Вы находитесь на странице: 1из 23

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah dengan rahmat dan karunia Allah swt, penulis dapat
menyelesaikan makalah ini yang kami beri judul MASALAH NUTRISI DAN
PERAWATAN PROSTODONTIK PADA LANJUT USIA.
Penyusunan makalah ini untuk memenuhi salah satu persyaratan studi dalam
Program Studi Kedokteran Gigi pada Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala
yang berkerja sama dengan Fakultas Kedokteran Gigi Universtas Indonesia.
Terima kasih penulis ucapakan kepada semua pihak yang telah membimbing dan
mengarahkan penulis dalam menyelesaikan makalah ini. Atas pengorbanan waktu,
tenaga dan pikirannya. Penulis mendoakan semoga Allah melipatgandakannya dan
kebahagian selalu meyertai kehidupan kita semua. AMIN YARABBAL ALAMIN.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh
karena itu, penulis dengan senang hati menerima saran-saran dari pembaca untuk
kesempurnaan makalah ini
Semoga makalah ini ada manfaatnya bagi para pembaca.

Banda Aceh,27 Juni 2008

Penulis
Tutorial 1

1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................... 1

DAFTAR ISI................................................................................................... 2

PENDAHULUAN.......................................................................................... 3
Latar Belakang................................................................................. 3
Tujuan.............................................................................................. 3
Batasan Topik .................................................................................. 4

PEMBAHASAN............................................................................................. 5
Perubahan Sistem Stomatognati pada Lansia.................................. 5
Nutrisi dan Kebiasaan dalam Mengonsumsi Diet pada Lansia ....... 6
Perubahan Fisiologi pada Tubuh Lansia.......................................... 9
Rencana Perawatan Prosthodontik pada Pasien Lansia .................. 15
Perencanaan Perawatan Prosthodontic pada Pasien Lansia yang Lemah
atau Dependant................................................................................. 20

PENUTUP....................................................................................................... 22
Kesimpulan Pemicu 8...................................................................... 22

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................... 23

2
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Nutrisi adalah proses asimilasi dan pemanfaatan dari elemen makanan yang
essensial yang berasal dari diet (contohnya, karbohidrat, lemak, protein, vitamin,
elemen mineral). Ada beberapa faktor yang mempengaruhi status nutrisi pada lanjut
usia diantaranya : 1) faktor fisik/medik, termasuk pengurangan secara fisiologis
penggunaan bahan makanan, berkurangnya absorbsi, kondisi penyakit yang ada, juga
kesulitan makan dan adanya masalah gigi. 2) faktor sosial seperti intake yang tidak
adekuat, menyendiri dan kemiskinan. 3) faktor psikologik dan emosi, termasuk
hilangnya pasangan suami atau istri, depresi dan terjadi dementia. Para lansia
berpotensi menderita kekurangan gizi (malnutrisi) karena menurunnya nafsu makan.
Itu terjadi akibat berkurangnya kepekaan indera perasa dan pencium yang umum
terjadi pada orang lansia. Selain itu diakibatkan karena para lansia mengalami
kehilangan banyak gigi sehingga dapat mengurangi nafsu makan lansia. Penilaian
nutrisi pada lansia dapat dilakukan dengan cara metode anthropometric, serum
albumin, dan melalui analisis lainnya.

Pada lansia yang kehilangan giginya untuk meningkatkan nafsu makannya


dapat diatasi dengan cara pemakaian prosthodontik atau gigi palsu. Salah satu
indikasi terkuat untuk perawatan prostho pada pasien tua adalah meningkatkan fungsi
kunyah. Kemampuan kunyah adalah penilaian fungsi kunyah masing-masing
individual : efisiensi kunyah merupakan jumlah gerak kunyah atau waktu yang
dibutuhkan untuk mengurangi makanan menjadi ukuran partikel tertentu : dan hasil
kunyah adalah diindikasikan degan ukuran partikel dan distribusi makanan ketika
dikunyah untuk memberikan jumlah gerakan atau waktu. Perawatan prostho, namun,
memilki efek negatif pada prognosis jangka panjang dari perbatasan gigi, dan harus
diadakan hanya jika dibutuhkan dan jika pasien mampu untuk mengadakan oral
hygiene yang baik Perawatan implant pada pasien yang kehilangan gigi mempunyai
maksud yang optimal untuk mengembalikan fungsi kunyah, khususnya pada orang
tua yang sebaliknya mengalami kesulitan pada adaptasi dan memfungsikan gigi palsu
lengkap.

Tujuan

Adapun tujuan yang diharapkan tercapai dalam mempelajari tentang pasien


lanjut usia adalah agar dapat mengetahui cara penatalaksanan pasien lansia yang
lemah yang dilihat dari aspek nutrisi dan hilangnya fungsi kunyah akibat hilangnya
gigi.

3
Batasan Topik

Pada laporan ini topic yang dibahas mencakup:


1. Perubahan Stomatognati pada lansia

2. Aspek Nutrisi pada Lansia

3. Perubahan Psikologis pada Lansia

4. Prosedur Perencanaan Perawatan Prosthodontic Pasien Lansia

5. Prosedur Perencanaan Perawatan Prosthodontic Pasien Lansia yang Lemah

4
PEMBAHASAN

Perubahan Sistem Stomatognati pada Lansia


Pada jaringan gigi:
• Email akan menjadi lebih datar pada bagian oklusal, insisal dan
interproksimal dan kehilangan warna transparannya dan juga permukaan akan
aus yang dapat disebabkan atrisis, abrasi, dan juga erosi

• Cementum akan meningkat ketebalannya

• Dentin akan membentuk dentin sekunder, adanya obturasi dentin akan


mengurangi sensitivitas dan permeabilitasnya

• Pulpa akan menyempit karena adanya proses pembentukan dentin sekunder

Pada jaringan periodontal:


• Terjadi deposisi sementum

• Adanya resesi gingival

• Attachment gigi daerah servikal akan terlihat turun ke apeks sehingga gigi
terlihat memanjang

• Terjadinya peningkatan resorpsi tulang alveolar dan penurunan densitasnya

• Osteoporosis tulang rahang

Pada sendi temporomandibular joint:


• Terjadi perubahan degenerative dimana terjadi tendensi lebih datar dari
permukaan artikular ditandai dengan penguirangan ukuran dari condyl
mandibular dikarenakan pergerakan sendi TMJ.

