
Adanya malformasi anorektal tidak terbentuk anus.
b. Perikasa ada atau tidaknya pistula rektovaginal dan fistula rekburetra
Pada pengkajian kperawatan pasien dengan atresia ani akan ditemukan data-data sebagai
berikut :
1) Penyumbatan anus ( anus tidak normal ).
2) Adanya kembung dan muntah pada 24-28 jam setelah lahir.
3) Pada bayi laki-laki dengan fistula urinary didapatkan mekonium pada urine dan pada
bayi perempuan dengan fistula urogenital ditemukan mekonium dalam vagina.
4) Pada pemeriksaan fisik ( dengan memasukkan jari kelingking dengan memakai sarung
tangan atau juga dengan memasukkan thermometer sepanjang ± 2cm ) tidak ditemukan
anus secara normal.
5) Adanya berbagai bentuk seperti stinosis rectum yang lebih rendah atau juga pada anus.
6) Membrane anus yang menetap.
7) Adanya fistula antara rectum dan tractus urinaria.
8) Adanya fistula antara rectum, vagina atau perineum pada perampuan.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Pra bedah
1) Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan melalui rute
abnormal.

5
2) Kurang pengetahuan berhubungan dengan keterbatasan paparan.
b. Pasca bedah
1) Resiko infeksi berhubungan dengan trauma post op colostomy.
2) Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik.
3) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan
ketidakmampuan dalam mencerna makanan.
4) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan immobilisasi.
5) Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan adanya insisi pembedahan.

C. INTERVENSI
Menurut NIC ; 1996 dan NOC ; 1997
a. Pra bedah
1. Dx 1 : Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan melalui
rute abnormal.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proses
Keperawatan diharapkan kebutuhan cairan dan elektrolit
pasien adekuat.
NOC : Fluid Balance
Kriteria Hasil :
a. Mempertahankan urine output sesuai dengan usia dan BB, Bj urine normal HT normal
b. TD, nadi, suhu tubuh dalam batas normal
c. Tidak ada tanda, dehidrasi, alstisitas turgor kulit baik, membrane mukosa lembab, tidak
ada rasa haus yang berlebihan
Keterangan skala :
1 : Tidak pernah menunjukkan.
2 : Jarang menunjukkan
3 : Kadang menunjukkan
4 : Sering menunjukkan
5 : Selalu menunjukkan
NIC : Fluid Management
Intervensi :
a. Timbang popok / pembalut jika diperlukan
b. Pertahankan catatan intake dan output yang akurat
c. Monitor status hidrasi (kelembaban membran mukosa, nadi adekuat, tekanan darah
ortostatik)
d. Monitor TTV
e. Monitor masukan makanan / cairan dan hitung intake kalori harian
f. Kolaborasi pemberian cairan IV
g. Dorong keluarga untuk membantu pasien makan
h. Tawarkan snack / jus buah segar

6
2. Dx 2 : Kurang pengetahuan berhubunagn dengan keterbatasan paparan
Tujuan : Setelah dilakuakn tindakan keperawatan selama proses keperawatan diharapkan
pasien tidak mengalami tanda-tanda infeksi.
NOC : Knowledge : Disease Process
Kriteria Hasil :
a. Pasien dan keluarga mengatakan pemahaman tentang penyakit, kondisi, prognosis dan
program pengobatan
b. Pasien dan keluarga mampu melaksanakan prosedur yang dijelaskan secara benar.
c. Pasien dan keluarga mampu menjelaskan kembali apa yang dijelaskan perawat / tim
kesehatan lainnya.
Keterangan Skala :
1 : Tidak pernah dilakukan
2 : Jarang dilakukan
3 : Kadang dilakukan
4 : Sering dilakukan
5 : Selalu dilakukan

NIC : Teaching : Disease Process


Intervensi :
a. Jelaskan patofisiolagi dari penyakit.
b. Gambarkan tanda dan gejala yang biasa muncul pada penyakit dengan cara yang benar.
c. Gambarkan proses penyakit dengan cara yang tepat..
d. Sediakan informasi pada pasien tentang kondisi dengan cara yang tepat.
e. Diskusikan perubahan gaya hidup yang mungkin diperlukan untuk mencegah komplikasi
dimasa yang akan datang dan proses pengontrolan penyakit.
c. Pasca bedah
1. Dx 1 : Resiko infeksi berhubungan dengan trauma post op colostomy.
Tujuan : Setelah dilakuakn tindakan keperawatan selama proses keperawatan diharapkan
pasien tidak mengalami tanda-tanda infeksi.
NOC : Knowledge : Infection Control
Kriteria Hasil :
a. Pasien bebas dari tanda dan gejala infeksi.
b. Mendeskripsikan proses penularan penyakit, factor yang mempengaruhi penularan serta
penatalaksanaannya.
c. Menunjukkan kemampuan untuk mencegah timbulnya infeksi.
d. Jumlah leukosit dalam batas normal.
e. Menunjukkan perilaku hidup sehat.
Keterangan Skala :
1 : Tidak pernah dilakukan
2 : Jarang dilakukan

