Вы находитесь на странице: 1из 26

LAPORAN PENDAHULUAN HERNIA

OLEH :
GUSTI AYU PUTU PRAMITA
189012092
B-10B

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIRA MEDIKA BALI
2019
HERNIA

A. KONSEP DASAR PENYAKIT


1. Definisi/Pengertian Hernia
Hernia berasal dari kata latin yang berarti rupture. Hernia merupakan prostrusi
atau penonjolan isi suatu rongga melalui defek atau bahian lemah dari dinding rongga
bersangkutan. Pada hernia abdomen, isi perut menonjol melalui defek atau bagian lemah
dari lapisan muskulo-aponeurotik dinding perut. Hernia inguinalis adalah hernia yang
paling umum terjadi dan muncul sebagai tonjolan diselangkangan atau skrotum
(Soedarto, 2012).
a. Klasifikasi Hernia
1) Klasifikasi hernia berdasarkan letaknya (Soedarto, 2012) yaitu :
a) Hernia indirek atau lateral
Hernia disebut lateralis karena menonjol dari perut di lateral pembuluh
epigastrika inferior, dan disebut indirek karena keluar melalui dua pintu dan
saluran yaitu anulus dan kanalis inguinalis, berbeda dengan hernia medialis
yang langsung menonjol melalui segitiga Hesselbach dan disebut hernia direk.
Pada pemeriksaan hernia lateralis, akan tampak tonjolan berbentuk lonjong,
sedangkan hernia medialis berbentuk tonjolan bulat. Pada bayi atau anak, hernia
lateralis disebabkan oleh kelainan bawaan berupa tidak menutupnya prosesus
vaginalis peritoneum sebagai akibat proses turunnya testis ke skrotum. Hernia
gelincir dapat terjadi di sebelah kanan dan kiri. Hernia yang di kanan biasanya
berisi sekum dan sebagian kolon asendens, sedangkan yang sebelah kiri berisi
kolon desendens.
2) Hernia direk atau medialis
Hernia inguinalis medialis atau hernia direk hampir selalu disebabkan
oleh peninggian teka nan intraabdomen kronik dan kelemahan otot dinding di
segitiga Hesselbach. Oleh sebab itu, hernia ini umumnya terjadi bilateral,
khususnya pada usia tua. Hernia ini jarang, bahkan hampir tidak pernah
mengalami inkarserasi dan stragulasi. Pada klien terlihat adanya massa bundar
pada arteri inguinalis eksterna yang mudah mengecil bila klien tidur. Karena
besarnya defek pada dinding posterior maka hernia ini jarang menjadi
irreponible
a. Klasifikasi hernia berdasarkan terjadinya (Nurarif, 2015) yaitu :
1) Hernia Kongenital (bawaan)
Hernia congenital terjadi pada pertumbuhan janin usia lebih dari 3
minggu testis yang mula-mula terletak di atas mengalami penurunan (desensus)
menuju ke skrotum. Pada waktu testis turun melewati inguinal sampai skrotum
prosesus vaginalis peritoneal yang terbuka dan berhubungan dengan rongga
peritoneum mengalami obliterasi dan setelah testis sampai pada skrotum,
prosesus vaginalis peritoneal seluruhnya tertutup (obliterasi). Bila ada gangguan
obliterasi maka seluruh prosesus vaginalis peritoneal terbuka, terjadilah hernia
ingunalis lateralis.
2) Hernia Akuisitas (didapat)
Hernia yang terjadi setelah dewasa atau pada usia lanjut. Disebabkan
karena adanya tekanan intraabdominal yang meningkat dan dalam waktu yang
lama, misalnya batuk kronis, konstipasi kronis, gangguan proses kencing
(hipertropi prostat, striktur uretra), asites, dan sebagainya.

b. Klasifikasi hernia menurut sifatnya yaitu :


1) Hernia Reponible
Bila isi hernia dapat keluar masuk, usus keluar jika berdiri atau
mengejan dan masuk lagi jika berbaring atau didorong masuk perut. Selama
hernia masih reponibel, tidak ada keluhan nyeri atau gejala obstruksi usus.
2) Hernia Ireponible
Bila isi kantong hernia tidak dapat direposisi kembali ke dalam rongga
perut, ini disebabkan oleh pelekatan isi kantong kepada peritonium kantong
hernia. Hernia ini disebut hernia aktreta. Hernia ini tidak ada keluhan nyeri,
tidak juga tanda sumbatan usus.\
3) Hernia Strangulata atau Inkaserata
Bila isi hernia terjepit oleh cincin hernia sehingga isi kantong
terperangkap dan tidak dapat kembali kedalam rongga perut. Akibatnya, terjadi
gangguan pasase atau vaskularisasi.

