Вы находитесь на странице: 1из 25

BAB 2

TINJAUAN TEORITIS

2.1 TINJAUAN TEORITIS MEDIS

2.1.1 Definisi

Penyakit paru-paru obstrutif kronis/PPOK (COPD) merupakan suatu istilah yang

sering digunakan untuk sekelompok penyakit paru-paru yang berlangsung lama

dan ditandai oleh peningkatan resistensi terhadap aliran udara sebagai gambaran

patofisiologi utamanya (Irman, 2008).

Eksaserbasi akut pada PPOK berarti timbulnya perburukan dibandingkan dengan

kondisi sebelumnya. Definisi eksaserbasi akut pada PPOK adalah kejadian akut

dalam perjalanan alami penyakit dengan karakteristik adanya perubahan basal

sesak napas, batuk, dan/ atau sputum yang diluar batas normal dalam variasi hari

ke hari (GOLD, 2009).

Penyakit Paru Obstruksi Kronik merupakan sejumlah gangguan yang

mempengaruhi

pergerakan udara dari dan keluar paru. Gangguan yang penting adalah bronkhitis

obstruktif, emfisema,dan asma bronkhial. ( Arif Muttaqin, 2008: 156 ).

6
2.1.2 Etiologi

Menurut Arif Muttaqin, (2008: 156 ) penyebab dari Penyakit Paru Obstruksi

Kronik adalah :

a. Kebiasaan merokok, merupakan penyebab utama pada bronkhitis kronik dan

emfisema.

b. Adanya infeksi : Haemophilus influenzae dan streptococcus pneumonia.

c. Polusi oleh zat- zat pereduksi.

d. Faktor keturunan.

e. Faktor sosial- ekonomi : keadaan lingkungan dan ekonomi yang memburuk.

7
8
2.1.3 Manifestasi Klinis

Batuk merupakan keluhan pertama yang biasanya terjadi pada pasien

PPOK. Batuk bersifat produktif, yang pada awalnya hilang timbul lalu kemudian

berlangsung lama dan sepanjang hari. Batuk disertai dengan produksi sputum

yang pada awalnya sedikit dan mukoid kemudian berubah menjadi banyak dan

purulen seiring dengan semakin bertambahnya parahnya batuk penderita.

Penderita PPOK juga akan mengeluhkan sesak yang berlangsung lama, sepanjang

hari, tidak hanya pada malam hari, dan tidak pernah hilang sama sekali, hal ini

menunjukkan adanya obstruksi jalan nafas yang menetap. Keluhan sesak inilah

yang biasanya membawa penderita PPOK berobat ke rumah sakit. Sesak

dirasakan memberat saat melakukan aktifitas dan pada saat mengalami

eksaserbasi akut.

Tanda dan gejala akan mengarah pada dua tipe pokok:

1. Mempunyai gambaran klinik dominant kearah bronchitis kronis (blue bloater).

2. Mempunyai gambaran klinik kearah emfisema (pink puffers).

Tanda dan gejalanya adalah sebagai berikut:

1. Kelemahan badan

2. Batuk

3. Sesak napas

4. Sesak napas saat aktivitas dan napas berbunyi

9
5. Mengi atau wheeze

6. Ekspirasi yang memanjang

7. Bentuk dada tong (Barrel Chest) pada penyakit lanjut.

8. Penggunaan otot bantu pernapasan

9. Suara napas melemah

10. Kadang ditemukan pernapasan paradoksal

11. Edema kaki, asites dan jari tabuh.

2.1.4 PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan penunjang yang diperlukan adalah sebagai berikut:

1. Pemeriksaan radiologi

a. Pada bronchitis kronik secara radiologis ada beberapa hal yang perlu

diperhatikan:

1) Tubular shadows atau farm lines terlihat bayangan garis-garis yang parallel,

keluar dari hilus menuju apeks paru. Bayangan tersebut adalah bayangan bronkus

yang menebal.

