Вы находитесь на странице: 1из 38

ASUHAN KEPERAWATAN (ASKEP) MENINGITIS ESENFALITIS

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Meningitis Ensefalitis merupakan penyakit yang menyerang system saraf.


Kebanyakan penyakit ini menyerang pada anak-anak. Banyak yang tidak
mengetahui sesungguhnya kedua penyakit ini berbeda meskipun sebenarnya mirip.
Meningitis adalah radang membran pelindung system saraf pusat.Penyakit ini dapat
disebabkan oleh mikroorganisme, luka fisik, kanker, obat-obatan tertentu.
Meningitis adalah penyakit serius karena letaknya dekat dengan otak dan tulang
belakang, sehingga dapat menyebabkan kerusakan kendali gerak, pikiran,bahkan
kematian. Kebanyakan ksus meningitis disebabkan oleh mikroorganisme,seperti
virus, bakteri, jamur, atau parasit yang menyebar dalam darah ke cairan otak.

Sedangkan ensefalitis adalah peradangan akut otak yang disebabkan oleh infeksi
virus.Terkadang ensefalitis dapat disebabkan oleh infeksi bakteri,seperti
meningitis,atau komplikasi dari penyakit lain seperti rabies (disebabkan oleh virus)
atau sifilis (disebabkan oleh bakteri). Penyakit parasit dan protozoa seperti
toksoplasmosis,malaria,atau primary amoebic meningoencephalitis, juga dapat
menyebabkan ensefalitis pada orang yang system kekebalan tubuhnya kurang.
Kerysakan otak terjadi karena otak terdorong terhadap tengkorak dan menyebabkan
kematian.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana proses pengkajian pada pasien dengan gangguan meningitis


ensefalitis?
2. Apakakah diagnosa keperawatan pada pasien dengan gangguan meningitis
ensefalitis?
3. Bagaimana perencanaan pada pasien dengan gangguan meningitis
ensefalitis?
4. Bagaimana evaluasi pada pasien dengan gangguan meningitis ensefalitis?

1.3 Tujuan

1. Mengetahui proses pengkajian pada pasien dengan gangguan meningitis


ensefalitis
2. Mengetahui diagnosa keperawatan pada pasien dengan gangguan
meningitis ensefalitis
3. Mengimplementasikan perencanaan pada pasien dengan gangguan
meningitis ensefalitis
4. Mengetahui evaluasi pada pasien dengan gangguan meningitis
ensefalitis

1.4 Manfaat

Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan meningitis


ensefalitis yang meliputi pengkajian, diagnose keperawatan, perencanaan dan
evaluasi.

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 MENINGITIS

2.1.1 Definisi

Merupakan inflamasi yang terjadi pada lapisan arahnoid dan piamatter di otak
serta spinal cord. Inflamasi ini lebih sering disebabkan oleh bakteri dan virus
meskipun penyebab lainnya seperti jamur dan protozoa juga terjadi. (Donna
D.,1999).
Meningitis adalah radang pada meningen (membran yang mengelilingi otak dan
medula spinalis) dan disebabkan oleh virus, bakteri atau organ-organ
jamur(Smeltzer, 2001).

Meningitis merupakan infeksi akut dari meninges, biasanya ditimbulkan oleh salah
satu dari mikroorganisme pneumokok, Meningokok, Stafilokok, Streptokok,
Hemophilus influenza dan bahan aseptis (virus) (Long, 1996).

Meningitis adalah peradangan pada selaput meningen, cairan serebrospinal dan


spinal column yang menyebabkan proses infeksi pada sistem saraf pusat (Suriadi &
Rita, 2001).

2.1.2 Etiologi

1. Meningitis Bakterial (Meningitis sepsis)


Sering terjadi pada musim dingin, saat terjadi infeksi saluran pernafasan. Jenis
organisme yang sering menyebabkan meningitis bacterial adalah streptokokus
pneumonia dan neisseria meningitis. Meningococal meningitis adalah tipe dari
meningitis bacterial yang sering terjadi pada daerah penduduk yang padat, spt:
asrama, penjara
2. Meningitis Virus (Meningitis aseptic)
Meningitis virus adalah infeksi pada meningen; cenderung jinak dan bisa
sembuh sendiri. Virus biasanya bereplikasi sendiri ditempat terjadinya infeksi
awal (misalnya sistem nasofaring dan saluran cerna) dan kemudian menyebar
kesistem saraf pusat melalui sistem vaskuler. Ini terjadi pada penyakit yang
disebabkan oleh virus spt: campak, mumps, herpes simplek dan herpes zoster.
3. Meningitis Jamur
Meningitis Cryptococcal adalah infeksi jamur yang mempengaruhi sistem saraf
pusat pada klien dengan AIDS. Gejala klinisnya bervariasi tergantung dari
system kekebalan tubuh yang akan berefek pada respon inflamasi Respon
inflamasi yang ditimbulkan pada klien dengan menurunnya sistem imun antara
lain: bisa demam/tidak, sakit kepala, mual, muntah dan menurunnya status
mental
Faktor resiko terjadinya meningitis :
1) Infeksi sistemik
Pada meningitis bacterial, infeksi yang disebabkan olh bakteri terdiri atas
faktor pencetus sebagai berikut diantaranya adalah :
a) Otitis media
b) Pneumonia
c) Sinusitis
d) Sickle cell anemia
e) Fraktur cranial, trauma otak
f) Operasi spinal
g) Meningitis bakteri juga bisa disebabkan oleh adanya penurunan system
kekebalan tubuh seperti AIDS.
2) Trauma kepala
Bisanya terjadi pada trauma kepala terbuka atau pada fraktur basis cranii
yang memungkinkan terpaparnya CSF dengan lingkungan luar melalui
othorrhea dan rhinorhea
3) Kelainan anatomis
Terjadi pada pasien seperti post operasi di daerah mastoid, saluran telinga
tengah, operasi cranium Terjadinya peningkatan TIK pada meningitis,
mekanismenya adalah sebagai berikut :

1. Agen penyebab → reaksi local pada meninges → inflamasi


meninges → pe ↑ permiabilitas kapiler → kebocoran cairan dari
intravaskuler ke interstisial → pe ↑ volume cairan interstisial →
edema → Postulat Kellie Monroe, kompensasi tidak adekuat → pe
↑ TIK
2. Pada meningitis jarang ditemukan kejang, kecuali jika infeksi sudah
menyebar ke jaringan otak, dimana kejang ini terjadi bila ada
kerusakan pada korteks serebri pada bagian premotor.
3. Hidrosefalus pada meningitis terjadi karena mekanisme sebagai
berikut :Inflamasi local → scar tissue di daerah arahnoid ( vili ) →
gangguan absorbsi CSF → akumulasi CSF di dalam otak →
hodrosefalus.
4. Bila gejala yang muncul campuran kemungkinan mengalami
Meningo-ensefalitis.