3
2. Epidemiologi/Insidensi Kasus

Menurut Soedarto (2012) ada pria, 97 % dari hernia terjadi di daerah


inguinalis, 2 % sebagai hernia femoralis dan 1% sebagai hernia umbilicalis. Pada
wanita variasinya berbeda, yaitu 50 % terjadi pada daerah inguinalis, 34 % pada
canalis femoralis dan 16 % pada umbilicus. Tempat umum hernia adalah lipat paha,
umbilikus, linea alba, garis semilunaris dari Spiegel, diafragma, dan insisi bedah.
Tempat herniasi lain yang sebanding tetapi sangat jarang adalah perineum, segitiga
lumbal superior dari Grynfelt, segitiga lumbal inferior dari Petit, dan foramen
obturator serta skiatika dari pelvis.

Angka kejadian hernia inguinalis (medialis/direkdan lateralis/indirek) 10 kali


lebih banyak dari pada hernia femoralis dan keduanya mempunyai persentase
sekitar 75 - 80 % dari seluruh jenis hernia, hernia insisional 10 %, hernia ventralis
10 %, hernia umbilikalis 3 %, dan hernia lainnya sekitar 3 % (Sjamsuhidajat, 2010
dan.

Secara umum, kejadian hernia inguinalis lebih banyak diderita oleh laki -laki
dari pada perempuan. Angka perbandingan kejadian hernia inguinalis 13,9 % pada
laki - laki dan 2,1 % pada perempua.

Tindakan yang paling memungkinkan untuk terapi hernia inguinalis adalah


tindakan pembedahan. Setiap tahun diperkirakan terdapat 20 juta kasus prosedur
bedah mengenai hernia inguinalis. Insiden dan prevalensi di seluruh dunia tidak
diketahui pasti. Tingkat prosedur operasi dalam berbagai negara memiliki tingkat
yang bervariasi, berkisar antara 100 hingga 300 prosedur per 100.000 orang dalam
satu tahun (Burney, 2012). Kasus hernia inguinalis di USA (United States America)
sekitar 800.000 kasus setiap tahun dan negara Belanda sekitar 33.000 kasus setiap
tahun (Ruhl, 2007). Salah satu rumah sakit di Indonesia yaitu RSUD dr. Soehadi
Prijonegoro kabupaten Sragen terdapat 324 pasien hernia inguinalis dari keseluruhan
pasien bedah rawat jalan 5291 kasus pada tahun 2012 atau dengan prevalensi.

Hernia inguinalis dapat diderita oleh semua umur, tetapi angka kejadian
hernia inguinalis meningkat dengan bertambahnya umur dan terdapat distribusi
bimodal (dua modus) untuk usia yaitu dengan puncaknya pada usia 1 tahun dan
pada usia rata – rata 40 tahun. Pada anak, insidensinya 1 - 2%, dengan 10 % kasus

4
mengalami komplikasi inkarserasi. Pada usia sekitar satu tahun, sekitar 30 %
processus vaginalis belum tertutup. Hernia inguinalis lebih sering terjadi di sebelah
kanan 60 %, sebelah kiri 20 - 25 %.

3. Penyebab/Faktor Predisposisis
Hernia dapat terjadi karena anomali kongenital atau didapat. Hernia dapat
dijumpai pada segala usia dan lebih banyak pada laki-laki daripada perempuan. Berbagai
faktor penyebab berperan pada pembentukan pintu masuk hernia di anulus internus yang
cukup lebar sehingga dapat dilalui oleh kantung dan isi hernia. Selain itu, diperlukan
pula faktor yang mendorong isi hernia melewati pintu yang sudah terbuka cukup lebar.
Faktor yang dipandang berperan adalah adanya prosesus vaginalis yang terbuka,
peninggian tekanan di dalam rongga perut dan kelemahan otot dinding perut karena usia
(Sudoyo,2009).
Testis turun mengikuti prosesus vaginalis. Pada neonatus, kurang lebih 90%
prosesus vaginalis tetap terbuka, sedangkan pada bayi umur satu tahun, sekitar 30%
prosesus vaginalis belum tertutup. Akan tetapi, kejadian hernia pada umur ini hanya
beberapa persen. Tidak sampai 10% anak penderita prosesus vaginalis paten mengidap
hernia. Umumnya disimpulkan bahwa prosesus vaginalis paten bukan merupakan
penyebab tunggal hernia, tetapi diperlukan faktor yang lain, anulis inguinalis yang cukup
besar. Tekanan intraabdomen yang meninggi secara kronik seperti batuk kronik,
obesitas, ibu hamil, mengejan dan mengangkat beban berat (Soedarto,2012).

