Вы находитесь на странице: 1из 16

STANDAR PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN RAYA

2.1. Pengertian
Perencanaan geometrik adalah bagian dari perencanaan jalan dimana geometrik atau dimensi nyata
jalan beserta bagian-bagiannya disesuaikan dengan tuntutan serta sifat-sifat lalu lintas. Melalui
perencanaan geometrik ini perencana berusaha menciptakan sesuatu hubungan yang baik antara
waktu dan ruang sehubungan dengan kendaraan yang bersangkutan, sehingga dapat menghasilkan
efisiensi keamanan serta kenyamanan yang paling optimal dalam pertimbangan ekonomi yang paling
layak.Perencanaan geometrik pada umumnya menyangkut aspek perencanaan jalan seperti lebar,
tikungan, landai, jarak pandang dan juga kombinasi dari bagian-bagian tersebut.Perencanaan
geometrik ini berhubungan erat dengan arus lalu lintas, sedangkan perencanaan konstruksi jalan
lebih bersangkut paut dengan beban lalu lintas tersebut.
Dilihat dari sudut tahapan pembangunan, perencanaan geometrik merupakan fase lanjutan dari
over all plan yang selanjutnya diikuti oleh fase pembangunan. Sedangkan tujuan akhirnya adalah
menyediakan jalan standar tertinggi dan sesuai dengan fungsinya.

2.2. Faktor–Faktor yang Mempengaruhi Perencanaan Geometrik Jalan Raya


Di dalam proses perencanaan geometrik, semua langkah yang akan diambil oleh seorang perencana
akan banyak dipengaruhi oleh beberapa faktor penting yang harus dipertimbangkan dengan sebaik-
baiknya.
2.2.1. Lalu Lintas
Masalah yang menyangkut lalu lintas meliputi :
a. Volume/jumlah lalu lintas
Untuk volume lalu lintas ini, harus diketahui sebelumnya jumlah lalu lintas per hari per tahun serta
arah dan tujuan lalu lintas, sehingga diperlukan juga penyelidikan lapangan terhadap semua jenis
kendaraan untuk mendapatkan data LHR.
Volume lalu lintas menyatakan jumlah lalu lintas perhari dalam satu tahun untuk kedua jurusan,
yang disebut juga lalu lintas harian rata-rata (LHR).
LHR = jumlah lalu lintas dalam satu tahun
365
LHR dinyatakan dalam satuan mobil penumpang (smp). Satuan mobil penumpang adalah jumlah
mobil yang digantikan tempatnya oleh kendaran lain dalam kondisi jalan, lalu lintas dan
pengawasan yang berlaku. LHR ini memerlukan penyelidikan lapangan selama 24 jam selama satu
tahun dan dilaksanakan tiap tahun dengan mencatat tiap jenis kendaraan. Sifat lalu lintas meliputi
lambat dan cepatnya kendaraan bersangkutan, sedangkan komposisi lalu lintas menggambarkan
jenis kendaraan yang melaluinya.
b. Sifat dan komposisi lalu lintas
Sifat lalu lintas meliputi cepat dan lambatnya kendaraan yang bersangkutan, sedangkan komposisi
lalu lintas menggambarkan jenis kendaraan yang melaluinya. Dalam penggunaannya hanya dipakai
kendaraan bermotor saja yang dibagi dalam 2 kelompok

 Kendaraan penumpang (P), termasuk jenis mobil penumpang dan truk ringan seperti pick up
dengan ukuran dan sifat operasinya sesuai/serupa dengan mobil penumpang.

 Kendaraan truk (T), termasuk truk tunggal, truk gandengan (berat kotor 3,5 ton) dan
kendaraan bis.

Demikian pula untuk sifat-sifat kendaraan dari berbagai macam ukuran yang mempergunakan jalan
akan mempengaruhi perencanaan geometrik, sehingga perlu memeriksa semua type dan kelas
jalannya.
Adapun kelas umum dari kendaraan yang biasa dipakai adalah :

 Kelas kendaraan penumpang

 Kelas kendaraan truk.

