Вы находитесь на странице: 1из 15

PERANAN KEPOLISIAN DALAM PENERAPAN DIVERSI TERHADAP

TINDAK PIDANA YANG DILAKUKAN OLEH ANAK


BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 11
TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERADILAN
PIDANA ANAK OLEH KEPOLISIAN
RESOR TAPANULI TENGAH

Oleh: Erich Sucipto Sinaga


Pembimbing 1: Dr. Erdianto.,S.H., M.Hum
Pembimbing 2: Erdiansyah.,S.H.,M.H
Alamat: Jl. Penghijauan Nomor 9 Pekanbaru
Email: erichsuciptosinaga@yahoo.co.id – Telepon: 085359696696

ABSTRACT

Children should be protected, including children in conflict with the law. Diversion which
means the transfer of the settlement Son of the criminal justice process to the outside of the
criminal justice process. Based on the data in the Police Central Tapanuli that recorded 48
cases there are a number of criminal offenses committed by children in 2014 until April 2015
and only one case that getting efforts Diversion. In this case the role of Police Central Tapanuli
in the application of Diversi on cases of children in conflict with the law is not maximized. The
purpose of this thesis, namely; First, the role of the Police Central Tapanuli in the application of
diversion of the offenses committed by children under Act Number 11 of 2012 on the Criminal
Justice System Child, Second, Obstacles encountered Police Central Tapanuli in the application
of diversion, Third, efforts undertaken Police Central Tapanuli resorts in overcoming barriers to
implementation of diversion.
This type of research can be classified in this type of sociological juridical research,
because this research author directly conduct research on the locations or places studied in
order to give a complete and clear picture of the issues examined. This research was conducted
at the Police Central Tapanuli, whereas the sample population is a whole party with regard to
the issues examined in this study, the data source used, primary data, secondary data and data
tertiary, technical data collectors in this study with interviews and literature study.
From the research there are three main issues that can be inferred. First, the role of the
Police Central Tapanuli in the application of diversion of the offenses committed by children
under Act Number 11 of 2012 on the Criminal Justice System Child, that the investigator in
charge of the investigation is a special investigator Child/investigator PPA, arrest, detention,
examination child in a family atmosphere, the investigator shall ask for
consideration/suggestions from Supervising Community, the right to legal assistance in the
investigation process and the confidentiality of the child. Second, Obstacles encountered in the
implementation of diversion is the capacity in implementing diversion investigators still limited,
facilities and infrastructure is not adequate, the lack of cooperation with KPAI. Third, efforts
made in overcoming barriers to implementation of diversion, that the training, the process of
investigating the diversion in the room for a while. Suggestions Author, First, the police are
expected to investigators PPA training and seminars to the public on diversion, Second, the
government made in the implementation of the monitoring team of diversion.
Keywords : Role of Central Tapanuli Police - Crime of the Child - Diversion

JOM Fakultas Hukum Volume III Nomor 2, Oktober 2016 Page 1


BAB I bagi penyelesaian dengan
PENDAHULUAN pendekatan keadilan restoratif maka
atas perkara anak yang berkonflik
A. Latar Belakang Masalah dengan hukum dapat dilakukan
diversi demi kepentingan terbaik
Sebelum lahirnya Undang- bagi anak dan dengan
Undang Nomor 23 Tahun 2002 mempertimbangkan keadilan bagi
tentang Perlindungan Anak, pada korban.3
dasarnya anak-anak yang Diversi berupaya
bermasalah dikategorikan dalam memberikan keadilan kepada kasus
istilah kenakalan anak, yang anak yang telah terlanjur
4
mengacu pada Undang-Undang melakukan tindak pidana. Diversi
Nomor 3 Tahun 1997 tentang diberikan pada anak yang
Pengadilan Anak. Setelah berhadapan dengan hukum (ABH)
diundangkannya Undang-Undang dikarenakan didalam Pasal 7
Perlindungan Anak, maka istilah Undang-Undang Nomor 11 Tahun
tersebut berubah menjadi anak yang 2012 tentang Sistem Peradilan
berhadapan dengan hukum (ABH), Anak secara tegas mengatur tentang
dan saat ini Undang-Undang kewajiban pengupayaan diversi
Nomor 11 Tahun 2012 tentang pada tingkat penyidikan,
Sistem Peradilan Pidana Anak pun penuntutan, dan pemeriksaan
menggunakan istilah anak yang perkara Anak di pengadilan negeri.5
berhadapan dengan hukum.1 Diversi diberikan dalam hal tindak
Pasal 1 angka 5 Rancangan pidana yang diancam dengan
Perubahan Undang-Undang Sistem pidana penjara dibawah 7 tahun dan
Peradilan Anak secara jelas bukan merupakan pengulangan
mengatur soal keadilan restoratif tindak pidana.6
yaitu suatu bentuk penyelesaian Berdasarkan data di
secara adil yang melibatkan pelaku, Kepolisian Resor Tapanuli Tengah
korban, keluarga mereka dan pihak bahwa sejak diberlakukannya
lain yang terkait dalam suatu tindak Diversi yang diatur dalam Undang-
pidana, secara bersama-sama Undang Nomor 11 Tahun 2012
mencari penyelesaian terhadap tentang Sistem Peradilan Pidana
tindak pidana tersebut dan Anak bulan Juli tahun 2014 tercatat
implikasi, dengan menekankan 48 kasus anak yang berhadapan
pada aspek pemulihan kembali
pada keadaan semula dan bukan
pembalasan.2 Oleh karena itu, tidak 3
M. Nasir Djamil, Op.cit, hlm. 137.
semua perkara anak yang 4

