Вы находитесь на странице: 1из 19

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Rayap termasuk binatang Arthropoda, kelas insecta yang berasal dari ordo
isoptera (Bhs Yunani, "iso" berarti sama dan "ptera" berarti sayap) yang dalam
perkembangan hidupnya mengalami metamorphosa gradual atau bertahap. Rayap
merupakan serangga yang hidup dalam kelompok sosial dengan sistem kasta yang
berkembang sempurna.. Nama ini mengacu pada kasta reproduksi dimana mereka
memiliki sepasang sayap dengan bentuk dan ukuran antara sayap depan dan sayap
belakang yang sama.
Di alam bebas rayap berperan penting sebagai penjaga keseimbangan alam
dengan cara menghancurkan kayu dan mengembalikannya sebagai "hara" ke dalam
tanah. Namun di pemukiman rayap menjadi hama yang sangat merugikan karena
dapat merusak bahan-bahan yang mengandung selulosa yang merupakan sumber
makanan bagi rayap, seperti: kayu, kertas, kain, dll sehingga rayap sering ditemukan
menyerang kusen-kusen, furniture, gypsum, parquet, dll. Di seluruh dunia jenis-jenis
rayap yang telah dideskripsikan dan diberi nama ada sekitar 2000 spesies dan dari
padanya sekitar 120 spesies merupakan hama, sedangkan di negara kita dari kurang
lebih 200 spesies yang dikenal baru sekitar 20 spesies yang diketahui berperan
sebagai hama perusak kayu serta hama hutan/pertanian.
Klasifikasi Rayap
Rayap secara taksonomi dikelompokkan ke dalam Filum: Artropoda , Kelas:
Insecta, Ordo: Isoptera (iso = sama dan ptera = sayap). Rayap dibagi atas beberapa
suku yaitu:
Mastotermitidae
Kalotermitidae
Termopsidae
Hodotermitidae
Rhinotermitidae
Serritermitidae
Termitidae

1
B. Tujuan
1. Agar mahasiswa mengetahui morfologi rayap
2. Agar mahasiswa mengetahui Siklus Hidup dan perilaku dari rayap
C. Manfaat
1. Untuk mengetahui morfologi pada rayap dan
2. Untuk mengetahui Siklus Hidup dan Perilaku rayap

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. MORFOLOGI RAYAP
Secara morfologi rayap memiliki tiga bagian utama yang meliputi : kepala,
toraks dan abdomen. Di beberapa negara sub-tropika rayap dikenal sebagai semut
putih (white ant) karena secara selintas antar keduanya mempunyai penampilan yang
hampir sama. Padahal terdapat beberapa perbedaan antara rayap dan semut
berdasarkan penelitian Pearce pada tahun 1997 yang meliputi :

1. Abdomen semut bagian tengah mengecil, sementara rayap tidak.


2. Semut memiliki sepasang sayap, dengan ukuran salah satu sayap lebih kecil dari
sayap yang lain. Rayap memiliki sepasang sayap yang sama besar ukurannya.
3. Antena semut bersiku sementara antena rayap lurus

Gambar 1.1 Perbedaan rayap dan semut

Kelompok serangga ini mempunyai kemampuan adaptasi yang lebih baik


dibanding serangga lainnya. Kemampuan ini karena rayap hidup dalam sebuah koloni
yang mampu bertahan hidup lama. Anggota koloni rayap hidup dalam jumlah besar
dan berspesialisasi menjadi tiga kasta : pekerja, prajurit, dan reproduktif. Setiap kasta
berbeda secara morfologi maupun fungsinya di dalam koloni. Kasta pekerja adalah
anggota koloni yang berfungsi mencari makan, memperbesar sarang, memberi makan
kasta lainnya, dan melayani kebutuhan ratu. Kasta prajurit hanya berfungsi sebagai
penjaga koloni dari musuh-musuh alaminya. Sementara kasta reproduktif berperan
untuk memperbanyak anggota koloni.

