Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
TAFSIR TARBAWI
Makalah ini dibuat untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Tafsir Tarbawi
Bismillahirrahmanirrahim
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarokatuh
Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah Ta’ala atas segala nikmat
dan karunia-Nya. Sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Shalawat serta
salam semoga senantiasa tercurahkan kepada Baginda Rasullullah
Shallalahu’alaihi wasallam junjungan dan panutan umat Islam.
Makalah ini berjudul “Penafsiran Ayat-Ayat Al-Qur’an Tentang Metode
Pendidikan”, yang disusun untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah Tafsir
Tarbawi.
Terima kasih kami ucapkan kepada ibu Dian Rahmawati, S.Th.I, MA
sebagai dosen pembimbing mata kuliah Tafsir Tarbawi yang telah memberi
pemahaman pada mata kuliah ini. Sehingga sangat membantu kami dalam proses
penyelesaian makalah ini untuk menjadi suatu hasil kerja yang baik.
Penyusun sudah sangat berusaha untuk memberikan hasil yang terbaik
dalam menyusun makalah ini. Terlepas dari itu semua, penulis menyadari
sepenuhnya masih banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini. Oleh karena
itu penulis mengharapkan saran yang membangun untuk perbaikan kedepannya.
Akhir kata, penulis berharap semoga makalah ini dapat memberikan
manfaat dan menambah pengetahuan bagi pembaca.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarokatuh
Penyusun
i
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
2
3
A. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian tentang metode pendidikan?
2. Apa saja ayat-ayat Al-Qur’an mengenai metode pendidikan?
3. Bagaimana penafsiran ayat-ayat Al-Qur’an mengenai metode pendidikan?
B. Tujuan Penulisan
1. Untuk memenuhi tugas mata kuliah Tafsir Tarbawi
2. Untuk mengetahui pengertian tentang metode pendidikan.
3. Untuk mengetahui ayat-ayat Al-Qur’an mengenai metode pendidikan.
4. Untuk mengetahui penafsiran ayat-ayat Al-Qur’an mengenai metode
pendidikan
BAB II
PEMBAHASAN
4
5
1. QS. Al-Maidah/5: 67
6
Artinya : “Sangat buruk perumpamaan orang-orang yang
mendustakanayat-ayat Kami; mereka mendzalimi diri sendiri”.(QS: Al-
A'raf Ayat: 177).
1
Hamka, Tafsir Al Azhar (Jakarta: Pustaka Panjimas), Juz XIII-XIV, hlm.140
9
dapat pula menghisap cahaya matahari, dan itulah yang menambah subur
seluruhnya. Karena kesuburan suatu pohon sangat bertali diantara
penghisapan sari bumi dari urat dan penghisapan sari udara dari cahaya
matahari dari daun-daun.
Kalau kalimat Syahadat ini sudah tertanam dalam jiwa, berarti kita
telah menahankan Syajaratul Hayah,atau Pohon Hidup/Pohon Terang. Maka
seluruh gerak gerik kehidupan Muslim dimulai dengan kalimat ini, dan
disudahi dengan kalimat ini juga. Mulai dia bertumbuh lalu dipupuk baik-baik,
disiram, dikenakan udara dan cahaya matahari, dengan demikian
berjerampahlah cabang, dahan dan rantingnya dan daun-daunnya. Itulah hidup
yang subur, atau itulah yang sebenarnya hidup. Kalau tidak ada itu sama
dengan mati.
Apabila diselidiki secara mendalam, maka pada jiwa setiap orang yang
berakal sudah ada bibit kalimat itu. Tetapi bisa mati sebelum berkembang,
atau merana karena kurang dipupuk, atau ditanamkan pula tanaman lain di
sampingnya, atau tidak disiangi rumput yang mengelilingnya, sehingga ia
kerdil dan kurus, sebab lebih tinggi rumput yang mengelilingi itu daripada
pohon asli yang mesti dipelihara itu sendiri. Karena sari tanah yang sedianya
akan dihisapnya sendiri telah disekutui pula menghisapnya oleh tanaman atau
rumput yang lain itu.2
Kalimat yang baik itu berarti juga iman; maka pupuknya ialah Ibadat
dan Zikir (ingat) yang tidak berhenti-henti kepada Allah dan buahnya ialah
amal.
