Вы находитесь на странице: 1из 8

KONDILOMA AKUMINATA

Ahmad Ruwaim Fatwa (K1A1 16 065)


Dana Augustina (K1A1 16 084)
Ismah Farah Adiba Nurdin (K1A1 16 100)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS HALUOLEO

KENDARI

2019
DEFINISI

Kondiloma Akuminata (KA) atau dikenal sebagai genital wart (kutil kelamin)adalah IMS
yang disebabkan oleh Humanpapillomavirus (HPV), ditandai dengan adanya kelainan berupa
hiperkeratosis pada kulit dan mukosa, ditemukannya butiran keratohialin yang kasar, dan
keratosit.3

EPIDEMIOLOGI
Penyakit ini termasuk kelompok infeksi menular seksual ( IMS ) , karena 98 % penularan
melalui hubungan seksual. Sisanya dapat ditularkan melalui barang (fomites) yang tercemar
partikel HPV. Frekuensinya pada laki-laki dan perempuan sama. Tersebar kosmopolit dan
transmisi melalui kontak kulit langsung.1

ETIOLOGI
Penyebab kondiloma akuminatum adalah human papilomavirus (HPV), yaitu virus DNA
yang tergolong dalam keluarga papovavirus. Sampai saat ini telah dikenal sekitar 100
genotipe HPV. Namun tidak seluruhnya dapat menyebabkan kondiloma akuminatum ,
tersering , atau 70-100 % , oleh tipe 6 , 11. Selain itu pernah pula ditemukan tipe 30, 42, 43,
44, 45, 51, 54, 55,dan 70. Beberapa tipe HPV tertentu berpotensi onkogenik tinggi, yaitu tipe
16 dan 18, yang paling sening dijumpai pada kanker serviks. Tipe 6 dan 11 lebih se ring
dijumpai pada kondiloma akuminatum can neoplasia intraepitelial serviks derajat ringan.1

MASA INKUBASI
1-8 bulan.2

PREDISPOSISI
-Higiene yang jelek.2
-
Terdapat fluor albus, dan laki-laki tidak disirkumsisi sehingga mudah lembap.5

PATOGENESIS
Patogenitas Kondiloma Akuminata Infeksi HPV genital pada umumnya mengenai mukosa
yang lembab dan berdekatan dengan epitel skuamosa serviks dan anus. Abrasi mikroskopi
pada saat berhubungan seksual memudahkan pasangan yang terinfeksi HPV untuk
menularkannya kepada pasangan yang belum terinfeksi. Trauma berulang dapat
meningkatkan infektivitas dan replikasi virus. Virus akan memasuki sel epitel basal pejamu,
melepaskan kapsul protein dan berada bersama sel pejamu sebagai circular episome.
Selanjutnya virus akan berada dalam masa inkubasi laten selama 1-8 bulan, dan selama itu
tidak nampak manifestasi klinis. Fase pertumbuhan aktif akan dimulai bila terjadi lesi
pertama. Sampai sekarang belum diketahui pemicu perubahan bentuk laten menjadi infeksius,
namun dipengaruhi oleh faktor pejamu, virus, dan lingkungan. Sistem imun seluler yang
kompeten dibutuhkan untuk pembersihan HPV, namun masih menjadi tantangan untuk
menghilangkan virus dari pejamu yang imunokompeten. HPV terlindung dari respon imun
pejamu karena virus berlokasi didalam sel.4

MANIFESTASI KLINIS
Secara umum kelainan fisik mulai 2-3 bulan setelah kontak. Umumnya tidak menimbulkan
keluhan namun bentuknya dapat menyebabkan stres psikologik. Selama masa infeksi aktif,
HPV akan bereplikasi tanpa bergantung pada pembelahan sel pejamu dan akan memicu
pejamu berproliferasi membentuk banyak lesi berupa kutil datar hingga papilar.4
Penyakit ini terutama terdapat di daerah lipatan yang lembab, misalnya di daerah genitalia
ekstema. Pada laki-laki tempat predileksinya di perineum dan sekitar anus, sulkus koronarius,
glans penis, di dalam meatus uretra, korpus, dan pangkal penis. Pada perempuan di daerah
vulva dan sekitarnya, introitus vagina, kadang-kadang pada porsio uteri. Dengan semakin
banyaknya kejadian hubungan seksual anogenital, semakin banyak pula ditemukan
kondiloma akuminatum di daerah anus dan sekitarnya.
Kondisi lembab, misalnya pada perempuan dengan fluor albus atau pada laki-laki yang tidak
disirkumsisi, lesi kondiloma akuminata lebih cepat membesar dan bertambah banyak. Selain
itu, kondisi imunitas yang menurun, misalnya pada orang yang terinfeksi HIV atau
mengalami transplantasi organ tubuh, juga akan menambah cepat pertumbuhan kondiloma
akuminatum. Dalam keadaan hamil, akan menambah banyak lesi dan akan cepat sembuh
dengan berakhimya kehamilan.
Kondiloma akuminatum seringkali tidak menimbulkan keluhan, namun dapat disertai rasa
gatal. Bila terdapat infeksi sekunder, dapat menimbulkan rasa nyeri, bau kurang enak, dan
mudah berdarah.1
Terdapat tiga bentuk klinis KA: 5