3
Rayap merupakan seranggga dengan metamor fosis tidak sempurna. Siklus
hidup rayap terdiri dari telur, nimfa dan dewasa. Sementara pada semut, metamorfosis
yang terjadi berlangsung sempurna yang meliputi fase telur, larva, pupa dan dewasa.

B. KOLONI RAYAP
Sebagian masyarakat juga sudah mengetahui bahwa dalam koloni setiap jenis
rayap, terdapat beberapa kasta individu yang wujudnya berbeda, yaitu:
1. Kasta reproduktif terdiri atas individu-individu seksual yaitu betina (yang
abdomennya biasanya sangat membesar) yang tugasnya bertelur dan jantan
(raja) yang tugasnya membuahi betina. Jika koloni rayap masih relatif
muda biasanya kasta reproduktif berukuran besar sehingga disebut ratu.
Biasanya ratu dan raja adalah individu pertama pendiri koloni, yaitu
sepasang laron yang mulai menjalin kehidupan bersama sejak penerbangan
alata. Pasangan ini disebut reprodukif primer. Jika mereka mati bukan
berarti koloni rayap akan berhenti bertumbuh.
Koloni akan membentuk "ratu" atau "raja" baru dari individu lain
(biasanya dari kasta pekerja) tetapi ukuran abdomen ratu baru tak akan
sangat membesar seperti ratu asli. Ratu dan raja baru ini disebut
reproduktif suplementer atau neoten. Jadi, dengan membunuh ratu atau
raja kita tak perlu sesumbar bahwa koloni rayap akan punah. Bahkan
dengan matinya ratu, diduga dapat terbentuk berpuluh-puluh neoten yang
menggantikan tugasnya untuk bertelur. Dengan adanya banyak neoten
maka jika terjadi bencana yang mengakibatkan sarang rayap terpecah-
pecah, maka setiap pecahan sarang dapat membentuk koloni baru.

Gambar 1.2 Rayap Reproduktif

4
2. Kasta prajurit. Kasta ini ditandai dengan bentuk tubuh yang kekar karena
penebalan (sklerotisasi) kulitnya agar mampu melawan musuh dalam
rangka tugasnya mempertahankan kelangsungan hidup koloninya. Mereka
berjalan hilir mudik di antara para pekerja yang sibuk mencari dan
mengangkut makanan. Setiap ada gangguan dapat diteruskan melalui
"suara" tertentu sehingga prajurit-prajurit bergegas menuju ke sumber
gangguan dan berusaha mengatasinya. Jika terowongan kembara diganggu
sehingga terbuka tidak jarang kita saksikan pekerja-pekerja diserang oleh
semut sedangkan para prajurit sibuk bertempur melawan semut-semut,
walaupun mereka umumnya kalah karena semut lebih lincah bergerak dan
menyerang. Tapi karena prajurit rayap biasanya dilengkapi dengan
mandibel (rahang) yang berbentuk gunting maka sekali mandibel menjepit
musuhnya, biasanya gigitan tidak akan terlepas walaupun prajurit rayap
akhirnya mati.
Mandibel bertipe gunting (yang bentuknya juga bermacam-macam) umum
terdapat di antara rayap famili Termitidae, kecuali pada Nasutitermes
ukuran mandibelnya tidak mencolok tetapi memiliki nasut (yang berarti
hidung, dan penampilannya seperti "tusuk") sebagai alat penyemprot racun
bagi musuhnya. Prajurit Cryptotermes memiliki kepala yang berbentuk
kepala bulldogtugasnya hanya menyumbat semua lobang dalam sarang
yang potensial dapat dimasuki musuh. Semua musuh yang mencapai
lobang masuk sulit untuk luput dari gigitan mandibelnya. Pada beberapa
jenis rayap dari famili Termitidae seperti Macrotermes, Odontotermes,
Microtermes dan Hospitalitermes terdapat prajurit dimorf (dua bentuk)
yaitu prajurit besar (p. makro) dan prajurit kecil (p. mikro)

Gambar 1.3 Rayap Prajurit

5
3. Kasta pekerja. Kasta ini membentuk sebagian besar koloni rayap. Tidak
kurang dari 80 persen populasi dalam koloni merupakan individu-individu
pekerja. Tugasnya melulu hanya bekerja tanpa berhenti hilir mudik di
dalam liang-liang kembara dalam rangka mencari makanan dan
mengangkutnya ke sarang, membuat terowongan-terowongan, menyuapi
dan membersihkan reproduktif dan prajurit, membersihkan telur-telur, dan
-- membunuh serta memakan rayap-rayap yang tidak produktif lagi
(karena sakit, sudah tua atau juga mungkin karena malas), baik
reproduktif, prajurit maupun kasta pekerja sendiri.