Maka, oleh karena baik pupuknya, baik pemeliharaannya, subur tanah
tempatnya tumbuh dan selalu dapat menghisap udara dan tidak ada yang
menghambat buat mengambil cahaya matahari, dengan sendirinya dia terus
menghasilkan buah, tidak menghitung musim; di musim panas, di musim
hujan, di musim rontok atau di musim semi, dia tetap menghasilkan buah.
Allahu Akbar.
2
Ibid, hlm.140
10
Itulah yang dinamai Kalimat Tauhid! Sebab, hanya satu Dia,tidak dua.
Itulah yang dinamai Kalimat Ikhlas! Yakni jujur hati, jujur jiwa, hanya
dihadapkan kepada-Nya saja. Itulah yang dinamai Kalimat Islam! Menyerah
sepenuh hati dengan ridha, hanya kepada-Nya saja, tidak kepada yang lain.
Maka dengan sendirinya inilah yang menghasilkan buah yang lebat,
selalu berbuah, dengan tiada mengenal musim betapapun hebatnya angin
ribut, taufan halimbubu, yang tadi telah menghembuskan segala debu dan
menumbangkan sekalian bangunan yang tidak berdasar, namun pohon yang
baik ini tetap tegak dengan jayanya. Dan walaupun datang kemarau panjang,
sehingga banyak tumbuh-tumbuhan yang mati karena tidak mendapat siraman
air hujan apalah lagi sumur-sumur pun telah kering, namun pohon ini tetap
tegak dengan daunnya yang menghijau, dan berbuah, sebab uratnya jauh
terhujam ke petala bumi, tempat yang ada air. “Dan Allah membuat
perumpamaan itu untuk manusia, agar mereka selalu ingat”.(ujung ayat 25).3
Diberi perumpamaan yang indah ini supaya manusia tetap ingat, agar
bibit pohon itu yang telah ada dalam jiwa dan akal kita sejak kita dilahirkan ke
dunia, jangan sampai layu. Biar dia tumbuh dengan suburnya, kewajiban suatu
rumah tangga memelihara pohon Al-Hayah ini pada seisi rumah tangga,
kewajiban ayah bunda memupuknya pada anak. Dia mesti dipelihara terus.
Pemeliharaan itulah yang di dalam bahasa arab di sebut taqwa, berasal dari
kalimat wiqayah; pemeliharaan. Jangan ada yng menghambatnya dari cahaya
matahari. Cahaya matahari itu diambil dengan mengerjakan sembahyang,
sehingga sampailah dahan dan cabang kayu itu ke langit.
Segala amal yang shalih, budi yang mulia, cinta dan kasih kepada
sesama manusia, tangan yang murah memberi, dan lain-lain, itulah buahnya.
Dan ini tidaklah dapat ditumbangkan: InsyaAllah!4
Kemudian juga terdapat penjelasan mengenai penafsiran ayat-ayat Al-
Qur’an tentang metode pendidikan dalam surat Al- Maidah: 67.
3
Ibid, hlm.141
4
Ibid, hlm.141
11
5
Sayyid Quthb, Tafsir Fi Zhilail Qur’an Dibawah Naungan Al-Qur’an Surah Al-A’Raaf 138 - Al-
Anfaal 40 (Ciamis: Gema Insani Press, 2005), hlm.282
12
untuk menerima petunjuk. Namun, tidaklah luluh hati, yang tidak ada potensi
untuk beriman. Yaitu, hati yang kadang-kadang pelaku dakwah berkeinginan
keras agar hati itu menerima dakwahnya. “ ... Sesungguhnya Allah tidak
memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir.” (Al- Maidah: 67).