Pada saliva:
• Sekresi saliva akan menurun selama proses menua

• Aliran saliva berkurang

Pada system neuromuscular:


• Kehilangan kekuatan pada otot

• Lambannya persarafan dan kontraksi pada otot

5
• Ketebalan dan massa otot berkurang 1

Nutrisi dan Kebiasaan dalam Mengonsumsi Diet pada


Orang Tua
Faktor nutrisi merupakan etiologi yang paling mempengaruhi terjadinya
penyakit pada orang tua. Dengan bertambahnya umur, resiko perkembangan
defisiensi nutrisi yang serius juga meningkat. Untuk berbagai macam alasan, orang
tua cenderung malnutrisi karena akibat dari terisolasinya orang tua tersebut dari
masyarakat, berubahnya status kesehatan, terbatasnya ekonomi, dan multiple hospital
admission .Namun, kurang baiknya status dental atau prosthethic juga termasuk
penyebab malnutrisi. Untuk mengoptimalkan perkembangan pearawatan prostho
perindividu dan penilaian prognosis untuk orang tua, tejadinya malnutrisi juga harus
dipertimbangkan. Alat untuk malnutrisi adalah penilain nutrisi dan pengukuran
asupan diet dilihat dari sumber energi,nutrisinya dan jenis-jenis makannya.

Penilaian Nutrisi
Menentukan status nutrisi dari orang tua meliputi penilaian komposisi tubuh
untuk mengidentifikasi adanya obesitas dan untuk mendeteksi individu yang secara
signifikan mengalami berat badan dibawah rata-rata. Indeks biochemical dan
hematologic merupakan hal penting dalam mengevaluasi status nutrisi dan pengaruh
kuat yang fungsional dari defisisensi nutrisi.

Anthropometric Method
Tinggi cenderung berkurang pada orang tua karena memendeknya tulang
punggung, hilangnya densitas tulang atau osteoporosis, dan melengkungnya tulang
punggung bertambah. Berat bertambah pada pria antara usia 35 dan 54 dan pada
wanita pada antara usia 55 dan 65. Berat kemudian seimbang pada usia 15 sampai 20
tahun dan kemudian menurun cepat. BMI (body mass indeks) merupakan
perhitungan berat dalam kilogram, dibagi dengan kuadrat tinggi dalam meter :
weight/(height)². BMI dari 21 atau kurang merupakan indikasi normal energy
undernutrisi.
TSF yaitu triceps skin fold diukur dengan caliper. Selama prosese menua,
pengukuran TSF meningkat 14 persen pada wanita dn berkurang 8 persen pada pria
pada umur 65 sampai 75. Titik terendah nilai normal untuk TSF pada wanita adalah
22 mm dan pada pria 12 mm. Nilai kurang dari atau sama dengan 11 mm pada wanita
dan 5 mm pada pria mengindikasikan malnutrisi energy dari lemak yang parah. MAC
yaitu mid-arm circumference merupakan sesuatu yang menghitung lemak tubuh dan
massa otot skeletal. Nilai terendah MAC bagi wanita adalah 29.7 mm dan bagi pria
adalah 28.7 mm. Nilai kurang dari 23.1 mm pada wanita dan 23.4 pada pria
mengindikasikan malnutrisi protein yang parah. Pengukuran ini tidak menyediakan
bukti yang kuat terjadinya undernutrisi karena hasil juga dapat dipengaruhi oleh
proses perubahan psikologis seperti berkurangnya elastisitas kulit, dikenal dengan
nama status hydrasi.
Serum Albumin
Konsentrasi serum albumin sangat penting ketika menilai status kesehatan
orang tua. Tingkat serum albumin lebih besar daripada atau sama dengan 35 g/L

6
mengindikasikan tidak terjadinya malnutrisi, 30 sampai 34 g/L berarti malnutrisi
tingkat sedang, dan kurang dari 30 g/L mengindikasikan malnutrisi yang parah.
Menurunnya serum albumin pada orang tua mungkin dikarenakan nutrisi yang buruk
atau penyakit, atau dapat juga sebagai tanda langsung dari penuaan. Penentuan serum
albumin digunakan untuk mengetahui kadar protein. Konsentrasi serum protein
merupakan hasil dari sintesis dan sekresi dari liver, distribusinya antara ruang
intravascular dan ekstravascular, dan tingkat dari degradasinya.
Protein-energy malnutsisi juga disertai dengan bertambahnya kesakitan dan kematian
geriatri mengikuti hospital discharge.

Analisis yang Lain


Pengukuran urea nitrogen dalam darah, kreatinin, hemoglobin,hematokrit,
iron dan kapasitas total iron-binding, sodium, potassium, prealbumin, dan kolesterol.
Dari kesehatan mulut seperti tanda dan symptom dapat menunjukkan adanya nutrisi
yang inadekuat. Pendarahan gingiva yang parah dapat dikarenakan defisiensi ascorbic
acid, dan angular cheilosis dapat mengidentifikasikan terjadinya defisiensi riboflavin.