Dari kenyataan ini maka para pakar rayap sejak abad ke-19 telah
mempostulatkan bahwa sebenarnya kasta pekerjalah yang menjadi "raja",
yang memerintah dan mengatur semua tatanan dan aturan dalam sarang rayap.
Sifat kanibal terutama menonjol pada keadaan yang sulit misalnya kekurangan
air dan makanan, sehingga hanya individu yang kuat saja yang dipertahankan.
Kanibalisme berfungsi untuk mempertahankan prinsip efisiensi dan konservasi
energi, dan berperan dalam pengaturan homeostatika (keseimbangan
kehidupan) koloni rayap.

Gambar 1.4 Rayap Pekerja


Pada rayap terjadi pembagian polimorfisme artinya di dalam satu spesies
terdapat bermacam-macam bentuk dan tugas yang berbeda. Rayap hidup
berkoloni, dalam koloni terdapat pembagian tugas kerja yaitu :
1. Ratu, yakni laron (rayap betina fertil) biasanya tubuh gemuk dan
tugasnya adalah bertelur.
2. Raja, yaitu laron (rayap jantan fertil) yang tugasnya melestarikan
keturunan.

6
3. Pekerja, rayap yang bertugas memberi makan ratu dan raja serta
menjaga sarang dari kerusakan. Sifat rayap pekerja dan serdadu
bersifat steril.

PERBEDAAN KASTA PADA RAYAP

Gambar 1.5 Rayap Kasta Prajurit Gambar 1.6 Rayap Kasta Pekerja

Gambar 1.7 Rayap Kasta Raja Gambar 1.8 Rayap Kasta Ratu

C. SIKLUS HIDUP RAYAP


Kelompok hewan ini pertumbuhannya melalui tiga tahap yaitu telur, nimfa dan tahap
dewasa. Setelah menetas dari telur nimfa akan menjadi dewasa dengan melalui
beberapa instar, yaitu bentuk diantara dua masa perubahan. Bentuk ini sangat gradual,
sehingga baik dari bentuk badan pada umumnya, cara hidup maupun makanan pokok
antara nimfa dan dewasa adalah serupa. Pada nimfa yang bertunas sayapnya akan
tumbuh lengkap pada instar terakhir, saat binatang itu mencapai kedewasaan.