berkonflik dengan hukum harus http://pengacaraonlinecom.blogspot.com/2012


diselesaikan melalui jalur peradilan /03/diversi.html, diakses, pada 18 September
formal, dan memberikan alternatif 2015.
5
Pasal 7 ayat 1 Undang-Undang Nomor
11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan
1
M. Nasir Djamil, Anak Bukan Untuk Pidana Anak.
6
Dihukum, Sinar Grafika, Jakarta Timur, 2013, Pasal 7 ayat 2 Undang-Undang Nomor
hlm. 32. 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan
2
Ibid, hlm. 355. Pidana Anak.

JOM Fakultas Hukum Volume III Nomor 2, Oktober 2016 Page 2


dengan hukum (ABH) pada tahun oleh Kepolisian Resor Tapanuli
2014 sampai bulan April 2015. Tengah?
Kasus, seorang anak pelaku
tindak pidana yang berinisial KZ, C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
umur 17 tahun, melakukan 1) Tujuan Penelitian
kekerasan kekerasan terhadap a) Untuk mengetahui peran
Ferika Waruwu, umur 30 tahun, Kepolisian Resor Tapanuli
melanggar pasal 170 KUHP, Tengah dalam penerapan
diancam pidana penjara paling lama Diversi terhadap tindak
5 tahun 6 bulan, tidak mendapatkan pidana yang dilakukan oleh
diversi. anak berdasarkan Undang-
Berdasarkan latar belakang Undang Nomor 11 Tahun
yang telah diuraikan diatas yang 2012.
menjadi alasan utama penulis b) Untuk mengetahui
tertarik meneliti tentang “Peranan hambatan yang dihadapi
Kepolisian Dalam Penerapan oleh Kepolisian Resor
Diversi Terhadap Tindak Pidana Tapanuli Tengah dalam
Yang Dilakukan Oleh Anak penerapan Diversi terhadap
Berdasarkan Undang-Undang tindak pidana yang
Nomor 11 Tahun 2012 Tentang dilakukan oleh anak
Sistem Peradilan Pidana Anak berdasarkan Undang-
Oleh Kepolisian Resor Tapanuli Undang Nomor 11 Tahun
Tengah”. 2012.
c) Untuk mengetahui upaya
B. Rumusan Masalah yang dilakukan Kepolisian
1. Bagaimanakah peran kepolisian Resor Tapanuli Tengah dalam
dalam penerapan diversi mengatasi hambatan dalam
terhadap tindak pidana yang penerapan Diversi terhadap
dilakukan oleh anak berdasarkan tindak pidana yang dilakukan
Undang-Undang Nomor 11 oleh anak berdasarkan
Tahun 2012 oleh Kepolisian Undang-Undang Nomor 11
Resor Tapanuli Tengah? Tahun 2012.
2. Apa sajakah hambatan bagi 2) Kegunaan Penelitian
kepolisian dalam penerapan a) Penelitian ini untuk
diversi terhadap tindak pidana menambah pengetahuan dan
yang dilakukan oleh anak pemahaman penulis
berdasarkan Undang-Undang khususnya mengenai tema
Nomor 11 Tahun 2012 oleh yang diteliti.
Kepolisian Resor Tapanuli b) Penelitian ini diharapkan
Tengah? dapat menjadi sumber
3. Apa saja upaya kepolisian dalam masukan bagi Kepolisian
mengatasi hambatan dalam Resor Tapanuli Tengah dan
penerapan diversi terhadap instansi-intansi terkait yang
tindak pidana yang dilakukan ada di Kabupaten Tapanuli
oleh anak berdasarkan Undang- Tengah.
Undang Nomor 11 Tahun 2012