5
PPeningkatan intra Kelemah otot dinding abdomen
abdomen
-Trauma
4. Patofisologi - -batuk
- -bersin-bersin -obesitas
- -mengejan
-kehamilan
- -mengangkat benda berat Isi rongga abdomen melewati annulus
s rongga abdomen melewati
Isi
inguinal
dinding inguinal

Masuk kekanal inguinal


Masuk kekanal inguinal
Masuk keskrotum terjadi penonjolan
keluar
Pre Operasi
kantung yang terdapat dalam perut
Lokal Gener mengalami kelemahan
al
Sal. limfe Mual
HERNIA INGUINALIS
terbendung muntrah.
Suplai cairan Sekresi
Iskemik elektrolit (-) Pembedahan
Jar. berkurang
Post Operasi
Nekrosi Kurang
Kekuranga informasi
s. Dehidra
Infeksi. n nutrisi Kerusakan tentang
Insisi
si
Bedah spasme otot pembedahan
Abses Absrobs
Ganggu Resiko
toksik Terputusnya
an rasa infeksi Terputusnya
Paralise jaringan saraf ansietas
nyeri jaringan
saraf
Nyeri
6 Kerusakan mobilitas fisik
Akut
5. Manifestasi Klinis
Manifestasi yang timbul ( Nurarif, 2015) antara lain:
a. Berupa benjolan keluar masuk atau keras dan yang tersering tampak benjolan di
lipat paha.
b. Adanya rasa nyeri pada daerah benjolan bila isinya terjepit disertai perasaan mual.
c. Terdapat gejala mual dan muntah atau distensi bila telah ada konflikasi
d. Bila terjadi hernia inguinalis stragulata perasaan sakit akan bertambah hebat setra
kulit diatasnya menjadi merah dan panas.
e. Bila klien mengejan atau batuk maka benjolan hernia akan bertambah besar.
6. Pemeriksaan Fisik
a. Inspeksi
 Hernia reponibel terdapat benjolan dilipat paha yang muncul pada waktu berdiri,
batuk, bersin atau mengedan dan mneghilang setelah berbaring.
 Hernia inguinal
 Lateralis : uncul benjolan di regio inguinalis yang berjalan dari lateral ke
medial, tonjolan berbentuk lonjong.
 Medialis : tonjolan biasanya terjadi bilateral, berbentuk bulat.
 Hernia skrotalis : benjolan yang terlihat sampai skrotum yang merupakan tojolan
lanjutan dari hernia inguinalis lateralis.
 Hernia femoralis : benjolan dibawah ligamentum inguinal.
 Hernia epigastrika : benjolan dilinea alba.
 Hernia umbilikal : benjolan diumbilikal.
 Hernia perineum : benjolan di perineum.
b. Palpasi
 Titik tengah antar SIAS dengan tuberkulum pubicum (AIL) ditekan lalu pasien
disuruh mengejan. Jika terjadi penonjolan di sebelah medial maka dapat diasumsikan
bahwa itu hernia inguinalis medialis.
 Titik yang terletak di sebelah lateral tuberkulum pubikum (AIM) ditekan lalu pasien
disuruh mengejan jika terlihat benjolan di lateral titik yang kita tekan maka dapat
diasumsikan sebagai nernia inguinalis lateralis.
 Titik tengah antara kedua titik tersebut di atas (pertengahan canalis inguinalis) ditekan
lalu pasien disuruh mengejan jika terlihat benjolan di lateralnya berarti hernia
inguinalis lateralis jika di medialnya hernia inguinalis medialis.

7
 Hernia inguinalis : kantong hernia yang kosong kadang dapat diraba pada funikulus
spermatikus sebagai gesekan dua permukaan sutera, tanda ini disebut sarung tanda
sarung tangan sutera. Kantong hernia yang berisi mungkin teraba usus, omentum
(seperti karet), atau ovarium. Dalam hal hernia dapat direposisi pada waktu jari masih
berada dalam annulus eksternus, pasien mulai mengedan kalau hernia menyentuh
ujung jari berarti hernia inguinalis lateralis dan kalau samping jari yang menyentuh
menandakan hernia inguinalis medialis. lipat paha dibawah ligamentum inguina dan
lateral tuberkulum pubikum.
 Hernia femoralis : benjolan lunak di benjolan dibawah ligamentum inguinal
 Hernia inkarserata : nyeri tekan.
c. Perkusi
Bila didapatkan perkusi perut kembung maka harus dipikirkan kemungkinan hernia
strangulata. Hipertimpani, terdengar pekak.
d. Auskultasi
Hiperperistaltis didapatkan pada auskultasi abdomen pada hernia yang mengalami
obstruksi usus (hernia inkarserata).
 Colok dubur
Tonjolan hernia yang nyeri yang merupakan tanda Howship – romberg (hernia
obtutaratoria).
 Tanda – tanda vital : temperatur meningkat, pernapasan meningkat, nadi
meningkat, tekanan darah meningkat.
* Tiga teknik pemeriksaan sederhana yaitu finger test, Ziemen test dan Tumb test.
Cara pemeriksaannya sebagai berikut
Pemeriksaan Finger Test :

1. Menggunakan jari ke 2 atau jari ke 5.


2. Dimasukkan lewat skrortum melalui anulus
eksternus ke kanal inguinal.
3. Penderita disuruh batuk:
 Bila impuls diujung jari berarti Hernia Inguinalis
Lateralis.
 Bila impuls disamping jari Hernia Inguinnalis
Medialis.