 Bentuk akuminata

 Pada daerah lipatan yang lembab. seperti genitalia eksterna

 Vegetasi bertangkai dan papilomatosa (ber- Jonjot) yang awalnya kemerahan lalu
lama kelamaan menjadi kehitaman. Beberapa kutil yang bersatu akan membuat KA
tampak seperti kembang kol. Jika muncul infeksi sekunder vegetasi akan menjadi
abu-abu dan berba tidak enak

 Bentuk papul

 Pada daerah dengan keratinisasi sempurna seperti korpus penis, vulva lateral, daerah
perianal, dan perineum

 Papul dengan permukaan halus dan licin, tersebar diskret.

 Bentuk datar

 Makula atau tak tampak kelainan (infeksi sub- klinis) yang baru terlihat dengan tes
asam ase- tat. Dapat terlihat dengan kolposkopi.

DIAGNOSIS

Kondiloma akuminatum terutama didiagnosis secara klinis karena bentuknya yang khas. Pada
keadaan yang meragukan dapat dilakukan tes asam asetat. Lesi dan kulit atau mukosa
sekitanya dibungkus dengan kain kasa yang telah dibasahi dengan larutan asam asetat 5 %
selama 3-5 menit. Setelah kain kasa dibuka, seluruh area yang dibungkus tadi, diperiksa
dengan kaca pembesar (pembesaran 4-8 kali). Hasil tes yang positif disebut sebagai positif
acetowhite, terjadi wama putih akibat ekspresi sitokeratin pada sel suprabasal yang terinfeksi
HPV. Bagian sel ini mengandung banyak protein, dan warna putih terjadi sebagai akibat
denaturasi protein. Lesi HPV seringkali menunjukkan pola kapillar (punctuated capillary
pattem) yang berbatas tegas. Pada keadaan inflamasi, tes dapat menunjukkan hasil positif
namun dengan pola yang lebih difus dan tidak beraturan. 1
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Penunjang Kondiloma Akuminata Pada kasus yang meragukan, dapat dilakukan
pemeriksaan penunjang, antara lain :
1. Tes asam asetat
Tes dilakukan dengan aplikasi larutan asam asetat 5% pada lesi yang dicurigai. Dalam waktu
3-5 menit, lesi akan berubah menjadi putih (acetowhite).
2. Kolposkopi
Pemeriksaan dengan alat pembesaran optik (kolposkop) untuk melihat serviks dan traktus
genitalis wanita agar tampak lebih jelas. Terkadang dilakukan bersamaan dengan tes asam
asetat.
3. Pemeriksaan histopatologi
Pemeriksaan ini tidak dianjurkan sebagai pemeriksaan rutin KA. Indikasinya adalah untuk
bentuk lesi yang tidak khas, lesi tidak responsif terhadap terapi, dan curiga ganas (ditandai
dengan pigmentasi, pertumbuhan cepat, fiksasi pada dasar lesi, perdarahan dan ulserasi
spontan. Secara mikroskopis, lesi KA ditandai dengan gambaran koilosit (keratinosit
berukuran besar dengan area halo dan vakuolisasi perinuklear). Pada epidermis terdapat
akantosis, parakeratosis, dan rete redges yang memanjang.
4. Pemeriksaan dermoskopi
Alat ini dapat melihat lesi awal datar dan membantu membedakan dengan lesi liken planus,
keratosis seboroik dan bowenoid. Pada lesi KA menunjukkan gambaran pola vaskular dan
gambaran yang khas, berupa pola mosaik pada lesi awal yang masih datar dan ola
menyerupai tombol (knoblike), serat menyerupai jari pada lesi papilomatosa.
5. Identifikasi genom HPV
Pemeriksaan ini tidak dianjurkan untuk diagnosis infeksi HPV anogenital secara rutin.
Seseorang dapat terinfeksi lebih dari 1 subtipe HPV. Pemeriksaan polymerase chain reaction
(PCR) mampu mendeteksi DNA HPV dengan sensitivitas dan spesifisitas tinggi.4

DIAGNOSIS BANDING
1. Benign penile pearty papules: merupakan kea- daan yang normal dijumpai pada 20 %
laki - laki muda, muncul pada masa pubertas, lebih se- ring dijumpai pada keadaan tidak
disirkumsisi. Lesi seringkali asimtomatik, dijumpai terutama mengitari sulkus koronarius.
Keadaan ini tidak perlu diobati.
2. Veruka vulgaris: vegetasi yang tidak ber- tangkai, kering dan berwama abu-abu atau sama
dengan wama kulit.

