Вы находитесь на странице: 1из 15

ANALISIS CEMARAN MIKROBA PADA DAGING AYAM BROILER DI

KOTA MAKASSAR

DI SUSUN OLEH :

1. Brian Wicaksono 4161010


2. Islely Puspitarini 4161024
3. Nita Dwi Jayanti 4161030
4. Sinta Wulandari 4161036
5. Thomas Putra Alamsyah 4161038

PROGRAM STUDI S1 FARMASI


STIKES NASIONAL SURAKARTA
2018/2019
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur ke hadapan Ida Shang Hyang Widhi Wasa /Tuhan Yang Maha Esa
atas rahmat dan karunia-Nya,sehingga penulis dapat menyelesaikan paper yang berjudul “Uji
Cemaran Bakteri Pada daging ayam boiler ini tepat pada waktunya.

Tujuan penulis membuat makalah ini untuk memenuhi tugas mata kuliah standarisasi
obat alam dari dosen pengampu.

Makalah ini di harapkan dapat menjadi sumber pembelajaran khususnya pada mata
kuliah standarisasi obat alam di Jurusan Farmasi STIKES Nasional Surakarta. Penulis
menyadari terdapat banyak kekurangan dalam makalah ini maka dari itu penulis memohon
kritik dan saran yang membangun dari pembaca. Apabila ada salah kata dalam penulisan atau
menyinggung perasaan pembaca, penulis mohon maaf .

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................... i

DAFTAR ISI ............................................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang..................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................... 2
1.3 Tujuan ................................................................................................................. 2
1.4 Manfaat ............................................................................................................... 3

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Definisi dari uji cemaran bakteri pada makanan.................................................. 4
2.2 Manfaat dari pengujian bakteri............................................................................ 5
2.3 Jenis-jenis pengujian bakteri pathogen pada makanan........................................ 5
2.4 Pengertian daging................................................................................................. 9
2.5 Sumber pencemaran bakteri pada daging............................................................ 10
2.6 Prosedur pengujian bakteri pathogen pada daging (Salmonella sp).................... 10
2.7 Batas maksimum cemaran mikroba pada daging................................................ 11
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan ......................................................................................................... 14
3.2 Saran.................................................................................................................... 15

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................. 16

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang
Pangan merupakan segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik yang
diolah maupun tidak diolah, yang diperuntukkan sebagai makanan atau minuman bagi
konsumsi manusia, termasuk bahan tambahan pangan, bahan baku pangan, dan bahan
lain yang digunakan dalam proses penyiapan, pengolahan, dan atau pembuatan makanan
dan minuman (UU RI No. 7 tahun 1996 tentang Pangan). Pangan merupakan salah satu
kebutuhan pokok manusia yang selalu mendapat perhatian untuk kesejahteraan
kehidupan manusia, selain sebagai sumber gizi perlu diperhatikan juga keamanan pangan
dan mutu dari produk pangan tersebut (Djaafar et al.2006).
Pangan merupakan kebutuhan yang paling mendasar bagi manusia. Beberapa kasus
keracunan atau penyakit karena mengonsumsi makanan yang tercemar mikroba telah
banyak terjadi di Indonesia. Hal ini menunjukkan bahwa keamanan pangan masih perlu
mendapat perhatian yang lebih serius. Penyakit yang disebabkan oleh mikroba yang
sering menimbulkan masalah antara lain adalah antraks, foodborne disease, dan
waterborne disease, sedangkan mikroba yang biasa mencemari bahan pangan asal ternak
di antaranya adalah Salmonella sp., Escherichia coli, Coliform, Staphylococcus sp., dan
Pseudomonas. Hal ini disebabkan bahan pangan asal ternak merupakan media yang
sangat baik bagi pertumbuhan mikroorganisme patogen.
Penyakit yang ditularkan melalui makanan (foodborne disease) merupakan kesehatan
masyarakat yang banyak dijumpai. Di seluruh dunia terdapat jutaan orang, khususnya
bayi dan anak-anak, yang menderita dan meninggal dunia setiap tahunnya akibat penyakit
yang ditularkan melalui makanan tersebut. Setiap tahun, terdapat sekitar 1500 juta
kejadian diare pada balita dan diperkirakan 70% kasus penyakit diare terjadi karena
makanan yang terkontaminasi (Motarjemi dkk, 2006). Bahan makanan dengan protein
tinggi banyak terdapat pada bahan makanan asal hewan, salah satunya adalah daging.
Daging merupakan media yang sangat baik untuk pertumbuhan bakteri Coliform.
Jenis Enterobacter dengan Eschericia dan Klebsiella disebut kelompok bakteri Coliform
yang merupakan indikator dalam sanitasi. Bakteri Coliform dalam jumlah tertentu dapat
menjadi indikator suatu kondisi yang bahaya dan adanya kontaminasi bakteri patogen
(Balia dkk, 2011). Oleh karena itu ada baiknya dilakukan pengujian pada daging sehingga
kita dapat mengetahui cemaran bakteri yang terdapat pada daging.

