Вы находитесь на странице: 1из 5

MENGENAL PERSAUDARAAN DALAM ISLAM

Menurut kamus Bahasa Indonesia, Persaudaraan dari kata dasar ‘saudara’ yang artinya
adik/kakak seayah dan seibu. Sedangkan arti persaudaraan adalah persahabatan yang sangat
karib seperti layaknya saudara atau pertalian persahabatan yang serupa dengan pertalian
saudara. Dengan kata lain, persaudaran adalah pertalian persahabatan yang sangat dekat
bagaikan antara adik dan kakak seayah dan seibu. Kata persaudaraan dalam bahasa Arab
biasa disebut dengan Ukhuwwah dan dalam bahasa Inggris disebut dengan Brotherhood.
Dalam ajaran Islam, persaudaraan atau ukhuwwah sangatlah penting dan mendapatkan
porsi perhatian cukup signifikan. Oleh karena itu, Al-Qur’an dan Sunnah Nabi saw
memberikan pesan dan menganjurkan agar sesama muslim harus senantiasa menjaga
persaudaran sesama mereka. Dalam surat Al-Hujurat, Allah Swt memberikan statement
sebagai berikut :

“Sesungguhnya orang-orang mu’min itu bersaudara karena itu damaikanlah diantara


kedua saudaramu dan bertakwalah kepada Allah supaya kamu mendapat rahmat.” (Al-
Hujuraat : 10).

Nabi Muhammad saw juga berpesan kepada umatnya agar selalu menjaga persaudaraan
dengan saling bantu membantu serta berbuat baik.

“Orang muslim itu saudara Muslim lainnya.” (HR Abu Dawud ). Dalam riwayat lain :
“Orang mu’min dengan mu’min lainnya bagaikan suatu bangungan kokoh yang saling
menguatkan antara satu dengan lainnya.” (HR Bukhori, Muslim, Tarmidzi dan Nasai’ dari
Abu Musa Al-Asy’ari).

Dan masih banyak lagi hadits-hadits lain yang membicarakan tentang bagaimana seorang
muslim bergaul dengan muslim lainnya.

B. MACAM-MACAM PERSAUDARAAN

Ditinjau secara sosiologis, persaudaraan dibagi menjadi empat macam. Pertama,


Persaudaraan Islam atau Al-Ukhuwwah Islamiyyah. Kedua, Persaudaraan Keluarga atau
Al-Ukhuwwah An-Nasaliyyah. Ketiga, Persadaraan Sebangsa atau Al-Ukhuwwah Al-
Wathaniyyah. Dan keempat, Persaudaraan sesama manusia atau Al-Ukhuwwah Al-
Basyariyyah.

1
Untuk lebih jelasnya akan kami uraikan berbagai macam jenis persaudaraan sebagai
berikut :

1. Persaudaraan Islamiyyah

Dalam Islam telah dikenal adanya Persaudaraan Islamiyyah atau Al-Ukhuwwah Al-
Islamiyyah. Hal ini didasarkan pada ajaran Islam yang bersumber dari Al-Qur’an dan
Sunnah Nabi saw. Diantara firman Allah yang menjelaskan tentang masalah persaudaraan
adalah : “Dan perpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah
kamu bercerai-berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa
jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadikan kamu
karena nikmat Allah menjadi bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu
Allah menyelamatkan kamu dari padanya.” (Ali Imran : 103).

Ayat di atas secara tegas menjelaskan bahwa agama Islam telah mempersatukan dan
mempersaudarakan pemeluknya. Dan mereka tidak diperbolehkan bercerai- berai dan saling
bermusuh-musuhan. Persaudaraan dalam Islam tidak sebatas pertalian persahabatan yang
sangat dekat bagaikan antara adik dan kakak seayah dan seibu, akan tetapi persaudaraan
Islamiyyah menyangkut persaudaraan lahir dan batin. Hal ini telah dijelaskan oleh Nabi
Muhammad saw dengan haditsnya : “seorang muslim itu adalah (seorang yang bisa
menjaga) orang muslim lainnya selamat dari lidah dan tangannya.” Dan dalam riwayat lain
Nabi bersabda : “perumpamaan orang-orang mukmin dalam saling cintai mencintai dan
saling sayang menyayangi bagaikan satu anggota badan. Apabila salah satu anggota badan
merasa sakit, maka seluruh anggota badan tersebut ikut merasa sakit, seperti orang sakit
terkena demam dan panas.” (HR Ahmad dan Muslim dari Nu’man bin Basyir). Dan masih
banyak lagi hadits Nabi saw yang membahas tentang masalah persaudaran dalam Islam.