Pentingnya Diet
Pengukuran yang menunjukkan hasil sebesar sepertiga sampai setengah pada
masalah kesehatan individu orang tua merupakan akibat langsung atau tidak langsung
dari defisiensi nutrisi. Ini mungkin dikarenakan umur yang disertai dengan
berkurangnya asupan makanan dikombinasikan dengan adanya penyakit yang
melemahkan, terisolasinya dari masyarakat ,berubahnya status kesehatan, terbatasnya
ekonomi, dan multiple hospital admission. Status oral dan prostho yang buruk juga
memiliki efek yang negatif pada diet dan asupan makanan. Nutrisi merupakan hal
penting untuk kesehatan, fitness, dan positive lifestyle, dimana kebiasaan makan yang
tidak tepat pada jangka panjang telah disertai dengan berbagai macam penyakit,
termasuk DM, kanker pencernaan, osteoporosis, dan arteriosclerosis. Penyakit mulut
seperti angular cheilitis, denture stomatitis, glossitis, dan residual ridge resorption,
dapat berhubungan dengan terjadinya asupan makan yang inadekuat.

Manifestasi Oral Akibat Defisiensi Diet


Nutrisi Manifestasi Oral
Vitamin A Berkurangnya laju saliva; kekeringan dan
keratosis mukosa oral; berkurangnya
ketajaman rasa
Vitamin K Berkurangnya waktu pembekuan darah
ketika pembedahan; pendarahan spontan
dari jaringan gingival
Niacin Pengelupasan papilla filiformis dengan
lidah yang terluka berwarna merah;
sensasi terbakar dari lidah dan mukosa
oral
Riboflavin Angular cheilosis; red “pebbly” tongue
Folic Acid Smooth red tongue; kemungkinan
inflamasi pada jaringan gingival;
kemungkinan erosi pada lidah dan buccal

7
mucosa
Vitamin C Mudahnya jaringan terabrasi; waktu
penyembuhan tertunda
Water Dehidrasi dari jaringan mulut yang
menyebabkan xerostomia dan masalah
yang berkaitan (karies permukaan akr,
sensasi terbakar, tidak seimbangnya gigi
palsu)

Penilaian status nutrisi dan diet


Penilaian status nutrisi dari orang tua berdasarkan proyek SENECA Euronut
meliputi evaluasi asupan diet dan pengukuran anthropometric, aspek sosial,
subjective health, dan biochemical parameter.
Beberapa faktor sociomedical seperti kondisi rumah dan kehidupan, situasi ekonomi,
kesendirian, persepsi kesehatan subjective dapat mempengaruhi diet dan nutrisi.
Tingkah laku yang berhubungan dengan kesehatan juga memiliki efek negatif pada
nutrisi; seperti berkurangnya aktivitas motorik, asupan alkohol, dan penggunaan
produk tembakau. Dan pada akhirnya, status nurisi, nafsu makan, dan kemampuan
kunyah pasien dapat mengalami defisiensi diet atau nutrisi.
MNA adalah penilaian nutrisi kecil yang dikembangkan oleh Guigoz et al., 1994.
MNA terdiri dari pengukuran yang mudah dan terdiri dari pertanyaan yang dapat
dilakasanakan kurang dari 20 menit. Parameter yang dapat dievaluasi :
1. Pengukuran anthropometric yaitu berat, tinggi, dan kehilangan berat
2. Status global fisik dan neurophysiologi
3. Pertanyaan diet yang berhubungan dengan jumlah makanan, asupan makanan
dan cairan, dan kemampuan kunyah
4. Penilaian subjective dari kesehatan dan nutrisi
5. Tanpa adanya tanda biologis seperti serum albumin, C reactive protein, dan
koleesterol,dan limfosit, nilai maksimum adalah 30 point, dengan nilai 24 atau
lebih menunjukkan nutrisi kesehatan yang baik, 17 sampai 23.5
mengindikasikan resiko malnutrisi dan kurang dari 17 point mengindikasikan
undernutrisi

Asupan kalori dan nutrisi umumnya memuaskan diantara lansia yang


hidupnya sehat. Namun, asupan kalsium,vitamin C dan D cenderung rendah.Efisiensi
dan kemampuan kunyah berhubungan erat dengan status dental.Kemudian dengan
bertambah hilangnya gigi atau pemakaian gigi palsu yang buruk , fungsi kunyah
dapat terganggu.
Pada orang tua yang lemah, situasinya cukup berbeda, karena persentasi dari populasi
ini menderita proteocaloric undernutrisi.Alasannya karena kurang baiknya asupan
makanan atau status kesehatan umum yang buruk yang menyebabkan penyerapan
nutrisi pada intestinal buruk,terganggunya metabolisme dan katabolisme atau
anoreksia. Karena secara medical mereka dalam keadaan yang bermasalah, orang tua
yang lemah sering membutuhkan diet yang melampaui dietary kalori, protein,
vitamin, dan air yang direkomendasikan.

8
Hilangnya nafsu makan/berkurangnya asupan cairan

Kesehatan mulut • Status nutrisi yang buruk


• Status kesehatan umum yang
Pencernaan
buruk
Fungsi Kunyah • Lingkungan social myang
negatif

Xerostomia

Fig 1-1 Interaksi yang mungkin dari kesaehatan mulut dan fungsi kunyah pada
pencernaan orang tua dengan status kesehatan umum yang buruk.1

Perubahan Fisiologi pada Tubuh Lansia

Usia berhubungan dengan perubahan dari fungsi sensory dan fungsi kognitif
seperti perubahan psikososial dan kehilangan fungsinya karena bertambahnya usia.
Dilihat dari fungsinya, perubahan patologi dapat mengganggu kemampuan usia lanjut
dalam melakukan aktifitas di kehidupannya sehari-hari dan berdampak pada harga
diri (self-esteem), percaya diri (self-confidence), dan kemampuan dalam mengingat.