1
1.2. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam paper ini yaitu :
1.2.1. Apa definisi dari uji cemaran bakteri pada makanan ?
1.2.2. Apa manfaat dari pengujian bakteri ?
1.2.3. Apa saja jenis-jenis pengujian bakteri pathogen pada makanan?
1.2.4. Apa pengertian daging ayam?
1.2.5. Apa sumber pencemaran bakteri pada daging ayam?
1.2.6. Bagaimana prosedur pengujian bakteri pathogen pada daging ayam
(Salmonella sp?
1.2.7. Berapa batas maksimum cemaran mikroba pada daging ayam ?
1.2.8. Penyakit apa saja yang dapat disebabkan oleh cemaran pada daging ayam?

1.3. Tujuan
Adapun tujuan dalam pembuatan paper yang berjudul “Uji Cemaran Bakteri Pada
Makanan (Daging)” adalah :
Tujuan umum :
1.3.1. Untuk mengetahui definisi dari uji cemaran bakteri pada makanan
1.3.2. Untuk mengetahui manfaat dari pengujian bakteri
1.3.3. Untuk mengetahui jenis-jenis pengujian bakteri pathogen pada makanan
1.3.4. Untuk mengetahui pengertian daging ayam
1.3.5. Untuk mengetahui sumber pencemaran bakteri pada daging ayam
1.3.6. Untuk mengetahui prosedur pengujian bakteri pathogen pada daging
ayam(Salmonella sp )
1.3.7. Untuk mengetahui batas maksimum cemaran mikroba pada daging ayam
1.3.8. Untuk mengetahui penyakit yang disebabkan oleh cemaran mikroba pada
daging ayam
Tujuan khusus :
1.3.9. Untuk memenuhi tugas yang diberikan oleh dosen

1.4. Manfaat
Adapun manfaat pembuatan paper ini yaitu paper ini dapat digunakan sebagai bahan
pembelajaran dalam mata kuliah Standarisasi Obat Alam. Selain itu paper ini dapat
menambah wawasan pembaca mengenai uji cemaran bakteri pada makanan dalam paper
ini yaitu membahas mengenai daging ayam.

