Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
A. Pendahuluan
Sebagai satu elemen pranata sosial yang bertugas me-
laksanakan dan menegakkan keadilan, Peradilan Agama
merupakan institusi yang penting dalam tata kehidupan
masyarakat, khususnya umat Islam baik secara filosofis, yuridis,
1
Staf Pusat Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (P3M) STAI Darul
Ulum Kandangan.
209
An-Nahdhah, Vol. 4, No. 8, Desember 2011
2
Rahmat Syafe’i, “Yurisprudensi Peradilan Agama dari Pelaksanaan
UUPA: Segi Normatif dalam Kajian Fiqh, Alternatif Penyempurnaan Timbal
Balik,” dalam 10 Tahun Undang-undang Peradilan Agama, (Jakarta:
Ditbinbapera dan Fakultas Hukum UI, 1999), h. 29.
3
Wahyu Widiana, “Undang-Undang Nomor 50 Tahun 2009 dan
Pasang Surut Perkembangan Peradilan Agama”, http://www.badilag.net/
16/02/2011/Pdf. h. 1.
4
Dalam perspektif Islam, arbitrase dapat dipadankan dengan istilah
tahkim.
5
Eksekusi atau pelaksanaan putusan ialah tindakan yang dilakukan
secara paksa terhadap pihak yang kalah dalam perkara. Lihat M. Yahya
Harahap, Ruang Lingkup Permasalahan Eksekusi Bidang perdata, Edisi
Kedua, (Jakarta: Sinar Grafika, 2007), cet. 3, h. 6. Dalam hal ini putusan
yang bersifat condemnatoir, yaitu yang mengandung perintah kepada suatu
pihak untuk melakukan sesuatu perbuatan. Apabila pihak Tergugat atau
Termohon menjadi pihak yang kalah dalam perkara tidak melaksanakan
putusan Basyarnas secara sukarela, sehingga kedudukannya menjadi pihak
Tereksekusi. Dan apabila pihak Penggugat atau Pemohon menjadi pihak yang
kalah, maka tidak akan ada eksekusi, karena memang keadaan tetap seperti
sediakala sebelum adanya gugatan, kecuali kalau Tergugat atau Termohon
mengajukan gugatan balik (rekonvensi).
211
An-Nahdhah, Vol. 4, No. 8, Desember 2011
7
Sugiri Permana, “Kedudukan Undang-Undang dan Perjanjian Dalam
Menentukan Penyelesaian Sengketa Perbankan Syariah Oleh Peradilan Agama,
Peradilan Umum dan Lembaga Non Litigasi”, http://www.badilag.net/
03/01/2011/Pdf. h. 7.
8
Titik Triwulan Tutik, Pokok-Pokok Hukum Tata Negara Indonesia Pasca
Amandemen UUD 1945, (Jakarta: Cerdas Pustaka Publisher, 2008), h. 54.
9
Ibid., h. 55-56.
213
An-Nahdhah, Vol. 4, No. 8, Desember 2011
10
Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, Edisi Pertama, (Jakarta:
Kencana, 2008), cet. 4, h. 98-99.
11
Ibid.
12
.Sudikno Mertokusumo, Mengenal Hukum; Suatu Pengantar,
(Yogyakarta: Universitas Atma Jaya, 2010), h. 123.
13
Ibid.
14
Peter Mahmud Marzuki, op. cit. h. 101.
15
.Lihat Pasal 32 ayat (4) Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2009
tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1985
tentang Mahkamah Agung.
16
Hasbi Hasan, Kompetensi Peradilan Agama Dalam Penyelesaian
Perkara Ekonomi Syariah, (Jakarta: Gramata Publishing, 2010), h. 193.
17
Sudikno Mertokusumo, Hukum Acara Perdata Indonesia,
(Yogyakarta: Liberty, 1998), h. 57-58.
18
Hasbi Hasan, op. cit., h. 122.
215
An-Nahdhah, Vol. 4, No. 8, Desember 2011
19
Ibid., h. 123.