JOM Fakultas Hukum Volume III Nomor 2, Oktober 2016 Page 3


c) Penelitian ini sebagai b) Unsur Objektif
sumbangan dan alat Unsur objektif merupakan
mendorong bagi rekan-rekan unsur dari luar diri pelaku yang
mahasiswa untuk melakukan terdiri atas:
penelitian selanjutnya terkait 1) Perbuatan manusia, berupa:
penerapan Diversi oleh a. act, yakni perbuatan aktif
kepolisian terhadap tindak atau perbuatan positif
pidana yang dilakukan oleh b. omission, yakni
anak berdasarkan Undang- perbuatan pasif atau
Undang Nomor 11 Tahun perbuatan negatif, yaitu
2012. perbuatan yang
mendiamkan atau
D. Kerangka Teori membiarkan
1. Teori Tindak Pidana 2) Akibat (result) perbuatan
Tindak pidana atau perbuatan manusia, yaitu akibat yang
pidana (straafbaarfeit) adalah membahayakan atau
perbuatan yang oleh suatu aturan merusak, bahkan
hukum dilarang dan diancam menghilangkan
pidana. 7 Dalam bahasa Belanda kepentingan-kepentingan
straafbaarfeit terdapat dua unsur yang dipertahankan oleh
pembentuk kata, yaitu straafbaar hukum.
dan feit. Perkataan feit dalam 3) Keadaan-keadaan
bahasa Belanda diartikan sebagian (circumstances), dapat
dari kenyataan, sedangkan dibedakan menjadi dua
straafbaar berarti dapat dihukum, bagian, yaitu:
sehingga secara harfiah perkataan a) Keadaan saat perbuatan
straafbaarfeit berarti sebagian dan dilakukan
kenyataan yang dapat dihukum.8 b) Keadaan setelah
Dari uraian tentang perumusan perbuatan dilakukan
tindak pidana, secara ringkas 4) Sifat dapat dihukum dan
dapat disusun unsur-unsur dari sifat melawan hukum,
tindak pidana, yaitu:9 maksud dari sifat dapat
a) Unsur Subjektif dihukum berkenaan dengan
Unsur subjektif adalah unsur alasan-alasan yang dapat
yang berasal dari dalam diri menghukum sipelaku.
pelaku, yaitu berupa kesalahan Sedangkan sifat melawan
yang dilakukan oleh pelaku hukum adalah yakni
yang diakibatkan oleh berkenaan dengan larangan
kesengajaan atau perintah.
(intention/opzet/dolus) dan 2. Teori Penyidikan
kealpaan. Penyidikan suatu istilah yang
dimaksudkan sejajar dengan
7
Moeljatno, Asas-asas Hukum Pidana, pengertian opsporing (Belanda),
Rineka Cipta, Jakarta, 2002, hlm. 54. dan investigation (Inggris) atau
8
Evi Hartanti, Tindak Pidana Korupsi,
Sinar Grafika, Jakarta, 2007, hlm. 5.
9
E. Y. Kanter dan S. R. Sianturi, Loc.cit..

JOM Fakultas Hukum Volume III Nomor 2, Oktober 2016 Page 4


10
penyiasatan (Malaysia). tindak pidana. 12 Restorative
Berdasarkan Pasal 1 butir 2 justice adalah konsep
KUHAP, pengertian penyidikan pemidanaan, tetapi sebagai
adalah serangkaian tindakan konsep pemidanaan tidak hanya
penyidik dalam hal dan menurut terbatas pada ketentuan hukum
cara yang diatur dalam undang- pidana (formal dan materil).
undang ini untuk mencari serta Restorative Justice harus juga
mengumpulkan barang bukti yang diamati dari segi kriminologi
dengan bukti itu membuat terang dan sistem pemasyarakatan. 13
tentang tindak pidana yang terjadi Adapun tujuan dari Restorative
guna menemukan tersangkanya. Justice yaitu:
Pasal 1 butir 1 KUHAP a) Perbaikan atau penggantian
memberikan pengertian penyidik kerugian yang diderita oleh
adalah Pejabat Polisi Negara korban, pengakuan pelaku
Republik Indonesia atau pejabat terhadap luka yang diderita
pegawai negeri sipil tertentu yang oleh masyarakat akibat
diberi wewenang khusus oleh tindakannya, konsiliasi dan
undang-undang untuk melakukan rekinsiliasi pelaku, korban
penyidikan. Dalam bahasa dan masyarakat;
Belanda ini sama dengan b) Memberdayakan para pelaku,
opsporing. korban, keluarga dan
3. Teori Restorative Justice masyarakat untuk
Restorative Justice adalah memperbaiki tindakan
sebuah proses mediasi dimana melanggar hukum dengan
semua pihak yang terlibat dalam menggunakan kesadaran
sebuah tindak pidana tertentu tindakan melanggar hukum
bersama-sama mencari dengan menggunakan
penyelesaiannya dalam kesadaran dan keinsyafan
menghadapi kejadian setelah sebagai landasan untuk
timbulnya tindak pidana tersebut memperbaiki kehidupan
serta bagaimana mengatasi bermasyarakat;
implikasinya dimasa datang.11 c) Merestorasi kesejahteraan
Keadilan Restoratif masyarakat, memperbaiki
merupakan suatu cara baru manusia sebagai anggota
dalam melihat peradilan pidana masyarakat dengan cara
yang berpusat pada perbaikan menghadapkan ( anak )
kerusakan dan kerugian korban sebagai pelaku berupa
dan hubungan antar manusia, pertanggungjawaban kepada
daripada memidana pelaku korban atas tindakannya.
Korban yang biasanya
10
Andi Hamzah, Hukum Acara Pidana
12
Indonesia, Sinar Grafika, Jakarta, 2012, hlm. Ibid.
13
120. Bagir Manan, Retorative Justice (Suatu
11
Eriyantouw Wahid, Keadilan Perkenalan),dalam Refleksi Dinamika Hukum
Restorative Dan Peradilan Konvensional Rangkaian Pemikiran dalam dekade Terakhir,
Dalam Hukum Pidana, Universal Trisakti, Perum Percetakan Negara RI, Jakarta, 2008,
Jakarta, 2009, hlm.3. hlm. 4.