A. Perubahan sensory

1) Vision (penglihatan)

Rata-rata kerusakan yang berdampak pada beberapa fungsi melihat


meningkat seiring dengan bertambahnya usia. Sehingga pada usia
lanjut memiliki masalah dengan tugas hariannya, dimana
mengandalkan penglihatan yang baik, seperti membaca tulisan dengan
huruf kecil, tanda lokasi atau untuk mengadaptasi perubahan cahaya
yang tiba-tiba. Adanya pertumbuhan membuktikan bahwa masalah
tersebut menjadi lebih buruk oleh adanya perubahan system saraf
pusat yang memblock transmisi stimuli dari organ sensori.
Kornea biasanya merupakan bagian mata yang pertama menjadi
dampak oleh perubahan usia. Permukaan dari kornea menebal dengan
penuaan dan pembuluh darah menjadi menonjol. Jaringan yang lunak
yang mengelilingi permukaan kornea menjadi lebih datar dan
kehilangan kehalusannya dan menjadi bentuk yang irregular. Mata
pada orang lansia terlihat tidak berkilau dan kurang translucent bila
dibandingkan dengan usia muda.
Pupil pada fungsi normalnya sensitif terhadap cahaya disekitarnya.
Pada saat proses penuaan terjadi, pupil terlihat menjadi lebih kecil.
Bukaan maksimum dari pupil berkurang pada orang lansia, biasanya
sekitar 2/3 dari aslinya. Sehingga orang lansia memiliki pupil yang

9
kurang merespon terhadap cahaya yang rendah. Faktanya, orang lansia
membutuhkan tiga kali cahaya untuk dapat memfungsikan mata
dengan optimal dbila dibandingkan dengan usia muda.
Masalah pada fungsi rod dan cone mungkin berhubungan dengan
berkurangnya suplai oksigen ke dalam retina. Oksigen dibutuhkan
untuk memproduksi rhodopin, yang merupakan elemen penting dalam
fungsi rod. Perubahan usia yang paling besar dalam pengaruhnya
terhadap lensa. Pada proses penuaan yang normal, lensa menjadi
kurang elastis sehingga terjadi pengurangan kemampuan dalam
merubah bentuk sebagai fokus dari dekat-jauh.

2) Hearing (pendengaran)

Pendengaran merupakan hal yang vital untuk komunikasi karena


berhubungan dengan proses berbicara. Kondisi arthritic dapat
berdampak pada hubungan antara maleus dan stapes, sehingga
membuat tulang ini sulit memfungsikan vibratornya. Otosklerosis
adalah suatu kondisi dimana stapes menjadi fixed dan tidak dapat
bergetar. Kemunduran fungsi yang paling besar terjadi pada koklea,
dimana terjadi perubahan struktur pada presbycusis atau tuli akibat
pertambahan usia. Hal ini juga dapat mencakup kerusakan selular dan
perubahan vascular dalam majo auditory menuju ke otak.
Tinnitus juga terjadi karena usia lanjut, yaitu adanya bunyi-bunyi
berisik organ pendengaran. Pada lansia juga terjadikesulitan dalam
membedakan bunyi berdesis atau konsonan frekuensi tinggi seperti z,
s, sh, f, p, k, t, dan g.

3) Taste and Olfactory

Seringnya usia lanjut mengkritik makanan yang rasanya tidak


enak/kurang berasa, complain yang terjadi berhubungan dengan usia
dan kehilangan sensitivitas rasa secara umum. Beberapa pendapat
mengatakan bahwa usia mempengaruhi penurunan dalam jumlah taste
bud pada lidah, sehingga kehilangan elemen reseptor ini
mempengaruhi penurunan fungsi, yang rasanya tumpul dan perubahan
ini menyebabkan orang lansia kurang kurang menikmati makanannya.

4) Tactile sensitivity

Beberapa reseptor mendeteksi temperature, tekanan, posisi atau


gerakan termasuk juga sentuhan sensitivitas yang dapat mengalami
kemunduran dengan bertambahnya usia. Penurunan/kemunduran ini,
terutama berhubungan dengan perubahan pada kulit dan terutama
terhadap kehilangan ujung-ujung saraf akibat usia. Berkurangnya
sensitivitas sentuhan terutama terdapat pada ujung-ujung jari dan
telapak kaki bawah. Aspek yang penting dari sensitivitas sentuhan
adalah persepsi rasa nyeri/sakit. Orang lansia cenderung kurang dapat
menerima/mendiskriminasikan rasa nyeri dibandingkan usia muda.

10
Implikasi pada komunikasi dengan lansia yang memiliki penurunan
fungsi sensory dapat dilakukan dengan beberapa cara:
1) Dalam menulis pesan, gunakan tulisan yang besar dan tebal, sehingga
membantu pasienmembaca dan melihat dengan jelas.

2) Gunakan warna yang kontras dalam penulisan pesan.

3) Ketika berbicara denagn pasien dapat dibantu dengan bahasa isyarat


dan mempertahankan kontak mata.

4) Selama berkomunikasi sebaiknya duduk lebih dekat agar mereka


menerima informasi dengan baik.

5) Sentuhan dapat menjadi salah satu bentuk komunikasi yang berharga,


sehingga menimbulakn sifat empati.

6) Intonasi dan volume suara harus dipertimbangkan agar pemahaman


pasien terbantu seperti bicara dengan perlahan, jelas, dan suku kata
tidak berlebihan.

7) Pada pasien lansia dengan gangguan pendengaran berat dapat


dilakukan dengan meletakkan alat khusus pada telinga mereka.

8) Diskusi dilakukan dengan di lingkungan yang tenang dan tidak


terburu-buru.

9) Terakhir, yaitu dengan menghilangkan pengahalang baik fisik maupun


psikologi.

B. Perubahan kognitif

Proses belajar dan memori


Belajar/learning diasumsikan terjadi saat seseorang orang mampu
menerima kembali informasi dari kotak memorinya, dapat dikatakan proses
belajar telah diambil alih.
Memory adalah proses penerimaan kembali/recall informasi dari otak
saat diperlukan. Memory juga merupakan bagian otak yang mengingat apa
yang telah dipelajari sepanjang hidup manusia tersebut.

Memory ada dua:


• Primary memory (short-term)

Tahap temporer dalam menyimpan dan mengatur informasi


dan tidak berada di tempat yang penting pada otak dan
merupakan kemampuan untuk memproses informasi baru.