2. Persaudaraan Keluarga

“Janganlah duduk bersama kami orang yang telah memutus tali silaturrahmi.” Kemudian
seorang pemuda berdiri dan meninggalkan halaqah (Majlis Nabi), lalu ia mendatangi bibinya
untuk meminta maaf atas kesalahan yang dilakukannya. Setelah meminta maaf kepada
bibinya, pemuda tersebut kembali lagi ke Majis Nabi saw. Maka Nabi bersabda :
“Sesungguhnya rahmat (kasih sayang Allah swt ) tidak akan turun kepada suatu kaum selama

2
ada diantara mereka, seseorang yang memutuskan tali silaturrahmi (persaudaraan). (Irsayadul
Ibad, hal 99 dan At-Targhib 3 : 345).

Muhammad Al-Baqir menceritakan, Ayahnya, Zainal Abidin mengatakan : “Janganlah


engkau berteman dengan orang yang memutuskan tali bersaudaraan. Karena aku
mendapatkan di dalam Al-Qur’an, pemutus tali persaudaraan akan dilaknat Allah swt dalam
tiga hal.”

Perhatikanlah keluarga kita, kaum yang paling kecil. Bila di dalamnya ada beberapa
orang yang sudah tidak saling tegur, sudah saling menjauhi, apalagi di belakang layar mereka
saling menohok dan menfitnah, maka rahmat Allah akan dijauhkan dari seluruh anggota
keluarga. Rahmat Allah artinya surga Allah tidak akan diberikan kepada Pemutus
persaudaraan.

Dalam sejarah kehidupan umat manusia, perselisihan dan pertengkaran dalam keluarga
sering kali terjadi. Dan kebanyakan pemicunya adalah karena adanya faktor kecemburan dan
ketidakadilan, baik dalam masalah harta, seperti warisan maupun masalah lainnya. Mungkin
kita masih ingat, pembunuhan yang dilakukan oleh Qabil terhadap habil atau kakak terhadap
adiknya.
Untuk menjaga hubungan persaudaraan dalam keluarga, Nabi Muhammad saw telah
mengajarkan kepada kita dengan sabdanya : “Shadaqah terhadap orang miskin hanya
mendapat pahala shadaqah, sedangkan terhadap kerabat (keluarga) mempunyai dua pahala
yaitu pahala shadaqah dan pahala shilah (persaudaraan).” (HR At-Turmudzi). Dan Allah swt
juga menegaskan dalam firmannya bahwa diantara kebajikan itu adalah memberikan harta
yang dicintainya kepada kerabat (saudaranya) . (QS Al-Baqarah 177).

Disisi lain Nabi saw juga memberikan penegasan dan sekaligus ancaman bagi orang
yang memutuskan tali persaudaraan dengan sabdanya : “Tidak akan masuk surga seorang
pemutus tali silaturrahmi (persaudaraan).” (HR Bukhori dan Muslim).

3. Persaudaraan sebangsa

Ketika Nabi saw dan para sahabatnya hijrah ke Madinah, maka dibentuklah
pemerintahan Islam pertama dan Nabi sebagai pemimpin. Untuk mengatur jalannya roda
pemerintahan, dibuatlah atauran atau undang-undang sedemikian rupa, diantaranya undang-
undang yang mengatur kehidupan masyarakatnya. Salah satunya adalah peraturan mengenai
hubungan masyarakat minoritas non muslim dengan masyarakat muslim ataupun sebaliknya.
Diantara aturan itu adalah masyarakat mayoritas (muslim) tidak boleh melakukan tindakan
sewenang-wenang terhadap kaum minoritas non muslim. Bahkan Nabi saw berpesan melalui
haditsnya: “Barang siapa yang menyakiti orang (kafir) dzimmi, maka ia telah menyakitiku.”
(Al-Hadits). Dari kutipan hadits di atas kita bisa memahami bahwa Nabi saw memberikan
jaminan keselamatan kaum minoritas. Dan ini merupakan gambaran sekilas bentuk
persaudaraan sebangsa dan setanah air.