8
Pemeriksaan Ziemen Test :

1. Posisi berbaring, bila ada benjolan masukkan dulu


(biasanya oleh penderita).
2. Hernia kanan diperiksa dengan tangan kanan.
3. Penderita disuruh batuk bila rangsangan pada:
 jari ke 2 : Hernia Inguinalis Lateralis.
 jari ke 3 : hernia Ingunalis Medialis.
 jari ke 4 : Hernia Femoralis.
Pemeriksaan Thumb Test :

 Anulus internus ditekan dengan ibu jari dan


penderita disuruh mengejan
 Bila keluar benjolan berarti Hernia Inguinalis
medialis.
 Bila tidak keluar benjolan berarti Hernia Inguinalis
Lateralis.

7. Therapy/Tindakan Penanganan
a. Terapi umum yang dapat dilakukan pada hernia (Soedarto, 2012) ialah:
1) Reposisi
Reposisi tidak dilakukan pada hernia inguinalis stragulata kecuali pada pasien
anak. Reposisi dilakukan secara bimanual. Tangan kiri memegang isi hernia
sambil membentuk corong sedangkan tangan kanan mendorong ke arah cincin
hernia dengan sedikit tekanan perlahan yang tetap sampaiterjadi reposisi.
2) Suntikan
Setelah reposisi berhasil suntikkan zat yang bersifat sklerotik untuk
memperkecil pintu hernia.
3) Sabuk hernia
Pemakaian bantalan penyangga hanya bertujuan untuk menahan hernia yang
telah direposisi dan tidak pernah menyembuhkan sehingga harus dipakai seumur
hidup.

9
4. Umumnya tindakan operatif merupakan satu-satunya yang rasional.

b.Pengobatan operatif
1) Herniotomi
Dilakukan pembebasan kantong hernia sampai ke lehernya. Kantong dibuka
dan isi hernia dibebaskan kalau ada pelekatan, kemudian direposisi. Kantong
hernia dijahit kemudian diikat setinggi mungkin lalu dipotong.
2) Hernioplasty
Dilakukan tindakan memperkecil anulus inguinalis dan memperkuat dinding
belakang kanalis inguinalis. Memperkecil inguinalis internus dengan jahitan
terputus, menutup dan memperkuat fasia tranversa.

8. Pemeriksaan Diagnostik
a. Pemeriksaan darah lengkap: menunjukan peningkatan sel darah putih, serum elektrolit
dapat menunjukan hemokonsentrasi (peningkatan hematokrit), dan
ketidakseimbangan elektrolit. Pemeriksaan koagulasi darah: mungkin memanjang,
mempengaruhi homeostatis intraoperasi atau post operasi.
b. Pemeriksaan urine
Munculnya sel darah merah atau bakteri yang mengindikasikan infeksi.
c. Elektrokardiografi (EKG). Penemuan akan sesuatu yang tidak normal memberikan
prioritas perhatian untuk memberikan anestesi.
d. Sinar X abdomen menunjukan abnormalnya kadar gas dalam usus arau obstruksi
usus (Mansjoer,2010).

9. Komplikasi
Komplikasi yang mungkin terjadi pada hernia sebagai berikut:
1. Hernia berulang
2. Obstruksi usus parsial atau total
3. Luka pada usus
4. Gangguan suplai darah ke testis jika klien laki-laki
5. Perdarahan yang berlebih
6. Infeksi luka bedah
7. Fistel urin dan feses

10
B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
Pengkajian Pada Pasien Pra Operasi Hernia meliputi :
1. Pengkajian Keperawatan
a. Pengkajian Umum
Mengkaji identitas pasien dan identitas penanggung jawab pasien dengan
format nama, umur, jenis kelamin, status, agama, pekerjaan, suku bangsa, alamat,
pendidikan, diagnose medis, sumber biaya, hubungan antara pasien dengan
penanggung jawab.

b. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan Utama
Perawat memfokuskan pada hal-hal yang menyebabkan klien meminta
bantuan pelayanan seperti :
a) Apa yang dirasakan klien
b) Apakah masalah atau gejala yang dirasakan terjadi secara tiba-tiba
atau perlahan dan sejak kapan dirasakan
c) Bagaimana gejala itu mempengaruhi aktivitas hidup sehari-hari
d) Apakah ada perubahan fisik tertentu yang sangat mengganggu klien.
2) Riwayat Penyakit Sekarang
Kaji kondisi yang pernah dialami oleh klien diluar gangguan yang
dirasakan sekarang khususnya gangguan yang mungkin sudah berlangsung
lama bila dihubungkan dengan usia dan kemungkinan penyebabnya, namun
karena tidak mengganggu aktivitas klien, kondisi ini tidak dikeluhkan.
3) Riwayat Kesehatan Keluarga
Mengkaji kondisi kesehatan keluarga klien untuk menilai ada tidaknya
hubungan dengan penyakit yang sedang dialami oleh klien. Meliputi
pengkajian apakah pasien mengalami alergi atau penyakit keturunan.
4) Riwayat Penyakit Dahulu

Meliputi pengkajian apakah gangguan yang dirasakan pertama kali atau pernah
mengalami penyakit riwayat batuk kronik (penyakit paru obstruksi menahun
sebelumnya.