7
3 : Kadang dilakukan
4 : Sering dilakukan
5 : Selalu dilakukan
NIC : Infection Control
Intervensi :
a. Batasi pengunjung bila perlu.
b. Gunakan sabun antimikrobia untuk cuci tangan.
c. Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah tindakan keperawatan.
d. Gunakan baju, sarung tangan sebagai alat pelindung.
e. Tingkatkan intake nutrisi.
f. Berikan terapi antibiotic bila perlu.
2. Dx 2 : Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik
Tujuan : Setelah dilakuakn tindakan keperawatan selama proses keperawatan diharapkan
nyeri berkurang / hilang.
NOC : Pain Control
Kriteria Hasil :
a. Mengenal faktor penyebab
b. Mengenal serangan nyeri
c. Gunakan tindakan preventif
d. Gunakan tindakan pertolongan non analgetik
e. Gunakan analgetik yang tepat
Keterangan Skala :
1 : Tidak pernah dilakukan 4 : Sering dilakukan
2 : Jarang dilakukan 5 : Selalu dilakukan
3 : Kadang dilakukan
NIC : Pain Management
Intervensi :
a. Kaji secara komprehensif tentang nyeri meliputi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,
kualitas, intensitas nyeri dan faktor presipitasi.
b. Gunakan komunikasi terapeutik agar pasien dapat mengekspresikan.
c. Berikan dukungan terhadap pasien dan keluarga.
d. Berikan informasi tentang nyeri, seperti penyebab, berapa lama terjadi dan tindakan
pencegahan.
e. Ajarkan penggunaan teknik non farmakologi.
f. Berikan analgetik sesuai anjuran.
g. Tingkatkan tidur istirahat yang cukup.
h. Monitor kenyamanan pasien terhadap management nyeri.
i. Libatkan keluarga untuk mengurangi nyeri.
3. Dx 3 : Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan
ketidakmampuan dalam mencerna makanan

8
Tujuan : Setelah dilakuakn tindakan keperawatan selama proses keperawatan diharapkan
kebutuhan nutrisi terpenuhi.
NOC : Nutritional Status
Kriteria Hasil :
a. Adanya peningkatan berat badan sesuai dengan tujuan.
b. Berat badan ideal sesuai dengan tinggi badan.
c. Mampu mengidentifikasi kebutuhan nutrisi.
d. Tidak ada tanda-tanda malnutrisi.
Keterangan Skala :
1 : Tidak pernah menunjukkan. 4 : Sering menunjukkan
2 : Jarang menunjukkan 5 : Selalu menunjukkan
3 : Kadang menunjukkan
NIC : Nutrition Management
Intervensi :
a. Kaji adanya alergi makanan.
b. Anjurkan pasien untuk meningkat intake Fe.
c. Anjurkan pasien untuk meningkatkan intake protein.
d. Monitor jumlah nutrisi dan kandungan kalori.
e. Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi.
f. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang dibutuhkan
pasien.
4. Dx 4 : Intoleransi aktivitas berhubungan dengan immobilisasi.
Tujuan : Setelah dilakuakn tindakan keperawatan selama proses keperawatan diharapkan
tidak terjadi intoleransi aktivitas.
NOC : Activity Tolerance
Kriteria Hasil :
a. Berpartisipasi dalam aktivitas fisik tanpa disertai peningkatan TD,Nadi,RR.
b. Mampu melakukan aktivitas sehari-hari (ADLs) secara mandiri.
Keterangan Skala :
1 : Tidak dilakukan sama sekali. 4 : Sering dilakukan
2 : Jarang dilakukan 5 : Selalu dilakukan
3 : Kadang dilakukan

NIC : Activity Theraphy


Intervensi :
a. Kolaborasi dengan tenaga rehabilitas medik dalam merencanakan program terapi yang
tepat.
b. Bantu klien untuk mengidentifikasi aktivitas yang dapat dilakukan.
c. Bantu pasien/keluarga untuk mengidentifikasi kekurangan dalam beraktivitas.
d. Bantu klien membuat jadwal latihan di waktu luang.