JOM Fakultas Hukum Volume III Nomor 2, Oktober 2016 Page 5


terabaikan dalam proses tinggal penulis sehingga lebih
peradilan, berperan serta memudahkan dalam
dalam proses peradilan. memperoleh data yang
diperlukan dan berdasarkan
F. Metode Penelitian survei yang dilakukan oleh
1. Jenis Penelitian penulis bahwa banyaknya terjadi
Ditinjau dari sudut metode kasus tindak pidana yang
yang dipakai maka penelitian ini dilakukan oleh anak, tetapi
dapat digolongkan dalam jenis peranan polisi dalam penerapan
penelitian hukum sosiologis diversi masih kurang maksimal.
(empiris), di mana yang
dimaksud dengan penelitian 3. Populasi dan Sampel
hukum sosiologis (empiris) yaitu a) Populasi
sebagai usaha melihat pengaruh Populasi adalah sekumpulan
berlakunya hukum positif objek yang hendak diteliti
terhadap kehidupan masyarakat, berdasarkan lokasi penelitian
karena dalam penelitian ini yang telah ditentukan
penulis langsung mengadakan sebelumnya sehubungan
penelitian pada lokasi atau dengan penelitian ini. 14
tempat yang diteliti guna Adapun yang dijadikan
memberikan gambaran secara populasi dalam sampel ini
lengkap dan jelas tentang adalah sebagai berikut:
masalah yang diteliti. Sedangkan 1) Kepala Urusan Pembinaan
dilihat dari sifatnya bersifat Operasi Satuan Reserse
deskriptif, yaitu penelitian yang Kriminal Kepolisian Resor
memberikan gambaran secara Tapanuli Tengah;
jelas dan juga terperinci 2) Kepala Unit Pelayanan
mengenai permasalahan yang Perempuan dan Anak
diteliti oleh penulis, yakni Kepolisian Resor Tapanuli
peranan Kepolisian Resor Tengah;
Tapanuli Tengah dalam 3) Penyidik Unit Pelayanan
penerapan diversi terhadap Perempuan dan Anak
tindak pidana yang dilakukan Kepolisian Resor Tapanuli
oleh anak berdasarkan Undang- Tengah;
Undang Nomor 11 Tahun 2012. 4) Penyidik Pembantu Unit
Pelayanan Perempuan dan
2. Lokasi Penelitian Anak Kepolisian Resor
Untuk memperoleh data Tapanuli Tengah.
yang diperlukan dalam 5) Anak pelaku tindak pidana
penelitian ini, maka penelitian di wilayah Kepolisian
tersebut dilakukan di wilayah Resor Tapanuli Tengah.
hukum Kepolisian Resor
Tapanuli Tengah. Alasan penulis
melakukan penelitian di lokasi
14
tersebut dikarenakan Tapanuli Bambang Waluyo, Penelitian Hukum
Tengah merupakan tempat dalam Praktek, Sinar Grafika, Jakarta, 2002,
hlm. 44.

JOM Fakultas Hukum Volume III Nomor 2, Oktober 2016 Page 6


4. Sumber Data sejenisnya yang berfungsi
a. Data Primer mendukung data primer
Data primer adalah data yang dan data sekunder seperti
penulis dapatkan atau Kamus Besar Bahasa
diperoleh secara langsung Indonesia (KBBI) dan
melalui responden di internet.
lapangan mengenai hal-hal
yang bersangkutan dengan 5. Teknik Pengumpulan Data
masalah yang diteliti. a) Wawancara (Interview)
b. Data Sekunder Wawancara atau interview,
Data sekunder adalah data yaitu pola khusus dalam
yang sudah ada sebelumnya bentuk interaksi di mana
atau merupakan data jadi atau pewawancara mengajukan
buku. Data sekunder pertanyaan seputar masalah
bersumber dari penelitian penelitian kepada responden.
kepustakaan yang terdiri dari: Dalam melakukan wawancara
1) Bahan Hukum Primer ini, pewawancara
Merupakan bahan yang menggunakan metode
bersumber dari penelitian wawancara di mana si
kepustakaan yang pewawancara telah
diperoleh dari undang- menyiapkan terlebih dahulu
undang antara lain Kitab daftar pertanyaan yang
Undang-Undang Hukum hendak disampaikan kepada
Acara Pidana (KUHAP), responden.
Undang-Undang Nomor 2 b) Studi Kepustakaan
Tahun 2002 tentang Mengkaji, menelaah dan
Kepolisian, Undang- menganalisis berbagai
Undang Nomor 11 Tahun literatur yang berhubungan
2012 Tentang Sistem dengan permasalahan yang
Peradilan Pidana Anak, sedang diteliti.
dan Undang-Undang
Nomor 35 Tahun 2014 6. Analisis Data
Tentang Perlindungan Data yang terkumpul selanjutnya
Anak. dianalisis secara kualitatif
2) Bahan Hukum Sekunder artinya data yang berdasarkan
Merupakan bahan-bahan uraian kalimat atau data tidak
penelitian yang berasal dianalisis dengan menggunakan
dari literatur dan hasil statistik atau matematika
karya ilmiah dari kalangan ataupun sejenisnya, yaitu apa
hukum yang berkaitan yang dinyatakan responden
dengan pokok secara tertulis atau lisan dan
pembahasan. perilaku nyata yang diteliti dan
3) Bahan Hukum Tersier dipelajari sebagai sesuatu yang
Merupakan bahan-bahan
penelitian yang diperoleh
dari ensiklopedia dan