Adapun sifat-sifat dari kendaraan meliputi :


 Beratnya

 Dimensi (ukuran)

 Sifat operasi (cepat atau lambat)

c. Kecepatan rencana lalu lintas


Kecepatan rencana adalah kecepatan maksimum yang diizinkan di sepanjang bagian tertentu pada
jalan raya tersebut, jika kondisi yang beragam tersebut menguntungkan dan terjaga oleh
keistimewaan perencanaan jalan, dalam arti tidak menimbulkan bahaya, inilah yang digunakan
untuk perencanaan geometrik. Suatu kecepatan rencana haruslah sesuai dengan tipe jalan dan sifat
lapangan. Kecepatan rencana merupakan faktor utama untuk menentukan elemen-elemen
geometrik jalan raya.
Dipandang dari segi mengemudi, kecepatan rencana dinyatakan sebagai kecepatan yang
memungkinkan seorang pengemudi berketrampilan sedang dapat mengemudi dengan aman dan
nyaman dalam kondisi cuaca cerah, lalu lintas lengang tanpa pengaruh lain yang serius.
Kecepatan yang digunakan oleh pengemudi tergantung dari :

 Pengemudi dan kendaraan yang bersangkutan

 Sifat fisik jalan

 Cuaca

 Adanya gangguan dari kendaraan lain.

Kecepatan rencana adalah kecepatan untuk menentukan elemen-elemen geometrik jalan raya,
seperti jari–jari lengkung, super elevasi dan jarak pandang langsung yang bersangkutan dengannya.
Penampang seperti lebar jalan atau jumlah jalur mempengaruhi kecepatan. Oleh karena itu
penampang dan kecepatan rencana harus direncanakan secara bersama. Dipandang dari segi
pengemudi, kecepatan rencana dinyatakan sebagai kecepatan yang memungkinkan seorang
pengemudi untuk mengemudikan kendaraan dengan aman dan nyaman dalam kondisi keadaan
cerah, lalu lintas lengang dan tanpa pengaruh lain yang serius.

Tabel Kecepatan Rencana


Kelas11&233&44&55
Kecepatan Rencana (km/jam) 80 60 50 40 30 20

Dipandang dari kondisi lingkungan pada umumnya peran jalan raya dan karakteristik fisik kendaraan
yang menggunakan jalan raya, kecepatan rencana maksimum 80 km/jam adalah layak bagi jalan
raya tanpa pengawasan jalan masuk. Kecepatan rencana minimum 30km/jam merupakan volume
lalu lintas rencana rendah. Kecepatan rencana 80–30 km/jam cocok untuk jalan kelas 1–5, untuk
kondisi kelas 5 cocok untuk lalu lintas yang cukup rendah dan kondisi medan curam.

2.2.2. Keadaan Topografi


Topografi merupakan faktor-faktor penting dalam menentukan lokasi jalan dan pada umumnya
mempengaruhi alinemen sebagai standar perencanaan geometrik seperti landai jalan, jarak
pandang, penampang melintang dan lain-lain. Untuk memperkecil biaya pembangunan jalan maka
standart perencanaan geometrik perlu sekali disesuaikan dengan topografi dan keadaan fisik serta
penggunaan daerah yang dilaluinya. Misalnya keadaan tanah dasar yang kurang baik dapat memaksa
perencana untuk memindahkan trase atau mengadakan timbunan yang tinggi (elevated high way)
dan hal ini juga dapat terjadi bila terdapat tanah dasar dengan permukaan air tanah yang tinggi.
Berdasarkan hal ini jenis medan dibagi menjadi 3 golongan umum berdasarkan besarnya kelerengan
melintang dalam arah kurang lebih tegak lurus sumbu jalan.
Klasifikasi medan dan besarnya kelerengan melintang

Golongan medan
 Datar (D)

 Bukit (B)

 Gunung (G) Lereng melintang

0 sampai 9,9 %
10 sampai 24,9 %
25 % keatas

Adapun pengaruh medan meliputi hal-hal seperti :

 Tikungan, jari-jari tikungan dan pelebaran perkerasan diambil sedemikian rupa sehingga
terjamin keamanan jalannya kendaraan dan pandangan bebas yang cukup luas.

 Tanjakan, adanya tanjakan yang cukup curam dapat mempengaruhi kecepatan kendaraan
dan tenaga tariknya tidak cukup, maka berat muatan kendaraan harus dikurangi yang
berarti mengurangi kapasitas angkut dan sangat merugikan. Karena itu diusahakan supaya
tanjakan dibuat landai.

 Bentuk penampang melintang jalan.

 Trase.

