Вы находитесь на странице: 1из 8

Nama: Lisdiani Rahmawati

Kelas: 10ps2

PERKEMBANGAN PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA

1. Nofinawati
2. Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam IAIN Padangsidimpuan
3. Jl. T. Rizal Nurdin Km. 4,5 Sihitang, Padangsidimpuan 22733
4. e-mail: nofinawatiseima@yahoo.com
5. Abstract: Sharia banking in Indonesia has approached 24 years of age. This age implies
that it
6. such sharia banking has shifted to maturity phase. It has developed significantly
7. compared to that of previous years. It can be observed from its average growth of its
8. assets, DPK, PYD which is 45% higher than the years of 2000 up to 2014.
9. However, it is expected that it must able to make use of opportunities which are
10. presently available to encounter challenges in the future, Consequently, it should be able
11. to take advantage of supports and contributions of other such related parties as
12. government, ulama, society, academicians, and students majoring in sharia banking as
13. well.
14. Kata kunci: development, sharia banking, Indonesia
15. PENDAHULUAN
16. erkembangan perbankan
17. syariah di Indonesia telah
18. menjadi tolak ukur keberhasilan
19. eksistensi ekonomi syariah. Bank
20. Muamalat Indonesia sebagai bank
21. syariah pertama dan menjadi pioneer
22. bagi bank syariah lainnya, dan telah
23. lebih dahulu menerapkan sistem ini
24. di tengah menjamurnya bank-bank
25. konvensional. Krisis moneter yang
26. terjadi pada tahun 1998 telah
27. menenggelamkan bank-bank
28. konvensional dan banyak yang
29. dilikuidasi karena kegagalan sistem
30. bunganya. Sementara perbankan
31. yang menerapkan sistem syariah
32. dapat tetap eksis dan mampu
33. bertahan.
34. Tidak hanya itu, di tengah-
35. tengah krisis keuangan global yang
36. melanda dunia pada penghujung
37. akhir tahun 2008, lembaga keuangan
38. syariah kembali membuktikan daya
39. tahannya dari terpaan krisis.
40. Lembaga-lembaga keuangan syariah
41. tetap stabil dan memberikan
42. keuntungan, kenyamanan serta
43. keamanan bagi para pemegang
44. sahamnya, pemegang surat
45. berharga, para nasabah pembiayaan
46. dan para nasabah penyimpan dana
47. di bank-bank syariah.
48. Hal ini dapat dibuktikan dari
49. keberhasilan Bank Muamalat
50. Indonesia melewati krisis yang
51. terjadi pada tahun 1998 dengan
52. menunjukkan kinerja yang semakin
53. meningkat dan tidak menerima
54. sepersen pun bantuan dari
55. pemerintah dan pada krisis
56. keuangan tahun 2008, Bank
57. Muamalat Indonesia bahkan mampu
58. memperoleh laba Rp. 300 miliar
59. lebih. Perbankan syariah sebenarnya
60. dapat menggunakan momentum ini
61. untuk menunjukkan bahwa
62. perbankan syariah benar-benartahan dan kebal krisis dan mampu
63. tumbuh dengan signifikan.
64. PRAKTIK PERBANKAN DI
65. ZAMAN RASULULLAH SAW
66. Secara umum, bank adalah
67. lembaga yang melaksanakan tiga
68. fungsi utama yaitu menghimpun
69. dana, menyalurkan dana, melayani
70. jasa keuangan lainnya. Ketiga fungsi
71. utama tersebut merupakan fungsi
72. utama dari bank konvensional yang
73. menggunakan sistem bunga (riba)
74. dalam kegiatan operasionalnya.
75. Namun bank syariah memiliki
76. empat fungsi dalam kegiatan
77. operasionalnya. Selain dari ketiga
78. fungsi utama di atas, satu fungsi
79. utama lainnya yang ada pada bank
80. syariah adalah fungsi sosial dalam
81. bentuk kegiatan penghimpunan dan
82. penyaluran dana zakat, infak dan
83. sedekah serta penyaluran dana
84. dalam bentuk pinjaman kebajikan
85. (qardul hasan).