11
c. Kebutuhan Biopsikososial Spiritual
1) Pola manajemen kesehatan dan persepsi kesehatan
Kaji pasien mengenai :
a) Arti sehat dan sakit bagi pasien
b) Pengetahuan status kesehatan pasien saat ini
c) Perlindungan terhadap kesehatan : program skrining, kunjungan ke pusat
pelayanan kesehatan, diet, latihan dan olahraga, manajemen stress, faktor
ekonomi
d) Pemeriksaan diri sendiri: riwayat medis keluarga, pengobatan yang sudah
dilakukan.
e) Perilaku untuk mengatasi masalah kesehatan
2) Pola metabolik – nutrisi
Kaji pasien mengenai :
a) Kebiasaan jumlah makanan dan kudapan
b) Jenis dan jumlah (makanan dan minuman)
c) Pola makan 3 hari terakhir atau 24 jam terakhir, porsi yang dihabiskan,
nafsu makan
d) Kepuasan akan berat badan
e) Persepsi akan kebutuhan metabolik
f) Faktor pencernaan : nafsu makan, ketidaknyamanan, rasa dan bau, gigi,
mukosa mulut, mual atau muntah, pembatasan makanan, alergi makanan
g) Data pemeriksaan fisik yang berkaitan (berat badan saat ini dan smrs)
3) Pola eliminasi
Kaji pasien mengenai :
a) Kebiasaan pola buang air kecil : frekuensi, jumlah (cc), warna, bau, nyeri,
mokturia, kemampuan mengontrol bak, adanya perubahan lain
b) Kebiasaan pola buang air besar : frekuensi, jumlah (cc), warna, bau, nyeri,
mokturia, kemampuan mengontrol bab, adanya perubahan lain
c) Keyakinan budaya dan kesehatan
d) Kemampuan perawatan diri : ke kamar mandi, kebersihan diri
e) Penggunaan bantuan untuk ekskresi
f) Data pemeriksaan fisik yang berhubungan (abdomen, genitalia, rektum,
prostat)