2.2.3. Kapasitas Jalan


Kapasitas jalan berarti kecepatan arus kendaraan maksimum layak diperkirakan akan melintasi
suatu titik atau ruas jalan atau daerah manfaat jalan atau selama jangka waktu tertentu pada
kondisi jalur lalu lintas, pengawasan dan lingkungan ideal, dinyatakan dalam banyaknya kendaraan
per jam. Kapasitas jalan terbagi atas tiga golongan :

 Kapasitas dasar (ideal capacity), yaitu kapasitas jalan dalam kondisi ideal, yang meliputi :

- Lalu lintas mempunyai ukuran standart


- Lebar perkerasan ideal : 3,6 m
- Lebar bahu : 1.3 m dan tak ada penghalang
- Jumlah tikungan dan tanjakan sedikit.

 Kapasitas rencana (design capacity), yaitu kapasitas jalan untuk perencanaan yang
dinyatakan sebagai jumlah kendaraan yang melalui suatu tempat dalam satu satuan waktu
(jam).

 Kapasitas mungkin (possible capacity), yaitu jumlah kendaraan yang melalui titik pada
suatu tempat dalam satuan waktu dengan memperhatikan percepatan atau perlambatan
yang terjadi pada jalan tersebut.

2.2.4. Faktor Keamanan


Karena pada jalan raya kita berhadapan dengan manusia dan kendaraan, tentu saja perencanaan
geometrik jalan raya ditunjukkan terhadap efisiensi, keamanan dan kenyamanan. Faktor kecepatan
kendaraan merupakan faktor keamanan sehingga dalam perencanaan harus diberikan suatu
penampang batas kecepatan untuk mendapatkan keamanan yang tinggi.

2.2.5. Analisa Untung Rugi


Analisa ini diperlukan untuk membuat trase jalan (garis tujuan) yang didasarkan atas :

 Biaya pembangunan
 Biaya pemeliharaan

 Biaya operasi jalan yang menyangkut bahan bakar, bahan pelumas ataupun pemeliharaan
kendaraan yang bersangkutan.

Dengan adanya analisa inilah suatu trase dibuat sependek mungkin dan diusahakan lurus. Bila segi
pembiayaan terbatas maka jalan diusahakan mengikuti permukaan tanah asli sehingga tidak banyak
galian dan timbunan. Bila dilihat dari segi kemampuan kendaraan, maka :

 Perlu pembatas dari segi kemampuan kendaraan yang lewat

 Pembangunan disesuaikan dengan klasifikasi lalu lintas (volume dan kapasitas).

2.3. Jarak Pandang


Jarak pandang adalah panjang bagian suatu jalan di depan pengemudi yang masih dapat dilihat
dengan jelas diukur dari titik kedudukan pengemudi. Kemungkinan untuk melihat ke depan adalah
faktor penting dalam suatu operasi di jalan agar tercapai keadaan yang aman dan efisien. Untuk itu
harus diadakan jarak pandangan yang cukup panjang, sehingga pengemudi dapat memilih
kecepatan kendaraan terbaik dan tidak menghantam benda yang tak terduga di atas jalan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi jarak pandangan adalah:

 Waktu PIEV (Percepatan, Intellection, Emotion, Volition), adalah waktu sadar dan reaksi
dari masing-masing pengemudi.

 Waktu yang diperlukan untuk menghindari bahaya dalam keadaan tertentu yang beresiko
terhadap keselamatan.

 Kecepatan kendaraan.

2.3.1. Jarak Pandang Henti


Jarak pandang henti adalah jumlah dua jarak, dimana jarak yang dilintasi kendaraan sejak saat
pengemudi melihat suatu objek yang menyebabkan ia harus berhenti sampai saat rem diinjak dan
jarak yang dibutuhkan untuk menghentikan kendaraan sejak penggunaan rem dimulai.
Jarak pandang henti merupakan gabungan dari:

 Jarak PIEV, adalah jarak yang ditempuh kendaraan dari saat pengemudi melihat suatu
penghalang sampai saat pengemudi mulai menginjak rem.

 Jarak mengerem, adalah jarak yang diperlukan untuk menghentikan kendaraan dengan
menggunakan atau memakai rem.