2
3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Pengertian atau Definisi Uji Cemaran Bakteri pada Makanan


Makanan dan minuman sangat cocok untuk pertumbuhan bakteri karena
mengandung nutrisi yang dibutuhkan dalam metabolisme kuman. (Widianti dkk, 2004).
Namun makanan dan minuman juga dapat menimbulkan gangguan kesehatan.
Kurangnya hygiene dan sanitasi merupakan faktor yang menunjang terjadinya penyakit
yang berasal dari makanan atau minuman yang tercemar (Mukono, 1996). Uji cemaran
bakteri pada makanan dapat diartikan sebagai percobaan yang dilakukan dengan
berbagai metode untuk mengetahui mutu suatu makanan atau minuman yang disebabkan
oleh mikroorganisme pathogen yang dianggap berbahaya bagi kesehatan manusia.
Penyakit akibat pangan (food borne diseases) yang terjadi segera setelah
mengkonsumsi pangan, umumnya disebut dengan keracunan. Pangan dapat menjadi
beracun karena telah terkontaminasi oleh bakteri patogen yang kemudian dapat tumbuh
dan berkembang biak selama penyimpanan, sehingga mampu memproduksi toksin yang
dapat membahayakan manusia. Selain itu, ada juga makanan yang secara alami sudah
bersifat racun seperti beberapa jamur/tumbuhan dan hewan. Umumnya bakteri yang
terkait dengan keracunan makanan diantaranya adalah Salmonella, Shigella,
Campylobacter, Listeria monocytogenes, Yersinia enterocolityca, Staphylococcus
aureus, Clostridium perfringens, Clostridium botulinum, Bacillus cereus, Vibrio
cholerae. Vibrio parahaemolyticus, E.coli enteropatogenik dan Enterobacter sakazaki.
Pengujian cemaran bakteri dilakukan pada sediaan obat, obat tradisional, makanan,
minuman, kosmetika, dan alat kesehatan. pengujian cemaran bakteri mencakup berbagai
cara, seperti:
1. Angka lempeng total (ALT)
2. Metode filtrasi
3. Angka kapang-khamir (AKK)
4. Pemeriksaan bakteri patogen

2.2. Manfaat Pengujian Bakteri


Tingkat konsumsi masyarakat terhadap makanan dan minuman cenderung terus
bertambah seiring dengan perubahan pola konsumsi masyarakat. Namun, banyak
masyarakat yang belum menyadari risiko/dampak mengonsumsi suatu produk yang tidak
memenuhi kualitas secara mikrobiologis terhadap kesehatan. Oleh karena itu manfaat

4
pemeriksaan dan pengawasan terhadap mutu produk secara mikrobiologis adalah untuk
menjamin keamanan, keselamatan, dan kesehatan masyarakat dalam mengonsumsi atau
menggunakan produk-produk tersebut.
Manfaat lain dari pengujian bakteri yang terkandung dalam makanan tersebut
adalah untuk mengetahui layak atau tidaknya suatu bahan makanan untuk dikonsumsi
oleh masyarakat, maka perlu dilakukan pengujian mikroba, salah satu cara tersebut
adalah dengan analisis kuantitatif mikrobiologi pada bahan pangan (Buckle, 1987).
Pengujian mutu suatu bahan pangan diperlukan berbagai uji yang mencakup uji
fisik, uji kimia, uji mikrobiologi, dan uji organoleptik. Uji mikrobiologi merupakan salah
satu uji yang penting, karena selain dapat menduga daya tahan simpan suatu makanan,
juga dapat digunakan sebagai indikator sanitasi makanan atau indikator keamanan
makanan. Pengujian mikrobiologi diantaranya meliputi uji kualitatif untuk menetukan
mutu dan daya tahan suatu makanan, uji kuantitatif bakteri patogen untuk menentukan
tingkat keamanannya, dan uji bakteri indikator untuk mengetahui tingkat sanitasi
makanan tersebut