11
• Secondary memory (long-term)

Implikasi dari bahan-bahan yang telah diterima oleh primary


memory dengan proses learning. Bagian ini terdiri dari kotak
memory dimana semua yang telah dipelajari selama hidup
disimpan. Kapasitasnya tidak terbatas. Perbedaan umur dalam
secondary memory akan terlihat jelas pada umur pertengahan
tua dan lanjut usia dimana mereka tidak dapat mengingat dan
menerima informasi dari secondary memory dimana lama
kelamaan akan menimbulkan depresi. Kelakuan ini biasanya
sering timbul pada penderita damentia termasuk penyakit
Alzheimer yang secara dramatis menurunkan fungsi kognitif.

Faktor yang mempengaruhi learning/belajar


• Waktu: kecepatan menerima informasi pada orang tua menurun

• Melambatnya psikomotorik dan sensorik

• Kemampuan verbal dan terikat pendidikan

Hubungan umur dengan perubahan memori, ada dua tipe yang


difokuskan, yaitu: recall dan recognition. Recall adalah proses pencarian
lewat vast store dari informasi dalam secondary memory dengan suatu tanda
yang spesifik. Recognition merupakan proses pencarian yang kurang (less
search). Informasi dalam secondary memory harus dipasangkan dengan
stimulus informasi dalam lingkunagannya. Recall merupakan suatu ujian
essai, sedangkan recognation merupakan multiple-choice test.
Implikasi pada komunikasi dengan lansia denagn masalah pada proses belajar
dan mengingat dapat dilakukan dengan beberapa cara:
1) Memberikan pesan yang terstruktur, yang berfungsi untuk
memberikan informasi dengan cara menjelaskan prosedur dan
kronologis dari perawatan secara bertahap.

2) Jangan memberikan terlalu banyak informasi dalam sekali kunjungan.

3) Gunakan lebih banyak waktu untuk mendengar keluhan dari pasien


dan mengulangi pesan-pesan yang disampaikan.

4) Terakhir, gunakan multiple mode komunikasi. Informasi yang


diberikan direview secara lisan dan ditulis agar pasien dapat
membacanya di rumah.

C. Personality dan Coping

Personalitas dikatakan sebagai pengontrolan untuk mengawali dan


mempelajari sifat yang dipengaruhi oleh cara setiap orang untuk merespon

12
dan berinteraksi dengan lingkungan. Seseorang dapat dikatakan sebagai
sebagian besar dari cara personalitas seperti pasif atau agresif, introvert atau
extrovert, independent atau dependen.
Gaya personalitas dipengaruhi oleh bagaimana mengatasi dan
mengadaptasi perubahan eksternal dan internal yang kita alami selama kita
hidup. Proses penuaan mencakup beberapa pengalaman tertekan atau stress
dalam hidup. Dan bagaimana orang tua merespon terhadap pengalaman ini
dalam usaha untuk mengurangi tekanan yang telah dipengaruhi pada
seseorang yang telah lama hidup.

Self-Concept dan Self-Esteem


Pada saat usia lanjut, seseorang pasti memerlukan adaptasi untuk
mengetahui dan menerima dirinya secara emosional dan kognitif. Self-esteem
adalah penilaian terhadap diri sendiri secara emosional yang dipengaruhi
faktor luar seperti status pensiun, status janda, riwayat medis,dll. Sedangkan
self-concept adalah mengidentifikasi diri secara kognitif. Misalnya orang tua
yang memiliki sifat ideal untuk dirinya sendiri maka disebut seorang yang
mandiri yang dilihat Dari sudut pandang kognitif. Tapi jika seseorang tersebut
memiliki penyakit stroke atau dementia maka self-esteem akan mengalami
penurunan.

Stress, Coping, dan Adaptation


Self-concept dan self-esteem adalah elemen penting yang memainkan
peran dalam coping style (perubahan terhadap hal-hal baru) dan dapat
membantu menjelaskan mengapa beberapa orang usia lanjut harus telah siap
menyesuaikan diri terhadap perubahan kehidupan, dimana yang lainnya
memiliki kesulitan terhadap perubahan tersebut. Self esteem, kesehatan dan
kemampuan kognitif merupakan hal yang dibutuhkan untuk menghadapi
persaingan (adaptasi).

Paranoid dan Schizophrenia


Paranoid adalah perasaan curiga/was-was terhadap orang lain. Pada
usia lanjut paranoid dikarenakan terisolasi dari kehidupan social, kemampuan
berkurang sehingga tidak bisa bersaing denagn yang lebih muda, dan terjadi
penurunan pada fungsi sensori. Kebanyakan lanjut usia didiagnosis schizophrenia
saat berumur remaja dan middle age.

PSIKOPATOSIS

13
Ada 3 bentuk Psikopatosis yang mengenai orang tua yaitu

1. Depresi

Perubahan strukstur sosial, bertambahnya penyakit dan berkurangnya


kemandirian sosial serta perubahan-perubahan akibat proses menua menjadi
salah satu pemicu munculnya depresi lansia.Gejala-gejala depresi seperti :

− Perasaan tertekan
− Kurang berminat dalam melakukan aktivitas atau tampak lesu
− Perubahan nafsu makan sehingga menyebabkan turunnya berat badan
atau bertambahnya berat badan
− Sulit tidur (insomnia)
− Penurunan energi
− Melakukan aktifitas dengan lambat
− Konsentrasi berkurang
− Menyalahkan diri sendiri, perasaan berdosa, sering bimbang
− Keinginan untuk cepat-cepat meninggal 2

Di sisi lain, beberapa penyakit seperti parkinson, rheumatoid athritis,


disfungsi thyroid, penyakit kelenjar adrenalin dapat menyebabkan
timbulnya gejala-gejala depresi. Obat-obatan seperti antihipertensi,
digoxin,, L-dopa, corticosteroid, estrogen, obat antipsycotik dapat
memproduksi perasaan depresi bagi yang mengkonsumsinya.