86. Di dalam sejarah perekonomian
87. umat Islam, pembiayaan yang
88. dilakukan dengan akad yang sesuai
89. syariah telah menjadi bagian dari
90. tradisi umat Islam sejak zaman
91. Rasulullah SAW. Praktik-praktik
92. seperti menerima titipan harta,
93. meminjamkan uang untuk keperluan
94. konsumsi dan untuk keperluan
95. bisnis, serta melakukan pengiriman
96. uang telah lazim dilakukan sejak
97. zaman Rasulullah SAW. Dengan
98. demikian, fungsi-fungsi utama
99. perbankan modern, yaitu menerima
100. deposit atau simpanan, menyalurkan
101. dana dan melakukan transfer dana
102. telah menjadi bagian yang tidak
103. terpisahkan dari kehidupan umat
104. Islam, bahkan sejak zaman
105. Rasulullah SAW (Adiwarman A.
106. Karim, 2007: 18).
107. Praktik-praktik dari fungsi
108. perbankan tersebut masih dilakukan
109. oleh individu-individu. Contohnya:
110. Rasulullah SAW dan Khadijah
111. pernah mempraktikkan akad
112. mudharabah semasa hidup mereka.
113. Khadijah bertindak sebagai shahibul
114. maal dan Rasulullah SAW bertindak
115. sebagai mudharib (pengelola dana).
116. Dana tersebut dikelola oleh
117. Rasulullah SAW dalam bentuk
118. usaha perdagangan. Setelah
119. Rasulullah SAW memperoleh hasil
120. dari usahanya, maka Rasulullah
121. akan memberikan bagi hasil kepada
122. Khadijah sesuai dengan kesepakatan
123. mereka di awal akad. Dengan
124. demikian dapat dipahami bahwa
125. lembaga perbankan belum ada pada
126. masa Rasullah SAW, namun praktik
127. perbankan secara individu telah
128. menjadi tradisi umat Islam.
129. SEJARAH BERDIRINYA BANK
130. SYARIAH
131. Gagasan mengenai bank yang
132. menggunakan sistem bagi hasil telah
133. muncul sejak lama, ditandai dengan
134. banyaknya pemikir-pemikir muslim
135. yang menulis tentang keberadaan
136. bank syariah, misalnya Anwar
137. Qureshi (1946), Naiem Siddiqi
138. (1948), dan Mahmud Ahmad (1952).
139. Kemudian uraian yang lebih
140. terperinci tentang gagasan itu ditulis
141. oleh Mawdudi (1961). Demikian juga
142. dengan tulisan-tulisan Muhammad
143. Hamidullah yang ditulis pada 1944,
144. 1955, 1957, dan 1962, bisa
145. dikategorikan sebagai gagasanpendahulu mengenai perbankan
146. Islam (Heri Sudarsono, 2007: 28).
147. Perbankan yang mulanya
148. hanya ada di daratan Eropa
149. kemudian menyebar ke Asia Barat.
150. Sejalan dengan perkembangan
151. daerah jajahan, maka perbankan pun
152. ikut dibawa ke negara jajahan
153. mereka. Di Indonesia juga tidak
154. terlepas dari penjajahan Belanda
155. yang mendirikan beberapa bank
156. seperti De Javasche Bank, De Post Paar
157. Bank dan lainnya serta bank-bank
158. milik pribumi, Cina, Jepang, dan
159. Eropa seperti Bank Nasional
160. Indonesia, Batavia Bank, dan
161. Iainnya. Di zaman kemerdekaan
162. perbankan Indonesia sudah semakin
163. maju, mulai dari bank pemerintah
164. maupun bank swasta (Andri
165. Soemitra, 2009: 62).
166. Sejarah perkembangan bank
167. syariah modern tercatat di Pakistan
168. dan Malaysia sekitar tahun 1940,
169. yaitu upaya pengelolaan dana
170. jamaah haji secara non-
171. konvensional. Rintisan bank syariah
172. lainnya adalah dengan berdirinya
173. Mit Ghamr Lokal Saving Bank pada
174. tahun 1963 di Mesir oleh Dr. Ahmad
175. el-Najar. Secara kolektif gagasan
176. berdirinya bank syariah di tingkat
177. internasional, muncul dalam
178. konferensi negara-negara Islam
179. sedunia, di Kuala Lumpur, Malaysia
180. pada tanggal 21-27 April 1969, yang
181. diikuti oleh 19 negara peserta.
182. Konferensi tersebut memutuskan
183. beberapa hal, yaitu: (Heri Sudarsono,
184. 2007: 28 )
1. Tiap keuntungan haruslah tunduk
185. kepada hukum untung dan rugi,
186. jika tidak ia termasuk riba dan
187. riba itu sedikit atau banyak
188. hukumnya haram.
2. Diusulkan supaya dibentuk suatu
189. bank syariah yang bersih dari
190. sistem riba dalam waktu secepat
191. mungkin.
3. Sementara menunggu berdirinya
192. bank syariah, bank-bank yang
193. menerapkan bunga diperbolehkan
194. beroperasi. Namun jika benar-
195. benar dalam keadaan darurat.