7
Gambar 1.9 siklus hidup rayap
(http://dokterrayap.com/2014/09/06/siklus-hidup-rayap/)
Telur yang menetas yang menjadi nimfa akan mengalami 5-8 instar. Jumlah
telur rayap bervariasi, tergantung kepada jenis dan umur. Saat pertama bertelur betina
mengeluarkan 4-15 butir telur. Telur rayap berbentuk silindris, dengan bagian ujung
yang membulat yang berwarna putih. Panjang telur bervariasi antara 1-1,5 mm. Telur
C. curvignathus akan menetas setelah berumur 8-11 hari.
Dalam perkembangan hidupnya berada dalam lingkugan yang sebagian besar
diatur dalam koloni dan terisolir dari pengaruh nimfa sesuai dengan kebutuhan koloni.
Nimfa-nimfa yang sedang tumbuh dapat diatur menjadi anggota kasta, yang
diperlakukan bahwa nasib rayap dewasa an siap terbang dapat diatur. Kasta pekerja
jumlahnya jauh lebih besar dari seluruh kasta yang terdapat dalam koloni rayap.
Nimfa yang menetas dari telur pertama dari seluruh koloni yang baru akan
berkembang menjadi kasta pekerja. Waktu keseluruhan yang dibutuhkan dari keadaan
telur sampai dapat bekerja secara efektif sebagai kasta pekerja pada umumnya adalah
6-7 bulan. Umur kasta pekerja dapat mencapai 19-24 bulan.
Kasta pekerja berikutnya berbentuk dari nimfa-nimfa yang cukup besar dan
mempunyai warna yang lebih gelap dibandingkan dengan anggota perbentukan
pertama. Kepala dilapisi dengan polisakarida yang disebut kitin dan menebal pada
bagian rahangnya. Pada segmen terakhir dari pangkal sterink terdapat alat kelamin
yang tidak berkembang dengan sempurna sehingga membuat kasta pekerja ini
menjadi mandul . Nimfa muda akan mengalami pergantian kulit sebanyak 8 kali,
sampai kemudian berkembang menjadi kasta pekerja, prajurit dan calon laron . Rayap
pekerja bertubuh lunak dan berwarna putih. Sayap depan dan belakang ukurannya
hampir sama dan diletakkan datar diatas abdomen pada waktu beristirahat. Bila sayap
rayap terputus sepanjang sutera, hanya meninggalkan dasar sayap atau potongan yang

8
menempel pada thoraks. Abdomen pada rayap lebih berhubungan dengan thoraks,
kasta yang mandul (pekerja dan serdadu) pada rayap terdiri dari 2 kelamin.
Kasta – kasta reproduktif terbentuk dari telur yang dibuahi . Kepala berwarna
kuning, antena, labrum dan pronotum kuning pucat. Bentuk kepala bulat ukuran
panjang sedikit lebih besar daripada lebarnya. Antena terdiri dari 15 segmen.
Mandibel berbentuk seperti arit dan melengkung diujungnya, batas antara sebelah
dalam dari mandibel kanan sama sekali rata. Panjang kepala dengan mandibel 2,46-
2,66 mm, panjang mandibel tanpa kepala 1,40-1,44 mm dengan lebar pronotum 1,00-
1,03 mm dan panjangnya 0,56 mm, panjang badan 5,5-6 mm. Bagian abdomen
ditutupi dengan rambut yang menyerupai duri. Abdomen bewarna putih kekuning-
kuningan .

D. PERILAKU RAYAP
Hingga saat ini di seluruh dunia tersebar kira-kira 2500 jenis rayap dan di
Indonesia ditemukan tidak kurang dari 200 jenis rayap (Nandika et al, 2003). Dari
semua jenis rayap yang ada tersebut kira-kira hanya sepuluh persen yang
menimbulkan kerusakan baik pada tanaman maupun pada kayu sebagai
komponen bangunan. Rayap juga merupakan satu-satunya kelompok serangga yang
mampu memanfaatkan selulosa sebagai sumber makanannya. Bahan makanan ini
merupakan salah satu bahan yang terbesar kelimpahannya di bumi. Selulosa dalam
tubuh rayap dicerna dengan bantuan organisme simbion yang hidup di dalam saluran
pencernaannya. Organisme inilah yang menguraikan selulosa menjadi senyawa-
senyawa sederhana yang mampu diserap oleh rayap.
Sifat biologi rayap yang utama meliputi ;

1. Trophalaksis, yaitu saling memberi makan,


2. Kanibalistic yaitu sifat rayap yang memakan bangkai anggota koloni yang sudah
mati,
3. Kriptobiotic, sifat rayap yang takut dengan cahaya.