Besarnya jarak PIEV dapat ditentukan dengan rumus:


dp = 0,278 V t
dengan: dp = jarak PIEV (meter)
V = kecepatan rencana (km/jam)
t = waktu PIEV (detik)
Dalam penentuan jarak mengerem, gesekan antara rem dan tromolnya atau gaya mekanisme rem
dianggap cukup besar. Untuk daerah datar, jarak mengerem dapat ditentukan dengan rumus :
dr = V2 / 254 fn
dengan : dr = jarak mengerem (meter)
V = kecepatan awal (km/jam)
fn = koefisien gesekan normal antara ban dengan permukaan gesekan
Untuk daerah-daerah dengan kelandaian tertentu digunakan rumus :
dr = V2 / 254 (fn  l )
dimana : l = besarnya landai jalan, tanda (-) untuk penurunan, sedangkan tanda (+) untuk
pendakian
Jadi rumus untuk jarak pandang henti adalah :

D = dp + dr

Gabungan dari rumus di atas adalah :

D = ( V/3,6)t + (V/3,6)2 / 2gf

Dimana : D = jarak pandang henti minimum (m)


V = kecepatan rencana
t = waktu tanggap (detik) = 2,5 detik
g = percepatan grafitasi = 9,81 m / detik2
f = koefisien gesekan membujur = 0,3 – 0,4
Jarak pandang henti juga merupakan hal yang menonjol untuk keamanan dan kenyamanan
pengemudi. Meskipun sebaiknya panjangnya diambil lebih besar, jarak pandang di setiap titik
sepanjang jalan raya sekurang–kurangnya harus memenuhi jarak yang diperlukan oleh rata–rata
pengemudi atau kendaraan untuk berhenti.
Jarak pandangan henti minimum untuk kecepatan tertentu dapat dilihat pada tabel berikut :

Kecepatan rencana (km/jam) 80 60 50 40 30 20


jarak pandangan henti minimum (m) 120 75 55 40 25 15

2.3.2. Jarak Pandang Menyiap


Jarak pandang menyiap adalah panjang bagian suatu jalan yang diperlukan oleh pengemudi suatu
kendaraan untuk melakukan gerakan menyiap kendaraan lain yang lebih lambat dan aman. Faktor –
faktor yang mempengaruhi :

 Kecepatan kendaraan yang bersangkutan

 Kebebasan

 Reaksi

 Kecepatan pengemudi

 Besar kecepatan maksimum kendaraan

Besar atau panjangnya jarak pandang menyiap dapat dihitung berdasarkan rumus berikut :
D = d1 + d2 + d3 + d4

Dimana :
D = jarak pandang menyiap (m)
d1 = jarak pandang PIEV (Percepatan, Intellection, Emotion, Volition )
= 0,278 t1 (V - m + (at1/2))
d2 = jarak yang ditempuh dalam penyiapan
= 0,276 V t2
d3 = jarak bebas
= (30 – 100)m
d4 = jarak yang ditempuh dari arah lawan
= 2/3 d2
Catatan :
V = kecepatan rata–rata kendaraan menyiap
t1 = waktu PIEV
m = perbedaan kecepatan kendaraan yang disiap dan menyiap = 15 km/ jam
t2 = waktu kendaraan menyiap berjalan dijalan kanan
Jarak pandangan menyiap secara umum dibagi 2 :
* jarak menyiap total : D = d1 + d2 + d3 + d4
* jarak menyiap minimum : Dm = d2 + d3 + d4
Pembagian jarak pandang menyiap di atas secara tabelaris dilihat sebagai berikut :
kecepatan rencana (km/jam) 80 60 50 40 30 20
jarak pandangan menyiap total 550 350 250 150 150 100
Jarak pandangan minimum yang diperlukan 350 250 200 150 100 70

Pengaruh landai jalan :