2.1.3 Manifestasi Klinis

Tanda dan gejala meningitis secara umum:

1. Aktivitas / istirahat : Malaise, aktivitas terbatas, ataksia, kelumpuhan,


gerakan involunter, kelemahan, hipotonia
2. Sirkulasi : Riwayat endokarditis, abses otak, TD ↑, nadi ↓, tekanan nadi
berat, takikardi dan disritmia pada fase akut
3. Eliminasi : Adanya inkontinensia atau retensi urin
4. Makanan / cairan : Anorexia, kesulitan menelan, muntah, turgor kulit jelek,
mukosa kering
5. Higiene : Tidak mampu merawat diri
6. Neurosensori : Sakit kepala, parsetesia, kehilangan sensasi, “Hiperalgesia”
meningkatnya rasa nyeri, kejang, gangguan penglihatan, diplopia, fotofobia,
ketulian, halusinasi penciuman, kehilangan memori, sulit mengambil
keputusan, afasia, pupil anisokor, , hemiparese, hemiplegia, tanda
”Brudzinski” positif, rigiditas nukal, refleks babinski posistif, refkleks
abdominal menurun, refleks kremasterik hilang pada laki-laki
7. Nyeri / kenyamanan : Sakit kepala hebat, kaku kuduk, nyeri gerakan okuler,
fotosensitivitas, nyeri tenggorokan, gelisah, mengaduh/mengeluh
8. Pernafasan : Riwayat infeksi sinus atau paru, nafas ↑, letargi dan gelisah
9. Keamanan : Riwayat mastoiditis, otitis media, sinusitis, infeksi pelvis,
abdomen atau kulit, pungsi lumbal, pembedahan, fraktur cranial, anemia sel
sabit, imunisasi yang baru berlangsung, campak, chiken pox, herpes
simpleks. Demam, diaforesios, menggigil, rash, gangguan sensasi.
10. Penyuluhan / pembelajaran : Riwayat hipersensitif terhadap obat, penyakit
kronis, diabetes mellitus
Tanda dan gejala meningitis secara khusus:

1. Anak dan Remaja

a) Demam
b) Mengigil
c) Sakit kepala
d) Muntah
e) Perubahan pada sensorium
f) Kejang (seringkali merupakan tanda-tanda awal)
g) Peka rangsang
h) Agitasi
i) Dapat terjadi: Fotophobia (apabila cahaya diarahkan pada mata pasien
(adanya disfungsi pada saraf III, IV, dan VI)) Delirium, Halusinasi, perilaku
agresi, mengantuk, stupor, koma.

1. Bayi dan Anak Kecil

Gambaran klasik jarang terlihat pada anak-anak usia 3 bulan dan 2 tahun.

a) Demam
b) Muntah
c) Peka rangsang yang nyata
d) Sering kejang (sering kali disertai denagan menangis nada tinggi)
e) Fontanel menonjol.

3.Neonatus:

a) Tanda-tanda spesifik: Secara khusus sulit untuk didiagnosa serta


manifestasi tidak jelas dan spesifik tetapi mulai terlihat menyedihkan dan
berperilaku buruk dalam beberapa hari, seperti menolak untuk makan,
kemampuan menghisap menurun, muntah atau diare, tonus buruk, kurang
gerakan, menangis buruk, leher biasanya lemas.
b) Tanda-tanda non-spesifik : hipothermia atau demam, peka rangsang,
mengantuk, kejang, etidakteraturan pernafasan atau apnea, sianosis,
penurunan berat badan.

2.1.4 Pathofisiologi

Otak dilapisi oleh tiga lapisan, yaitu: duramater, arachnoid, dan piamater. Cairan
otak dihasilkan di dalam pleksus choroid ventrikel bergerak/mengalir melalui sub
arachnoid dalam sistem ventrikuler dan seluruh otak dan sumsum tulang belakang,
direabsorbsi melalui villi arachnoid yang berstruktur seperti jari-jari di dalam
lapisan subarachnoid. Organisme masuk ke dalam aliran darah dan menyebabkan
reaksi radang di dalam meningen dan di bawah korteks, yang dapat menyebabkan
trombus dan penurunan aliran darah serebral. Jaringan serebral mengalami
gangguan metabolisme akibat eksudat meningen, vaskulitis dan hipoperfusi.
Eksudat purulen dapat menyebar sampai dasar otak dan medula spinalis. Radang
juga menyebar ke dinding membran ventrikel serebral. Cairan hidung (sekret
hidung) atau sekret telinga yang disebabkan oleh fraktur tulang tengkorak dapat
menyebabkan meningitis karena hubungan langsung antara cairan otak dengan
lingkungan (dunia luar), mikroorganisme yang masuk dapat berjalan ke cairan otak
melalui ruangan subarachnoid. Adanya mikroorganisme yang patologis merupakan
penyebab peradangan pada piamater, arachnoid, cairan otak dan ventrikel.