JOM Fakultas Hukum Volume III Nomor 2, Oktober 2016 Page 7


utuh. 15 Sedangkan metode Penahanan adalah kewenangan
berpikir yang digunakan penulis dari penyidik, penahanan anak
yaitu deduktif, yakni akan mungkin dilaksanakan oleh
pengerucutan dari bagian umum Penyidik Anak setelah dengan
yang merupakan permasalahan sungguh-sungguh
umum kepada permasalahan mempertimbangkan kepentingan
yang lebih khusus. anak.
4. Pemeriksaan anak dilakukan
BAB IV dalam suasana kekeluargaan
HASIL PENELITIAN DAN Pemeriksaan harus dilakukan
PEMBAHASAN dalam suasana kekeluargaan
A. Peranan Kepolisian Resor mengingat bahwa pelaku
Tapanuli Tengah Dalam tersebut masih anak dan
Penerapan Diversi Terhadap mencegah mengalami
Tindak Pidana Yang Dilakukan “secondary victimization.16
Anak 5. Penyidik wajib meminta
Pihak Kepolisian dalam pertimbangan atau saran dari
menerapkan diversi dijelaskan Pembimbing Kemasyarakatan,
sebagai berikut: dan apabila perlu juga dapat
meminta pertimbangan atau
1. Penyidik yang bertugas
saran dari ahli pendidikan,
melakukan penyidikan adalah
ahli kesehatan jiwa, ahli
penyidik khusus anak atau
agama, atau petugas
penyidik PPA
Penyidikan terhadap anak dalam kemasyarakatan lainnya
Penyidik anak wajib meminta
hal Anak yang berkonflik
saran dari Pembimbing
dengan hukum dilakukan oleh
Kemasyarakatan sesuai dengan
Penyidik Anak, yang ditetapkan
yang telah diuraikan dalam Pasal
berdasarkan Surat Keputusan
27 ayat (1)
Kepala Kepolisian Negara
Undang-Undang Nomor 11
Republik Indonesia atau pejabat
Tahun 2012 tentang Sistem
yang ditunjuk olehnya.
Peradilan Pidana Anak.
2. Penangkapan
Penyelidik maupun penyidik 6. Hak Mendapat Bantuan
dalam melakukan penangkapan Hukum dan Bantuan Lainnya
Pada proses penyidikan terhadap
harus memiliki barang bukti
anak pelaku tindak pidana di
permulaan yang dapat
Polres Tapanuli Tengah, anak
membuktikan kesalahan anak
diberi hak mendapatkan bantuan
melakukan perbuatan yang
hukum.
dilarang oleh peraturan
perundang-undangan. 7. Penyidikan Anak Wajib
dirahasiakan
3. Penahanan

16
Lilik Mulyadi, Kompilasi Hukum
15
Soerjono Soekanto, Pengantar Pidana dalam Perspektif Teoritis dan Praktik
Penelitian Hukum, UI-Press, Jakarta, 1982, Peradilan, Mandar Maju, Bandung, 2010,
hlm. 32. hlm. 24.

JOM Fakultas Hukum Volume III Nomor 2, Oktober 2016 Page 8


Proses pemeriksaan anak wajib kurang berkoordinasi
dirahasiakan untuk menghindari dengan Komisi
adanya proses labelisasi dan Perlindungan Anak
melindungi perkembangan Indonesia.
mental anak, pihak penyidik b. Sarana dan Prasarana
memberikan press release agar Sarana atau fasilitas
pemberitaan tidak menyimpang, mempunyai peran yang
dilebih-lebihkan, dan sesuai sangat penting dalam
dengan fakta yang menggunakan pelaksanaan diversi. Tanpa
bahasa etis. adanya sarana atau fasilitas
tersebut, tidak akan mungkin
B. Hambatan Yang Dihadapi Oleh pihak kepolisian
Kepolisian Resor Tapanuli menyerasikan peranan yang
Tengah Dalam Penerapan seharusnya dengan peranan
Diversi Terhadap Tindak Pidana yang aktual.
Yang Dilakukan Anak 2. Faktor Eksternal
Kepolisian sebagai salah a. Faktor Anak/Keluarga
satu pihak yang penting dalam Pelaku
menerapkan diversi mengalami Anak sebagai pelaku tindak
beberapa hambatan, diantaranya tindak pidana dalam proses
sebagai berikut: pemeriksaan berlangsung
1. Faktor Internal masih terkesan merasa takut
a. Sumber Daya Manusia untuk memberikan
1) Kemampuan Penyidik keterangan terkait dengan
Anak tindak pidana yang dilakukan.
Jumlah penyidik dan C. Upaya Kepolisian Resor
penyidik pembantu PPA di Tapanuli Tengah Dalam
Polres Tapteng ada 6 Mengatasi Hambatan Dalam
(enam) orang. Mereka Penerapan Diversi Terhadap
memiliki pengalaman dan Tindak Pidana Yang Dilakukan
pengetahuan yang berbeda Anak
dalam menjalankan Upaya kepolisian dalam
tugasnya masing-masing. mengatasi hambatan dalam
2) Kurangnya kerja sama penerapan diversi adalah sebagai
antarlembaga berikut :
Pihak kepolisian sebagai 1. Faktor Internal
instansi pemerintah, a. Sumber Daya Manusia
khususnya Kepolisian 1) Kemampuan Penyidik
Resor Tapanuli Tengah Upaya yang dilakukan juga
seharusnya dapat menjalin tidak hanya pada kuantitas,
kerja sama dengan Komisi melainkan juga kualitas.
Perlindungan Anak Kemampuan dan
Indonesia dalam hal pengetahuan penyidik
perlindungan anak. Akan perihal pelaksanaan diversi
tetapi, pada kenyataannya harus ditingkatkan melalui
pihak kepolisian tersebut pelatihan dan pendidikan