4. Persaudaraan sesama manusia.

Ajaran Islam tidak hanya mengatur kehidupan antar sesama muslim, sesama keluarga dan
sebangsa. Akan tetapi ia juga mengajarkan bagaimana mengatur kehidupan sesama manusia.
Di mata Islam semua bangsa di dunia memiliki kesamaan dan kesetaraan. Tidak ada suatu
ajaranpun yang mengatakan bahwa bangsa tertentu lebih mulia atau lebih rendah dari bangsa

3
lain kecuali yang paling bertakwanya kepada Allah.

Allah swt menjelaskan dalam Al-Qur’an :

“Wahai manusia, sesungguhnya Kami mencipatakan kamu seorang laki-laki dan seorang
perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling
kenal mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah
orang paling bertakwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha
Mengenal.” (Al-Hujuraat : 13).

Rasulullah saw juga menyampaikan pesan pada saat melakukan Haji Wada’ (perpisahan)
pada tahun sepuluh hijriah. Beliau menegaskan dengan sabdanya : “Wahai manusia,
sesungguhnya Tuhanmu satu, dan Bapakmu juga satu. Kamu sekalian keturunan (Nabi)
Adam dan Adam dijadikan dari tanah. Tidak ada yang lebih mulia di sisi Allah kecuali yang
lebih bertakwa. Tidak ada keuatamaan bagi Bangsa Arab terhadap Bangsa lain kecuali
takwa.” (Nurul Yaqin, hal 258-259).

Demikianlah perbedaan yang ada, dalam segala hal, hendaknya dijadikan bahan dan
tambahan wawasan bagi kita untuk saling mengenal dan mengerti satu sama lain. Allah swt.
berfirman:

‫اق لررجرعلرقكيمُ أقممةة رواَتحردةة رورلـَتكنِ لليريبلقروُقكيمُ تفيِ رماَ آرتاَقكمُ رفاَ ي‬
‫ستربتققوُاَ اَلرخييرراَ ت‬
‫ت‬ ‫شاَء ا‬
‫رولريوُ ر‬

Artinya: “Kalau Allah Menghendaki, niscaya kamu Dijadikan- Nya satu umat (saja), tetapi
Allah hendak Menguji kamu terhadap karunia yang telah Diberikan-Nya kepadamu, maka
berlomba-lomba lah berbuat kebajikan.” (QS. al-Maidah: 48)

Dalam firmannya, Allah swt. Menyatakan bahwa perbedaan ada, untuk menguji sejauh mana
kita mampu menginsafinya dan menjadikannya jalan untuk berlomba-lomba dalam hal
kebaikan.

Ayat dan hadits di atas telah memberikan informasi dan sekaligus pelajaran berharga
bahwa hakekatnya seluruh umat manusia di dunia ini adalah bersaudara. Mereka berasal dari
satu keturunan yakni Nabi Adam alaihissalam. Untuk itu, tidak selayaknya bagi mereka
saling bermusuhan dan saling bunuh membunuh. Akan tetapi, tebarkanlah rasa damai, rasa
kasih sayang dan saling menghormati diantara kita.

4
C. KESIMPULAN

Dari uraian makalah di atas dapat kita simpulkan bahwa


Ajaran Islam yang bersumber dari Al-Qur’an dan Sunnah Nabi saw telah memberikan
pelajaran yang sangat berharga bagi kehidupan umat manusia di seluruh dunia. Sebab ajaran
tersebut telah memberikan informasi yang utuh tentang asal usul kehidupan manusia di dunia
ini dan ia mengajarkannya kepada mereka untuk saling kenal mengenal, saling hormat
menghormati, saling menghargai dan saling tolong menolong dalam kebaikan dan ketakwaan.

Hakekatnya seluruh umat manusia itu adalah bersaudara, baik ditinjau dari segi agama
maupun keturunan. Dan tidak selayaknya bagi kita untuk saling bermusuhan, saling
membenci dan saling bunuh membunuh. Tapi sebaliknya, hendaknya kita saling
menghormati, saling mengasihi dan saling membantu dalam kebaikan.

Umat Islam, khususnya Para Tokoh Agama dan Masyarakat setiap kali menerima berita harus
bisa mengklarisikasi dan meneliti secara seksama. Sebab adanya kemungkinan berita itu
adalah berita bohong dan mengandung unsur adu domba. Dalam hal ini Allah swt berpesan :


Wahai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa berita suatu
berita, maka peariksalah dengan teliti, agar kamu tidak menimpakan musibah kepada suatu
kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatan itu.”
(Hujuraat : 6).

Wallahu’alamu bishshowab.

Вам также может понравиться