Meningitis bakteri dimulai sebagai infeksi dari oroaring dan diikuti dengan
septikemia, yang menyebar ke meningen otak dan medula spinalis bagian atas.
Meningitis bakteri dihubungkan dengan perubahan fisiologis intrakranial, yang
terdiri dari peningkatan permeabilitas pada darah, daerah pertahanan otak (barier
oak), edema serebral dan peningkatan TIK. Faktor predisposisi mencakup infeksi
jalan nafas bagian atas, otitis media, mastoiditis, anemia sel sabit dan
hemoglobinopatis lain, prosedur bedah saraf baru, trauma kepala dan pengaruh
imunologis. Saluran vena yang melalui nasofaring posterior, telinga bagian tengah
dan saluran mastoid menuju otak dan dekat saluran vena-vena meningen; semuanya
ini penghubung yang menyokong perkembangan bakteri.
Pada infeksi akut pasien meninggal akibat toksin bakteri sebelum terjadi meningitis.
Infeksi terbanyak dari pasien ini dengan kerusakan adrenal, kolaps sirkulasi dan
dihubungkan dengan meluasnya hemoragi (pada sindromWaterhouse-
Friderichssen) sebagai akibat terjadinya kerusakan endotel dan nekrosis pembuluh
darah yang disebabkan oleh meningokokus.

Selain dari adanya invasi bakteri, virus, jamur maupun protozoa, point d’entry
masuknya kuman juga bisa melalui trauma tajam, prosedur operasi, dan abses otak
yang pecah, penyebab lainnya adalah adanya rinorrhea, otorrhea pada fraktur bais
cranii yang memungkinkan kontaknya CSF dengan lingkungan luar.

PATWAY/WOC
PENYAKIT CAMPAK
,CACAR AIR
HERPES,BROCOPEN
OUMONIA

VIRUS/BAKTERI
MASUK KE
JARINGAN OTAK

MENINGOECEPALITIS
KERUSAKAN
EDEMA PEMBENTUKAN SARAF IX

EKSUDAT DAN REAKSI


KUMA IRITASI
N KORTE KERUS
TRANSUDAT PATOG
X AKAN
EN SARAF
CEREB
RAL,AR V
SULIT MENGNYAH EA
FOKAL
KESADARAN
SULIT MKN
MENURUN SUHU TUBUH

DEFISIT CAIRAN KETIDAK


SEIMBANGAN
PENUMPUKAN HIPOVOLEMIK NUTRISI –DARI
KEBUTUHAN
SECRET GANGGUAN PERSEPSI TUBUH
RESIKO
TRAUMA
GANGGUAN MOBILITAS FISIKKEJANG
BERULANG
BERSIHAN JALAN NYERI
AKUT
NAFAS TIDAK EFEKTIF

2.1.5 Pemeriksaan Diagnostik

Pemeriksaan laboratorium yang khas pada meningitis adalah analisa cairan otak.
Analisa cairan otak diperiksa untuk jumlah sel, protein, dan konsentrasi glukosa
Lumbal Pungsi. Lumbal pungsi biasanya dilakukan untuk menganalisa hitung jenis
sel dan protein.cairan cerebrospinal, dengan syarat tidak ditemukan adanya
peningkatan TIK. Lumbal punksi tidak bisa dikerjakan pada pasien dengan
peningkatan tekanan tintra kranial..

1. Meningitis bacterial: tekanan meningkat, cairan keruh/berkabut, leukosit


dan protein meningkat, glukosa menurun, kultur posistif terhadap beberapa
jenis bakteri.
2. Meningitis virus : tekanan bervariasi, CSF jernih, leukositosis, glukosa dan
protein normal, kultur biasanya negative.

Kaku kuduk pada meningitis bisa ditemukan dengan melakukan pemeriksaan fleksi
pada kepala klien yang akan menimbulkan nyeri, disebabkan oleh adanya iritasi
meningeal khususnya pada nervus cranial ke XI, yaitu Asesoris yang mempersarafi
otot bagian belakang leher, sehingga akan menjadi hipersensitif dan terjadi
rigiditas.
Sedangan pada pemeriksaan Kernigs sign (+) dan Brudzinsky sign (+) menandakan
bahwa infeksi atau iritasi sudah mencapai ke medulla spinalis bagian bawah.

Pemeriksaan darah ini terutama jumlah sel darah merah yang biasanya meningkat
diatas nilai normal. Serum elektrolit dan serum glukosa dinilai untuk
mengidentifikasi adanya ketidakseimbangan elektrolit terutama hiponatremi. Kadar
glukosa darah dibandingkan dengan kadar glukosa cairan otak. Normalnya kadar
glukosa cairan otak adalah 2/3 dari nilai serum glukosa dan pada pasien meningitis
kadar glukosa cairan otaknya menurun dari nilai normal.

Glukosa serum: meningkat (meningitis)


L

2.1.6 Komplikasi

Komplikasi serta sequelle yang timbul biasanya berhubungan dengan proses


inflamasi pada meningen dan pembuluh darah cerebral (kejang, parese nervus
cranial,lesi cerebral fokal, hydrasefalus) serta disebabkan oleh infeksi
meningococcus pada organ tubuh lainnya (infeksi okular, arthritis, purpura,
pericarditis, endocarditis, myocarditis, orchitis, epididymitis, albuminuria atau
hematuria, perdarahan adrenal). DIC dapat terjadi sebagai komplikasi dari
meningitis. Komplikasi dapat pula terjadi karena infeksi pada saluran nafas bagian
atas, telinga tengah dan paru-paru, Sequelle biasanya disebabkan karena komplikasi
dari nervous system.

2.1.7 Penatalaksanaan

Farmakologis
a. Obat anti inflamasi : Meningitis tuberkulosa :

1) Isoniazid 10 – 20 mg/kg/24 jam oral, 2 kali sehari maksimal 500


gram selama 1 ½ tahun.
2) Rifamfisin 10 – 15 mg/kg/ 24 jam oral, 1 kali sehari selama 1 tahun.
3) Streptomisin sulfat 20 – 40 mg/kg/24 jam sampai 1 minggu, 1 – 2
kali sehari, selama 3 bulan.

2) Meningitis bacterial, umur < 2 bulan :

1) Sefalosporin generasi ke 3
2) ampisilina 150 – 200 mg (400 gr)/kg/24 jam IV, 4 – 6 kali sehari.
3) Koloramfenikol 50 mg/kg/24 jam IV 4 kali sehari.

3) Meningitis bacterial, umur > 2 bulan :

1) Ampisilina 150-200 mg (400 mg)/kg/24 jam IV 4-6 kali sehari.