196. Pembentukan bank syariah
197. semula memang banyak diragukan,
198. sebab:
1. Banyak yang beranggapan bahwa
199. sistem perbankan bebas bunga
200. (interest free) adalah suatu yang
201. tak mungkin dan tidak lazim.
2. Adanya pertanyaan tentang
202. bagaimana bank akan membiayai
203. operasinya. Tetapi di lain pihak,
204. bank Islam adalah satu alternatif
205. sistem ekonomi Islam.
206. Untuk lebih mempermudah
207. berkembangnya bank syariah di
208. negara-negara muslim perlu ada
209. usaha bersama di antara negara
210. muslim. Maka pada bulan Desember
211. 1970, pada Sidang Menteri Luar
212. Negeri negara-negara Organisasi
213. Konferensi Islam (OKI) di Karachi,
214. Pakistan, delegasi Mesir mengajukan
215. sebuah proposal untuk mendirikan
216. bank syariah. Proposal tentang
217. Pendirian Bank Islam Internasional
218. untuk Perdagangan dan
219. Pembangunan (International Islamic
220. Bank for Trade and Development) dan
221. proposal pendirian Federasi Bank
222. Islam (Federation of Islamic Bank)
223. dikaji para ahli dari delapan belas
224. negara IslamPada Sidang Menteri Luar
225. Negeri OKI di Benghazi, Libya,
226. Maret 1973 usulan tersebut kembali
227. diagendakan. Sidang kemudian
228. memutuskan agar OKI mempunyai
229. bidang yang khusus menangani
230. masalah ekonomi dan keuangan.
231. Bulan Juli 1973, komite ahli yang
232. mewakili negara-negara Islam
233. penghasil minyak bertemu di
234. Jeddah, Arab Saudi untuk
235. membicarakan pendirian bank
236. syariah. Rancangan pendirian bank
237. tersebut, berupa anggaran dasar dan
238. anggaran rumah tangga, dibahas
239. pada pertemuan kedua, Mei 1974.
240. Pada sidang Menteri Keuangan OKI
241. di Jeddah, 1974, disetujui rancangan
242. pendirian Bank Pembangunan Islam
243. atau Islamic Development Bank (IDB)
244. dengan modal l2 miliar dinar atau
245. ekuivalen 2 miliar SDR (special
246. drawing right) IMF (International
247. Monetary Fund).
248. Berdirinya IDB memotivasi
249. negara-negara Islam untuk
250. mendirikan lembaga keuangan
251. syariah. Pada akhir periode 1970-an
252. dan awal dekade 1980-an, lembaga
253. keuangan syariah bermunculan di
254. Mesir, Sudan, negara-negara Teluk,
255. Pakistan, Iran, Malaysia, serta Turki
256. termasuk Indonesia pada periode
257. 1990-an (M. Ridwan, 2004: 69). Selain
258. itu, ada negara-negara non-muslim
259. yang mendirikan bank Islam, seperti
260. Inggris, Denmark, Bahamas (Benon),
261. Swiss, dan Luxemburg. Secara garis
262. besar, lembaga-lembaga keuangan
263. syariah tersebut dimasukkan dalam
264. dua kategori, yaitu bank Islam
265. komersial (Islamic Comersial Bank)
266. dan lembaga investasi dalam bentuk
267. International Holding Companies (M.
268. Syafi’i Antonio, 1999: 232).
269. Pesatnya perkembangan bank
270. syariah menimbulkan ketertarikan
271. bank konvensional untuk
272. menawarkan produk-produk bank
273. syariah. Hal tersebut tercermin dari
274. tindakan beberapa bank
275. konvensional yang membuka sistem
276. tertentu di dalam masing-masing
277. bank dalam menawarkan produk
278. bank syariah, misalnya “Islamic
279. windows" di Malaysia, "the Islamic
280. transactions" di cabang Bank Mesir,
281. dan "the Islamic services" di cabang-
282. cabang bank perdagangan Arab
283. Saudi. Sementara itu Citibank
284. mendirikan Citi Islamic Investment
285. Bank pada tahun 1996 di Bahrain
286. yang merupakan wholly-owned
287. subsidiary.
288. PERKEMBANGAN BANK
289. SYARIAH DI INDONESIA
290. Gagasan untuk mendirikan
291. bank syariah di Indonesia
292. sebenarnya sudah muncul sejak
293. pertengahan tahun 1970-an. Hal ini
294. dibicarakan pada seminar nasional
295. Hubungan Indonesia-Timur Tengah
296. pada 1974 dan pada tahun 1976
297. dalam seminar internasional yang
298. diselenggarakan oleh Lembaga Studi
299. Ilmu-Ilmu Kemasyarakatan (LSIK)
300. dan Yayasan Bhineka Tunggal Ika.