3. Kondiloma lata: merupakan salah satu bentuk lesi sifilis stadium I, berupa plakat yang
erosif dan basah, ditemukan banyak Spirochaeta pallidum.

4. Karsinoma sel skuamosa: vegetasi berbentuk yang seperti kembang kol, mudah berdarah,
dan berbau.

5. Karsinoma verukosa (Buschke-Lowenstein tumor atau giant condylomata); dianggap


sebagai lesi neoplastik yang bersifat invasif lokal, biasanya dihubungkan dengan HPV tipe
16.1

TATALAKSANA
Non-Farmakologi
-Konselling penyakit dan risiko tertular HIV.
-Obati pasangan seksual pasien.
-Kunjungan ulang 3-7 hari setelah terapi.5

Farmakologi
Pilihan obat berdasarkan keadaan lesi, yaitu umlah, ukuran dan bentuk, serta lokasi. Cara
engobatan dapat dibagi atas pengoba ilakukan oleh pasien (home-patient-applied atan yang
reatment) dan pengobatan oleh dokter (physician- applied treatment).

1.Kemoterapi
a . Tinktura podofilin 25 %
Aplikasi dilakukan oleh dokter, tidak boleh oleh pasien sendiri. Kulit di sekitarnya dilindungi
dengan vaselin agar tidak terjadi iritasi, dan dicuci setelah 4-6 jam. Jika belum ada
penyembuhan dapat diulangi setelah 3 hari. Setiap kali pemberian jangan melebihi 0,3 cc
karena akan diserap dan bersifat toksik. Gejala intoksikasi berupa mual, muntah, nyeri
abdomen, gangguan alat napas, dan keringat yang disertai kulit dingin. Dapat pula terjadi
supresi sumsum tulang yang disertai trombositopenia dan leukopenia. Obat ini jangan
diberikan pada wanita hamil karena dapat terjadi kematian fetus. Cara pengobatan dengan
podofilin ini sering dipakai. Hasilnya baik pada lesi yang baru, tetapi kurang memuaskan
pada lesi yang lama atau yang berbentuk pipih.
b. Asam triklorasetat (trichloroacetic acid atau TCA )
konsentrasi 80-90 % Obat ini juga dioleskan oleh dokter dan dilakukan setiap minggu. Pem-
beriannya harus berhati-hati, karena dapat menimbulkan iritasi hingga ulkus yang dalam.
Boleh diberikan pada ibu hamil.

c. 5-fluorourasil
Konsentrasinya antara 1-5 % dalam krim, dipakai terutama pada lesi di meatus uretra.
Pemberiannya setiap hari oleh pasien sendiri sampai lesi hilang. Pasien dianjurkan untuk
tidak miksi selama 2 jam setelah pengobatan.

2. Bedah listrik (elektrokauterisasi)


3.Bedah beku (N2, N2O cair)
4. Bedah skalpel.
5. Laser karbondioksida
Luka lebih cepat sembuh dan mening- galkan sedikit jaringan parut, bila dibanding- kan
elektrokauterisasi.
6. Interferon
Dapat diberikan dalam bentuk suntikan (intramuskular atau intralesi) dan topikal (krim).
Interferon alfa diberikan dengan dosis 4-6 mU secara intramuskular 3 kali seminggu selama 6
minggu atau dengan dosis 1-5 mU injeksi intramuskular selama 6 minggu. Interferon beta
diberikan dengan dosis 2 x 106 unit injeksi intramuskular selama 10 hari berturut-turut.
7. Imunoterapi
Pada penderita dengan lesi yang luas dan resisten terhadap pengobatan dapat di- berikan
pengobatan bersama dengan imuno- stimulator. 1

PROGNOSIS
Walaupun sering mengalami residif, prognosisnya baik. Perbaiki faktor predisposisi misalnya
higiene, fluor albus, atau kelembaban pada laki-laki akibat tidak disirkumsisi, atau keadaan
imunosupresan.
DAFTAR PUSTAKA

1. BUKU ilmu penyakit kulit dan kelamin , edisi 7 cetakan ketiga, 2016, fakultas
kedokteran universitas indonesia
2. BUKU penyakit tropis,edisi 2,penerbit erlangga, jakarta,2011
3. Ida Ayu IND, NLP Ratih VK, Profil Kasus Kondiloma Akuiminata Di Poliklinik Kulit
dan Kelamin RSUP Sanglah Denpasar Periode Januari 2014-April 2015 Fakultas
Kedokteran Universitas Udayana
4. Diana TR 2016, Kondiloma Akuiminata Jurnal Ilmiah Kedokteran Wijaya Kusuma
5. BUKU kapita selekta kedokteran, edisi IV, jilid I.jakarta. 2014

Вам также может понравиться