2) Sefalosforin generasi ke 3.

b. Pengobatan simtomatis :

Diazepam IV : 0.2 – 0.5 mg/kg/dosis, atau rectal 0.4 – 0.6/mg/kg/dosis kemudian


klien dilanjutkan dengan.
Fenitoin 5 mg/kg/24 jam, 3 kali sehari.

3) Turunkan panas :

1) Antipiretika : parasetamol atau salisilat 10 mg/kg/dosis.


2) Kompres air PAM atau es
3) Pengobatan suportif :

1) Cairan intravena.

2) Zat asam, usahakan agar konsitrasi O2 berkisar antara 30 – 50%.

Perawatan
a. Pada waktu kejang

1. Longgarkan pakaian, bila perlu dibuka.


2. Hisap lender
3. Kosongkan lambung untuk menghindari muntah dan aspirasi.
4. Hindarkan penderita dari rodapaksa (misalnya jatuh).

b. Bila penderita tidak sadar lama.

1. Beri makanan melalui sonda.


2. Cegah dekubitus dan pnemunia ortostatik dengan merubah posisi penderita
sesering mungkin.
3. Cegah kekeringan kornea dengan boor water atau saleb antibiotika.

c. Pada inkontinensia urine lakukan katerisasi.

Pada inkontinensia alvi lakukan lavement.

d. Pemantauan ketat.

1) Tekanan darah
2) Respirasi
3) Nadi
4) Produksi air kemih
5) Faal hemostasis untuk mengetahui secara dini adanya DC.

2.2 ENSEFALITIS

2.2.1 Definisi

Ensefalitis adalah infeksi yang mengenai CNS yang disebabkan oleh virus atau
mikro organisme lain yang non purulent.
Ensefalitis adalah peradangan akut otak yang disebabkan oleh infeksi virus.
Terkadang ensefalitis dapat disebabkan oleh infeksi bakteri, seperti meningitis, atau
komplikasi dari penyakit lain seperti rabies (disebabkan oleh virus) atau sifilis
(disebabkan oleh bakteri). Penyakit parasit dan protozoa seperti toksoplasmosis,
malaria, atau primary amoebic meningoencephalitis, juga dapat menyebabkan
ensefalitis pada orang yang sistem kekebalan tubuhnya kurang. Kerusakan otak
terjadi karena otak terdorong terhadap tengkorak dan menyebabkan kematian.

2.2.2 Etiologi

1. Ensefalitis Supurativa

Bakteri penyebab ensefalitis supurativa adalah : staphylococcus aureus,


streptococcus, E.coli dan M.tuberculosa.

Patogenesis:

Peradangan dapat menjalar ke jaringan otak dari otitis media, mastoiditis, sinusitis,
atau dari piema yang berasl dari radang, abses di dalam paru, bronchiektasi,
empiema, osteomeylitis cranium, fraktur terbuka, trauma yang menembus ke dalam
otak dan tromboflebitis. Reaksi dini jaringan otak terhadap kuman yang bersarang
adalah edema, kongesti yang disusul dengan pelunakan dan pembentukan abses.
Disekeliling daerah yang meradang berproliferasi jaringan ikat dan astrosit yang
membentuk kapsula. Bila kapsula pecah terbentuklah abses yang masuk ventrikel.
Bila berkembang menjadi abses serebri akan timbul gejala-gejala infeksi umum,
tanda-tanda meningkatnya tekanan intracranial yaitu : nyeri kepala yang kronik dan
progresif,muntah, penglihatan kabur, kejang, kesadaran menurun, pada
pemeriksaan mungkin terdapat edema papil.

2. Ensefalitis Siphylis

Patogenesis
Disebabkan oleh Treponema pallidum. Infeksi terjadi melalui permukaan tubuh
umumnya sewaktu kontak seksual. Setelah penetrasi melalui epithelium yang
terluka, kuman tiba di sistim limfatik, melalui kelenjar limfe kuman diserap darah
sehingga terjadi spiroketemia. Hal ini berlangsung beberapa waktu hingga
menginvasi susunansaraf pusat Treponema pallidum akan tersebar diseluruh
korteks serebri dan bagianbagian lain susunan saraf pusat.

3. Ensefalitis Virus

Virus yang dapat menyebabkan radang otak pada manusia :

a. Virus RNA

1) Paramikso virus : virus parotitis, irus morbili


2) Rabdovirus : virus rabies
3) Togavirus : virus rubella flavivirus (virus ensefalitis Jepang B, virus
dengue)
4) Picornavirus : enterovirus (virus polio, coxsackie A,B,echovirus)
5) Arenavirus : virus koriomeningitis limfositoria

b. Virus DNA

1) Herpes virus : herpes zoster-varisella, herpes simpleks, sitomegalivirus,


2) virus Epstein-barr
3) Poxvirus : variola, vaksinia
4) Retrovirus : AIDS

3. Ensefalitis Karena Parasit

a. Malaria serebral Plasmodium falsifarum penyebab terjadinya malaria serebral.

Gangguan utama terdapat didalam pembuluh darah mengenai parasit. Sel darah
merah yang terinfeksi plasmodium falsifarum akan melekat satu sama lainnya
sehingga menimbulkan penyumbatan-penyumbatan. Hemorrhagic petechia dan
nekrosis fokal yang tersebar secara difus ditemukan pada selaput otak dan jaringan
otak. Kelainan neurologik tergantung pada lokasi kerusakan-kerusakan.

b. Toxoplasmosis

Toxoplasma gondii pada orang dewasa biasanya tidak menimbulkan gejala-gejala


kecuali dalam keadaan dengan daya imunitas menurun. Didalam tubuh manusia
parasit ini dapat bertahan dalam bentuk kista terutama di otot dan jaringan otak.

c. Amebiasis

Amoeba genus Naegleria dapat masuk ke tubuh melalui hidung ketika berenang di
air yang terinfeksi dan kemudian menimbulkan meningoencefalitis akut. Gejala-
gejalanya adalah demam akut, nausea, muntah, nyeri kepala, kaku kuduk dan
kesadaran menurun.

d. Sistiserkosis

Cysticercus cellulosae ialah stadium larva taenia. Larva menembus mukosa dan
masuk kedalam pembuluh darah, menyebar ke seluruh badan. Larva dapat tumbuh
menjadi sistiserkus, berbentuk kista di dalam ventrikel dan parenkim otak. Bentuk
rasemosanya tumbuh didalam meninges atau tersebar didalam sisterna. Jaringan
akan bereaksi dan membentuk kapsula disekitarnya.

