Вы находитесь на странице: 1из 5

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei sampai dengan bulan Juli 2019.
Data yang digunakan pada penelitian ini diperoleh dari Stasiun Meteorologi
Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Kota Pekanbaru dan Bereau of Metrology
(BOM) Australia. Pengolahan data dilakukan di Laboratorium Fisika Terpadu
Universitas Muhammadiyah Riau.
3.2 Metode Penelitian
Diagram alir penelitian yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat
dalam Gambar 3.1 berikut ini :
Studi Literatur

Pengumpulan Data

Curah Hujan Harian Fase MJO Amplitudo MJO


(2009-2018) (2009-2018) (2009-2018)

Curah Hujan Amplitudo


Dasarian Dasarian MJO

Anomali Dasarian Menentukan Fase MJO Menghitung


(+ dan -) Curah Dominan pada Anomali Korelasi Curah
Hujan Curah Hujan (+ dan-) Hujan dasarian dan
Fast Fourier Amplitudo dasarian
Transform (FFT) MJO
Curah Hujan Persentase Fase MJO
dominan pada Anomali
Curah Hujan (+ dan -)

ANALISIS

KESIMPULAN

Gambar 3.1. Diagram Alir Penelitian

10
11

3.3 Teknik Pengumpulan Data


Data yang dipergunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder yaitu
data monitoring fase dan amplitudo MJO yang diperoleh dari data citra satelit
Bereau of Metrology (BOM) Australia tahun 2009 sampai dengan tahun 2018 dan
data curah hujan harian Kota Pekanbaru yang di monitoring dan tercatat pada
stasiun Meteorologi Simpang Tiga Pekanbaru tahun 2009 sampai dengan tahun
2018 dengan satuan milimeter (mm).
3.4 Teknik Pengolahan Data
Dalam pengolahan data untuk penelitian pengaruh fenomena MJO terhadap
curah hujan Kota Pekanbaru terdapat beberapa tahapan pengolahan data sebagai
berikut :
3.4.1 Perhitungan Intensitas Curah Hujan Dasarian
Perhitungan intensitas curah hujan dasarian merupakan jumlah curah hujan
dalam 10 hari, sehingga dalam 1 bulan akan didapatkan 3 nilai dasarian kemudian
dicari nilai rata-rata disetiap dasa. Intensitas curah hujan dasarian dapat dihitung
menggunakan persamaan 3.1 berikut ini :
1
𝑌𝑖 = ∑𝑖=1 𝑋𝑖 ................................................................ (3.1)
𝑛
Keterangan :
Y : Curah hujan dasarian
n : Jumlah hari
Xi :Jumlah curah hujan harian
Sedangkan, untuk menghitung nilai rata-rata intensitas curah hujan dasarian
dapat dihitung dengan menggunakan persamaan 3.2 berikut ini :
̅𝑖 = 1 ∑𝑖=1 𝑌𝑖 ................................................................(3.2)
𝑌
𝑛
Keterangan :
𝑌𝑖 : Rata-rata intensitas curah hujan dasarian
n : Jumlah tahun yang digunakan dalam data
Yi : Jumlah curah hujan dasarian (tahun 2009-2018)
12

3.4.2 Perhitungan Anomali Intensitas Curah Hujan Dasarian


Perhitungan anomali intensitas curah hujan dasarian merupakan selisih
antara nilai intensitas curah hujan dasarian dengan nilai rata-rata curah hujan
dasarian. Atau dapat dilihat dalam persamaan 3.3 berikut :
̅𝑖 ......................................................(3.3)
𝑌𝑎𝑛𝑜𝑚𝑎𝑙𝑖 = 𝑌𝑖 − 𝑌
Keterangan:
Yanomali : Anomali intensitas curah hujan dasarian
𝑌𝑖 : Curah hujan dasarian
̅𝑖
𝑌 : Rata-rata curah hujan dasarian
3.4.3 Analisis Fast Fourier Transform (FFT) Intensitas Curah Hujan
Analisis Fast Fourier Transform (FFT) digunakan untuk melihat pola
osilasi pada suatu deret waktu, dalam fenomena Madden Julian Oscillation (MJO).
Untuk metode FFT ini digunakan data intensitas curah hujan dasarian sebagai
inputannya. FFT ini dijabarkan dalam persamaan 3.4 berikut ini :