Pada pendakian jalan diperlukan jarak yang lebih besar, karena berkurangnya percepatan dan
kendaraan menyiap dan sering kendaraan yang mendatang lebih mempercepat kendaraannya. Pada
penurunan jalan terjadi sebaliknya.
Pemeliharaan Jalan Raya I.PENDAHULUAN Tujuan pemeliharaan jalan adalah untuk mempertahankan kondisi
jalan mantap sesuai dengan tingkat pelayanan dan kemampuannya pada saat jalan tersebut selesai dibangun
dan dioperasikan sampai dengan tercapainya umur rencana yang telah ditentukan. Bertitik tolak dari kondisi
mantap tersebut, pemeliharaan jalan perlu dilakukan secara terus-menerus/rutin dan berkesinambungan
khususnya pada jenis konstruksi jalan yang menggunakan sistem perkerasan lentur (flexible pavement).
Pemeliharaan jalan tidak hanya pada perkerasannya saja, namun mencakup pula pemeliharaan bangunan
pelengkap jalan dan fasilitas beserta sarana-sarana pendukungnya. Suatu perkerasan jalan sekuat apapun
tanpa didukung oleh fasilitas drainase akan dengan mudah menurun kekuatannya sebagai akibat dari
melemahnya kepadatan lapisan pondasi dan terurainya butiran agregat dari bahan pengikatnya. Pemeliharaan
saluran tepi di kiri-kanan badan jalan menjadi penting dan air harus senantiasa mengalir dengan lancar karena
genangan air hujan akan melemahkan struktur perkerasan secara menyeluruh. Sedangkan retak rambut pada
lapisan permukaan suatu perkerasan bila tidak segera ditutup akan semakin membesar dan dimasuki air hujan
yang berdampak terurainya ikatan antara butiran agregat dari bahan pengikatnya, dan menjadi kerusakan yang
lebih besar. Kondisi ini akan semakin cepat bertambah parah lagi bila beban lalulintasnya padat dan berat.
Penanganan pemeliharaan jalan dapat dilakukan secara rutin maupun berkala. Pemeliharaan jalan secara rutin
dilakukan secara terus-menerus sepanjang tahun dan dilakukan sesegera mungkin ketika kerusakan yang terjadi
belum meluas. Perawatan dan perbaikan dilakukan pada tahap kerusakan masih ringan dan setempat. Hal ini
dilakukan sehubungan dengan biaya perbaikannya yang relatif rendah dan cara memperbaikinyapun relatif
mudah/ringan. Pemeliharaan jalan secara berkala dilakukan secara berkala dengan melakukan pula peremajaan
terhadap bahan perkerasan maupun bahan lainnya. Selain itupun, dilakukan perataan kembali terhadap
permukaan jalan. Baik pemeliharaan rutin maupun pemeliharaan berkala, tidak dimaksudkan untuk
meningkatkan kemampuan struktur. Sehubungan dengan hal tersebut, pengendalian dan pengawasan
pemeliharaan jalan perlu dilakukan secara rutin maupun berkala agar kerusakan jalan beserta bangunan
pelengkap dan fasilitas pendukungnya sejak dini dapat diditeksi jenis dan volume serta cara penanganan yang
harus dilakukan segera. Selain itupun perlu diketahui lokasi kerusakannya, khususnya pada lokasi tertentu yang
selalu terjadi kerusakan berulang. Pengendalian dan pengawasan pekerjaan pemeliharaan jalan menjadi
penting dalam upaya meningkatkan kemampuan dan pengembangan jaringan jalan yang telah mantap guna
melayani lalulintas transportasi darat dan daerah=daerah yang berkembang. II. KEGIATAN UTAMA
PEMELIHARAAN JALAN Kegiatan utama pemeliharaan jalan dibagi dalam beberapa kategori pemeliharaan
sesuai dengan peran dan fungsi masing-masing bagian dari suatu konstruksi jalan. Bagian-bagian dari konstruksi
jalan yang perlu dipelihara antara lain adalah sebagai berikut: Struktur Perkerasan Jalan. Bahu Jalan. Fasilitas
Pejalan Kaki/Trotoar. Fasilitas Drainase Jalan. Perlengkapan Jalan. Lereng/Talud Jalan. Struktur Pendukung
Jalan. Selain itu, kegiatan yang perlu dilakukan dalam keadaan mendesak/darurat adalah apabila terjadi
bencana alam seperti tanah longsor, banjir, jalan dan jembatan terputus, pengaturan lalulintas, dan lain-lain. II.1.
Struktur Perkerasan Jalan Kerusakan pada struktur perkerasan jalan dapat terjadi dengan kondisi yang berbeda-
beda sesuai dengan tingkat kerusakannya; berat, sedang, ataupun ringan. Disarankan pada saat kondisi
kerusakan ringan dapat segera diperbaiki dengan cara pemeliharaan rutin, agar kerusakan tidak berkembang
lebih lanjut atau semakin parah yang berakibat semakin mahal biaya untuk perbaikannya. Sesuai dengan jenis
perkerasan jalan yang umumnya dilaksanakan, maka kerusakan yang terjadi umumnya mengikuti jenis