2) Corak paru yang bertambah

b. Pada emfisema paru terdapat 2 bentuk kelainan foto dada yaitu:

10
1) Gambaran defisiensi arteri, terjadi overinflasi, pulmonary oligoemia dan

bula. Keadaan ini lebih sering terdapat pada emfisema panlobular dan pink puffer.

2) Corakan paru yang bertambah.

3) Pemeriksaan faal paru

Pada bronchitis kronik terdapat VEP1 dan KV yang menurun, VR yang

bertambah dan KTP yang normal. Pada emfisema paru terdapat penurunan VEP1,

KV, dan KAEM (kecepatan arum ekspirasi maksimal) atau MEFR (maximal

expiratory flow rate), kenaikan KRF dan VR, sedangkan KTP bertambah atau

normal. Keadaan diatas lebih jelas pada stadium lanjut, sedang pada stadium dini

perubahan hanya pada saluran napas kecil (small airways). Pada emfisema

kapasitas difusi menurun karena permukaan alveoli untuk difusi berkurang.

2. Analisis gas darah

Pada bronchitis PaCO2 naik, saturasi hemoglobin menurun, timbul sianosis,

terjadi vasokonstriksi vaskuler paru dan penambahan eritropoesis. Hipoksia yang

kronik merangsang pembentukan eritropoetin sehingga menimbulkan

polisitemia. Pada kondisi umur 55-60 tahun polisitemia menyebabkan jantung

kanan harus bekerja lebih berat dan merupakan salah satu penyebab payah jantung

kanan.

3. Pemeriksaan EKG

Kelainan yang paling dini adalah rotasi clock wise jantung. Bila sudah terdapat

kor pulmonal terdapat deviasi aksis kekanan dan P pulmonal pada hantaran II, III,

11
dan aVF. Voltase QRS rendah Di V1 rasio R/S lebih dari 1 dan V6 rasio R/S

kurang dari 1. Sering terdapat RBBB inkomplet.

4. Kultur sputum, untuk mengetahui petogen penyebab infeksi.

5. Laboratorium darah lengkap

2.1.5 PENATALAKSANAAN

Tujuan penatalaksanaan PPOK adalah:

1. Memeperbaiki kemampuan penderita mengatasi gejala tidak hanya pada fase

akut, tetapi juga fase kronik.

2. Memperbaiki kemampuan penderita dalam melaksanakan aktivitas harian.

3. Mengurangi laju progresivitas penyakit apabila penyakitnya dapat dideteksi

lebih awal.

Penatalaksanaan PPOK pada usia lanjut adalah sebagai berikut:

1. Meniadakan faktor etiologi/presipitasi, misalnya segera menghentikan

merokok, menghindari polusi udara.

2. Membersihkan sekresi bronkus dengan pertolongan berbagai cara.

3. Memberantas infeksi dengan antimikroba. Apabila tidak ada infeksi

antimikroba tidak perlu diberikan. Pemberian antimikroba harus tepat sesuai

12
dengan kuman penyebab infeksi yaitu sesuai hasil uji sensitivitas atau pengobatan

empirik.

4. Mengatasi bronkospasme dengan obat-obat bronkodilator. Penggunaan

kortikosteroid untuk mengatasi proses inflamasi (bronkospasme) masih

kontroversial.

5. Pengobatan simtomatik.

6. Penanganan terhadap komplikasi-komplikasi yang timbul.

7. Pengobatan oksigen, bagi yang memerlukan. Oksigen harus diberikan

dengan aliran lambat 1 - 2 liter/menit.

Tindakan rehabilitasi yang meliputi:

1. Fisioterapi, terutama bertujuan untuk membantu pengeluaran secret bronkus.

2. Latihan pernapasan, untuk melatih penderita agar bisa melakukan

pernapasan yang paling efektif.

3. Latihan dengan beban oalh raga tertentu, dengan tujuan untuk memulihkan

kesegaran jasmani.

