Вы находитесь на странице: 1из 7

Nama : Berkat Rahmat Putra Halawa

NIM : 182119006
Semester : II – B
Mata Kuliah : Pendidikan Kewarganegaraan
Tugas : Mencari Berita terkait dengan Wilayah Indonesia

PENGUMUMAN HASIL PILPRES 22 MEI DIBAYANGI RENCANA


AKSI MASSA DAN ANCAMAN SERANGAN TEROR

Hak atas foto DIDIK SUHARTONO/ANTARA FOTOImage captionPolisi bersiaga saat


aksi unjukrasa Forum Umat Islam Jawa Timur di depan gedung Bawaslu Jatim, Surabaya,
Jawa Timur, Jumat (17/05/2019).
Rencana demonstrasi dan ancaman serangan teror membayang-bayangi
pengumuman hasil penghitungan suara Pemilu 2019 pada 22 Mei mendatang.
Polisi memperkirakan lebih dari 1.000 orang akan turun ke jalanan di Kota Jakarta untuk
mengadakan protes.
Polisi juga telah menangkap tersangka teroris di sejumlah daerah yang disebut berencana
memanfaatkan momen pengumuman hasil Pemilu 2019 untuk melancarkan serangan.
Mendengar kabar tersebut, sejumlah warga Jakarta mengungkapkan kekhawatiran akan
keamanan pada tanggal 22 Mei.
Real count Pemilu 2019: Penghitungan suara pilpres sekitar 85%
Kubu Prabowo terpecah soal hasil rekapitulasi KPU untuk Pilpres dan Pileg
Bawaslu: KPU melakukan pelanggaran terkait quick count serta Situng
Faiza, yang bekerja di kawasan Jakarta Selatan, mengatakan akan menghindari rute yang
melewati kantor Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) dan KPU.
"Agak cemas juga, karena kalau melihat di media sosial itu kayaknya persiapannya ini
(gencar) banget di tanggal 21-22," ujarnya.

Hak atas fotoAPRILLIO AKBAR/ANTARAFOTOImage caption

Komisi Pemilihan Umum (KPU) dijadwalkan akan mengumumkan hasil rekapitulasi suara
tingkat nasional pada 22 Mei.
Kekhawatiran terutama dirasakan oleh beberapa warga dari kelompok minoritas. Tari,
perempuan etnik Tionghoa beragama Katolik, mengaku dibuat cemas oleh kabar
adanya people power atau gerakan rakyat dari para pendukung Prabowo-Sandiaga.
Pasalnya, ia menganggap kandidat nomor urut dua tersebut didukung oleh kelompok garis
keras. Ia takut akan ada kerusuhan seperti tahun 1998. "Saya sebagai minoritas merasa
terancam, kalau misalnya nanti ada huru-hara. Karena pasti yang jadi target utamanya itu
kami-kami ini," ungkapnya kepada BBC News Indonesia.
Salwa, yang bekerja di dekat Bundaran HI, juga mengaku "agak ngeri" karena tempat
kerjanya terletak di tengah kota. Namun ia percaya sepenuhnya kepada polisi untuk
menjaga keamanan.

Siapa yang akan berdemonstrasi?


Rencana untuk berdemonstrasi salah satunya dicetuskan oleh Persaudaraan Alumni 212.
Ansufri Idrus Sambo, mantan ketua Presidium Alumni 212, mengharapkan ada minimal
100.000 massa yang turun ke jalanan.
Demonstrasi tersebut, kata pria yang akrab dipanggil Ustaz Sambo itu, akan diisi dengan
kegiatan berzikir dan bermunajat (doa bersama).
"Zikir, munajat, ... Supaya dikasih negeri yang aman, tidak rusuh, pemimpinnya taubat,
pemimpinnya tidak berbuat zalim, menghindar dari curang, jangan ngotot dua periode
dengan cara yang enggak bener," tutur Sambo kepada BBC News Indonesia.
Sambo menerangkan, aksi akan dimulai pada Selasa (21/05) sehabis salat zuhur di depan
gedung KPU-RI di Jalan Imam Bonjol sampai ke Jalan Cokroaminoto; dan di Jalan MH
Thamrin sampai Sarinah, depan gedung Bawaslu.