Habitat rayap terbagi menjadi rayap-rayap hidup di dalam tanah, di dalam


kayu kering, di pohon-pohon hidup, atau di kayu-kayu lembab. Pada lingkungan
perkotaan dua kelompok rayap yang penting adalah rayap tanah dan rayap kayu
kering. Rayap tanah hidup bersarang di dalam tanah. Kelompok rayap ini di dunia

9
dikenal sebagai kelompok subterranean termites. Kehadirannya terutama dipengaruhi
oleh suhu, kelembaban tanah, tipe tanah serta vegetasi (Peter, 1996).
Tanah merupakan tempat hidup rayap, dimana tanah dapat mengisolasi rayap dari
suhu dan kelembaban yang ekstrim. Keberadaan jenis rayap tertentu dapat meningkat
kan kesuburan tanah, karena aktivitas rayap daapt mengubah profil tanah,
mempengaruhi tekstur tanah dan pendistribusian bahan organik. Secara umum rayap
tanah menyukai tipe tanah yang mengandung liat dan tidak menyukai tanah berpasir
dikarena kan tanah berpasir memiliki kandungan bahan organik yang rendah.

Ada beberapa jenis rayap tertentu yang hidup digurun pasir seperti Amitermes
dan Psammotermes, keberadaan mereka dapat meningkatkan infiltasi air. Rayap
mampu memodifikasi profil dan sifat kimia tanah sehingga menyebabkan terjadinya
perubahan vegetasi. Contohnya pada sarang rayap Macrotermes cenderung lebih
banyak mengandung silika sehingga hanya jenis-jenis tertentu yang dapat tumbuh
disekitar dan diatas sarang rayap tersebut.

Suatu koloni besar Macrotermes didalam habitat savana, dapat memindahkan


lebih dari satu ton vegetasi setiap tahun. Sarang rayap Macrotermes dapat mencapai
ketinggian 10 meter dan berdiri sangat kokoh tidak mudah hancur oleh hujan dan
angin. Didalam hutan, khususnya hutan hujan peranan rayap sangat penting sebagai
dekomposer serasah dilantai hutan. Jika kita masuk kedalam hutan dataran rendah,
banyak sekali kita dijumpai gumpalan-gumpalan tanah yang merupakan kotoran atau
bekas makaan rayap. Rayap juga akan menghancurkan pepohonan yang tumbang
sehingga akan mudah terurai oleh dekomposer yang lebih kecil lagi.
Di padang savana Arizona, dijumpai rayap jenis Heterotermes aureus, rayap tersebut
mampu mengkonsumsi kayu seberat 78,9 kg/ha pertahun. Serangan rayap-rayap ini
banyak dilakukan pada pohon-pohon yang mati setelah turun hujan. Hodotermes
didaerah gurun Afrika Selatan berperan penting dalam siklus nutrien tanah. Dengan
adanya rayap sangat mendukung pertumbuhan tanaman karena rayap membawa air ke
darah tumbuh tanaman sehingga ketersediaan air bagi pertumbuhan tanaman menjadi
lebih baik. Beberapa jenis rayap tanah mampu beradaptasi pada lingkungan ciptaan
manusia misalnya di dalam bangunan gedung dengan memanfaatkan suhu dan
kelembaban yang terdapat di dalam bangunan tersebut untuk membuat sarang-sarang

10
antara (secondary nest). Akibat kemampuannya tersebut beberapa jenis rayap ini
banyak berperan sebagai hama bangunan.

Di Indonesia beberapa jenis rayap tanah yang paling berbahaya adalah dari
kelompok genus Coptotermes sedangkan di negara-negara lain seperti di Amerika dari
45 jenis rayap hanya dua di antaranya berperan sebagai hama utama yaitu
Reticulitermes hesperus dan R. flavipes ditambah rayap migran, yaitu C. formosanus
(Tamashiro dan Yates,2007).

Rayap tanah Coptotermes merupakan jenis yang paling sukses hidup di


lingkungan perkotaan. Serangga ini dapat membentuk koloni dalam jumlah yang
besar dan memiliki wilayah jelajah yang tinggi. Pendugaan jumlah individu dalam
koloni dan wilayah jelajahnya dapat ditentukan dengan teknik penandaan dan
penangkapan berulang. Su dan Robinson (1996) menduga dalam koloni Coptotermes
formosanus yang besar diduga terdiri dari tujuh juta individu rayap dengan wilayah
jelajah 3500 m2, dan dalam koloni yang kecil berjumlah 1 juta individu dengan
wilayah jelajah 1300 m2.