2.3. Jenis – jenis Pengujian Bakteri Patogen pada Makanan


2.2.1. Uji penduga atau perkiraan (presumptive test)
Merupakan tes pendahuluan tentang ada/tidaknya kehadiran bakteri koliform
berdasarkan terbentuknya asam dan gas disebabkan karena fermentasi laktosa oleh
bakteri golongan koli. Terbentuknya asam dilihat dari kekeruhan pada media
laktosa, dan gas yang dihasilkan dapat dilihat dalam tabung Durham berupa
gelembung udara. Tabung dinyatakan positif jika terbentuk gas sebanyak 10%
atau lebih dari volume di dalam tabung Durham. Banyaknya kandungan bakteri
Escherichia coli dapat dilihat dengan menghitung tabung yang menunjukkan
reaksi positif terbentuk asam dan gas dan dibandingkan dengan tabel MPN.
Metode MPN dilakukan untuk menghitung jumlah mikroba di dalam contoh yang
berbentuk cair. Bila inkubasi 1 x 24 jam hasilnya negatif, maka dilanjutkan
dengan inkubasi 2 x 24 jam pada suhu 37oC. Jika dalam waktu 2 x 24 jam tidak
terbentuk gas dalam tabung Durham, dihitung sebagai hasil negatif. Jumlah
tabung yang positif dihitung pada masing-masing seri. MPN penduga dapat
dihitung dengan melihat tabel MPN.
2.2.2. Uji penguat atau penegasan (confirmed test)
Hasil uji dugaan dilanjutkan dengan uji ketetapan. Dari tabung yang positif
terbentuk asam dan gas terutama pada masa inkubasi 1x 24 jam, suspensi

5
ditanamkan pada media Briliant Green Lactose Bile Broth (BGLB) secara aseptik
dengan menggunakan jarum inokulasi.
2.2.3. Uji pelengkap atau kepastian (completed test)
Pengujian selanjutnya dilanjutkan dengan uji kelengkapan untuk menentukan
bakteri Escherichia coli.
2.2.4. Uji Indol
Uji Indol bertujuan untuk menentukan kemampuan bakteri dalam memecah
asam amino triptofan. Media ini biasanya digunakan dalam indetifikasi yang
cepat. Hasil uji indol yang diperoleh negatif karena tidak terbentuk lapisan
(cincin) berwarna merah muda pada permukaan biakan, artinya bakteri ini tidak
membentuk indol dari tryptopan sebagai sumber karbon, yang dapat diketahui
dengan menambahkan larutan kovacs. Asam amino triptofan merupakan
komponen asam amino yang lazim terdapat pada protein, sehingga asam amino ini
dengan mudah dapat digunakan oleh mikroorganisme akibat penguraian protein
(Sugianto, 2012).
2.2.5. Uji TSIA
Pada uji TSIA warna media slant berubah menjadi merah karena bakteri
bersifat basa ini menandakan bahwa bakteri ini tidak memfermentasi laktosa dan
sukrosa. Pada media daerah butt media berubah berwarna kuning ini menandakan
bakteri memfermentasi glukosa. Pembentukan gas positif ini hasil dari fermentasi
H2dan CO2 dapat dilihat dari pecahnya dan terangkatnya agar.Pembentukan H2S
positif ditandai dengan adanya endapan berwarna hitam. TSIA agar mengadung
laktosa dan sukrosa dalam konsentrasi 1%, glukosa 0,1% dan phenol red sebagai
indikator yang menyebabkan perubahan warna dari merah orange menjadi kuning
dalam suasana asam. TSIA juga mengandung natrium trisulfat, yaitu suatu substrat
untuk penghasil H2S, ferro sulfat menghasilkan FeS (precipitat), bewarna hitam
untuk membedakan bakteri H2S dengan bakteri-bakteri lainnya (Sugianto, 2012).