𝑆(𝑓) = ∫−∞ 𝑠(𝑡)𝑒 −𝑗2𝜋𝑓𝑡 𝑑𝑡 ................................................ (3.4)
Dimana :
𝑠(𝑓) ∶ sinyal dalam domain frekuensi (𝑓𝑟𝑒𝑞𝑢𝑒𝑛𝑐𝑦 𝑑𝑜𝑚𝑎𝑖𝑛)
𝑠(𝑡) ∶ sinyal dalam domain waktu (𝑡𝑖𝑚𝑒 𝑑𝑜𝑚𝑎𝑖𝑛)
𝑒 −𝑗2𝜋𝑓𝑡 ∶ konstanta dari nilai sebuah sinyal
𝑓 ∶ frekuensi
𝑡 ∶ waktu
3.4.4 Perhitungan Persentase Fase MJO dominan pada Anomali Intensitas
Curah Hujan Positif dan Anomali Intensitas Curah Hujan Negatif
Melakukan perhitungan unutk mengetahui persentase fase MJO dominan
pada anomali curah hujan positif dan anomali curah hujan negatif dilakukan
beberapa tahapan, yaitu sebagai berikut :
1. Memisahkan Anomali Curah Hujan Positif dan Anomali Curah Hujan
Negatif
Anomali curah hujan positif dan anomali curah hujan negatif dapat
diketahui dari melihat hasil Yanomali, jika nilai Yanomali bernilai positif maka
dikatakan anomali curah hujan positif dan jika Yanomali bernilai negatif maka
dikatakan anomali curah hujan negatif.
13

2. Pengelompokkan Fase MJO


Penglompokkan fase MJO dilakukan untuk melihat fase MJO dominan yang
terjadi dengan cara mengelompokkan fase MJO menjadi dua bagian yaitu pada
fase MJO 2-5 dan fase MJO 6-1. Data yang dikelompokkan merupakan data fase
MJO yang terjadi dalam 10 hari.
3. Perhitungan Persentase Fase MJO Dominan pada Anomali Intensitas Curah
Hujan Positif dan Anomali Intensitas Curah Hujan negatif
Tahapan untuk menghitung Persentase Fase MJO Dominan pada Anomali
Curah Hujan Positif dan Anomali Curah Hujan negatif dilakukan dengan cara
menghitung jumlah kejadian anomali curah hujan positif atau anomali curah hujan
negatif yang terjadi fase MJO 2-5 dan fase MJO 6-1. Persentase fase MJO
dominan dapat dituliskan pada persamaan 3.5 berikut ini :
∑ Anomali CH pada MJO fase 2−5 dan fase 6−1
Persentase Fase MJO dominan = ∑ kejadian MJO fase 1−8
× 100 .…(3.5)

3.4.5. Perhitungan Korelasi Antara Amplitudo Dasarian MJO dan Anomali


Intensitas Curah Hujan Dasarian
Perhitungan korelasi antara amplitudo dasarian MJO dan anomali intensitas
curah hujan dasarian dilakukan dengan cara mengumpulkan data amplitudo
dasarian MJO. Kemudian, untuk menghitung nilai amplitudo dasarian MJO data
tersebut dijumlahkan dan dibagi 10. Atau dapat dihitung dalam persamaan 3.6
berikut ini :
1
Amplitudo Dasarian = 𝑛 ∑𝑖=1 𝑍𝑖 …………………….……….(3.6)

Keterangan :
Amplitudo Dasarian : Amplitudo dasarian MJO
n : Jumlah hari
Zi : Jumlah amplitudo harian
Setelah didapatkan amplitudo dasarian MJO selanjutnya dilakukan korelasi
antara intensitas curah hujan dasarian dan amplitudo dasarian MJO mengunakan
korelasi pearson, dengan persamaan :
𝑛 ∑ 𝑥𝑖 𝑦𝑖 −(∑ 𝑥𝑖 )(∑ 𝑦𝑖 )
𝑟𝑥𝑦 = ………………………….(3.7)
√(𝑛 ∑ 𝑥𝑖2 −(𝑥𝑖 )2 )(𝑛 ∑ 𝑦𝑖2 −(𝑦𝑖 )2 )
14

Dimana :
𝑟𝑥𝑦 = koefisien korelasi variabel x dan y
n = banyaknya pasangan variabel x dan y
Xi = Variabel Bebas (Curah Hujan)
Yi = Variabel Terikat (Amplitudo MJO)
3.5 Analisis Data
Menganalisis data dilakukan dalam beberapa tahapan sebagai berikut :
1. Analisis fase MJO dominan pada anomali curah hujan positif dan negatif
didapatkan dari presentase fase dominan MJO pada anomali curah hujan
positif dan negatif.
2. Analisis hubungan antara curah hujan dan MJO didapatkan dari hasil
perhitungan dan uji statistik data curah hujan dasarian dan data amplitudo
dasarian MJO yang diolah tahun 2009-2018.
3. Analisis pola osilasi MJO dilakukan dengan melihat grafik yang dihasilkan
oleh FFT.

Вам также может понравиться