12
4) Pola aktivitas – latihan
Kaji pasien mengenai :
a) Aktivitas kehidupan sehari-hari
b) Olahraga : tipe, frekuensi, durasi dan intensitas
c) Aktivitas menyenangkan
d) Keyakinan tenatng latihan dan olahraga
e) Kemampuan untuk merawat diri sendiri (berpakaian, mandi, makan,
kamar mandi)
f) Mandiri, bergantung, atau perlu bantuan
g) Penggunaan alat bantu (kruk, kaki tiga)
h) Data pemeriksaan fisik (pernapasa, kardiovaskular, muskuloskeletal,
neurologi)
5) Pola istirahat – tidur
Kaji pasien mengenai :
a) Kebiasaan tidur sehari-hari (jumlah waktu tidur, jam tidur dan bangun,
ritual menjelang tidur, lingkungan tidur, tingkat kesegaran setelah tidur)
b) Penggunaan alat mempermudah tidur (obat-obatan, musik)
c) Jadwal istirahat dan relaksasi
d) Gejala gangguan pola tidur
e) Faktor yang berhubungan (nyeri, suhu, proses penuaan dll)
f) Data pemeriksaan fisik (lesu, kantung mata, keadaan umum, mengantuk)
6) Pola persepsi – kognitif
Kaji pasien mengenai :
a) Gambaran tentang indra khusus (pnglihatan, penciuman, pendengar,
perasa, peraba)
b) Penggunaan alat bantu indra
c) Persepsi ketidaknyamanan nyeri (pengkajian nyeri secara komprehensif)
d) Keyakinan budaya terhadap nyeri
e) Tingkat pengetahuan klien terhadap nyeri dan pengetahuan untuk
mengontrol dan mengatasi nyeri
f) Data pemeriksaan fisik yang berhubungan (neurologis, ketidaknyamanan)
7) Pola konsep diri – persepsi diri
Kaji pasien mengenai :
a) Keadaan sosial : pekerjaan, situasi keluarga, kelompok sosial
13
b) Identitas personal : penjelasan tentang diri sendiri, kekuatan dan
kelemahan yang dimiliki
c) Keadaan fisik, segala sesuatu yang berkaiyan dengan tubuh (yg disukai
dan tidak)
d) Harga diri : perasaan mengenai diri sendiri
e) Ancaman terhadap konsep diri (sakit, perubahan peran)
f) Riwayat berhubungan dengan masalah fisik dan atau psikologi
g) Data pemeriksaan fisik yang berkaitan (mengurung diri, murung, gidak
mau berinteraksi)
8) Pola hubungan – peran
Kaji pasien mengenai :
a) Gambaran tentang peran berkaitam dengan keluarga, teman, kerja
b) Kepuasan/ketidakpuasaan menjalankan peran
c) Efek terhadap status kesehatan
d) Pentingnya keluarga
e) Struktur dan dkungan keluarga
f) Proses pengambilan keputusan keluarga
g) Pola membersarkan anak
h) Hubungan dengan orang lain
i) Orang terdekat dengan klien
j) Data pemeriksaan fisik yang berkaitan
9) Pola reproduksi – seksualitas
Kaji pasien mengenai :
a) Masalah atau perhatian seksual
b) Menstrusi, jumlah anak, jumlah suami/istri
c) Gambaran perilaku seksual (perilaku sesksual yang aman, pelukan,
sentuhan dll)
d) Pengetahuan yang berhubungan dengan seksualitas dan reproduksi
e) Efek terhadap kesehatan
f) Riwayat yang berhubungan dengan masalah fisik dan atau psikologi
g) Data pemeriksaan fisik yang berkaitan (ku, genetalia, payudara, rektum)
10) Pola toleransi terhadap stress – koping
Kaji pasien mengenai :
a) Sifat pencetus stress yang dirasakan baru-baru ini
14
b) Tingkat stress yang dirasakan
c) Gambaran respons umum dan khusus terhadap stress
d) Strategi mengatasi stress yang biasa digunakan dan keefektifannya
e) Strategi koping yang biasa digunakan
f) Pengetahuan dan penggunaan teknik manajemen stress
g) Hubungan antara manajemen stress dengan keluarga
11) Pola keyakinan – nilai
Kaji pasien mengenai :
a) Latar belakang budaya/etnik
b) Status ekonomi, perilaku kesehatan yang berkaitan dengan kelompok
budaya/etnik
c) Tujuan kehidupan bagi pasien
d) Pentingnya agama/spiritualitas
e) Dampak masalah kesehatan terhadap spiritualitas
f) Keyakinan dalam budaya (mitos, kepercayaan, laragan, adat) yang dapat
mempengaruhi kesehatan

d. Pemeriksaan Fisik
1) Inspeksi
Hernia reponibel terdapat benjolan dilipat paha yang muncul pada waktu
berdiri, batuk, bersin atau mengedan dan mneghilang setelah berbaring.
a) Hernia Inguinal
 Lateralis : muncul benjolan di regio inguinalis yang berjalan dari
lateral ke medial, tonjolan berbentuk lonjong.
 Medialis : tonjolan biasanya terjadi bilateral, berbentuk bulat.
b) Hernia skrotalis
 benjolan yang terlihat sampai skrotum yang merupakan tojolan
lanjutan dari hernia inguinalis lateralis.
c) Hernia femoralis : benjolan dibawah ligamentum inguinal.
d) Hernia epigastrika : benjolan dilinea alba.
e) Hernia umbilikal : benjolan diumbilikal.
f) Hernia perineum : benjolan di perineum.

15
2) Palpasi
 Titik tengah antar SIAS dengan tuberkulum pubicum (AIL) ditekan
lalu pasien disuruh mengejan. Jika terjadi penonjolan di sebelah
medial maka dapat diasumsikan bahwa itu hernia inguinalis medialis.
 Titik yang terletak di sebelah lateral tuberkulum pubikum (AIM)
ditekan lalu pasien disuruh mengejan jika terlihat benjolan di lateral
titik yang kita tekan maka dapat diasumsikan sebagai nernia
inguinalis lateralis.
 Titik tengah antara kedua titik tersebut di atas (pertengahan canalis
inguinalis) ditekan lalu pasien disuruh mengejan jika terlihat benjolan
di lateralnya berarti hernia inguinalis lateralis jika di medialnya hernia
inguinalis medialis.
 Hernia inguinalis : kantong hernia yang kosong kadang dapat diraba
pada funikulus spermatikus sebagai gesekan dua permukaan sutera,
tanda ini disebut sarung tanda sarung tangan sutera. Kantong hernia
yang berisi mungkin teraba usus, omentum (seperti karet), atau
ovarium. Dalam hal hernia dapat direposisi pada waktu jari masih
berada dalam annulus eksternus, pasien mulai mengedan kalau hernia
menyentuh ujung jari berarti hernia inguinalis lateralis dan kalau
samping jari yang menyentuh menandakan hernia inguinalis medialis.
lipat paha dibawah ligamentum inguina dan lateral tuberkulum
pubikum.
 Hernia femoralis : benjolan lunak di benjolan dibawah ligamentum
inguinal
 Hernia inkarserata : nyeri tekan.
3) Perkusi
Bila didapatkan perkusi perut kembung maka harus dipikirkan kemungkinan
hernia strangulata. Hipertimpani, terdengar pekak.
4) Perkusi
5) Hiperperistaltis didapatkan pada auskultasi abdomen pada hernia yang
mengalami obstruksi usus (hernia inkarserata). Tanda – tanda vital :
temperatur meningkat, pernapasan meningkat, nadi meningkat, tekanan
darah meningkat.