9
5. Dx 5 : Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan adanya insisi pembedahan.
Tujuan : Setelah dilakuakn tindakan keperawatan selama proses keperawatan diharapkan
integritas kulit kembali baik / normal.
NOC : Tissue Integrity : Skin and Mucous Membranes
Kriteria Hasil :
a. Integritas kulit yang baik bisa dipertahankan
b. Tidak ada luka / lesi pada kulit
c. Perfusi jaringan baik
d. Menunjukkan pemahaman dalam proses perbaikan kulit dan mencegah terjadinya cedera
berulang
e. Mampu melindungi kulit dan mempertahankan kelembaban kulit dan perawatan alami
Keterangan Skala :
1 : Tidak pernah menunjukkan.
2 : Jarang menunjukkan
3 : Kadang menunjukkan
4 : Sering menunjukkan
5 : Selalu menunjukkan
NIC : Pressure Management
Intervensi :
a. Anjurkan pasien untuk menggunakan pakaian yang longgar
b. Hindari kerutan pada tempat tidur
c. Jaga kebersihan kulit agar tetap bersih dan kering
d. Mobilisasi pasien setiap 2 jam sekali
e. Monitor kulit akan adanya kemerahan
f. Oleskan lotion / minyak / baby oil pada daerah yang tertekan
g. Mandikan pasien dengan sabun dan air hangat.

D. EVALUASI
1. Pra bedah
1. Dx 1
Kriteria Hasil :
a. Mempertahankan urine output sesuai dengan usia dan BB, Bj urine normal HT normal
( skala 5 )
b. TD, nadi, suhu tubuh dalam batas normal ( skala 5 )
c. Tidak ada tanda, dehidrasi, alstisitas turgor kulit baik, membrane mukosa lembab, tidak
ada rasa haus yang berlebihan ( skala 5 )

2. Dx 2
Kriteria Hasil :
a. Pasien dan keluarga mengatakan pemahaman tentang penyakit, kondisi, prognosis dan

10
program pengobatan ( skala 5 )
b. Pasien dan keluarga mampu melaksanakan prosedur yang dijelaskan secara benar ( skala
5)
c. Pasien dan keluarga mampu menjelaskan kembali apa yang dijelaskan perawat / tim
kesehatan lainnya ( skala 5 )
2. Pasca bedah
1. Dx 1
Kriteria Hasil :
a. Pasien bebas dari tanda dan gejala infeksi ( skala 5 )
b. Mendeskripsikan proses penularan penyakit, faktor yang mempengaruhi penularan serta
penatalaksanaannya ( skala 5 )
c. Menunjukkan kemampuan untuk mencegah timbulnya infeksi
( skala 5 )
d. Jumlah leukosit dalam batas normal ( skala 5 )
e. Menunjukkan perilaku hidup sehat ( skala 5 )
2. Dx 2
Kriteria Hasil :
a. Mengenal faktor penyebab ( skala 5 )
b. Mengenal serangan nyeri ( skala 5 )
c. Gunakan tindakan preventif ( skala 5 )
d. Gunakan tindakan pertolongan non analgetik ( skala 5 )
e. Gunakan analgetik yang tepat ( skala 5 )
3. Dx 3
Kriteria Hasil :
a. Adanya peningkatan berat badan sesuai dengan tujuan ( skala 5 )
b. Berat badan ideal sesuai dengan tinggi badan ( skala 5 )
c. Mampu mengidentifikasi kebutuhan nutrisi ( skala 5 )
d. Tidak ada tanda-tanda malnutrisi ( skala 5 )
4. Dx 4
Kriteria Hasil :
a. Integritas kulit yang baik bisa dipertahankan ( skala 5 )
b. Tidak ada luka / lesi pada kulit ( skala 5 )
c. Perfusi jaringan baik ( skala 5 )
d. Menunjukkan pemahaman dalam proses perbaikan kulit dan mencegah terjadinya cedera
berulang ( skala 5 )
e. Mampu melindungi kulit dan mempertahankan kelembaban kulit dan perawatan alami
( skala 5 )

11
ASUHAN KEPERAWATAN PADA An. T
DENGAN MASALAH ATRESIA ANI DI BANGSAL Melati
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH

A. PENGKAJIAN
Tanggal : 18-09-2010
Jam : 14.00 wit
Tempat : Bangasal Melati

1. BIODATA
a. Identitas Klien
Nama : An.T
Tempat,Tgl Lahir : ambon, 16-09-2010
Umur : 2 hari
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Passo
Agama : Islam
Suku Bangsa : Indonesia
Pendidikan :-
Pekerjaan :-
No. Reg : 108080
Tanggal Masuk RS : 18-09-2010 pkl: 09:00 wit
Tanggal Pengkajian : 18-09-2010 pkl 09:30 wit
Diagnosa Medis : Atresia ani

b. Identitas Penanggung Jawab


Nama : Ny. A
Tempat,Tgl Lahir : Ambon, 20-08-1984
Umur : 24

12
Jenis kelamin : Perempuan
Alamat :Passo
Agama : Islam
Suku Bangsa : Indonesia
Hubungan Dgn Klien : Ibu

2. RIWAYAT KESEHATAN
a. Keluhan Utama :
Distensi abdomen
b. Riwayat Kesehatan Sekarang :
Muntah, perut kembung dan membuncit, tidak bisa buang air besar,
meconium keluar dari vagina atau meconium terdapat dalam urin
c. Riwayat Kesehatan Dahulu :
Klien mengalami muntah-muntah setelah 24-48 jam pertama
kelahiran
d. Riwayat Kesehatan Keluarga :
Merupakan kelainan kongenital bukan kelainan/penyakit menurun
sehingga belum tentu dialami oleh angota keluarga yang lain
e. Riwayat Kesehatan Lingkungan :
Kebersihan lingkungan tidak mempengaruhi kejadian atresia ani
f. Genogram

13
Keterangan :
= Laki-laki meninggal = Perempuan

= Perempuan meninggal = Menikah

= Laki-laki = Tinggal serumah

= Klien = Anak

3. POLA FUNGSI KESEHATAN


a. Pola persepsi terhadap kesehatan
Klien belum bisa mengungkapkan secara verbal/bahasa tentang apa
yang dirasakan dan apa yang diinginkan
b. Pola aktifitas kesehatan/latihan
Pasien belum bisa melakukan aktifitas apapun secara mandiri karena
masih bayi
AKTIFITAS 0 1 2 3 4
Mandi 
Berpakaian 
Eliminasi 
Mobilitas ditempat tidur 
Pindah 
Ambulansi 
Makan . 
Keterangan :
0 : Mandiri
1 : Dengan menggunakan alat bantu
2 : Dengan menggunakan bantuan dari orang lain
3 : Dengan bantuan orang lain dan alat bantu
4 : Tergantung total, tidak berpartisipasi dalam beraktifitas

14
c. Pola istirahat/tidur
Diperoleh dari keterangan sang ibu bayi atau kelurga yang lain
d. Pola nutrisi metabolik
Klien hanya minum ASI atau susu kaleng
e. Pola eliminasi
Klien tidak dapat buang air besar, dalam urin ada mekonium
f. Pola kognitif perseptual
Klien belum mampu berkomunikasi, berespon, dan berorientasi
dengan baik pada orang lain
g. Pola konsep diri
1) Identitas diri : belum bisa dikaji
2) Ideal diri : belum bisa dikaji
3) Gambaran diri : belum bisa dikaji
4) Peran diri : belum bisa dikaji
5) Harga diri : belum bisa dikaji
h. Pola seksual Reproduksi
Klien masih bayi dan belum menikah
i. Pola nilai dan kepercayaan
Belum bisa dikaji karena klien belum mengerti tentang kepercayaan
j. Pola peran hubungan
Belum bisa dikaji karena klien belum mampu berinteraksi dengan
orang lain secara mandiri
k. Pola koping
Belum bisa dikaji karena klien masih bayi dan belum mampu
berespon terhadap adanya suatu masalah
4. PEMERIKSAAN FISIK
a. Keadaan Umum
Klien lemah
b. Tanda-tanda vital

15
 Nadi : 120 – 140 kali per menit
 Tekanan darah :-
 Suhu : 36,5ºC – 37,6ºC
 Pernafasan : 30 – 40 kali per menit
 BB : > 2500 gram
 TB : normal
c. Data sistematik
1) Sistem kardiovaskuler
Tekanan darah normal
Denyut nadi normal (120 – 140 kali per menit )
2) Sistem respirasi dan pernafasan
Klien tidak mengalami gangguan pernapasan
3) Sistem gastrointestinal
Klien mengalami muntah-muntah, perut kembung dan
membuncit
4) Sistem musculosceletal
Klien tidak mengalami gangguan sistem muskuloskeletal
5) Sistem integumen
Klien tidak mengalami gangguan sistem integumen
6) Sistem perkemihan
Terdapat mekonium di dalam urin