JOM Fakultas Hukum Volume III Nomor 2, Oktober 2016 Page 9


tentang pelaksanaan diversi. A. Kesimpulan
Dalam hal ini, pihak 1. Peranan Kepolisian Resor
kepolisian melakukan Tapanuli Tengah dalam
seminar atau kegiatan- penerapan diversi terhadap
kegiatan lain yang tindak pidana yang dilakukan
berhubungan diversi. Selain oleh anak berdasarkan Undang-
itu, dilakukan praktek Undang Nomor 11 Tahun 2012
pelaksanaan diversi oleh tentang Sistem Peradilan Pidana
penyidik PPA. Anak belum maksimal. Hal ini
b. Sarana dan Prasarana dibuktikan dengan data yang
Didalam hal belum adanya diperoleh dari Kepolian Resor
Ruang Pelayanan Khusus Tapanuli Tengah bahwa tercatat
(RPK) di Polres Tapanuli 48 kasus tindak pidana yang
Tengah, pihak penyidik PPA dilakukan oleh anak pada tahun
melakukan diversi di dalam 2014 sampai bulan April 2015.
ruangan penyidik PPA yang Diantara kasus-kasus tersebut,
masih tergabung dengan Kepolisian Resor Tapanuli
bagian ekonomi untuk tengah hanya berhasil
sementara waktu. Selain itu, menerapkan diversi pada 1 kasus
adanya rencana pemindahan tindak pidana yang dilakukan
ruangan unit PPA menjadi oleh anak.
ruangan tersendiri yang 2. Hambatan yang dihadapi oleh
terpisah dari ruangan Kepolisian Resor Tapanuli
Satreskrim. Tengah dalam penerapan diversi
2. Faktor Eksternal yaitu kemampuan penyidik
a. Faktor Anak/Keluarga dalam menerapkan diversi masih
Pelaku terbatas, sarana dan prasarana
Peran orangtua dan keluarga dalam pelaksanaan diversi yang
dalam penyelesaian perkara belum memadai, kurangnya
anak sangat penting. kerja sama dengan Komisi
Orangtua dan keluarga selalu Perlindungan Anak Indonesia.
mendukung dan menemani 3. Upaya yang dilakukan
anak dalam menghadapi Kepolisian Resor Tapanuli
proses penyelesaian hukum Tengah dalam mengatasi
yang terjadi. Hal itu ditujukan hambatan dalam pelaksanaan
agar terlaksananya proses diversi adalah melakukan
keadilan restoratif. Upaya pelatihan dan kerja sama dengan
yang dilakukan adalah Komisi Perlindungan Anak
menjalin kerja sama antara Indonesia, melakukan proses
orang tua dengan penyidik. diversi di ruangan penyidik
untuk sementara waktu.
BAB V
PENUTUP B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan 1. Pihak kepolisian melakukan
pembahasan, maka dapat ditarik pelatihan-pelatihan kepada
kesimpulan dan saran sebagai berikut : penyidik PPA terkait

JOM Fakultas Hukum Volume III Nomor 2, Oktober 2016 Page 10


pelaksanaan diversi. Selain itu,
pihak kepolisian melakukan Dewi, DS, 2011, Mediasi Penal:
koordinasi berupa pertemuan Penerapan
dengan pihak Komisi Restorative Justice Di
Perlindungan Anak Indonesia Pengadilan Anak
mengenai kerja sama dalam Indonesia, Indie
melaksanakan diversi. Publishing, Depok.
Diharapkan dengan
ditingkatkannya kerja sama Djamil, M. Nasir, 2013, Anak
antara kepolisian dan Komisi Bukan Untuk
Perlindungan Anak Indonesia, Dihukum, Sinar
maka diversi terlaksana dengan Grafika, Jakarta
baik dan sukses. Timur.
2. Pemerintah sebaiknya membuat
tim pengawas khusus, yang Effendi, Erdianto, 2011, Hukum
dalam hal ini mengawasi Pidana Indonesia-
pelaksanaan diversi atas kerja Suatu Pengantar,
sama pihak kepolisian dengan Refika Aditama,
Komisi Perlindungan Anak Bandung.
Indonesia. Apabila salah satu
pihak tidak melaksanakan Erdianto, 2010, Pokok-pokok
tugasnya dengan baik, Hukum Pidana, Graha
pemerintah diharapkan Unri Press,
menindak tegas pihak tersebut. Pekanbaru.