Gejaja-gejala neurologik yang timbul tergantung pada lokasi kerusakan.

4. Ensefalitis Karena Fungus

Fungus yang dapat menyebabkan radang antara lain : candida albicans,


Cryptococcus neoformans,Coccidiodis, Aspergillus, Fumagatus dan Mucor
mycosis. Gambaran yang ditimbulkan infeksi fungus pada sistim saraf pusat

ialah meningo-ensefalitis purulenta. Faktor yang memudahkan timbulnya

infeksi adalah daya imunitas yang menurun.(2,4)


5. Riketsiosis Serebri

Riketsia dapat masuk ke dalam tubuh melalui gigitan kutu dan dapat menyebabkan
Ensefalitis. Di dalam dinding pembuluh darah timbul noduli yang terdiri atas
sebukan sel-sel mononuclear, yang terdapat pula disekitar pembuluh

darah di dalam jaringan otak. Didalam pembuluh darah yang terkena akan terjadi
trombosis. Gejala-gejalanya ialah nyeri kepala, demam, mula-mula sukar tidur,
kemudian mungkin kesadaran dapat menurun. Gejala-gejala neurologik
menunjukan lesi yang tersebar.

2.2.3 Manifestasi Klinis

Meskipun penyebabnya berbeda-beda, gejala klinis Ensefalitis lebih kurang


sama dan khas, sehingga dapat digunakan sebagai kriteria diagnosis. Secara umum,
gejala berupa Trias Ensefalitis yang terdiri dari demam, kejang dan kesadaran
menurun. (Mansjoer, 2000). Adapun tanda dan gejala Ensefalitis sebagai berikut:

1. Suhu yang mendadak naik, seringkali ditemukan hiperpireksia


2. Kesadaran dengan cepat menurun
3. Muntah
4. Kejang-kejang, yang dapat bersifat umum, fokal atau twitching saja
(kejang-kejang di muka)
5. Gejala-gejala serebrum lain, yang dapat timbul sendiri-sendiri atau
bersama-sama, misal paresis atau paralisis, afasia, dan sebagainya
(Hassan, 1997)

Inti dari sindrom Ensefalitis adalah adanya demam akut, dengan kombinasi tanda
dan gejala : kejang, delirium, bingung, stupor atau koma, aphasia, hemiparesis
dengan asimetri refleks tendon dan tanda Babinski, gerakan involunter, ataxia,
nystagmus, kelemahan otot-otot wajah.
2.2.4 Patofisiologi

Virus masuk tubuh pasien melalui kulit,saluran nafas dan saluran


cerna.setelah masuk ke dalam tubuh,virus akan menyebar ke seluruh tubuh dengan
beberapa cara:
1. Setempat: virus alirannya terbatas menginfeksi selaput lender permukaan
atau organ tertentu.
2. Penyebaran hematogen primer: virus masuk ke dalam darah kemudian
menyebar ke organ dan berkembang biak di organ tersebut.
3. Penyebaran melalui saraf-saraf: virus berkembang biak di permukaan
selaput lendir dan menyebar melalui sistem saraf.

2.2.5 Pemeriksaan Diagnostik

1. Biakan:
1. Dari darah viremia berlangsung hanya sebentar saja sehingga sukar
untuk mendapatkan hasil yang positif.
2. Dari likuor serebrospinalis atau jaringan otak (hasil nekropsi), akan
didapat gambaran jenis kuman dan sensitivitas terhadap antibiotika.
3. Dari feses, untuk jenis enterovirus sering didapat hasil yang positif
4. Dari swap hidung dan tenggorokan, didapat hasil kultur positif.
5. Pemeriksaan serologis : uji fiksasi komplemen, uji inhibisi
hemaglutinasi dan uji neutralisasi. Pada pemeriksaan serologis dapat
diketahui reaksi antibodi tubuh. IgM dapat dijumpai pada awal
gejala penyakit timbul.
6. Pemeriksaan darah : terjadi peningkatan angka leukosit.
7. Punksi lumbal Likuor serebospinalis sering dalam batas normal,
kadang-kadang ditemukan sedikit peningkatan jumlah sel, kadar
protein atau glukosa.
8. EEG/ Electroencephalography

EEG sering menunjukkan aktifitas listrik yang merendah sesuai dengan kesadaran
yang menurun. Adanya kejang, koma, tumor, infeksi sistem saraf, bekuan darah,
abses, jaringan parut otak, dapat menyebabkan aktivitas listrik berbeda dari pola
normal irama dan kecepatan.(Smeltzer, 2002)

1. CT scan

Pemeriksaan CT scan otak seringkali didapat hasil normal, tetapi bisa pula didapat
hasil edema diffuse, dan pada kasus khusus seperti Ensefalitis herpes simplex, ada
kerusakan selektif pada lobus inferomedial temporal dan lobus frontal.

2.2.6 Komplikasi

Komplikasi jangka panjang dari ensefalitis berupa sekuele neurologikus yang


nampak pada 30 % anak dengan berbagai agen penyebab, usia penderita, gejala
klinik, dan penanganan selama perawatan. Perawatan jangka panjang dengan terus
mengikuti perkembangan penderita dari dekat merupakan hal yang krusial untuk
mendeteksi adanya sekuele secara dini. Walaupun sebagian besar penderita
mengalami perubahan serius pada susunan saraf pusat (SSP), komplikasi yang berat
tidak selalu terjadi. Komplikasi pada SSP meliputi tuli saraf, kebutaan kortikal,
hemiparesis, quadriparesis, hipertonia muskulorum, ataksia, epilepsi, retardasi
mental dan motorik, gangguan belajar, hidrosefalus obstruktif, dan atrofi serebral.