16
KLASIFIKASI DATA
Data Subjektif:
Ibu pasien mengatakan:
 Pasien rewel terus menerus
 Perut pasien kembung dan membuncit
 Pasien tidak bisa BAB
 Pasien sedikit sesak akibat perut kembung
 Pasien muntah

Data obyektif :
Pra pembedahan :
 Klien tampak lemah
 Klien tampak muntah-muntah
 Perut klien tampak kembung
 Sesak napas akibat distensi abdomen
 Klien tampak menangis
 Perut klien tampak membuncit
 Pasien Tidak bisa BAB
 Pasien Tidak ada anus terbuka
 Terdapat mekonium dalam urin
 Mekonium keluar dari vagina
Post Pembedahan :
 Terpasang kolostomi
 Terpasang infus
 Luka jahitan post insisi

17
Analisa Data
No. Symptom Problem Etiologi
1 Ds : ibu pasein Ketidakseimbangan Pengurangan intake
mengatakan
nutrisi kurang dari
 Pasien rewel terus
menerus kebutuhan tubuh
 Pasien muntah
 Perut pasien kembung
dan membuncit
Do:
 Klien tampak lemah
 Peru
t klien tampak
kembung
 Klie
n tampak menangis
2 Ds : ibu pasein Ketidakefektifan pola Distensi abdomen
mengatakan
napas
 Pasien muntah
 Perut pasien kembung
dan membuncit
DO :
 Tidak ada anus
terbuka
 Klien tidak bisa
BAB
3 Ds : ibu pasein Resiko kurang volume Intake tidak adekuat
mengatakan
cairan
 Pasien muntah
 Perut pasien
kembung dan
membuncit
 Pasien rewel terus
menerus
Do :

18
 Klien muntah-
muntah
 Klien lemah

4 Ds : ibu pasein Resiko infeksi Proses pembedahan


mengatakan
 Perut pasien
kembung dan
membuncit
 Pasien tidak bisa BAB
DO :
 Terpasang
kolostomi
 Terdapat luka
jahitan post insisi
 Terpasang infus
5 Ds : ibu pasein Kerusakan integritas Adanya kolostomi
mengatakan kulit
 Pasien rewel terus
menerus
DO :
 Terpasang infus
 Terpasangnya
kolostomi

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Pra bedah
1) Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan melalui
rute abnormal.
2) Kurang pengetahuan berhubungan dengan keterbatasan paparan.
b. Pasca bedah
1 Resiko infeksi berhubungan dengan trauma post op colostomy.
2 Ketidakefektifan pola napas b.d Distensi abdomen
3 Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik.
4 Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan
ketidakmampuan dalam mencerna makanan.

19
5 Intoleransi aktivitas berhubungan dengan immobilisasi.
6 Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan adanya insisi pembedahan.

PERIORITAS MASALAH
1. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan
ketidakmampuan dalam mencerna makanan.
2. Ketidakefektifan pola napas b.d Distensi abdomen
3. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan adanya insisi pembedahan.
4. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan
melalui rute abnormal.
5. Resiko infeksi berhubungan dengan trauma post op colostomy.

20
NCP
Nama : An.T Ruangan : Melati
Umur : 2 hari No. Register : 108080

No. Diagnosa Tujuan(NOC) Intervensi (NIC) Rasional


keperawatan
1. Ketidakseimbangan Setelah dilakukan Management  Untuk
nutrisi kurang dari tindakan keperawatan cairan : mengetahui
kebutuhan b.d selama1x 24 jam  Monitor vital banyaknya cairan
ketidakmampuan diharapkan kebutuhan sign yang keluar
dalam mencerna nutrisi klien terpenuhi  Monitor berat  Untuk mengetahui
makanan, yang dengan kriteria hasil : badan sebelum keadaan umum bayi
ditandai dengan : Nutritional status : dan setelah  Untuk mengetahui
Ds : ibu pasein food and fluid intake dialysis keluarnya cairan
mengatakan  100804 intake  Monitor status setelah dialisis
 Pasien rewel terus cairan nutrisi  Untuk memberikan
menerus  100805 intake  Kolaborasikan asupan nutrisi pada
 Pasien muntah nutrisi parenteral pemberian bayi
 Perut pasien cairan IV  Untuk mengetahui
kembung dan Keterangan : status nutrisi bayi
membuncit 1 = tidak adekuat  Untuk memberikan
Do: 2 = sedikit adekuat asupan nutrisi pada
 Klien tampak 3 = cukup adekuat bayi
lemah 4 = adekuat
 P 5 = sangat adekuat
erut klien tampak
kembung
Klien tampak
menangis