Depresi, seperti gangguan mental lainnya, dapat merusak motivasi untuk


memelihara kebersihan mulut, atau mencari profesional. Penderita seperti
inin sulit dijangkau. Mereka melupakan intruksi yang jelas dan sulit untuk
membuat keputusan tentang perawatan.Mereka mudah letih, sehingga
waktu knjungan yang singkat namun berulangkali lebih cocok untuk
pasien ini. Jika berhadapan dengan lansia yang menglami depresi dan
gangguan mental lainnya sebaiknya lakukan perawatan dengan sikap
penuh perhatian, ramah dan luwes.Tentukan tujuan perawatan, jadwal
pemanggilan, dan perawatan di rumah yang realistik. Selain itu, penting
juga untuk memelihara kontak dengan pasien, keluarga atau temannya,
atau staf rumah perawatan. Mekipun pasien lansia jelas tidak depresi,
perawatan melalui pendekatan yang membangkitkan harga diri tetap
sangat membantu.Mereka masih mempunyai nilai sosial.

Lansia memberi respons fisiologis yang lambat dan tidak lengkap


terhadap kenaikan maupun penurunan tekanan darah. Mereka juga dapat
memberi reaksi mendadak dan dramatis terhadap kehilangan darah dalam
jumlah kecil,atau sedikit peningkatan tekanan darah yang di sebabkan,
misalnya oleh rasa sakit.3

14
2. Dementia

Dementia disebut juga dengan organic brain syndrome, yang disebabkan


oleh kerusakan pada jaringan otak sehingga mengganggu fungsi kognitif
serta kepribadian dan perilaku seseorang. Seperti terganggunya kemampuan
untuk belajar dan mengingat kembali apa yang telah dipelajari. Ada 2 tipe
dementia yaitu :

− REVERSIBEL DEMENTIA, yang berarti kemunduran kognitif


yang mungkin diakibat oleh toksisitas obat dan kekurangan
nutrisi. Disisi lain reversibel dementia juga disebabkan oleh
tumor dan trauma yang terjadi pada otak, gangguan metabolik
seperti hipotiroidism dan hipertiroidism,diabetes, hipocalcemia
dan hipercalcemia, infeksi, hidrocepalus.
− IRREVERSIBEL DEMENTIA, tidak disebabkan oleh faktor
lingkungan dan tidak dapat untuk disembuhkan. Penyebabnya
yaitu pick’s disease ( lobus frontal otak mengalami atropi),
Creutzfeldt-jakob (aktifasi virus yang lambat), Huntington’s
chorea ( bersifat genetik), Alzheimer (biasanya diserita oleh
orang tua berusia lebih dari 65 tahun) .Karakteristik alzheimer
adalah kurangnya perhatian,kurangnya proses pembelajaran,
memori dan ketrampilan berbahasa.

3. Paranoid

Paranoid adalah perasaan curiga yang tidak rasional pada seseorang. Sifat
seorang paranoid biasanya mereka mengasingkan diri dari kehidupan
sosial.2

Rencana Perawatan Prosthodontic pada Pasien Lansia

Kemampuan Kunyah
Penilaian dari kunyah yang subjektif dan aspek dari psikologis pasien biasanya
dianalisis dengan pertanyaan yang berhubungan dengannya atau penilaian terhadap
fungsi kunyahnya, pemilihan makanan, dan kepuasan pemakaian gigi palsu.
Diantara pasien dengan rahang dental yang pendek, hanya beberapa saja yang
mengeluh mengenai kemampuan kunyahnya, dan pada pasien dengan assymetric
SDA (shortened dental arch), kunyah yang unilateral umum dan berlokasi di sisi
dimana unit oklusal masih banyak. Ini diindikasikan untuk pasien dengan gigi yang
hilang digantikan dengan mengunyah di sisi dimana gigi terdapat masih banyak.
Mereka cenderung mengunyah lebih lama dan menelan partikel makanan yang besar.
Pada pasien dengan SDA, tidak terdapat bukti bahwa pemakaian gigi palsu sebagian
yang removable tidak meningkatkan kenyamanan mengunyah, sesungguhnya gigi
palsu menyebabkan keluhan dan tidak selalu digunakan dalam mastikasi.
Terdapat hubungan yang linear antara bertambahnya umur, berkurangnya gigi, dan
terganggunya kemampuan kunyah. Berkurangnya kemampuan mengunyah antara

15
pasien tua dihubungkan dengan adanya gigi palsu sebagian atau lengkap removable,
diamana tidak ada pasien dengan lebih dari 20 gigi memiliki masalah mastikasi.
Pada pasien yang mengalami kurangnya gigi, kondisi oral dan kualitas gigi palsu
yang lengkap terlihat memiliki kemampuan mastikasi yang terbatas. Namun,
kemampuan kunyah dapat ditingkatkan ketika pemakai gigi palsu yang lengkap
didukung dan diretensi oleh 2 atau lebih implant.
Faktor lain daripada menggunakan gigi palsu yang lengkap menyebabkan efek
negatif langsung atau tidak langsung terhadap kemampuan kunyah adalah hilangnya
nafsu makan dan xerostomia.

Efisiensi dan Performance Kunyah


Teknik untuk menilai efisiensi dan performane kunyah adalah dengan menyaring
kecil untuk memisahkan partikel makanan setelah mengunyah. Uji makanan
bervariasi dan telah termasuk makanan buatan seperti gelatin, atau almond, wortel,
dan apel. Metode dalam mengukur hasil kunyah berdasarkan penentuan pada
persentase volume dari makanan yang dikunyah yang melalui sistem saringan-terdiri
dari saringan dengan lubang 5.6, 4.0 dan 2.0 mm-setelah melakukan jumlah gerak
kunyah atau waktu. Untuk membiarkan partiekel yang lebih kecil dapat melewati
lubang, saringan dialiri dengan air dan partikel yang tersangkut dapat lepas.
Untuk mengukuur efisiensi kunyah, sistem saring yang sama digunakan, tetapi bagian
dari gelatin yang distandarisasaikan digunakan sebagai material yang diuji.
Fungsi kunyah juga dapat diukur pada waktu yang dibutuhkan untuk menggiling dan
menelan sebagian atau seluruh makanan yang diuji, atau dg menghitung jumlah gerak
kunyah sampai kegiatan menelan.