4. Vocational guidance, yaitu usaha yang dilakukan terhadap penderita dapat

kembali mengerjakan pekerjaan semula

Pathogenesis Penatalaksanaan (Medis)

1. Pencegahan : Mencegah kebiasaan merokok, infeksi, dan polusi udara

13
2. Terapi eksaserbasi akut di lakukan dengan :

a. Antibiotik, karena eksaserbasi akut biasanya disertai infeksi Infeksi ini

umumnya disebabkan oleh H. Influenza dan S. Pneumonia, maka digunakan

ampisilin 4 x 0.25-0.56/hari atau eritromisin 4×0.56/hari Augmentin (amoksilin

dan asam klavulanat) dapat diberikan jika kuman penyebab infeksinya adalah H.

Influenza dan B. Cacarhalis yang memproduksi B. Laktamase Pemberiam

antibiotik seperti kotrimaksasol, amoksisilin, atau doksisiklin pada pasien yang

mengalami eksaserbasi akut terbukti mempercepat penyembuhan dan membantu

mempercepat kenaikan peak flow rate. Namun hanya dalam 7-10 hari selama

periode eksaserbasi. Bila terdapat infeksi sekunder atau tanda-tanda pneumonia,

maka dianjurkan antibiotik yang kuat.

b. Terapi oksigen diberikan jika terdapat kegagalan pernapasan karena

hiperkapnia dan berkurangnya sensitivitas terhadap CO2

c. Fisioterapi membantu pasien untuk mengelurakan sputum dengan baik.

d. Bronkodilator, untuk mengatasi obstruksi jalan napas, termasuk di dalamnya

golongan adrenergik b dan anti kolinergik. Pada pasien dapat diberikan

salbutamol 5 mg dan atau ipratopium bromida 250 mg diberikan tiap 6 jam

dengan nebulizer atau aminofilin 0,25 - 0,56 IV secara perlahan.

3. Terapi jangka panjang di lakukan :

a. Antibiotik untuk kemoterapi preventif jangka panjang, ampisilin 4×0,25-

0,5/hari dapat menurunkan kejadian eksaserbasi akut.

14
b. Bronkodilator, tergantung tingkat reversibilitas obstruksi saluran napas tiap

pasien maka sebelum pemberian obat ini dibutuhkan pemeriksaan obyektif dari

fungsi faal paru.

c. Fisioterapi

4. Latihan fisik untuk meningkatkan toleransi aktivitas fisik

5. Mukolitik dan ekspektoran

6. Terapi oksigen jangka panjang bagi pasien yang mengalami gagal napas tipe

II dengan PaO2 (7,3Pa (55 MMHg)

Rehabilitasi, pasien cenderung menemui kesulitan bekerja, merasa sendiri dan

terisolasi, untuk itu perlu kegiatan sosialisasi agar terhindar dari depresi.

2.2 TINJAUAN TEORITIS ASUHAN KEPERAWATAN

2.2.1 PENGKAJIAN

1. Aktivitas dan Istirahat

Gejala :

· Keletihan, kelelahan, malaise,

· Ketidakmampuan untuk melakukan aktivitas sehari-hari karena

sulit bernafas

· Ketidakmampian untuk tidur, perlu tidur dalam posisi duduk tinggi

15
· Dispnea pasa saat istirahat atau respon terhadap aktivitas atau latihan

Tanda :

· Keletihan

· Gelisah, insomnia

· Kelemahan umum/kehilangan massa otot

2. Sirkulasi

Gejala :Pembengkakan pada ekstremitas bawah

Tanda :

· Peningkatan tekanan darah

· Peningkatan frekuensi jantung

· Distensi vena leher

· Edema dependen, tidak berhubungan dengan penyakit jantung

· Bunyi jantung redup (yang berhubungan dengan peningkatan

diameterAPdada)

· Warna kulit/membrane mukosa : normal/abu-abu/sianosis; kuku tabuh

dansianosis perifer

· Pucat dapat menunjukkan anemia.