Gosita, Arif, 1989, Masalah


DAFTAR PUSTAKA Perlindungan Anak,
Akademik Pressindo,
A. Buku Jakarta.
Arif, Barda Nawawi, 1998,
Beberapa Aspek Gultom, Maidin, 2008,
Kebijaksanaan Perlindungan Hukum
Penegakan dan Terhadap Anak dalam
Hukum Pidana, Citra Sistem Peradilan
Aditia Bakti, Pidana Anak di
Bandung. Indonesia, Refika
Aditama, Bandung.
Atmasasmita, Romli, 1997,
Peradilan Anak di Hadisuprapto, Paulus, 2006,
Indonesia, Mandar Peradilan Restoratif :
Maju, Jakarta. Model Peradilan Anak
Indonesia Masa
Dellyana, Shanty, 1990, Wanita Datang, Diponegoro
Dan Anak Dimata University Press,
Hukum, Liberti, Semarang.
Yogyakarta.

JOM Fakultas Hukum Volume III Nomor 2, Oktober 2016 Page 11


Hamzah, Andi, 2012, Hukum Acara Joni, M. dan Zulchaina Z.
Pidana Indonesia, Tanamas, 1999, Aspek
Sinar Grafika, Jakarta. Hukum Perlindungan
Anak dalam Perspektif
Harahap, St, 2007, Pengantar Konvensi Hak Anak,
Sosiologi, Gramedia, Citra Aditya Bakti,
Jakarta. Bandung.

Hartanti, Evi, 2007, Tindak Pidana Kaligis, O. C, 2012, Antologi


Korupsi, Sinar Tulisan Ilmu Hukum
Grafika, Jakarta. Jilid 7, Alumni,
Bandung.
Herlina, Apong, 2004,
Perlindungan Kanter E. Y. dan S. R. Sianturi,
terhadap Anak yang 2002, Asas-Asas
berhadapan dengan Hukum Pidana di
Hukum, Buku Saku Indonesia dan
untuk Polisi, Unicef, Penerapannya, Storia
Jakarta. Grafika, Jakarta.

Irsan, Koesparmono, 2009, Hukum Marlina, 2009, Peradilan Pidana


dan Hak Asasi Anak di Indonesia:
Manusia, Yayasan Pengembangan
Brata Bhakti, Jakarta. Konsep Diversi dan
Restorative Justice,
Ishaq, 2008, Dasar-Dasar Ilmu Refika Aditama,
Hukum, Sinar Grafika, Bandung.
Jakarta.
Marlina, 2010, Pengantar Konsep
Jhonathan dan Agam, 2007, Diversi dan
Perlindungan Anak Restorative Justice,
yang Berhadapan USU Press, Medan.
dengan Hukum dalam
Perspektif Nasional, Moeljatno, 2002, Asas-Asas Hukum
dalam Mahmul Pidana, Rineka Cipta,
Siregar dkk, Pedoman Jakarta.
Praktis Melindungi
Anak dengan Hukum Mulyadi, Lilik, 2010, Kompilasi
Pada Situasi Hukum Pidana dalam
Emergensi dan Perspektif Teoritis
Bencana Alam, Pusat dan Praktik
Kajian dan Peradilan, Mandar
Perlindungan Anak Maju, Bandung.
(PKPA), Medan.
Mulyadi, Lilik, 2014, Wajah Sistem
Peradilan Pidana Anak

JOM Fakultas Hukum Volume III Nomor 2, Oktober 2016 Page 12


Indonesia, Alumni, Obor Indonesia,
Bandung. Jakarta.

Nashriana, 2011, Perlindungan Tanya, Bernard L, 2011,


Hukum Pidana Bagi Penegakan Hukum
Anak di Indonesia, dalam Terang Etika,
Raja Grafindo Genta Publishing,
Persada, Jakarta. Yogyakarta.

Prinst, Darwan, 1997, Hukum Anak Van Apeldoorn, L, J, 2009,


Indonesia, PT. Citra Pengantar Ilmu
Aditya Bakti, Hukum, Pradnya
Bandung. Pramita, Jakarta.