perkerasan itu masing-masing. Pada perkerasan lentur dengan lapisan penutup, jenis kerusakan yang sering
timbul antara lain adalah: Lubang. Bergelombang/keriting. Alur. Penurunan/Ambles. Jembul. kerusakan Tepi.
Retak Buaya. Retak Garis. Kegemukan Aspal. Terkelupas. Pada perkerasan lentur tanpa lapisan penutup, jenis
kerusakan yang sering timbul antara lain adalah sebagai berikut: Lubang-lubang. Bergelombang/keriting. Alur.
Penurunan/Ambles. Pada perkerasan kaku, jenis kerusakan yang sering timbul, antara lain adalah sebagai
berikut: kerusakan pengisi celah lubang. Penurunan slab dan slab pecah/retak pada sambungan Metode
perbaikan pada perkerasan lentur dengan lapis penutup adalah; Penambalan lubang. Perataan.
Pelaburan/Pengaspalan. Pengisian retak. Penutupan retak. Penebaran pasir. Metode perbaikan pada
perkerasan lentur tanpa lapis penutup adalah; Penambalan lubang. Perataan. Perbaikan kemiringan.
Penambahan kerikil. Metode perbaikan pada perkerasan kaku adalah; Perbaikan celah. Penyuntikan.
Penambahan. II.2. Bahu Jalan Bahu jalan ditepi kiri dan kanan perkerasan jalan diperlukan guna memberikan
rasa aman bagi pengemudi dan melindungi struktur perkerasan jalan dari kerusakan tepinya masing-masing.
Kerusakan pada bahu jalan dapat dikategorikan sebagai berikut; Dengan Lapisan Penutup; Lubang-lubang pada
bahu jalan. Bergelombang dan keriting. Jembul pada permukaaan bahu jalan. Retak buaya. Kegemukan aspal.
Permukaan bahu jalan terkelupas. Tanpa Lapisan Penutup; Letak setempat. Ambles/terjadi alur dipermukaan.
Bahu jalan dari tanah; Retak setempat. Kehilangan permukaan. Rumput panjang. Metode perbaikan bahu jalan
dengan lapisan penutup; Penambalan lubang. Perataan. Pelaburan/pengaspalan. Penebaran pasir. Metode
perbaikan bahu jalan tanpa lapisan penutup; Perataan. Pelandaian. Pembuatan kemiringan. Metode perbaikan
bahu jalan dari tanah; Perataan. Pelandaian. Pembuatan kemiringan. Pemangkasan rumput. II.3. Fasilitas
Pejalan Kaki/Trotoar Fasilitas untuk pejalan kaki/trotoar sangat diperlukan guna keselamatan dan keamanan di
tepi jalan terhadap kecelakaan lalulintas. Trotoar sangat dibutuhkan pada jalan kota, khususnya di daerah
permukiman maupun di pusat-pusat kegiatan, seperti perkantoran, sekolah, perdagangan, perbelanjaan, dan
lain-lain. Kerusakan yang sering terjadi pada trotoar suatu jalan bergantung kepada jenis bahan yang digunakan
pada pembuatan trotoar tersebut. Trotoar dengan lapisan penutup; Retak-retak pada lapisan penutup.
Kehilangan lapisan permukaannya Trotoar tanpa lapisan penutup; Terjadi lubang-lubang. Ambles/penurunan
permukaan. Trotoar dari pasangan ubin/blok; Permukaan tidak rata. Susunan bergeser/tidak beraturan. Trotoar
dengan bahan beton; Beton pecah/retak. Permukaannya mengelupas. Trotoar bagian tepi/penahan kerb;
Kerusakan pada inlet kerb/fungsi drainase. Inlet kerb tersumbat/fungsi drainase. Kerb terlepas/hilang/kabur.
Metode perbaikan fasilitas pejalan kaki/trotoar antara lain adalah; Pengaspalan. Pemadatan ulang. Penggantian
lantai. Penambalan permukaan. Penggantian yang rusak/hilang. Pembersihan inlet kerb. Pengecatan kerb yang
pudar. II.4. Fasilitas Drainase Jalan Fasilitas drainase jalan yang berfungsi untuk membuang air berlebih pada
permukaan suatu jalan, umumnya perlu mendapatkan perawatan dan pemeliharaan rutin agar dapat tetap
berfungsi secara optimal. Kerusakan yang sering timbul dan kurang berfungsinya fasilitas drainase jalan
tergantung kepada jenis bahan yang digunakan. Tanpa pasangan batu; Pendangkalan, sebagai akibat dari
pengendapan lumpur. Kerusakan pada saluran terbuka; dasar saluran tergerus, talud longsor/tergerus. Tumbuh-
tumbuhan pada saluran terbuka, mengganggu laju aliran air. Dengan pasangan batu; Pendangkalan, sebagai
akibat dari pengendapan bahan/material yang hanyut. Kerusakan pada saluran terbuka; retak-retak pada
permukaaan saluran, terlepasnya batu dari ikatannya. Metode perbaikan drainase jalan tanpa pasangan batu
adalah; Pembersihan. Perataan kemiringan. Perataan kemiringan saluran. Metode perbaikan drainase jalan
dengan pasangan batu; Pembersihan saluran pasangan batu. Perbaikan yang retak dan pemasangan batu
kembali. Pembuatan ulang saluran pasangan batu. Gorong-gorong; Tersumbat; sampah/tumbuhan yang hanyut