Hak atas fotoSIGID KURNIAWAN/ANTARAFOTOImage caption


Kubu Prabowo telah menyatakan menolak hasil pemilihan presiden yang menurut mereka
penuh dengan kecurangan, klaim yang dapat dibawa ke MK.
Sambo mengatakan, pihaknya sudah mengatur supaya tidak terjadi tindakan anarkis. Ia
mengklaim bahwa dalam aksi-aksi massa sebelumnya yang mengatasnamakan umat Islam,
tidak pernah ada yang berbuat anarkis.
"Siapa yang bikin anarkis ya kita tangkap. Berarti dia ingin merusak acara ini ... akan kita
tangkap, kita proses, berarti ini penyusup. Karena kita sudah buktikan lima kali gerakan,
kita tidak pernah ada yang berbuat anarkis," ujarnya.
Ketika ditanya apa yang akan dilakukan jika nanti hasil penghitungan suara tidak sesuai
yang diharapkan, Sambo menjawab: "Terserah rakyat dan tergantung izin Allah."
Sebelumnya, sejumlah sosok dan relawan pendukung Prabowo-Sandiaga mendeklarasikan
Gerakan Nasional Kedaulatan Rakyat (GNKR) di Jakarta. Nama gerakan tersebut
menggantikan istilah people power yang selama ini kerap digaungkan oleh para pendukung
capres nomor urut dua itu.
Anggota Dewan Pengarah Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo-Sandi, Titiek
Soeharto, yang hadir dalam acara deklarasi tersebut, mengatakan pihaknya akan menggelar
demonstrasi damai selama tiga hari yaitu pada tanggal 20-22 Mei.
Tujuannya, kata Titiek, menuntut penyelenggara Pemilu mendiskualifikasi paslon nomor
urut 01 Jokowi-Ma'ruf yang dianggap telah melakukan kecurangan dalam Pilpres.

Hak atas fotoRONY MUHARRMAN/ANTARAFOTOImage caption


Para petinggi Badan Pemenangan Nasional, termasuk cawapres Sandiaga Uno, mengimbau
agar demonstrasi pada tanggal 22 Mei berjalan damai dan tidak anarkis.
Namun juru bicara BPN Andre Rosiade mengatakan bahwa pihaknya tidak menggerakkan
massa untuk berdemonstrasi, meski telah menyatakan menolak hasil pemilu.
"Mungkin saja akan ada aksi damai dari masyarakat, dari rakyat, di KPU. Itu kan bagian
dari ekspresi masyarakat untuk menyampaikan kekecewaan ataupun masukannya ke KPU.
Itu haknya masyarakat."
"Kalau BPN sendiri fokus ke menjaga rekapitulasi nasional yang berjalan di KPU. Yang
kedua, fokus kami urus urusan yang ada di Bawaslu. Besok kami bersidang di Bawaslu dan
kami juga akan menambah laporan kami di Bawaslu," Andre menjelaskan kepada BBC
News Indonesia.
Meski BPN telah menolak hasil pemilu, Andre menegaskan, penolakan itu dilakukan secara
konstitusional. Caranya, pihak BPN datang ke rekapitulasi nasional di KPU-RI,
menyampaikan keberatan, dan menandatangani formulir penolakan.
Bagaimanapun, Andre mengimbau agar para pendukung Prabowo yang akan berunjuk rasa
pada 22 Mei mendatang supaya tidak bertindak anarkis.
"Tetap kondusif, tetap damai, jangan anarkis. Ikuti aturan dan konstitusi yang berlaku,"
ujarnya.

Apa yang akan dilakukan polisi?