16
2. Diagnosa Keperawatan
Pre operasi
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik (mis.trauma,latihan fisik
berlebihan)
b. Defisit Nutrisi berhubungan dengan faktor psikologis (mis. Stress, keengganan
untuk makan)
c. Ansietas berhubungan dengan kekhawatiran mengalami kegagalan (mis. Tindakan
operasi)

Post Operasi
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik (prosedur operasi)
b. Nausea berhubungan dengan efek agen farmakologis
c. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan efek agen farmakologis
d. Risiko infeksi berhubungan dengan efek prosedur invasif

17
18
3. Intervensi Keperawatan

Pre Op
Diagnosa Keperawatan Tujuan SLKI Perencanaan Keperawatan SIKI

1 2 3

Nyeri akut berhubungan Setelah dilakukan intervensi keperawatan Manajemen Nyeri


dengan agen pencedera selama 3 x 24 jam, maka tingkat nyeri a. Identifikasi lokasi,karakteristik,durasi,frekuensi,kualitas dan
fisik (mis.trauma,latihan diharapkan menurun dengan kriteria hasil: intensitas nyeri
fisik berlebihan) - Keluhan nyeri menurun b. Identifikasi skala nyeri
- Meringis menurun c. Identifikasi factor yang memperberat dan memperingan nyeri
- Gelisah menurun d. Berikan teknik nonfarmakologi (mis.relaksasi nafas dalam)
- Kesulitan tidur menurun e. Kontrol lingkungan yang mempengaruhi nyeri (mis, suhu
ruangan, pencahayaan,kebisingan)
f. Jelaskan penyebab,periode dan pemicu nyeri
g. Jelaskan strategi meredakan nyeri
h. Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat
i. Kolaborasi pemberian analgetik
Pemberian Analgesik
a. Identifikasi karakteristik nyeri
(mis,pencetus,Pereda,kualitas,lokasi,intensitas,frekuensi,duras)
b. Identifikasi riwayat alergi obat

19
c. Pertimbangkan penggunaan infus kontinu
d. Jelaskan efek terapi dan efek samping obat
e. Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
Defisit Nutrisi Setelah dilakukan intervensi keperawatan Manajemen mual
berhubungan dengan selama 3 x 24 jam, maka status nutrisi a. Identifikasi status nutrisi
faktor psikologis (mis. diharapkan membaik dengan kriteria hasil: b. Identifikasi makanan yang disukai
Stress, keengganan untuk - Porsi makan yang dihabiskan meningkat c. Monitor asupan makanan
makan) - Perasaan cepat kenyang menurun d. Monitor berat badan
- Nyeri abdomen menurun e. Monitor hasil pemeriksaan laboratorium
- Berat badan membaik f. Lakukan oral hygine sebelum makan,jika perlu
g. Sajikan makanan secara menarik dan suhu yang sesuai
h. Berikan makanan tinggi serat untuk mencegah konstipasi
i. Ajarkan diet yang diprogramkan
j. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori
dan jenis nutrient yang dibutuhkan, jika perlu
Ansietas berhubungan Setelah dilakukan intervensi keperawatan Reduksi Ansietas
dengan kekhawatiran selama 3 x 24 jam, maka diharapkan tingkat a. Identifikasi saat tingkat ansietas berubah
mengalami kegagalan ansietas menurun dengan kriteria hasil: b. Identifikasi kemampuan mengambil keputusan
(mis. Tindakan operasi) - Perilaku gelisah menurun c. Temani pasien untuk mengurangi kecemasan, jeka
- Perilaku tegang menurun memungkinkan
- Konsentrasi membaik d. Pahami situasi yang membuat ansietas

20
- Pola tidur membaik e. Dengarkan dengan penuh perhatian
f. Jelaskan prosedur, termasuk sensasi yang mungkin dialami
g. Anjurkan keluarga untuk tetap bersama pasien, jika perlu
h. Latih kegiatan pengalih untuk mengurangi ketegangan
i. Kolaborasi pemberian obat antiansietas, jika perlu