301. Namun, ada beberapa alasan yang
302. menghambat terealisasinya ide ini:
1. Operasi bank syariah yang
303. menerapkan prinsip bagi hasil
304. belum diatur, dan karena itu,
305. tidak sejalan dengan UU Pokok
306. Perbankan yang berlaku, yakni
307. UU No 14/1967. 2. Konsep bank syariah dari segi
308. politis berkonotasi ideologis,
309. merupakan bagian dari atau
310. berkaitan dengan konsep negara
311. Islam, dan karena itu tidak
312. dikehendaki pemerintah.
2. Masih dipertanyakan, siapa yang
313. bersedia menaruh modal dalam
314. ventura semacam itu, sementara
315. pendirian bank baru dari Timur
316. Tengah masih dicegah, antara lain
317. pembatasan bank asing yang
318. ingin membuka kantornya di
319. Indonesia.
320. Akhirnya gagasan mengenai
321. bank syariah itu muncul lagi sejak
322. tahun 1988, di saat pemerintah
323. mengeluarkan Paket Kebijakan
324. Oktober (Pakto) yang berisi
325. liberalisasi industri perbankan. Para
326. ulama pada waktu itu berusaha
327. untuk mendirikan bank bebas
328. bunga, tapi tidak ada satupun
329. perangkat hukum yang dapat
330. dirujuk, kecuali bahwa perbankan
331. dapat saja menetapkan bunga
332. sebesar 0%. Setelah adanya
333. rekomendasi dari lokakarya ulama
334. tentang bunga bank dan perbankan
335. di Cisarua, Bogor tanggal 19-22
336. Agustus 1990, yang kemudian
337. dibahas lebih mendalam pada
338. Musyawarah Nasional (Munas) IV
339. Majelis Ulama Indonesia (MUI) yang
340. berlangsung di Hotel Sahid Jaya,
341. Jakarta, 22-25 Agustus 1990,
342. dibentuklah kelompok kerja untuk
343. mendirikan bank syariah di
344. Indonesia (Frianto Pandia, 2005: 189
345. ).
346. Bank Muamalat Indonesia
347. adalah bank syariah pertama di
348. Indonesia yang lahir sebelum
349. lahirnya Undang-undang Nomor 7
350. tahun 1992 yang memungkinkan
351. berdirinya bank yang sepenuhnya
352. melakukan kegiatan berdasarkan
353. prinsip syariah (Sutan Remy
354. Syahdeini, 2014: 97) BMI lahir
355. sebagai hasil kerja tim Perbankan
356. MUI tersebut di atas. Akte pendirian
357. PT Bank Muamalat Indonesia
358. ditandatangani pada tanggal 1
359. November 1991. Pada saat akte
360. pendirian ini terkumpul komitmen
361. pembelian saham sebanyak Rp. 84
362. miliar. Pada tanggal 3 Nopember
363. 1991, dalam acara silaturahmi
364. Presiden di Istana Bogor, dapat
365. dipenuhi dengan total komitmen
366. modal disetor awal sebesar Rp.
367. 106.126.382.000,-. Dana tersebut
368. berasal dari presiden dan wakil
369. presiden, sepuluh menteri Kabinet
370. Pembangunan V, juga Yayasan Amal
371. Bakti Muslim Pancasila, Yayasan
372. Dakab, Supersemar, Dharmais,
373. Purna Bhakti Pertiwi, PT PAL, dan
374. PT Pindad. Selanjutnya, Yayasan
375. Dana Dakwah Pembangunan
376. ditetapkan sebagai yayasan
377. penopang bank syariah. Dengan
378. terkumpulnya modal awal tersebut,
379. pada tanggal 1 Mei 1992, Bank
380. Muamalat Indonesia (BMI) mulai
381. beroperasi.
382. Keberadaan BMI ini semakin
383. diperkuat secara konstitusi dengan
384. munculnya Undang-Undang (UU)
385. No. 7 tahun 1992 tentang Perbankan,
386. di mana perbankan bagi hasil
387. diakomodasi. Dalam UU tersebut,
388. pasal 13 ayat (c) menyatakan bahwa
389. salah satu usaha Bank Perkreditan
390. Rakyat (BPR) menyediakan
391. Pembiayaan bagi nasabah
392. berdasarkan prinsip bagi hasil sesuai
393. dengan ketentuan yang ditetapkan oleh bank.

Вам также может понравиться