6
2.2.6. Uji urease
Uji urease digunakan untuk mengetahui kemampuan mikroba menghidrolisis
urea menjadi amonia. Enzim urease akan menguraikan urea menjadi amonia. Uji
urease menunjukkan hasil positif jika terjadi perubahan warna dari kuning
menjadi merah keunguan.Hasil uji urease negatif jika tidak terjadi perubahan
warna dari kuning menjadi merah keunguan (Sugianto, 2012).
2.2.7. Uji Dekarboksilasi Lysin
Uji Dekarboksilasi Lysin menggunakan media Xylose-Lysine- Desoxycholate
Agar medium digunakan untuk isolasi Salmonella dan memilah organisme lain
dengan cara memfermentasi xylose, dekarboksilasi lysine dan produksi H2S.
Fermentasi xylose sangat lazim bagi kebanyakan organisme enterik kecuali,
Shigella, Providencia,Edwardsiella. Pada media ini, Salmonella akan membentuk
koloni merah dengan inti hitam, sedang Pseudomonas dapat tumbuh dengan
warna merah dan Eschericia berwarna kuning. Mikroba lain yang dapat tumbuh
pada media ini antara lain Arizona, Proteus, Aerobacter, Klebsiella, Citrobacter.
Begitu banyak mikroba yang dapat tumbuh, sehingga media ini kurang dapat
memilah Salmonella pada tahap awal. Lebih baik digunakan untuk tahap
konfirmasi kontaminan Salmonella (Sugianto, 2012).

2.2.8. Uji β-galaktosidase


Uji β-galaktosidase digunakan utuk identifikasi beberapa jenis bakteri seperti
Salmonella. Enzim β-galaktosidase merupakan enzim yang dapat mengubah
laktosa menjadi glukosa dan galaktosa. Beberapa mikroorganisme seperti E. coli,
dapat menggunakan laktosa sebagai sumber karbon.Selain laktosa, substrat
7
alamiah dari enzim, adalah bahan yang sangat penting, ONPG (o-nitro-phenyl-β-
D-galactopyranoside), dapat digunakan pula.Β-galaktosidase dapat mengkatalisis
ONPG menjadi galaktosa dan o-nitrofenol. ONPG tidak berwarna tetapi setelah
hidrolisis menjadi o-nitrofenol, akan timbul warna kuning pada larutan yang
alkali. beberapa jenis bakteri yang mampu melakukan fermentasi terhadap
karbohidrat Streptococcus, Lactobacillus, Zygomonas, Saccharomycetes,
Escherichia, Enterobacter, Salmonella (Sugianto, 2012).
2.2.9. Uji Serologi
Uji serologi tidak terjadi aglutinasi pada penambahan antisera polivalen O, H,
dan Vi.
2.2.10. Uji Voges Proskauer
Uji Voges Proskauer bertujuan untuk mengidentifikasi jenis bakteri Untuk
membedakan bakteri Escherichia coli dengan Enterobacter aerogenes. Hasilnya
uji ini negatif, karena tidak terbentuk warna merah pada medium setelah
ditambahkan á-napthol dan KOH, artinya hasil akhir fermentasi bakteri ini bukan
asetil metil karbinol (asetolin).Salmonella positif jika pada uji biokimia yang
dilakukan hasilnya sebagai berikut:
Glucose + O2 Acetic acid 2,3-butanediol CO2 + H2
acetylmethylcarbinol

Tahap 1
CH3 OH CH3 NH2

C O
40% KOH C O C NH
+ +
CH OH Oxidation C O NH

CH3
CH3 R
acetylmethyl- Diacetyl Guanidine group
alpha-naphthol
carbinol of peptone

Tahap 2
Uji Voges-Proskauer positif ditandai dengan warna biakan menjadi merah
muda sampai merah menyala setelah ditetesi larutan alfa naftol dan KOH 40 %
(3:1). Pada uji ini terjadi pembentukan asetimetilkarbinol dari dekstrosa.
2.2.11. Uji Sitrat

8
Uji sitrat positif ditunjukkan oleh perubahan warna biakan dari hijau menjadi
biru karena terbentuknya natrium karbonat hasil reaksi enzimatis yang mengubah
indikator bromtimol biru pada media.
2.4. Pengertian Daging
Daging adalah bagian dari hewan yang dipotong dan lazim dikonsumsi manusia,
termasuk otak, serta isi rongga dada dan rongga perut. Hewan potong yang dimaksud
adalah ternak ruminansia (sapi, kerbau, domba, kambing, kuda) dan unggas (ayam, itik,
entok, burung dara, kalkun, angsa, burung puyuh dan belibis).
Daging merupakan bahan pangan yang sangat baik untuk pertumbuhan mikroba
karena:
a. Memiliki kadar air yang tinggi (68,75%),
b. Kaya akan zat yang mengandung nitrogen,
c. Kaya akan mineral untuk pertumbuhan mikroba
d. Mengandung mikroba yang menguntungkan bagi mikroba lain.