2.
Setelah dilakukan  Monitor
Ketidakefektifan pola tindakan keperawatan frekuensi,  Untuk mengetahui
napas b.d Distensi selama 1x 24 jam ritme, pernapasan dalam
abdomen, yang diharapkan pola nafas kedalaman rentang normal
ditandai dengan : klien efektif dengan pernapasan  Untuk mengetahui
kriteria hasil :  Catat pengembangan paru

21
Ds : ibu pasein Respiratory status : pergerakan dan tingkat
mengatakan ventilation dada, kesulitan bernafas
 Pasien sedikit - 040301 kecepatan kesimetrisan,  Untuk mengetahui
sesak napas akibat respirasi dalam penggunaan pola napas klien
perut kembung batas normal otot tambahan  Untuk mengetahui
 Pasien muntah - 040302 irama nafas dan retraksi perkembangan pola
 Perut pasien dalam batas normal otot intercostal napas klien
kembung dan - 040304 ekspansi  Monitor  Untuk mengetahui
membuncit dada simetris pernapasan kemampuan
DO : - 040309 tidak hidung pengembangan
 Tidak ada anus menggunakan otot  Monitor pola paru-paru klien
terbuka bantu pernapasan napas : adanya  Untuk
 Klien tidak bisa - 040316 tidak takipnea mempertahankan
BAB menunjukkan nafas  Palpasi ekspansi pola nafas yang
pendek paru efektif
 Untuk memberikan
Keterangan : Oxygen therapy : bantuan pernapasan
1 = tidak pernah  Pertahankan  Untuk mengontrol
menunjukkan jalan nafas yang kebutuhan oksigen
2 = jarang menunjukkan paten klien
3 = kadang  Atur peralatan  Untuk
menunjukkan oksigenasi mempertahankan
4 = sering menunjukkan  Monitor aliran kepatenan jalan
5 = selalu menunjukkan oksigen nafas
 Pertahankan  Untuk mengetahui
posisi klien secara dini adanya
 Observasi hipoventilasi
adanya tanda-
tanda
hipoventilasi

Setelah dilakukan Pressure


3.
Kerusakan integritas tindakan keperawatan management :  Untuk mencegah
kulit b.d adanya insisi selama 1x 24 jam  Hindari kerutan perlukaan pada kulit
pembedahan, yang diharapkan integritas pada tempat  Untuk menjaga
ditandai dengan : kulit dapat dikontrol tidur ketahanan kulit
Ds : ibu pasein dengan kriteria hasil :  Jaga kebersihan  Untuk mengetahui
mengatakan Tissue integrity : kulit agar tetap adanya tanda
 Pasien rewel terus - 110101 temperatur bersih dan kerusakan jaringan
menerus jaringan dalam batas kering kulit
 Perut pasien normal  Monitor kulit  Untuk menjaga
kembung dan - 110102 sensasi akan adanya kelembaban kulit

22
membuncit dalam batas normal kemerahan  Untuk menjaga
DO : - 110103 elastisitas  Oleskan keadekuatan nutrisi
 Terpasang dalam batas normal lotion/baby oil guna penyembuhan
infus - 110104 hidrasi pada daerah luka
 Terpasangnya dalam bats normal yang tertekan
kolostomi - 110105 pigmentasi  Monitor status
dalam batas normal nutrisi klien
- 110111 perfusi
jaringan baik
Keterangan :
1 = tidak pernah
menunjukkan
2 = jarang menunjukkan
3 = kadang
menunjukkan
4 = sering menunjukkan
5 = selalumenunjukkan