Post Op
Diagnosa Keperawatan Tujuan SLKI Perencanaan Keperawatan SIKI

1 2 3

Nyeri akut berhubungan Setelah dilakukan intervensi keperawatan Manajemen Nyeri


dengan agen pencedera selama 3 x 24 jam, maka tingkat nyeri a. Identifikasi lokasi,karakteristik,durasi,frekuensi,kualitas dan
fisik (prosedur operasi) diharapkan menurun dengan kriteria hasil: intensitas nyeri
- Keluhan nyeri menurun b. Identifikasi skala nyeri
- Meringis menurun c. Identifikasi factor yang memperberat dan memperingan nyeri
- Gelisah menurun d. Berikan teknik nonfarmakologi (mis.relaksasi nafas dalam)
- Kesulitan tidur menurun e. Kontrol lingkungan yang mempengaruhi nyeri (mis, suhu
ruangan, pencahayaan,kebisingan)
f. Jelaskan penyebab,periode dan pemicu nyeri
g. Jelaskan strategi meredakan nyeri
h. Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat
i. Kolaborasi pemberian analgetik

21
Pemberian Analgesik
a. Identifikasi karakteristik nyeri
(mis,pencetus,Pereda,kualitas,lokasi,intensitas,frekuensi,duras)
b. Identifikasi riwayat alergi obat
c. Pertimbangkan penggunaan infus kontinu
d. Jelaskan efek terapi dan efek samping obat
e. Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
Nausea berhubungan Setelah dilakukan intervensi keperawatan Manajemen mual
dengan efek agen selama 3 x 24 jam, maka tingkat nausea a.
farmakologis diharapkan menurun dengan kriteria hasil: b. Identifikasi pengalaman mual
- Keluhan mual menurun c. Identifikasi isyarat nonverbal ketidaknyamanan
- Perasaan ingin muntah menurun d. Monitor mual
- Pucat membaik e. Monitor asupan nutrisi dan kalori
f. Kurangi atau hilangkan keadaan penyebab mual
g. Berikan makanan dalam jumlah kecil dan menarik
h. Anjurkan istirahat dan tidur yang cukup
i. Anjurkan makanan tinggi karbohidrat dan rendah lemak
j. Kolaborasi pemberian antiemetik, jika perlu
Gangguan mobilitas fisik Setelah dilakukan intervensi keperawatan Dukungan Ambulasi
berhubungan dengan efek selama 3 x 24 jam, maka mobilitas fisik a. Identifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik lainnya
agen farmakologis diharapkan meningkat dengan kriteria hasil: b. Identifikasi toleransi fisik melakukan ambulasi

22
- Pergerakan ekstremitas meningkat c. Monitor kondisi umum selama melakukan ambulasi
- Kekuatan otot meningkat d. Fasilitasi aktivitas ambulasi dengan alat bantu (mis.
- Rentang gerak (ROM) meningkat Tongkat,kruk)
- Nyeri menurun e. Libatkan keluarga untuk membantu pasien dalam meningkatkan
- Kecemasan menurun ambulasi
f. Jelaskan tujuan dan prosedur ambulasi
g. Anjurkan melakukan ambulasi dini
h. Ajarkan ambulasi sederhana yang harus dilakukan (mis.
Berjalan dari tempat tidur ke kursi roda, berjalan dari tempat
tidur ke kamar mandi, belajar sesuai toleransi)
Risiko infeksi Setelah dilakukan intervensi keperawatan Pencegahan infeksi
berhubungan dengan efek selama 3 x 24 jam, maka tingkat infeksi a. Monitor tanda dan gejala infeksi lokal dan sistemik
prosedur invasif diharapkan menurun dengan kriteria hasil: b. Batasi jumlah pengunjung
- Kemerahan menurun c. Berikan perawatan kulit pada pada area edema
- Nyeri menurun d. Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien dan
- Bengkak menurun lingkungan pasien
e. Pertahankan tehnik aseptik pada pasien berisiko tinggi
f. Jelaskan tanda dan gejala infeksi
g. Ajarkan cara mencuci tangan dengan benar
h. Ajarkan etika batuk
i. Kolaborasi pemberian antibiotik, jikaperlu

23
D. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Tindakan keperawatan disesuaikan dengan intervensi yang telah disusun pada uraian rencana keperawatan.
E. EVALUASI
Evaluasi tindakan disesuaikan dengan kriteria hasil pada tujuan di rencana tindakan.
1. Nyeri menurun
2. Nutrisi membaik
3. Tingkat ansietas menurun
4. Nausea menurun
5. Mobilitas fisik meningkat
6. Resiki infeksi menurun

24
DAFTAR PUSTAKA

Mansjoer. Arif. 2010. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media Aesculapius


Ngastiyah. 2012. Perawatan Sakit. Jakarta: EGC
Nurarif & Kusuma. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan berdasarkan Diagnosa
medis dan NANDA . Jogjakarta: Mediaction
PPNI . 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta: DPP PPNI
PPNI. 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Jakarta: DPP PPNI
PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta: DPP PPNI
Soedarto. 2012. Hernia. Jakarta : Sugeng
Seto
Sudoyo. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II. Jakarta :FKUI

25
26

Вам также может понравиться