2.5. Sumber Pencemaran Bakteri pada Daging


Pencemaran bakteri pada daging dapat terjadi sebelum dan setelah ternak dipotong.
Sebelum ternak dipotong, ternak yang baru diangkut dari tempat lain sebaiknya tidak
dipotong sebelum cukup istirahat, karena akan meningkatkan jumlah bakteri dalam
daging dibandingkan dengan ternak yang masa istirahatnya cukup. Sedangkan sesaat
setelah dipotong, darah masih bersikulasi ke seluruh anggota tubuh hewan sehingga
penggunaan pisau yang tidak bersih dapat menyebabkan mikroorganisme masuk ke
dalam darah.
Sumber-sumber pencemaran bakteri pada daging antara lain :
- Hewan (kulit, kuku, isi jeroan)
- Pekerja/manusia yang mencemari produk ternak melalui pakaian, rambut, hidung,
mulut, tangan, jari, kuku, alas kaki.
- Peralatan (pisau, alat potong/talenan, pisau, boks)
- Bangunan (lantai)
- Lingkungan (udara, air, tanah)
- Kemasan
Memperhatikan higienitas saat proses pemotongan dan pengolahan daging serta
memperbaiki sanitasi terutma lingkungan, merupakan salah satu solusi terbaik dalam
mengantisipasi cemaran mikroba. Sanitasi yang buruk yang menyebabkan air tercemar
tinja yang mengandung kuman penyakit dapat menyebabkan terjadinya waterborne
disease.

9
2.6. Prosedur Pengujian Bakteri Patogen pada Daging (Salmonella sp )
2.6.1. Metode eksperimental
Penelitian diawali dengan pengambilan sampel berupa daging ayam bagian dada dan paha
dari berbagai perusahaan penyedia ayam broiler di Makassar. Selanjutnya tahap isolasi
bakteri dengan cara melakukan pengenceran bertingkat terhadap sampel dan
menginokulasikan 1 mL suspensi dari setiap pengenceran ke dalam cawan Petri yang
berisi media Plate Count Agar (PCA) secara duplo dengan menggunakan metode agar
tuang (Sukmawati, 2017; Sukmawati, 2018a). Biakan kemudian diinkubasi selama 24 jam
dan dilakukan penghitungan mikroba total menggunakan colony counter. Data dianalisis
untuk mendapatkan kesimpulan layak tidaknya sampel untuk dikonsumsi atau dipasarkan
(Sukmawati, 2018b).
2.7. Batas Maksimum Cemaran Mikroba pada Daging
Standar jumlah angka lempeng total (ALT) daging unggas menurut SNI (2009)
adalah maksimal 1 x 106 cfu.g-1, batas maksimum coliform adalah 1 x 102 cfu.g-1,
batas maksimum untuk E. coli adalah 1 x 101 cfu.g-1, batas maksimum S.aereus adalah
1 x 102 colony.g-1, batas untuk Salmonella sp. dan Campylobacter sp. adalah
negatif/25g.
2.8. Penyakit Akibat Cemaran Mikroba pada Daging
Penyakit yang disebabkan oleh makanan tercemar bakteri patogen adalah penyakit
tifus, disentri, botulisme, dan hepatitis A. Penyakit lainnya yang memiliki dampak yang
cukup berbahaya terhadap kesehatan manusia antara lain adalah antraks, salmonellosis,
brucellosis, tuberculosis, klostridiosis, E. coli, kolibasilosis dan S.aureus.
Foodborne disease adalah suatu penyakit yang merupakan hasil dari pencernaan dan
penyerapan makanan yang mengandung mikroba oleh tubuh manusia. Mikroba yang
menimbulkan penyakit dapat berasal dari makanan produk ternak yang terinfeksi atau
tanaman yang terkontaminasi. Makanan yang terkontaminasi selama pengolahan dapat
menjadi media penularan penyakit.
Penularan penyakit akibat kontaminasi makanan ini bersifat infeksi, yaitu suatu
penyakit yang disebabkan oleh mikroba yang hidup dan berkembang biak pada tempat
terjadinya peradangan. Mikroba masuk ke dalam saluran pencernaan manusia melalui
makanan, yang kemudian dicerna dan diserap oleh tubuh. Dalam kondisi yang sesuai,
mikroba patogen akan berkembang biak di dalam saluran pencernaan sehingga
menyebabkan gejala penyakit.
Gejala
foodborne disease diantaranya; perut mual diserati muntah-muntah, diare, demam,
kejang-kejang, kram perut, dan gejala lainnya.