Tekanan oklusal : gender, umur, dan oklusi


Umumnya, kekuatan kunyah maksimum dari otot kunyah adalah sekitar 20 persen
lebih kuat pada pria daripada wanita, dan kekuatan tersebut maximal terjadi pada
umur 35 pada wanita dan umur 45 pada pria. Kekuatan otot berkurang seacara
berangsur-angsur seiring berkurangnya umur. Kekuatan oklusal bertambah dengan
adanya jumlah kontak gigi yang ada dan kualitas dari keseimbangan oklusal pada
posisi intercuspal. Pada orang tua dengan SDA, kekuatan oklusalnya berkurang 50
persen. Pada pemakai gigi palsu, kekuatan oklusal maksimumnya berkurang lebih
dari 50 persen.

Kekuatan rata-rata ketika mengunyah antar 0.2 dan 2 kg, tetapi tekanan dapat lebih
besar pada akhir pengunyahan. Kekuatan otot ketika mengunyah kira-kira 3 kali lebih
kecil pada pemakai gigi palsu daripada yang masih memiliki gigi.
Kehilangan gigi merupakan faktor terbesar yang berhubungan dengan berkurangnya
kekuatan oklusal, dimana umur kurang berpengaruh.

Status Oral
Penelitian pada tahun 1950 mengonfirmasi bahwa gigi palsu umumnya buruk pada
performance kunyahnya dan efisiensinya ketika dibandingkan dengan gigi yang
bagus. Juga ditemukan bahwa jumlah gerak kunyah dari awal sampai kegiatan
menelan, lepas dari keadaan gigi individual, yang mengindikasikan bahwa pasien
dapat mengganti oklusi yang buruk dengan menelan makanan dalam bentuk besar
daripada mengunyah dalam waktu lama. Banyak pengamatan mengindikasikan

16
bahwa pasien dengan fungsi kunyah buruk berusaha untuk menggantinya dengan
menggunakan gerak kunyah yang besar dari awal sampai kegiatan menelan. Ketika
membandingkan pergerakan kunyah mandibular pada orang muda umur 26 tahun dan
orang tua umur 80 tahun, tidak terdapat perbedaan yang ditemukan dalam durasi dari
total mengunyah antara 2 kelompok tersebut. Namun kecepatan mandibular dan
pemindahan vertikal mandibula secara signifikan lebih rendah pada kelompok orang
tua daripada kelompok orang muda. Dapat disimpulkan bahwa fungsi dari generator
pola pusat kunyah tidak dipengaruhi oleh umur.
Hasil yang berbeda telah dilaporkan ketika kemampuan dan efisiensi pada pemakai
gigi palsu yang komplit dihubungkan dengan kualitas gigi palsu. Pemakai gigi palsu
yang komplit yang menerima gigi palsu baru mengalami sedikit atau tidak ada sama
sekali peningkatan pada funsi kunyah sampai 18 bulan setelah perawatan prosttho.
Namun, pada penelitian lain, ditemukan perubahan dari gigi palsu lengkap yang lama
dari kualitasnya yang buruk terhadap gigi palsu yang baru dengan retensi yang bagus
dan oklusi yang seimbang, meningkatkan kemampuan pasien dalam merubah
makanan dan meningkatkan kenyamanan mengunyah. Pada penelitian yang lain,
akibat perawatan prostho dengan gigi palsu lengkap yang baru pada efisiensi kunyah
telah diteliti pada pasien tua dan muda menggunakan almond dan sistem saringan.
Tidak terdapat perbedaan pada indeks efisiensi kunyah awal di antara keduia
kelompok, dan tidak terdapat perbedaan pada waktu mengunyah, jumlah gerak,
jumlah daya telan dari seluruh proses mengunyah. Namun, setelah perawatan gigi
palsu, efiseiensi kunyah menurun pada kelompok orang tua, tetapi tidak pada orang
muda, menegaskan bahwa adaptasi terhadap perubahan lebih sulit daripada
bertambahnya umur.
Pada pasien dengan SDA, pergantian dari gigi hilang dengan fixed atau
removable partial denture mempunyai maksud untuk meningkatkan kemampuan dan
fungsi kunyah. Seperti halnya perawatan, namun, memilki efek negatif pada
prognosis jangka panjang dari perbatasan gigi, dan harus diadakan hanya jika
dibutuhkan dan jika pasien mampu untuk mengadakan oral hygiene yang baik
Perawatan implant pada pasien yang kehilangan gigi mempunyai maksud yang
optimal untuk mengembalikan fungsi kunyah, khususnya pada orang tua yang
sebaliknya mengalami kesulitan pada adaptasi dan memfungsikan gigi palsu lengkap.

Objek utama
Objek utama pada rencana perawatan prostodontik untuk pasien yang
kehilangan gigi sebagian:
a.Jika memungkinkan, amankan stabilitas posisi atau kondisi oklusal dengan kontak
gigi.
b. Untuk memelihara atau memperbaiki fungsi dimensi vertical pada oklusi
c. Untuk menerapkan prinsip biologi dari terapi prostho untuk meminimalkan akibat
perawatan langsung dan efek negatif dalam jangka panjang
d.. Untuk menggunakan prosedur perawatan yang mudah sehingga menghasilkan
kenyamanan dan estetik yang baik
f. Untuk memilih rencana peratan yang sesuai dengan kondisi keuangannya

Objektif utama untuk perawatan prostodontik pada pasien dengan gigi hilang
adalah restorasi dari estetis, fungsi kunyah dan kenyamanan. Perawatan ini sebaiknya

17
dibuat dengan hati-hati karena hal ini sangat susah untuk sebagian besar orang tua
untuk beradaptasi terhadap perubahan yang signifikan pada gigi tiruan.