2.2.7 Penatalaksanaan

Isolasi

Isolasi bertujuan untuk mengurangi stimuli/rangsangan dari luar dan sebagai


tindakan pencegahan.

Terapi antimikroba :

1. Ensefalitis supurativa
1. Ampisillin 4 x 3-4 g per oral selama 10 hari.
2. Cloramphenicol 4 x 1g/24 jam intra vena selama 10 hari.
3. Ensefalitis syphilis
1. Penisillin G 12-24 juta unit/hari dibagi 6 dosis selama 14
hari
2. Penisillin prokain G 2,4 juta unit/hari intra muskulat +
probenesid 4 x 500mg oral selama 14 hari.

Bila alergi penicillin :

1. Tetrasiklin 4 x 500 mg per oral selama 30 hari


2. Eritromisin 4 x 500 mg per oral selama 30 hari
3. Cloramfenicol 4 x 1 g intra vena selama 6 minggu
4. Seftriaxon 2 g intra vena/intra muscular selama 14 hari.
5. Ensefalitis virus
1. Pengobatan simptomatis:

- Analgetik dan antipiretik: Asam mefenamat 4 x 500 mg

- Anticonvulsi : Phenitoin 50 mg/ml intravena 2 x sehari.

1. Pengobatan antivirus diberikan pada ensefalitis virus dengan penyebab


herpes zoster-varicella:

- Asiclovir 10 mg/kgBB intra vena 3 x sehari selama 10 hari atau 200 mg

peroral tiap 4 jam selama 10 hari.

1. Ensefalitis karena parasit


1. Malaria serebral

- Kinin 10 mg/KgBB dalam infuse selama 4 jam, setiap 8 jam hingga tampak
perbaikan.

1. Toxoplasmosis

- Sulfadiasin 100 mg/KgBB per oral selama 1 bulan


- Pirimetasin 1 mg/KgBB per oral selama 1 bulan

- Spiramisin 3 x 500 mg/hari

1. Amebiasis

- Rifampicin 8 mg/KgBB/hari.

1. Ensefalitis karena fungus

- Amfoterisin 0,1- 0,25 g/KgBB/hari intravena 2 hari sekali minimal 6 minggu

- Mikonazol 30 mg/KgBB intra vena selama 6 minggu.

1. Riketsiosis serebri

- Cloramphenicol 4 x 1 g intra vena selama 10 hari

- Tetrasiklin 4x 500 mg per oral selama 10 hari.

Mengurangi meningkatnya tekanan intracranial, management edema otak :

a) Mempertahankan hidrasi, monitor balance cairan : jenis dan jumlah cairan


yang diberikan tergantung keadaan anak.

b) Glukosa 20%, 10ml intravena beberapa kali sehari disuntikkan.

c) Kortikosteroid intramuscular atau intravena dapat juga digunakan untuk


menghilangkan edema otak
2.3 Perbedaan Ensefalitis dengan Meningitis

Encephalitis Meningitis
Kesadaran ↓ Kesadaran relatif masih baik
Demam ↓ Demam ↑
Lokasi terinfeksi di jaringan otak Lokasi terinfeksi di selaput otak
Banyak disebabkan virus Banyak disebabkan bakteri
BAB 3

ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian Esefalitis

Anamnesa

Identitas:

Nama, umur:An k

jenis kelamin:L

agama: HINDU

suku bangsa:Batak

alamat: Perumnas kerasaan

tanggal masuk rumah sakit:20 maret 2015

nomor register:005643
tanggal pengkajian dan diagnosa medis20 maret 2015

Keluhan utama:

Panas badan meningkat, kejang, kesadaran menurun.

Riwayat penyakit sekarang:

Mula-mula anak rewel ,gelisah ,muntah-muntah ,panas badan meningkat kurang


lebih 1-4 hari , sakit kepala.

Riwayat penyakit dahulu:

Klien sebelumnya menderita batuk , pilek kurang lebih 1-4 hari, pernah menderita
penyakit Herpes, penyakit infeksi pada hidung,telinga dan tenggorokan.

Riwayat Kesehatan Keluarga:

Keluarga ada yang menderita penyakit yang disebabkan oleh virus contoh: Herpes
dan lain-lain. Bakteri contoh: Staphylococcus Aureus, Streptococcus , E. Coli , dan
lain-lain.

Imunisasi:

kapan terakhir diberi imunisasi DTP karena ensafalitis dapat terjadi post imunisasi
pertusis.

Pemeriksaan fisik (ROS)

B1 (Breathing) : Perubahan-perubahan akibat peningkatan tekanan intra cranial


menyebabakan kompresi pada batang otak yang menyebabkan pernafasan tidak
teratur. Apabila tekanan intrakranial sampai pada batas fatal akan terjadi paralisa
otot pernafasan (F. Sri Susilaningsih, 1994).
B2 (Blood) : Adanya kompresi pada pusat vasomotor menyebabkan terjadi
iskemik pada daerah tersebut, hal ini akan merangsaang vasokonstriktor dan
menyebabkan tekanan darah meningkat. Tekanan pada pusat vasomotor
menyebabkan meningkatnya transmitter rangsang parasimpatis ke jantung.

B3 (Brain) : Kesadaran menurun. Gangguan tingkat kesadaran dapat


disebabkan oleh gangguan metabolisme dan difusi serebral yang berkaitan dengan
kegagalan neural akibat prosses peradangan otak.

B4 (Bladder) : Biasanya pada pasien Ensefalitis kebiasaan mictie normal


frekuensi normal.

B5 (Bowel) : Penderita akan merasa mual dan muntah karena peningkatan


tekanan intrakranial yang menstimulasi hipotalamus anterior dan nervus vagus
sehingga meningkatkan sekresi asam lambung. Dapat pula terjadi diare akibat
terjadi peradangan sehingga terjadi hipermetabolisme (F. Sri Susilanigsih, 1994).