Kalau begitu kalimat kebenaran haruslah tegas, jelas, sempurna, dan
menyeluruh. Sedangkan, petunjuk dan kesesatan itu kaitannya adalah dengan
kesiapan dan keterbukaan hati. Jadi, bukan karena bermanis muka dan
berlunak-lunak di dalam membuat perhitungan mengenai kalimat kebenaran
ini. Sesungguhnya ketegasan dan kepastian di dalam menyampaikan
kebenaran tentang akidah ini, bukan berarti kasar dan keras. Karena, Allah
telah memerintahkan Rasul-Nya saw. untuk menyeru manusia ke jalan Rabb-
Nya dengan cara yang bijaksana dan pengajaran yang baik. Tidak ada
pertentangan antara arahan Al-Qur’an yang bermacam-macam.
Kebijaksanaan dan pengajaran yang baik tidaklah memisahkan
ketegasan dan kejelasan di dalam menerangkan kalimat kebenaran. Yang
dituntut kepada pelaku dakwah ialah jangan bersikap tidak tegas di dalam
menyampaikan kalimat kebenaran secara utuh mengenai masalah akidah. Dan
jangan berkompromi di tengah jalan mengenai hakikat masalah. Karena
hakikat akidah tidak dapat dikompromikan dengan kepercayaan lain.6
Sejak hari-hari pertama dakwah, Rasulullah saw. selalu mengajak
manusia dengan cara yang bijaksana dan pengajaran atau nasihat yang baik di
dalam melakukan tablig, dan menarik garis tegas dalam masalah akidah. Oleh
karena itu, beliau diperintahkan untuk mengatakan “ Hai orang-orang kafir!
Aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah...”.
Beliau menyifati mereka dengan identitas yang ada pada mereka (yakni
kafir), dan bersikap tegas kepada mereka dalam urusan ini. Beliau tidak mau
menerima kompromi yang mereka tawarkan, dan tidak mau berlunak-lunak
agar mereka juga bersikap lunak sebagaimana yang mereka inginkan. Beliau
tidak pernah mengatakan kepada mereka bahwa beliau hanya meminta revisi-
revisi kecil menegnai akidah mereka. Tetapi, beliau mengatakan bahwa
6
Ibid, hlm.283
13
mereka berada di atas kebatilan tulen, sedang beliau berada di atas kebenaran
yang sempurna.
Maka, disampaikanlah kalimat kebenaran ini dengan nilainya yang
tinggi, sempurna, dan jelas dengan menggunakan metode yang tidak keras dan
tidak kasar.7
Seruan dan penugasan ini dimuat dalam surah ini sendiri, yang artinya:
“Wahai Rasul, sampaikanlah apa yang diturunkan Tuhanmu kepadamu. Jika
tidak engkau lakukan (apa yang diperintahkan itu) berarti engkau tidak
menyampaikan amanat-Nya. Dan Allah memelihara engkau dari (gangguan)
manusia. Sungguh Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang
kafir”.(QS: Al-Maidah Ayat: 67).
7
Ibid, hlm.283
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
Alangkah baiknya kalau kita sebagai ummat Islam benar benar dalam
menggunakan metode-metode pendidikan sebagaimana yang telah dijelaskan
didalam Al-Qur’an. Dengan menggunakan metode yang benar, Insyaallah
pendidikan Islam maupun pendidikan yang lainnya akan menjadi lebih efektif
dan dapat menggapai tujuan daripada pendidikan tersebut.
14
DAFTAR PUSTAKA
Al-Qur’an
Quthb, Sayyid. 2002 M.Tafsir Fi Zhilalil Qur’an. Jakarta: Gema Insani: Darusy
Syurug, Beirut 1412 H/1992 M.
https://ahsanirodat.wordpress.com/2012/05/25/metode-pendidikan-dalam-kajian-
tafsir-tarbawi/
http://grabalong.blogspot.co.id/2015/03/ayat-ayat-tentang-metode
pendidikan.html?m=1
https://ibrohimnaw.wordpress.com/2009/04/27/metode-pembelajaran-kajian-
tafsir-tarbawi/
http://muhamadiqbalmalik.blogspot.co.id/2012/04/metode-pendidikan-dalam-
perspektif-al.html?m=1