3. Integritas Ego

16
Gejala :

· Peningkatan factor resiko

· Perubahan pola hidup

Tanda :

· Ansietas, ketakutan, peka rangsang

4. Makanan/ cairan

Gejala :

· Mual/muntah

· Nafsu makan buruk/anoreksia (emfisema)

· ketidakmampuan untuk makankarena distress pernafasan

· penurunan berat badan menetap (emfisema), peningkatan berat badan

menunjukkan edema (bronchitis)

Tanda :

· Turgor kulit buruk

· Edema dependen

· Berkeringat

5. Hyegene

Gejala :

17
· Penurunan kemampuan/peningkatan kebutuhan bantuan melakukan

aktivitassehari-hari

Tanda :

· Kebersihan buruk, bau badan

6. Pernafasan

Gejala :

· Nafas pendek (timbul tersembunyi dengan dispnea sebagai gejala

menonjol pada emfisema) khususnya pada kerja; cuaca atau episode

berulangnyasulit nafas (asma); rasa dada tertekan,m ketidakmampuan untuk

bernafas(asma)

· Batuk menetap dengan produksi sputum setiap hari (terutama pada

saat bangun) selama minimum 3 bulan berturut-turut tiap tahun sedikitnya 2tahun.

Produksi sputum (hijau, puith, atau kuning) dapat banyak sekali(bronchitis kronis)

· Episode batuk hilang timbul, biasanya tidak produksi pada tahap

dinimeskipun dapat menjadi produktif (emfisema)

· Riwayat pneumonia berulang, terpajan pada polusi kimia/iritan

pernafasandalam jangka panjang (mis. Rokok sigaret) atau debu/asap (mis.asbes,

debu batubara, rami katun, serbuk gergaji

· Penggunaan oksigen pada malam hari secara terus-menerus.

Tanda :

18
· Pernafasan : biasanya cepat,dapat lambat; fase ekspresi memanjangdengan

mendengkur, nafas bibir (emfisema)

· Penggunaaan otot bantu pernafasan, mis. Meninggikan bahu, melebarkan

hidung.

· Dada: gerakan diafragma minimal.

· Bunyi nafas : mungkin redup dengan ekspirasi mengi

(emfisema);menyebar, lembut atau krekels lembab kasar (bronchitis); ronki,

mengisepanjang area paru pada ekspirasi dan kemungkinan selama

inspirasi berlanjut sampai penurunan atau tidak adanya bunyi nafas (asma)

· Perkusi : Hiperesonan pada area paru (mis. Jebakan udara

denganemfisema); bunyi pekak pada area paru (mis. Konsolidasi, cairan, mukosa)

· Kesulitan bicara kalimat atau lebih dari 4 atau 5 kata sekaligus.

· Warna : pucat dengan sianosis bibir dan dasar kuku; abbu-abukeseluruhan;

warna merah (bronchitis kronis, “biru mengembung”). Pasiendengan emfisema

sedang sering disebut “pink puffer” karena warna kulitnormal meskipun

pertukaran gas tak normal dan frekuensi pernafasancepat.

· Tabuh pada jari-jari (emfisema)

7. Keamanan

Gejala :

· Riwayat reaksi alergi atau sensitive terhadap zat/faktor lingkungan

19
· Adanya/berulang infeksi

· Kemerahan/berkeringat (asma)

8. Seksualitas

Gejala :

· penurunan libido

9. Interaksi Sosial

Gejala :

· Hubungan ketergantungan Kurang sistem penndukung

· Kegagalan dukungan dari/terhadap pasangan/orang dekat

· Penyakit lama atau ketidakmampuan membaik

Tanda :

· Ketidakmampuan untuk membuat//mempertahankan suara karena

distress pernafasan

· Keterbatasan mobilitas fisik

· Kelalaian hubungan dengan anggota kelurga lain

20
2.2.2 DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan bronkokontriksi,

peningkatan produksi sputum, batuk tidak efektif, kelelahan/berkurangnya tenaga

dan infeksi bronkopulmonal.

2. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan napas pendek, mukus,

bronkokontriksi dan iritan jalan napas.

3. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidaksamaan ventilasi

perfusi

4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai

dengan kebutuhan oksigen.

5. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan dispnea,

kelamahan, efek samping obat, produksi sputum dan anoreksia, mual muntah.

2.2.3 RENCANA KEPERAWATAN

NO DIAGNOSA NOC NIC

KEPERAWATAN

1 Bersihan jalan napas tidak 1.Respiratory status : 1. Beri pasien 6

efektif berhubungan Ventilation sampai 8 gelas

dengan bronkokontriksi, 2. Respiratory status : cairan/hari kecuali

peningkatan produksi Airway patency terdapat kor

21
sputum, batuk tidak 3. Aspiration Control pulmonal.

efektif, Kriteria Hasil : 2. Ajarkan dan

kelelahan/berkurangnya -Mendemonstrasikan berikan dorongan

tenaga dan infeksi batuk efektif dan suara penggunaan teknik

bronkopulmonal. nafas yang bersih, pernapasan

tidak ada sianosis dan diafragmatik dan

dyspneu (mampu batuk.

mengeluarkan sputum, 3. Bantu dalam

mampu bernafas pemberian tindakan

dengan mudah, tidak nebuliser, inhaler

ada pursed lips) dosis terukur

- Menunjukkan jalan 4. Lakukan

nafas yang paten drainage postural

(klien tidak merasa dengan perkusi dan

tercekik, irama nafas, vibrasi pada pagi

frekuensi pernafasan hari dan malam hari

dalam rentang normal, sesuai yang

tidak ada suara nafas diharuskan.

abnormal) 5. Instruksikan

- Mampu pasien untuk

mengidentifikasikan menghindari iritan

dan mencegah factor seperti asap rokok,

yang dapat aerosol, suhu yang

22
menghambat jalan ekstrim, dan asap.

nafas 6. Ajarkan

tentang tanda-tanda

dini infeksi yang

harus dilaporkan

pada dokter dengan

segera: peningkatan

sputum, perubahan

warna sputum,

kekentalan sputum,

peningkatan napas

pendek, rasa sesak

didada, keletihan.

7. Berikan

antibiotik sesuai

yang diharuskan.

8. Berikan

dorongan pada

pasien untuk

melakukan

imunisasi terhadap

influenzae dan

streptococcus

23
pneumoniae.

2 Pola napas tidak efektif 1. Respiratory status : 1. Ajarkan klien

berhubungan dengan napas Ventilation latihan bernapas

pendek, mukus, 2. Respiratory status : diafragmatik dan

bronkokontriksi dan iritan Airway patency pernapasan bibir

jalan napas 3. Vital sign Status dirapatkan.

Kriteria Hasil : 2. Berikan

- Mendemonstrasikan dorongan untuk

batuk efektif dan suara menyelingi aktivitas

nafas yang bersih, dengan periode

tidak ada sianosis dan istirahat.

dyspneu (mampu 3. Biarkan

mengeluarkan sputum, pasien membuat

mampu bernafas keputusan tentang

dengan mudah, tidak perawatannya

ada pursed lips) berdasarkan tingkat

-Menunjukkan jalan toleransi pasien.

nafas yang paten 4. Berikan

(klien tidak merasa dorongan

tercekik, irama nafas, penggunaan latihan

frekuensi pernafasan otot-otot pernapasan

dalam rentang normal, jika diharuskan.

tidak ada suara nafas

24
abnormal)

- Tanda Tanda vital

dalam rentang normal

(tekanan darah (sistole

110-130mmHg dan

diastole 70-90mmHg),

nadi (60-100x/menit)i,

pernafasan (18-

24x/menit))

3 Gangguan pertukaran Respiratory status : 1. Deteksi

gasberhubungan dengan Ventilation bronkospasme

ketidaksamaan ventilasi Kriteria Hasil : saatauskultasi .

perfusi - Frkuensi nafas 2. Pantau klien

normal (16-24x/menit) terhadap dispnea

- Itmia dan hipoksia.