10
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Analisis cemaran mikroba atau analisis angka lempeng total (ALT) kelima sampel
menunjukkan jumlah koloni tertinggi dan terendah secara berurutan adalah 2.412 x 104
cfu.g-1 (sampel CS) dan 4.35 x 103 cfu.g-1 (sampel RTF). Data menunjukkan bahwa
kelima sampel ayam broiler yang tersebar di area kota Makassar umumnya layak
konsumsi.
3.2 Saran
Adapun saran yang dapat penulis berikan yaitu kepada masyarakat dengan ada nya
paper ini disarankan agar dapat lebih berhati-hati dalam memilih makanan dalam hal ini
yaitu daging agar tidak terserang penyakit yang diakibatkan oleh makanan. Bagi
pembaca di harapkan setelah membaca paper ini dapat menyampaikan informasi kepada
masyarakat tentang cemaran bakteri yang terdapat pada makanan dalam hal ini daging.

11
DAFTAR PUSTAKA

Fardiaz, Srikandi. 1989. Mikrobiologi Pangan. Bogor: Pusat Antar Universitas Pangan dan
Gizi Institut Pertanian Bogor.

Jutono, J. S, Hartadi, S, Kabirun. S. S, Suhadi, D, Judoro dan Soesanto. 1973. Pedoman


Praktikum Mikrobiologi Umum. Yogyakarta: Departemen Mikrobiologi
Fakultas Pertanian UGM.

Thayib, S dan Abu Amar. 1989. Petunjuk Praktikum Mikrobiologi Pangan. Fakultas
Teknologi Pertanian Institut Teknologi Indonesia.

Supardi, Imam dan Sukamto. 1999. Mikrobiologi dalam Pengolahan dan Keamanan
Pangan. Bandung: Penerbit Alumni.

Suryani Ani, Erlina Hambali, dan Encep Hidayat. 2007. Membuat Aneka Abon. Jakarta:
Penerbar Swadaya.

Standar Nasional Indonesia. 2000. Batas Maksimum Cemaran Mikroba dan Batas
Maksimum Residu dalam Bahan Makanan Asal Hewan. Jakarta: Badan
Standarisasi Nasional

Gustiani, Erni. 2009. Pengendalian Cemaran Mikroba pada Bahan Pangan Asal Ternak
(Daging dan Susu) dari Peternakan sampai Dihidangkan. Jawa Barat: Balai
Pengkajian Teknologi Pertanian

Djafar, T.F. dan S. Rahayu. 2007. Cemaran Mikroba pada Produk Pertanian, Penyakit yang
Ditimbulkan dan Pencegahannya, Jurnal Penelitian dan Pengembangan
Pertanian

16

Вам также может понравиться