Soekanto, Soerjono, 1982, Waluyo, Bambang, 2002,


Pengantar Penelitian Penelitian Hukum
Hukum, UI-Press, dalam Praktek, Sinar
Jakarta. Grafika, Jakarta.
Pramukti, Angger Sigit dan Fuady
Primaharsya, 2015, B. Jurnal/Kamus/Skripsi
Sistem Peradilan Ade Rahmad Setyaji, 2011, “Imple
Pidana Anak, Pustaka mentasi Diversi Dala
Yustisia, Yogyakarta. m Sistem Peradilan A
nak (Studi Kasus Putu
Prakoso, Abintoro, 2013, san Pengadilan Negeri
Pembaruan Sistem Lamongan No: 227 Pi
Peradilan Pidana d.B/2010/Pn.Lmg)”, S
Anak, Laksbang kripsi, Program Sarjan
Grafika, Surabaya. a Universitas Pemban
Prodjodikoro, Wirjono, 2003, Asas- gunan Nasional Veter
Asas Hukum Pidana an, Jawa Timur, Sura
di Indonesia, Refika baya.
Aditama, Bandung.
Departemen Pendidikan Nasional, 2
Rahardjo, Satjipto, 2007, 007, Kamus Besar Ba
Membangun Polisi hasa Indonesia, Balai
Sipil Perspektif Pustaka, Jakarta.
Hukum, Sosial, dan
Kemasyarakatan, PT. Erdiansyah, 2010, “Kekerasan Dal
Kompas Media am Penyidikan Perspe
Nusantara, Jakarta. ktif Hukum dan Keadil
an”, Jurnal Ilmu Huk
Rahardjo, Satjipto, 2009, Polisi dan um, Fakultas Hukum,
Masyarakat Universitas Riau, Edis
Indonesia, Yayasan i I, No. 1 Agustus.

JOM Fakultas Hukum Volume III Nomor 2, Oktober 2016 Page 13


Marlina, 2008, “Penerapan Konsep 1258.W.J.S. Poerwad
Diversi Terhadap An arminta, Kamus Umu
ak Pelaku Tindak Pida m Bahasa Indonesia E
na Dalam Sistem Pera disi Ketiga,Penerbit P
dilan Pidana Anak, Ju T. Balai Pustaka, Jaka
rnal Equality, Fakulta rta Timur: 2003.
s Hukum Universitas
Sumatera Utara, Vol. C. Peraturan Perundang-Undangan
13, No. 1 Februari. Undang-Undang Nomor 8 Tahun
1981 tentang Kitab
Muhammad Taufik, 2013, “Filsafat Undang-Undang
John Rawls tentang Te Hukum Acara Pidana,
ori Keadilan”, Jurnal Lembaran Negara
Mukaddimah, Univers Republik Indonesia
itas Islam Sunan Kalij Tahun 1981 Nomor 8,
aga, Yogyakarta, Vol. Tambahan Lembaran
19, No.1. Negara Republik
Indonesia Nomor 76.
Tiyarto Sugeng, “Kebijakan Penega
kan Hukum Pidana Da Undang-Undang Nomor 2 Tahun
lam Rangka Penanggu 2002 tentang
langan Tindak Pidana Kepolisian, Lembaran
”, Tesis, Program Sarj Negara Republik
ana Fakultas Hukum Indonesia Tahun 2002
Universitas Diponegor Nomor 2, Tambahan
o, Semarang, 2006. Lembaran Negara
Republik Indonesia
Ucha Hadi Putra, “Efektifitas Pusat Nomor 4168.
Pelayanan Terpadu Pe
mberdayaan Perempua Undang-Undang Nomor 11 Tahun
n Dan Anak (P2TP2A 2012 tentang Sistem
) Pekanbaru Dalam M Peradilan Pidana
enyelesaiakan Perkara Anak, Lembaran
Kekerasan Dalam Ru Negara Republik
mah Tangga Melalui P Indonesia Tahun 2012
roses Restorative Justi Nomor 11, Tambahan
ce di Pekanbaru, Skrip Lembaran Negara
si, Program Sarjana U Republik Indonesia
niversitas Riau, Pekan Nomor 5332.
baru.
Undang-Undang Nomor 35 Tahun
W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Um 2014 tentang
um Bahasa Indonesia Perlindungan Anak,
Edisi Ketiga, Penerbit Lembaran Negara
PT. Balai Pustaka, Jak Republik Indonesia
arta Timur, 2003, hlm. Tahun 2014 Nomor

JOM Fakultas Hukum Volume III Nomor 2, Oktober 2016 Page 14


35, Tambahan
Lembaran Negara
Republik Indonesia
Nomor 5606.

Peraturan Kepala Kepolisian


Negara Republik
Indonesia Nomor 3
Tahun 2008 tentang
Pembentukan Ruang
Pelayanan Khusus
Dan Tata Cara
Pemeriksaan Saksi
Dan/Atau Korban
Tindak Pidana.

D. WEBSITE
http://pengacaraonlinecom.blogspot
.com/2012/03/diversi.
html, diakses pada 18
September 2015.

http://tapteng.go.id/, diakses pada 3


Februari 2016.

http://www.kpai.go.id/profil/,
diakses pada 17
Februari 2016.

https://publikasibpstapanulitengahk
ab.files.wordpress.com
/2013/01/10-
1204000_2012_kab-
tapanuli-tengah.pdf,
diakses pada 22 Maret
2016.

JOM Fakultas Hukum Volume III Nomor 2, Oktober 2016 Page 15

Вам также может понравиться