tertahan di inlet gorong-gorong sehingga mengganggu aliran air. Kerusakan pada struktur; retak, pecah, terlepas
dari sambungan, dan lain-lain. Kerusakan kepala gorong-gorong; baik inlet maupun outletnya. Metode perbaikan
gorong-gorong; Pembersihan saluran gorong-gorong. Perbaikan gorong-gorong. Perbaikan dinding gorong-
gorong. Saluran; Terjadinya timbunan sampah. Pendangkalan; endapan lumpur/pasir. Penggerusan pada
struktur saluran. Metode perbaikan saluran; Pembersihan kotoran/sampah.yang menyumbat. Pengambilan pasir
yang mengendap. Perbaikan dasar saluran. II.5. Perlengkapan Jalan dan Fasilitas Pendukung Lainnya
Perlengkapan jalan dan fasilitas pendukung lainnya dimaksudkan agar dapat memberikan informasi bagi
pengemudi kendaraan untuk dapat mengikuti dan mengetahui keadaan di jalan raya yang dilaluinya.
Perlengkapan/pendukung jalan yang dapat berfungsi secara baik akan memberikan kejelasan kepada setiap
pengemudi untuk dijadikan pedoman selama berkendaraan di jalan raya. Kerusakan pada perlengkapan jalan
akan menimbulkan ketidak jelasan kepada pengemudi dan menimbulkan kesulitan lainnya. Patok kilometer dan
hektometer; Kerusakan patok kilometer dan hektometer ; patah, pecah, terkelupas, tulisannya hilang/kabur.
Patok kilometer/hektometer hilang dari tempatnya. Patok kilometer/hektometer terhalang/tertutup akibat tertutup
tumbuh-tumbuhan, dan terhalang bangunan liar. Rambu-rambu jalan; Perubahan letak rambu lalulintas. rambu
lalulintas kotor, tertutup/coretan. Rambu lalulintas rusak, dirusak, terbentur benda keras. Rambu lalulintas hilang,
dilepas, dicuri oleh orang yang tidak bertanggung jawab. Tiang rambu hilang/dicuri, atau dirusak akibat benturan
keras. Marka jalan; Tampilan marka berkurang/pudar. Posisi/penempatan marka salah/keliru/belum selesai.
Metode perbaikan patok kilometer dan patok hectometer; Perbaikan patok. Penggantian patok yang hilang.
Pemindahan penghalang patok. Metode perbaikan rambu-rambu jalan; Pelurusan rambu (tiang). Pembersihan
rambu. Perbaikan rambu. Penggantian rambu yang hilang. Penegakan rambu. Metode perbaikan marka jalan;
Pemberian garis marka yang benar/sesuai. Pemindahan garis marka sesuai kondisi yang dibutuhkan. II.6.
Lereng/Talud Jalan Pemeliharaan rutin pada lereng maupun talud jalan perlu dilakukan agar dapat dicegah
terjadinya kelongsoran/tanah longsor, khususnya pada musim penghujan sebagai akibat dari erosi/pengikisan
oleh air. Kerusakan pada lereng maupun talud jalan dikategorikan sesuai dengan bahan yang digunakan pada
lereng dan talud jalan tersebut. Lereng/Talud dari kerikil; Erosi atau pengikisan oleh air hujan. Rembesan air (air
tanah) pada lereng/talud. Lereng /talud dari pasangan batu; retak pada struktur penahan tanah di lereng/talud
jalan. Ambles pada lereng/talud akibat penurunan/longsor. Lereng/talud ditanami rumput; Rumput tumbuh
panjang pada lereng, perlu dipangkas. Rumput yang gundul pada lereng, perlu ditanam kembali. Lereng/talud
dari bongkahan batu; Sebagian batu hilang/lepas. Susunan batu tidak teratur/penurunan/ambles. Metode
perbaikan lereng/talud dari kerikil; Pengalihan aliran air. Pelandaian kemiringan saluran air. Saluran bawah
tanah. Metode perbaikan lereng/talud dari pasangan batu; Perbaikan retak pada pasangan batu. Pembuatan
konstruksi telapak. Metode perbaikan lereng/talud ditanami rumput; Pemotongan rumput yang panjang.
Penanaman rumput yang gundul. Metode perbaikan lereng/talud dari bongkahan batu; Penambahan batu yang
hilang. Pemasangan kembali yang lepas. Penyusunan kembali bongkahan batu. II.7. Struktur Pendukung Jalan
Pemeliharaan struktur pendukung jalan seperti jembatan dan box culvert / gorong-gorong (lubang > 3 m), perlu
dilakukan guna memastikan berfungsinya struktur tersebut memikul beban lalulintas jalan yang melaluinya.
Kerusakan pada jembatan dan box culvert ditangani secara khusus melalui pemeliharaan jembatan dan
bangunan struktur pendukung jalan. Jembatan; Dek/pelat lantai jembatan berpasir, mempengaruhi lintasan jalan.
Pagar/railing jembatan rusak/bengkok, lepas/hilang/dicuri. Penurunan pada jalan pendekat (oprit) jembatan. Box
culvert / gorong-gorong lubang > 3 m; Dek/pelat lantai berpasir; mempengaruhi lintasan jalan. Pagar/railing
rusak/bengkok, lepas/hilang/dicuri. Penurunan pada jalan pendekat (oprit) box culvert / gorong-gorong.