Sementara itu dalam koloni Coptotermes curvignathus dapat dijumpai lebih


dari satu juta individu dengan wilayah jelajah sekurang-kurangnya 450 m2 (Nandika,
et al, 2003). Berdasarkan hal tersebut, tidak mengherankan apabila dibandingkan
dengan jenis rayap lainnya, rayap Coptotermes lebih berbahaya menyerang bangunan
gedung. Bahkan serangannya tidak terbatas pada tipe bangunan sederhana tetapi juga
mampu menyerang objek-objek serangan yang tinggi pada bangunan-bangunan
bertingkat jauh di atas permukaan tanah.

Semua rayap makan kayu dan bahan berselulosa, tetapi perilaku makan
(feeding behavior ) jenis-jenis rayap bermacam-macam. Hampir semua jenis kayu
potensial untuk dimakan rayap. Memang ada yang relatif awet seperti bagian teras
dari kayu jati tetapi kayu jati kini semakin langka. Untuk mencapai kayu bahan
bangunan yang terpasang rayap dapat "keluar" dari sarangnya melalui terowongan-
terowongan atau liang-liang kembara yang dibuatnya. Bagi rayap subteran (bersarang
dalam tanah tetapi dapat mencari makan sampai jauh di atas tanah), keadaan lembab
mutlak diperlukan. Hal ini menerangkan mengapa kadang-kadang dalam satu malam
saja rayap Macrotermes dan Odontoterme s telah mampu menginvasi lemari buku di

11
rumah atau di kantor jika fondasi bangunan tidak dilindungi. Sebaliknya, rayap kayu
kering (Cryptotermes) tidak memerlukan air (lembab) dan tidak berhubungan dengan
tanah. Juga tidak membentuk terowongan-terowongan panjang untuk menyerang
obyeknya. Mereka bersarang dalam kayu, makan kayu dan jika perlu
menghabiskannya sehingga hanya lapisan luar kayu yang tersisa, dan jika di tekan
dengan jari serupa menekan kotak kertas saja .
Pola perilaku rayap adalah kriptobiotik atau sifat selalu menyembunyikan diri,
mereka hidup didalam tanah dan bila akan invasi mencari objek makanan juga
menerobos di bagian dalam, bila terpaksa harus berjalan dipermukaan yang terbuka,
mereka membentuk pipa pelindung dari bahn tanah atau humus.
Setiap koloni rayap mengembangkan karakteristik tersendiri berupa bau yang
kas untuk membedakannya dengan koloni yang lain. Rayap dapat menemukan sumber
makanan karena mereka mampu untuk menerima dan menafsirkan setiap ransangan
bau yang esensial bagi kehidupannya. Bau yang dapat dideteksi rayap berhubungan
dengan sifat kimiawi feromonnya sendiri .

E. EKOLOGI RAYAP
Berdasarkan lokasi sarang utama atau tempat tinggalnya, rayap perusak kayu dapat
digolongkan dalam tipe-tipe berikut :
a. Rayap pohon, yaitu jenis-jenis rayap yang menyerang pohon yang masih
hidup, bersarang dalam pohon dan tak berhubungan dengan tanah. Contoh
yang khas dari rayap ini adalah Neotermes tectonae (famili Kalotermitidae),
hama pohon jati. Rayap kayu lembab, menyerang kayu mati dan lembab,
bersarang dalam kayu, tak berhubungan dengan tanah. Contoh:Jenis-jenis
rayap dari genus Glyptotermes (Glyptotermes spp., famili Kalotermitidae).

Gambar 2 Rayap Pohon

12
b. Rayap kayu kering, seperti Cryptotermes spp. (famili Kalotermitidae), hidup
dalam kayu mati yang telah kering. Hama ini umum terdapat di rumah-rumah
dan perabot-perabot seperti meja, kursi dsb. Tanda serangannya adalah
terdapatnya butir-butir ekskremen kecil berwarna kecoklatan yang sering
berjatuhan di lantai atau di sekitar kayu yang diserang. Rayap ini juga tidak
berhubungan dengan tanah, karena habitatnya kering.