B6 (Bone) : Kelemahan
Analisa Data

Analisa Data Etiologi Masalah Keperawatan


DS: Nyeri kepala, Pusing, CO 2 Gangguan perfusi
kehilangan memori, bingung, jaringan serebral
kelelahan, kehilangan visual,
kehilangan sensasi
Hipoksia serebri

DO: Bingung / disorientasi,


penurunan kesadaran,
perubahan status mental, Permiabilitas vaskuler
gelisah, perubahan motorik,
dekortikasi, deserebrasi,
kejang, dilatasi pupil, edema
Transudasi cairan
papil

Edema serebri

Volume tengkorak

TIK

Vasospasme pembuluh
darah serebri
Sirkulasi terhenti

Gangguan perfusi jaringan


DS:- Gangguan transmisi Risiko tinggi terhadap
impuls cedera
DO: pasien mengalami
kejang, gangguan motorik,
ataksia.
Kejang

Risiko tinggi terhadap


cedera

DS: merasa lemah Kejang Gangguan mobilitas fisik

DO: pasien terlihat pucat dan


lemah
Kelemahan

Gangguan mobilitas fisik


DS: Klien mengeluh frustasi. Peradangan Perubahan persepsi
sensori
DO: pasien mengalami Kerusakan myelin pada
kebingungan, emosi yang akson dan whitematter
berlebihan, frustasi,
disorientasi realitas

Gangguan sensori persepsi


DS : klien merasa kedinginan Peradangan Hypertermi

DO : suhu tubuuh klien lebih


dari 37,5 C
Suhu tubuh

Hipertermi

DS : klien mengeluh pusing Peradangan Risiko tingi terjadinya


dan nyeri pada kepala infeksi

DO : suhu tubuh lebih dari


Suhu tubuh
37,5C

Terdapat bengkak di kepala

Metabolisme tubuh
Leukosit lebih dari 40.000

Penyebaran toksin ke
jaringan tubuh

Sepsis
Risiko tinggi infeksi
DS : klien mengeluh nyeri Peradangan Nyeri
pada kepala

DO : skala nyeri 4-7


Nyeri

Diagnosa

1. Gangguan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan edema serebral


yang mengubah/menghentikan darah arteri/virus
2. Risiko tinggi terhadap cedera berhubungan dengan kejang umum/fokal,
kelemahan umum.
3. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan neuromuskular,
penurunan kekuatan.
4. Perubahan persepsi sensori berhubungan dengan kerusakan myelin pada
akson dan whitematter
5. Hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi.
6. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan sepsis.
7. Nyeri berhubungan dengan proses penyakit.
Intervensi

Diagnosa 1 : Nyeri berhubungan dengan proses inflamasi, toksin dalam sirkulasi

Tujuan : Nyeri klien berkurang

Kriteria Hasil : Skala nyeri menjadi > 4

Intervensi Rasional
Mandiri

1. Letakkan kantung es pada kepala, Meningkatkan vasokonstriksi,


pakaian dingin di atas mata, penumpukan resepsi sensori yang
berikan posisi yang nyaman selanjutnya akan menurunkan nyeri
kepala agak tinggi sedikit, latihan
rentang gerak aktif atau pasif dan
masage otot leher.

1. Dukung untuk menemukan posisi Menurunkan iritasi meningeal, resultan


yang nyaman(kepala agak tinggi) ketidaknyamanan lebih lanjut

1. Berikan latihan rentang gerak Dapat membantu merelaksasikan


aktif/ pasif. ketegangan otot yang meningkatkan
reduksi nyeri atau tidak nyaman tersebut
1. Gunakan pelembab hangat pada Meningkatkan relaksasi otot dan
nyeri leher atau pinggul menurunkan rasa sakit/ rasa tidak
nyaman
Kolaborasi

5. Berikan anal getik, asetaminofen, Mungkin diperlukan untuk


codein menghilangkan nyeri yang berat
Diagnosa 2: Risiko tinggi terhadap terjadinya infeksi berhubungan dengan sepsis.

Tujuan : Meminimalkan proses penyebaran infeksi

Kriteria hasil : Leukosit normal 10.000-40.000

Tidak ditemukan tanda-anda inflamasi

Intervensi Rasional
Mandiri

1. Beri tindakan isolasi sebagai Pada fase awal meningitis, isolasi


pencegahan mungkin diperlukan sampai organisme
diketahui/dosis antibiotik yang cocok
telah diberikan untuk menurunkan
resiko penyebaran pada orang lain
1. Pertahankan teknik aseptik dan Menurunkan resiko pasien terkena
teknik cuci tangan yang tepat. infeksi sekunder. Mengontrol
penyebaran sumber infeksi
1. Ubah posisi pasien secara teratur, Memobilisasi secret dan meningkatkan
dianjurkan nafas dalam kelancaran secret yang akan
menurunkan resiko terjadinya
komplikasi terhadap pernapasan
Kolaborasi

1. Berikan terapi antibiotik iv: Obat yang dipilih tergantung pada tipe
penisilin G, ampisilin, infeksi dan sensitivitas individu
klorampenikol, gentamisin.

Diagnosa 3 : gangguan perfusi jaringan serebral b.d edema serebral yang


mengubah/ menghentikan darah arteri/virus

Tujuan : Perfusi jaringan menjadi adekuat

Kriteri hasil : Kesadaran kompos mentis


Intervensi Rasional
Mandiri

1. Tirah baring Perubahan tekanan CSS mungkin merupakan potensi adanya resiko
dengan posisi herniasi batang otak yang memerlukan tindakan medis dengan segera
kepala datar.

1. Bantu Aktivitas seperti ini akan meningkatkan tekanan intratorak dan


berkemih, intraabdomen yang dapat men9ingkatkan TIK.
membatasi
batuk, muntah
mengejan.

1. Kolaborasi.
Tinggikan
Peningkatanaliran vena dari kepal akna menurunkan TIK
kepala tempat
tidur 15-45
derajat.

1. Berikan cairan Meminimalkan fluktuasi dalam aliran vaskuler dan TIK.


iv (larutan
hipertonik,
elektrolit ).