4. Setelah dilakukan Fluid management  Untuk mengetahui


tindakan keperawatan : output
Resiko kekurangan selama 1x 24 jam  Timbang  Untuk mengetahui
volume cairan b.d diharapkan kebutuhan popok/pembalu keadaan umum
kehilangan cairan cairan klien terpenuhi t jika klien
melalui rute dengan kriteria hasil : diperlukan  Untuk mengontrol
abnormal, yang Fluid balanced :  Monitor vital status nutrisi klien
ditandai dengan : - 060109 berat badan sign  Untuk mengetahui
Ds : ibu pasein stabil  Pertahankan tanda-tanda
mengatakan - 060113 mata tidak catatan intake dehidrasi
 Pasien muntah cekung dan output yang  Untuk mengetahui
 Perut pasien - 060115 tidak akurat adanya kekurangan
kembung dan menunjukkan  Monitor status cairan
membuncit kehausan abnormal hidrasi  Untuk mencukupi
 Pasien rewel - 060117 membran (kelembaban intake klien
terus menerus mukosa lembab membran
Do : mukosa, nadi
 Klien muntah- Keterangan : adekuat,
muntah 1 = tidak pernah takanan darah
 Klien lemah menunjukkan ortostatik) jika
2 = jarang menunjukkan  Monitor status
3 = kadang nutrisi
menunjukkan  Kolaborasikan
4 = sering menunjukkan pemberian

23
5 = selalu menunjukkan cairan IV

5. Setelah dilakukan Infection  Untuk mengetahui


tindakan keperawatan protection : tanda infeksi lebih
Resiko infeksi b. d selama 1x 24 jam  Monitor tanda dini
trauma post op diharapkan klien bebas dan gejala  Untuk menghindari
colostomy,yang dari tanda-tanda infeksi infeksi sistemik kontaminasi dari
ditandai dengan : dengan kriteria hasil : dan lokal pengunjung
Ds : ibu pasein Risk detection :  Batasi  Untuk mencegah
mengatakan - 190801 klien bebas pengunjung penyebab infeksi
 Perut pasien dari tanda dan gejala  Pertahankan  Untuk mengetahui
kembung dan infeksi teknik cairan kebersihan luka dan
membuncit asepsis pada tanda infeksi
 Pasien tidak bisa Keterangan : klien yang  Agar gejala infeksi
BAB 1 = tidak pernah beresiko dapat di deteksi
DO : menunjukkan  Pertahankan lebih dini
 Terpasang 2 = jarang menunjukkan teknik isolasi  Agar gejala infeksi
kolostomi 3 = kadang  Inspeksi kondisi dapat segera
 Terdapat luka menunjukkan luka/insisi teratasi
jahitan post 4 = sering menunjukkan bedah
insisi 5 = selalu menunjukkan  Ajarkan
 Terpasang keluarga klien
infus tentang tanda
dan gejala
infeksi
 Laporkan
kecurigaan
infeksi

24
NO IMPLEMENTASI EVALUASI / SOAPIER
1. Tanggal 19-09-2010

Pukul 06.30 wit Pukul 09.30 wit


1. Memonitor vital sign S : ibu Pasien mengatakan
Hasil: Untuk mengetahui keadaan umum - Anaknya tidak rewel
bayi - Muntah berkurang
- Perut pasien tidak kembung lagi
Pukul 07.00 wit
2. Memonitor berat badan sebelum dan O : Klien tidak lemah
setelah dialysis - Perut klien tidak kembung
Hasil : Untuk mengetahui keluarnya - Klien tidak rewel/menagis lagi
cairan setelah dialisis

Pukul 07.30 wit A : Masalah sebagian teratasi


3. Memonitor status nutrisi
Hasil : Untuk mengetahui status nutrisi P : Intervensi 1-4 dilanjutkan
bayi

Pukul 08.00
4. MengKolaborasikan pemberian
cairan IV
Hasil : Untuk memberikan asupan nutrisi
pada bayi

2. Pukul 16.00 wit


Pukul 09.00
S : ibu pasien mengatakan
1. Memonitor frekuensi, ritme,
- Sesak napas hilang
kedalaman pernapasan
- Muntah berkurang
Hasil: Untuk mengetahui pernapasan
- Perut pasien tidak kembung dan
dalam rentang normal
membuncit
O:
Pukul 09.30
- Perut klien tidak kembung lagi
2. Mencatat pergerakan dada, - Bernapas normal
kesimetrisan, penggunaan otot
tambahan dan retraksi otot A : Masalah sebagian teratasi
intercostal
Hasil : Untuk mengetahui pengembangan P : Intervensi 1-10 dilanjutkan
paru dan tingkat

25
Pukul 10.00
3. Memonitor pernapasan hidung
Hasil : Untuk mengetahui pola napas
klien

Pukul 10.30
4. Monitor pola napas : adanya
takipnea
Hasil : Untuk mengetahui perkembangan
pola napas klien

Pukul 11.00
5. Mempalpasi ekspansi paru
Hasil : Untuk mengetahui kemampuan
pengembangan paru-paru klien