Mine coins - make money: http://bit.ly/money_crypto


Alat Pengendalian/Pengaturan Lalu Lintas
Alat pengatur lalu lintas umumnya dipasang untuk menyediakan informasi secara visual
untuk lalu lintas. Beberapa contoh alat pengatur adalah rambu lalu lintas, marka jalan, lampu
lalu lintas dll. Tujuan utama alat pengatur tersebut dipasang di antaranya adalah sebagai
berikut.

Mengatur sesuai peraturan lalu lintas (to regulate traffic)


Pemasangan peralatan ini diharapkan:
1. Memberikan informasi tentang peraturan yang harus dipatuhi ketika lalu lintas
berada di lokasi tertentu. Contoh: batas kecepatan (speed limits), pembatasan/larangan
parkir (parkir restrictions), jalan satu arah (one-way operation), larangan menyalip (no
passing/overtaking), batas muatan/ kelas jalan dll.
2. Instruksi untuk melakukan aksi, seperti: keharusan berhenti/ stop, memberi
jalan (give away/yiled), penggunaan lajur kanan hanya untuk belok kanan, truk harus
menggunakan lajur kiri dll.
3. Larangan melakukan manuver tertentu, contoh: larangan belok kanan/ kiri,
larangan masuk/ penutupan jalan dll.
4. Memberikan hak jalan: lampu lalu lintas, arus dari jalan minor memberijalan
kepada arus lalu lintas jalan major.
Memberi peringatan (to warn traffic)
1. Peringatan untuk kondisi geometrik jalan yang berbahaya: lengkung/ tikungan,
akan adanya persimpangan, tanjakan/ turunan.
2. Peringatan adanya perubahan karakteristik jalan dihadapan: jalan menyempit,
jembatan sempit, akan adanya ruas jalan terbagi/ median, akhir dari jalan beraspal dll.
3. Adanya gangguan/ halangan dihadapan: gundukan/ bump, lekukan/ dip, pilar
jembatan, low clearence dll.
4. Adanya kondisi harus berhati-hati pada saat-saat tertentu: area sekolahan,
sering terjadi longsor, jalan licin saat hujan, perlintasan kereta api dll.
5. Informasi berlakunya peraturan lalu lintas tertentu dihadapan: zona kecepatan,
penggunaan lajur khusus untuk bus atau high occupancy vehicles (HOV) dll.

Memberi petunjuk (to guide traffic)


1. Identifikasi rute/ jalan: petunjuk nama jalan, petunjuk arah, rute untuk
bus/truk, rute untuk memutar (detours) dll.
2. Petunjuk untuk pelancong (traveller): rambu arah dan jarak ke lokasi tertentu
(kota lain, tempat wisata dll), rambu adanya persimpangan/simpang susun dll.
3. Garis marka pembagi lajur (painted lines), marka batas tepi perkerasan jalan
dll.

Gambar Rambu Lalu Lintas


Rambu Larangan
Rambu Peringatan
Rambu Perintah

Rambu Petunjuk
Rambu Rute

Rambu Tambahan

Вам также может понравиться