Gambar 2.1 Rayap kayu kering


c. Rayap subteran, yang umumnya hidup di dalam tanah yang mengandung
banyak bahan kayu yang telah mati atau membusuk, tunggak pohon baik yang
telah mati maupun masih hidup. Di Indonesia rayap subteran yang paling
banyak merusak adalah jenis-jenis dari famili Rhinotermitidae. Terutama dari
genus Coptotermes (Coptotermes spp.) dan Schedorhinotermes. Perilaku rayap
ini mirip rayap tanah seperti Macrotermes namun perbedaan utama adalah
kemampuan Coptotermes untuk bersarang di dalam kayu yang diserangnya,
walaupun tidak ada hubungan dengan tanah, asal saja sarang tersebut sekali-
sekali memperoleh lembab, misalnya tetesan air hujan dari atap bangunan
yang bocor. Coptotermes pernah diamati menyerang bagian-bagian kayu dari
kapal minyak yang melayani pelayaran Palembang-Jakarta. Coptotermes
curvignathus Holmgren sering kali diamati menyerang pohon Pinus merkusii
dan banyak meyebabkan kerugian pada bangunan.

13
Gambar 2.2 Rayap Subteran
d. Rayap tanah. Jenis-jenis rayap tanah di Indonesia adalah dari famili
Termitidae. Mereka bersarang dalam tanah terutama dekat pada bahan organik
yang mengandung selulosa seperti kayu, serasah dan humus. Contoh-contoh
Termitidae yang paling umum menyerang bangunan adalah Macrotermes spp.
(terutama M. gilvus) Odontotermes spp. dan Microtermes spp. Jenis-jenis
rayap ini sangat ganas, dapat menyerang obyek-obyek berjarak sampai 200
meter dari sarangnya. Untuk mencapai kayu sasarannya mereka bahkan dapat
menembus tembok yang tebalnya beberapa cm, dengan bantuan enzim yang
dikeluarkan dari mulutnya. Macrotermes dan Odontotermes merupakan rayap
subteran yang sangat umum menyerang bangunan di Jakarta dan sekitarnya.

Gambar 2.3 Rayap Tanah


F. Upaya Pencegahan
Upaya pencegahan dilakukan sebelum bangunan berdiri(pra konstruksi). Terdapat

beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya serangan dari rayap,

yaitu:

14
a. Menghindari adanya bahan berkayu di sekitar lahan yang akan digunakan untuk

mendirikan bangunan.

Bahan berkayu seperti tunggak pohon atau serasah yang ada di lahan proyek harus

dihilangkan karena bisa menjadi sumber infeksi rayap tanah. (Kurnia, 2005)

b. Menggunakan kayu yang awet atau kayu yang telah diawetkan sebagai bahan

bangunan.

Penggunaan kayu yang awet maupun kayu yang telah diawetkan dapat mencegah

terjadinya serangan rayap. Jenis-jenis kayu yang awet antara lain adalah kayu jati,

ulin, dan merbau namun harganya sangat mahal dan sulit didapatkan. Sebagai

alternatif lain, dapat digunakan kayu yang sengaja diawetkan. Pengawetan kayu dapat

dilakukan dilakukan dengan memberikan perlakuan secara kimia maupun fisik

dengan tujuan membuat kayu menjadi lebih awet. (Kurnia, 2005)

Beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mengawetkan kayu antara lain:

1) Pelaburan dan penyemprotan bahan pengawet

Pengawetan dilakukan dengan cara melaburkan atau menyemprotkan bahan pengawet

ke permukaan kayu yang telah dikeringkan. Untuk kayu yang dipasang pada bagian

bawah atap bisa diawetkan dengan menggunakan garam pengawet seperti garam

Wolman. Sedangkan untuk kayu yang dipasang pada bagian luar bangunan bisa

diawetkan dengan menggunakan bahan pengawet larut minyak seperti

Kreosoft.(Kurnia, 2005)