Pukul 11.30
6. Mempertahankan jalan nafas yang
paten
Hasil : Untuk mempertahankan pola
nafas yang efektif

Pukul 12.00
7. Mengatur peralatan oksigenasi
Hasil : Untuk memberikan bantuan
pernapasan

Pukul 12.30
8. Memonitor aliran oksigen
Hasil : Untuk mengontrol kebutuhan
oksigen klien

Pukul 13.00
9. Mempertahankan posisi klien
Hasil : Untuk mempertahankan
kepatenan jalan nafas

Pukul 13.30
10. Mengobservasi adanya tanda-tanda
hipoventilasi
Hasil : Untuk mengetahui secara dini
adanya hipoventilasi

26
3. Pukul 14.00 Pukul 17.30 wit
1. Menghindari kerutan pada tempat S : ibu pasien mengatakan
tidur - Pasien tidak rewel
Hasil : Untuk mencegah perlukaan - Perut pasien tidak kembung dan
pada kulit membuncit
O:
Pukul 14.30 - Klien tidak rewel lagi
2. Menjaga kebersihan kulit agar tetap - Perut klien tidak kembung lagi
bersih dan kering - Adanya luka pembedahan insisi
Hasil : Untuk menjaga ketahanan
kulit A : Masalah sebagian teratasi

Pukul 15.00 P : Intervensi 1-5 dilanjutkan


3. Memonitor kulit akan adanya
kemerahan
Hasil: Untuk mengetahui adanya
tanda kerusakan jaringan kulit

Pukul 15.30
4. Mengoleskan lotion/baby oil pada
daerah yang tertekan
Hasil : Untuk menjaga kelembaban
kulit

Pukul 16.00
5. Memonitor status nutrisi klien
Hasil : Untuk menjaga keadekuatan
nutrisi guna penyembuhan luka

Pukul 20.00 wit


4. Pukul 16.30 S : ibu pasien mengatakan
1. menimbang popok/pembalut jika - Pasien tidak muntah lagi
diperlukan - Perut pasien tidak kembung dan
Hasil : Untuk mengetahui output membuncit
- Pasien tidak rewel
Pukul 17.00
2. Memonitor vital sign O:
Hasil : Untuk mengetahui keadaan - Klien tidak rewel lagi
umum klien - Perut klien tidak kembung lagi
- Muntah hilang
Pukul 17.30

27
3. Mempertahankan catatan intake dan A : Masalah sebagian teratasi
output yang akurat
Hasil : Untuk mengontrol status P : Intervensi 1-6 dilanjutkan
nutrisi klien

Pukul 18.00
4. Memonitor status hidrasi
(kelembaban membran mukosa, nadi
adekuat, takanan darah ortostatik)
jika
Hasil : Untuk mengetahui tanda-
tanda dehidrasi

Pukul 18.30
5. Memonitor status nutrisi
Hasil : Untuk mengetahui adanya
kekurangan cairan

Pukul 19.00
6. Kolaborasikan pemberian cairan IV
Hasil : Untuk mencukupi intake klien

5. Pukul 23.00 wit


Pukul 19.30
S : ibu pasien mengatakan
1. Memonitor tanda dan gejala infeksi
- Perut pasien tidak kembung dan
sistemik dan lokal
membuncit lagi
Hasil : Untuk mengetahui tanda
- Pasien sudah bisa BAB
infeksi lebih dini
O:
Pukul 20.00
- Perut klien tidak kembung lagi
2. Membatasi pengunjung - Terdapat luka jahitan post insisi
Hasil : Untuk menghindari
kontaminasi dari pengunjung A : Masalah sebagian teratasi
Pukul 20.30 P : Intervensi 1-7 dilanjutkan
3. Mempertahankan teknik cairan
asepsis pada klien yang beresiko
Hasil: Untuk mencegah penyebab
infeksi

Pukul 21.00
4. Mempertahankan teknik isolasi
Hasil : Untuk mengetahui kebersihan
luka dan tanda infeksi

28
Pukul 21.30
5. Menginspeksi kondisi luka/insisi
bedah
Hasil: Agar gejala infeksi dapat
segera teratasi;

Pukul 22.00
6. Mengjarkan keluarga klien tentang
tanda dan gejala infeksi
Hasil : Agar gejala infeksi dapat di
deteksi lebih dini

Pukul 22.30
7. Melaporkan kecurigaan infeksi

29

Вам также может понравиться