- Tidak terdapat 3. Berikan obat-

disritmia obatan bronkodialtor

- Melaporkan dan kortikosteroid

penurunan dispnea dengan tepat dan

waspada

- Menunjukkan kemungkinan efek

perbaikan dalam laju sampingnya.

aliran ekspirasi 4. Berikan terapi

25
aerosol sebelum

waktu makan, untuk

membantu

mengencerkan

sekresi sehingga

ventilasi paru

mengalami

perbaikan.

5. Pantau

pemberian oksigen

4 Intoleransi - Energy conservation 1. Kaji respon

aktivitasberhubungan v- Self Care : ADLs individu terhadap

dengan ketidakseimbangan Kriteria Hasil : aktivitas; nadi,

antara suplai dengan - Berpartisipasi dalam tekanan darah,

kebutuhan oksigen aktivitas fisik tanpa pernapasan

disertai peningkatan 2. Ukur tanda-

tekanan darah, nadi tanda vital segera

dan RR setelah aktivitas,

- Mampu melakukan istirahatkan klien

aktivitas sehari hari selama 3 menit

(ADLs) secara kemudian ukur lagi

mandiri tanda-tanda vital.

3. Dukung pasien

26
dalam menegakkan

latihan teratur

dengan

menggunakan

treadmill dan

exercycle, berjalan

atau latihan lainnya

yang sesuai, seperti

berjalan perlahan.

4. Kaji tingkat

fungsi pasien yang

terakhir dan

kembangkan

rencana latihan

berdasarkan pada

status fungsi dasar.

5. Sarankan

konsultasi dengan

ahli terapi fisik

untuk menentukan

program latihan

spesifik terhadap

kemampuan pasien.

27
6. Sediakan

oksigen sebagaiman

diperlukan sebelum

dan selama

menjalankan

aktivitas untuk

berjaga-jaga.

7. Tingkatkan

aktivitas secara

bertahap; klien yang

sedang atau tirah

baring lama mulai

melakukan rentang

gerak sedikitnya 2

kali sehari.

8. Tingkatkan

toleransi terhadap

aktivitas dengan

mendorong klien

melakukan aktivitas

lebih lambat, atau

waktu yang lebih

singkat, dengan

28
istirahat yang lebih

banyak atau dengan

banyak bantuan.

9. Secara

bertahap tingkatkan

toleransi latihan

dengan

meningkatkan waktu

diluar tempat tidur

sampai 15 menit tiap

hari sebanyak 3 kali

sehari.

5 Perubahan nutrisi kurang -Nutritional Status : 1. Kaji kebiasaan

dari kebutuhan food and Fluid Intake diet, masukan

tubuhberhubungan dengan Kriteria Hasil : makanan saat ini.

dispnea, kelamahan, efek - Adanya peningkatan Catat derajat

samping obat, produksi berat badan sesuai kesulitan makan.

sputum dan anoreksia, dengan tujuan Evaluasi berat badan

mual muntah. - Berat badan ideal dan ukuran tubuh.

sesuai dengan tinggi 2. Auskultasi

badan bunyi usus

- Mampu 3. Berikan

29
mengidentifikasi perawatan oral

kebutuhan nutrisi sering, buang sekret.

-Tidak ada tanda tanda 4. Dorong

malnutrisi periode istirahat I

-Tidak terjadi jam sebelum dan

penurunan berat badan sesudah makan.

yang berarti 5. Pesankan diet

lunak, porsi kecil

sering, tidak perlu

dikunyah lama.

6. Hindari

makanan yang

diperkirakan dapat

menghasilkan gas.

7. Timbang berat

badan tiap hari

sesuai indikasi.

30

Вам также может понравиться