2) Perendaman kayu

Metode pengawetan ini dapat dilakukan dengan merendam kayu dalam larutan bahan

pengawet selama dua minggu. Melalui cara ini, kandungan selulosa atau pati

kayu(sumber makanan rayap) akan berkurang karena terlarut selama proses

15
perendaman terjadi. Cara ini sudah lama dilakukan oleh masyarakat yang biasa

merendam kayu atau bambu pada lumpur sungai. (Kurnia, 2005)

Saat ini telah dikenal dua teknik perendaman, yakni perendaman dingin dan

perendaman panas dingin. Perendaman dingin dilakukan dengan cara merendam kayu

di dalam larutan bahan pengawet yang terlarut dalam minyak pada suhu kamar 280C

selama beberapa hari. Perendaman panas dingin dilakukan dengan cara merendam

kayu di dalam larutan bahan pengawet panas lebih dulu, kemudian dimasukkan ke

dalam larutan bahan pengawet dingin. Yang perlu diperhatikan adalah sebelum

diawetkan, kayu harus dikeringkan terlebih dulu dengan tujuan agar bahan pengawet

lebih mudah masuk. (Kurnia, 2005)

3) Pencelupan

Proses pengawetan kayu dengan metode ini dilakukan dengan cara mencelupkan kayu

ke dalam bahan pengawet(biasanya larutan dari senyawa boron atau fluor) selama

beberapa menit. Untuk kayu yang akan diawetkan sebaiknya sudah dalam keadaan

kering sebelum diawetkan. (Kurnia, 2005)

c. Memasang penghalang fisik

Bahan yang dapat digunakan sebagai penghalang fisik antara lain gravel, pasir, perlit,

granit, dan basalt dengan ukuran tertentu. Bahan-bahan ini dapat digunakan untuk

konstruksi bangunan seperti pondasi maupun dinding bangunan. Menurut hasil

penelitian yang telah dilakukan menunjukkan gravel berukuran 1,4-2,4 mm dapat

menahan penetrasi atau masuknya rayap tanah Coptotermes formosanus. Sedangkan

perlit yang berukuran 1,4-1,7 mm dapat menahan penetrasi rayap tanah Coptotermes

curvignathus. (Kurnia, 2005)

d. Melindungi bangunan dengan Termitisida

16
Untuk melindungi bangunan dari serangan rayap dapat dilakukan dengan cara

menyemprotkan termitisida pada bagian pondasi bangunan. Selain itu dapat juga

dilakukan dengan cara memberikan perlakuan pada tanah di sekitar bangunan (soil

treatment) pada bagian bawah dan sekitar pondasi. Jenis termitisida yang digunakan

untuk soil treatment adalah jenis termitisida yang lebih persisten(tahan terhadap

pencucian) serta memiliki kecocokan dengan tanah. (Kurnia, 2005)

17
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Morfologi rayap ada tiga bagian utama yang meliputi : kepala, toraks dan
abdomen.Sirkulasi rayap terdapat tiga tahap yaitu telur, nimfa dan tahap dewasa. Setelah
menetas dari telur nimfa akan menjadi dewasa dengan melalui beberapa instar, yaitu bentuk
diantara dua masa perubahan. Dari semua jenis rayap yang ada tersebut kira-kira hanya
sepuluh persen yang menimbulkan kerusakan baik pada tanaman maupun pada kayu sebagai
komponen bangunan. Rayap juga merupakan satu-satunya kelompok serangga yang mampu
memanfaatkan selulosa sebagai sumber makanannya.

18
DAFTAR PUSTAKA

Annisa Fitrowati. 2011. Rayap. FAKULTAS PERTANIANUNIVERSITAS


PADJADJARAN

Anonimous. 2012. Tinjauan Pustaka tentang Biologi Coptotermes curvignathus Holmgren.


Universitas Sumatera Utara

Anonimous. 2012. Biologi Rayap. http://termite-killer.blogspot.com/ diakses 5 juni 2012

Tarumingkeng, Rudy C. 2004. Biologi dan Pengenalan Rayap Perusak Kayu Indonesia.
Manajemen Deteriorasi Hasil Hutan.Gramedia:Jakarta

19

Вам также может понравиться