Juru bicara Polda Metro Jaya Argo Yuwono mengatakan telah menerima surat
pemberitahuan aksi unjuk rasa dari enam kelompok. Dari pemberitahuan tersebut, polisi
memperkirakan pada tanggal 22 Mei akan ada sedikitnya 1.000 pengunjuk rasa di jalanan
kota Jakarta.
Namun, tambah Argo, polisi tidak menutup kemungkinan akan adanya "massa cair" yang
datang ke Jakarta dari luar daerah.
"Walaupun di setiap Polda sudah kita lakukan pencegahan di sana, preventif, untuk tidak
ikut ke Jakarta. Itu pasti ada yang datang," kata Argo kepada BBC News Indonesia.
Sejak Sabtu (19/05), polisi telah melakukan penyisiran di pelabuhan dan stasiun kereta api
di sejumlah daerah terhadap masyarakat yang akan berangkat ke Jakarta. Polisi mengecek
barang bawaan masyarakat untuk senjata tajam dan bahan peledak.
Dan di Surabaya, Jawa Timur, polisi menangkap penggagas "tur jihad" ke Jakarta. Ajakan
tur yang sempat menyebar melalui WhatsApp itu menawarkan paket tur selama lima hari
dengan berbagai pilihan transportasi dan ongkos. Muhammad Roni dan Feni Lestari
berdalih tur tersebut hanya untuk tamasya.
Namun juru bicara Polda Jatim Frans Barung Mangera mengatakan ajakan tur ini sempat
meresahkan publik karena para peserta tur diduga akan bergabung dengan demonstrasi
pada 22 Mei di Jakarta.
"Itu kan hanya postingan yang mereka posting... tapi karena media mainstream sudah
(mengangkat) jadi kita lakukan penangkapan yang bersangkutan karena sudah menjadi
keresahan dalam masyarakat," kata Frans kepada BBC News Indonesia lewat sambungan
telepon.

Hak atas fotoSENO/ANTARAFOTOImage caption


Polisi dan TNI di sejumlah daerah melakukan pemeriksaan terhadap kendaraan yang
menuju ke Jakarta untuk mengantisipasi pergerakan massa menjelang pengumuman hasil
Pemilu, 22 Mei mendatang.
Sementara itu di Jakarta, juru bicara Polda Metro Jaya Argo Yuwono mengatakan sekitar
45.000 personel polisi dan TNI telah disiapkan untuk mengamankan tempat-tempat seperti
obyek vital, pusat perekonomian, KPU, dan Bawaslu.
Langkah pengamanan itu, kata Argo, selain bertujuan menjaga ketertiban, juga untuk
mencegah serangan teroris.
Namun Argo mengatakan polisi belum mengetahui secara pasti jumlah massa yang akan
turun ke jalan pada tanggal 22 Mei.
"Masih kita data itu. Kita data terus, kita update berapa kira-kira nanti (jumlah massa),"
kata Argo lewat sambungan telepon kepada BBC News Indonesia.
Secara terpisah Kepala Biro Penerangan Masyarakat Polri, Dedi Prasetyo, mengatakan
bahwa satgas antiteror Densus 88 telah menangkap lima jaringan teroris yang berafiliasi
dengan ISIS selama bulan Mei.
Empat dari lima jaringan tersebut adalah bagian dari kelompok Jamaah Ansharut Daulah
(JAD), yang dibekuk polisi di Lampung, Bekasi, Jawa Tengah, dan Jawa Barat. Sedangkan
satu lagi, yang baru-baru ini ditangkap di Bogor, adalah kelompok Firqoh Abu Hamzah.

Jelang pengumuman hasil pilpres, polisi tangkap terduga teroris 'yang akan lempar
bom'
Dari serangkaian penangkapan tersebut, polisi telah menyita barang bukti berupa 11 bom,
ungkap Dedi kepada BBC News Indonesia lewat pesan singkat.
Bagaimanapun, KPU mengatakan akan tetap mengumumkan hasil Pemilu 2019 dan Pilpres
pada 22 Mei mendatang. Komisioner KPU Ilham Saputra mengatakan bahwa KPU
menyerahkan urusan keamanan sepenuhnya kepada kepolisian dan TNI.
"Keamanan kami serahkan kepada pihak keamanan dan Allah SWT bagi keselamatan
kami," ujarnya, seperti beritakan sejumlah media.

Вам также может понравиться