20
Ahmad Mujahidin, Pembaharuan Hukum Acara Perdata Peradilan
Agama dan Mahkamah Syariyah di Indonesia, (Jakarta: IKAHI, 2007), h. 117.
21
Eman Suparman, “Perluasan Kompetensi Absolut Peradilan Agama
Dalam Memeriksa dan Memutus Sengketa Bisnis Menurut Prinsip Syariah”,
http://www.badilag.net/16/02/2011/Pdf. h. 24.
22
Hasbi Hasan, op. cit., h. 124.
23
Ibid., h. x.
24
Rifyal Ka’bah, “Penyelesaian Sengketa Ekonomi Syariah Sebagai
Sebuah Kewenangan Baru Peradilan Agama”, Al-Mawardi Edisi XVII Tahun
2007, h. 34, dalam http://www.badilag.net/16/02/2011.
25
Abdul Kadir, “Penanganan Sengketa Ekonomi Syariah Oleh
Pengadilan Agama; Sebuah Kenyataan dan Harapan”, http://www.badilag.net
/16/02/2011/Pdf. h. 3.
26
Yusna Zaida, “Kewenangan Peradilan Agama terhadap Sengketa
Ekonomi Syariah,” Al-BANJARI Vol. 5, No. 9, Januari-Juni 2007. h. 1, dalam
http://www.badilag.netdata/16/02/2011.
217
An-Nahdhah, Vol. 4, No. 8, Desember 2011
29
Jaih Mubarak, “Penyelesaian Sengketa Ekonomi Syariah di
Indonesia”, http://www.badilag.net/19/04/2011.
30
M. Yahya Harahap, Arbitrase, Edisi Kedua, (Jakarta: Sinar Grafika,
2004), h. 298-299.
219
An-Nahdhah, Vol. 4, No. 8, Desember 2011
34
Lihat Pasal 58 Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang
Kekuasaan Kehakiman.
221
An-Nahdhah, Vol. 4, No. 8, Desember 2011
37
Undang-undang ini telah diubah dengan Undang-undang Nomor 8
Tahun 2004, dan kemudian diubah lagi dengan Undang-undang Nomor 49
Tahun 2009.
223
An-Nahdhah, Vol. 4, No. 8, Desember 2011
38
Habi Hasan, op. cit., h. 178-179.
39
Ibid.
225
An-Nahdhah, Vol. 4, No. 8, Desember 2011
40
Ibid., h. 185-186.
41
.Maksudnya, makna normatif dalam muatan ayat (1) saling
bertentangan dengan ayat (2).
42
Hasbi Hasan, op. cit., h. 141.
227
An-Nahdhah, Vol. 4, No. 8, Desember 2011
43
Lihat Pasal 1 angka 3 Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999.
44
Ibid., Pasal 11 ayat (2) dan ayat (3).
45
Undang-Undang Dasar 1945 Amandemen Ke-tiga.
46
.Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 157
Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman.
229
An-Nahdhah, Vol. 4, No. 8, Desember 2011
47
Hasbi Hasan, op. cit., h. 177.
231
An-Nahdhah, Vol. 4, No. 8, Desember 2011
48
Lihat Jimly Asshiddiqie, Perihal Undang-Undang, (Jakarta:
Rajawali Pers, 2010), h. 128-129.
49
Lihat Sudikno Mertokusumo, Mengenal Hukum; Suatu Pengantar,
op. cit., h. 228.
233
An-Nahdhah, Vol. 4, No. 8, Desember 2011
G. Penutup
Dari pemaparan di atas, dapat diambil simpulan bahwa
kewenangan eksekusi putusan Basyarnas mengenai sengketa
ekonomi syariah merupakan kewenangan Pengadilan Agama
melalui penafsiran Argumentum Per Analogiam (analogi) dan
50
http://www.hukumonline.com/10/03/2011.
DAFTAR PUSTAKA
235
An-Nahdhah, Vol. 4, No. 8, Desember 2011
237
An-Nahdhah, Vol. 4, No. 8, Desember 2011