1. Berikan obat : Menurunkan permeabilitas kapiler untuk membatasi edema serebral,


steroid, mengatasi kelainan postur tubuh atau menggigil yang dapat
clorpomasin, meningkatkan TIK, menurunkan konsumsi oksigen dan resiko kejang
asetaminofen
Diagnosa 4 : Risiko tinggi terhadap cedera berhubungan dengan kejang
umum/lokal, kelemahan umum.

Tujuan : Mengurangi risiko cidera akibat kejang

Kriteria hasil : Tidak ditemukan cidera selama kejang

Intervensi Rasional
1. Mandiri
Pertahankan penghalang tempat
Melindungi pasien bila terjadi kejang
tidur tetap terpasang dan pasang
jalan nafas buatan

1. Tirah baring selama fase akut Menurunkan resiko terjatuh/trauma


ketika terjadi vertigo, sinkop, atau
ataksia
Kolaborasi

1. Berikan obat : venitoin, diaepam, Merupakan indikasi untuk penanganan


venobarbital. dan pencegahan kejang

Diagnosa 5 : gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan


neuromuskular, penurunan kekuatan.

Tujuan : Klien dapat beraktifitas kembali dengan normal


Kriteria Hasil :Klien tidak merasa lemah

Intervensi Rasional
1. Bantu latihan rentang gerak. Mempertahankan mobilisasi dan fungsi sendi/posisi
normal akstremitas dan menurunkan terjadinya vena
yang statis
1. Berikan perawatan kulit, Meningkatkan sirkulasi, elastisitas kulit, dan
masase dengan pelembab. menurunkan resiko terjadinya ekskoriasi kulit

1. Berikan matras udara atau Menyeimbangkan tekanan jaringan, meningkatkan


air, perhatikan kesejajaran sirkulasi dan membantu meningkatkan arus balik vena
tubuh secara fumgsional. untuk menurunkan resiko terjadinya trauma jaringan.

1. Berikan program latihan dan Proses penyembuhan yang lambat seringkali menyertai
penggunaan alat mobilisasi. trauma kepala dan pemulihan secara fisik merupakan
bagian yang amat penting dari suatu program
pemulihan tersebut.

Diagnosa 6 : Perubahan persepsi sensori berhubungan dengan kerusakan myelin


pada akson dan whitematter

Tujuan : Meminimalkan perubahan persepsi sensori

Kriteria : Klien dapat mengontrol emosi dirinya

Intervensi Rasional
Mandiri

1. Hilangkan suara bising yang Menurunkan ansietas, respons emosi yang


berlebihan. berlebihan/bingung yang berhubungan
dengan sensorik yang berlebihan
1. Validasi persepsi pasien dan Membantu pasien untuk memisahkan
berikan umpan balik. pada realitas dari perubahan persepsi

1. Beri kesempatan untuk Menurunkan frustasi yang berhubungan


berkomunikasi dan beraktivitas. dengan perubahan kemampuan/pola
respons yang memanjang

Kolaborasi ahli fisioterapi

1. Terapi okupasi,wicara dan Pendekatan antardisiplin dapat


kognitif. menciptakan rencana penatalaksanaan
terintegrasi yang didasarkan atas
kombinasi kemampuan/ketidakmampuan
secara individu yang unik dengan
berfokus pada fungsi fisik, kognitif, dan
keterampilan perceptual
Diagnosa 7 : hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi.

Tujuan : suhu tubuh kembali normal.

Kriteria hasil : suhu tubuh 36,5 - 37,5 ° C

Intervensi Rasional
Mandiri
1. Pengeluaran panas secara konduksi
1. Berikan kompres hangat
2. Pengeluaran panas secara evaporasi
2. Anjurkan klien untuk menggunakan
baju yang tipis. 3.Menentukan keberhasilan tindakan
3. Observasi Suhu tubuh klien
1.

Kolaborasi dengan dokter


1. Membantu menurunkan suhu tub
1. berikan obat penurun panas.

3.4 Evaluasi

1. Mencapai masa penyembuhan tepat waktu, tanpa bukti penyebaran infeksi


endogen atau keterlibatan orang lain.
2. Mempertahankan tingkat kesadaran biasanya/membaik dan fungsi
motorik/sensorik, mendemonstrasikan tanda-tanda vital stabil.
3. Tidak mengalami kejang/penyerta atau cedera lain.
4. Melaporkan nyeri hilang/terkontrol dan menunjukkan postur rileks dan
mampu tidur/istirahat dengan tepat.
5. Mencapai kembali atau mempertahankan posisi fungsional optimal dan
kekuatan.
6. Meningkatkan tingkat kesadaran biasanya dan fungsi persepsi.
7. Tampak rileks dan melaporkan ansietas berkurang dan mengungkapkan
keakuratan pengetahuan tentang situasi.
BAB 4

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Meningitis adalah radang membran pelindung system saraf pusat.Penyakit ini dapat
disebabkan oleh mikroorganisme,luka fisik,kanker,obat obatan tertentu. Sedangkan
ensefalitis adalah peradangan akut otak yang disebabkan oleh infeksi virus.

Meskipun penyebabnya berbeda, manifestasi klinis dari kedua penyakit ini hampir
sama dan khas. Yaitu pusing, demam, dan kejang. Oleh karena itu
penatalaksanaannyapun hampir sama, terdiri dari terapi farmakologi dan non
farmakologi.

DAFTAR PUSTAKA

Erathenurse. 2007. Askep pada meningitis. http://erathenurse.blogspot.com/


2007/12/askep-pada-meningitis.html. Di akses tanggal 2 Desember 2009 pukul
18.40
Farinqhustank. 2008. Meningitis .http://one.indoskripsi.com/judul-skripsi-tugas-
makalah/kedokteran/meningitis. Di akses tanggal 2 Desember 2009 pukul 18.40

Anonymous. 2010. Disitasi http://nursingbegin.com/askep-meningitis/. Diakses


tanggal 12 Desember 2010.

Farly, Augus. 2010. Disitasi http://augusfarly.wordpress.com/2010/07/29/asuhan-


keperawatan-meningitis/. Diakses tanggal 12 Desember 2010

Anonymous. Disitasi http://health.allrefer.com/pictures-images/kernigs-sign-of-


meningitis.html. Diakses tanggal 12 Desember 2010

Вам также может понравиться