Identifikasi Kebutuhan dan Permintaan dari Perawatan


Untuk menghindarkan terjadinya overtreatment maka sangat penting dalam
mengikuti pendekatan yang berorientasikan pada masalah. Kebutuhan rehabilitasi
prostho pada pasien tua yang kehilangan giginya sebagian karena pengganggu
fungsional dari sistem kunyah, hasil kunyah yang buruk, masalah estetik, atau
kebutuhan untuk mencegah perkembangan pengganggu fungsional.

Tiga ciri utama dari penyakit temporomandibular adalah


1. rasa sakit pada daerah joint dan atau otot kunyah
2. joint berbunyi
3. terbatasnya sewaktu membuka mulut.

Indikasi utama untuk menggantikan gigi posterior yang hilang adalah:


1. terdapat keluhan berkurangnya kemampuan kunyah
2. symptom yang jelas pada sistem kunyah
3. berkurangnya tinggi wajah dari oklusal

Identifikasi faktor resiko


Faktor resiko utama pada pasien tua yang memiliki kehilangan gigi sebagian aedalah
disertai dengan meningkatnya jalan penyakit periodontal, aktivitas karies, residual
ridge resorption, dan masalh fungsional.

1. Faktor resiko penyakit periodontal, oral hygiene yang buruk, hilangnya


attachment, hilangnya gigi, high periodontal disease score, denture(design,
kebiasaan memakainya), asupan ascorbic acid yang rendah, penggunaan
tembakau, penyakit coronary heart
2. Karies, faktor resiko tambahan dari karies akar adalah tingkat yang tinggi dari
streptokokus mutan pada saliva, karies mahkota, pemakaian gigi palsu yang
removable, dan berkurangnya laju saliva. Meningkatnya karies akar pada
umunya lebih besar daripada meningkatnya penyakit perio pada orang tua dan
memerlukan pencegahan yang segera

Faktor Resiko untuk Karies pada Individu Orang Tua


Umur
Institutionalization
Penggunaan tembakau
Asupan karbohidrat yang tinggi
Infrequent toothbrushing
Jumlah mikroba yang tinggi
Xerostomia
Kebersihan mulut yang buruk
Penyakit periodontal
Resesi Gingiva

18
Kehilangan gigi
History of Coronal or root caries
Gigi palsu

3. Residual ridge resorption,pada pasien yang memiliki kehilangan gigi sebaian


yang memakai gigi palsu sebagian yang removable, resorpsi tulang akan
terjadi. Faktor resiko utama untuk kelanjutan residual ridge resorption antara
subjek orang tua yang hilang giginya sebgian atau lengkap adalah kecepatan
hilangnya tulang sebelumnya, tekanan oklusal yang berlebihan selama
mrengunyah, dan bruxism
4. Faktor resiko untuk masalah fungsional pada orang tua yang mengalamim
kehilangna gigi sebagian adalah residual ridge resorpsi (kecepatan hilangnya
tulang sebelumnya, tekanan oklusal yang berlebihan, densitas tulang rendah),
hilangnya gigi secara signifikan, adaptasi gigi palsu yang rendah, bruxism,
atrisi, stres.

Faktor Resiko pada pemakai gigi palsu yang lengkap


1. Masalah kunyah yaitu residual ridge resorption dan atrofi otot
2. Reaksi rasa sakit lokal
3. Syndrome burning mouth yaitu design gigi palsu yang buruk, penyebab
sistemik, alergy pada komponen gigi palsu, rasa sakit yang idiopathic
4. Ketidakpuasan dengan adanya gigi palsu yaitu neurotic personality, tingkah
laku yang negatif terhadap gigi palsu, kualitas yang huruk dari gigi palsu
5. Berkurangnya laju saliva

Indikasi fungsional utama untuk menggantikan gigi posterior yang hilang. Yaitu:
1. adanya keluhan kemampuan kunyah yang menurun
2. penurunan dari tinggi oklusal
3. gejala yang overt pada system mastikasi

Kemampuan mastikasi yang tidak cukup mungkin dapat berdampak pada


penurunan area kontak di oklusal dan perubahan atropik dari otot-oto kunyah
dikarenakan oleh kondisi psikologis.1

Cara Pemeriksaan Pasien Lansia

Pemeriksaan ekstraoral
Setelah riwayat medis dan dental selesai, langkah selanjutnya adalah memeriksa
klinis ekstraoral dari kepala dan leher. Semua yang tidak simetris, ede
ma, tumefactions, perubahan pada warna kulit, disfungsi lidah, atau gangguan
temporomandibular harus dianalisis. Kemudian, palpasi pada leher, daerah
submandibular, dan wajah juga harus diperiksa untuk mennetukan te,peratur kulit,
kepadan dan elastisitas jaringan, dan kontur dari underlying bone. Perhatian
khusus harus ditujukan terhadap palpasi ukuran, tenderness, dan mobilitas nodus
limpa.

19
Gangguan temporomandibular sering terjadi pada orang tua dan oleh karena itu
penting untuk melaksanakan evaluasi sistematis dari temporomandibular joint dan
otot-otot kunyah.
Pada pemakai gigi palsu lengkap, penting untuk melaksanakan pemeriksaan
ekstraoral dari dimensi vertikal oklusi.

Pemeriksaan intraoral
Biasanya diawalai dengan penilaian kesehatan intraoral dan perioral jaringan
lunak. Ini merupakan pemeriksaan penting karena kesehatan mukosa oral pada
orang tua dipengaruhi beberapa faktor lokal (gigi palsu, gigi, smoking, saliva).
Bibir. Posisi bibir yang asimetris dengan paralisis saraf cranial ke tujuh,
diperiksa.Aspek lain yang perlu diperiksa adalah volume, bentuk, warna, dan
permukaan epitel.
Buccal mucosa. retrocommisural mucosa diperiksa untuk leukoplakia dan
candidiasis. Buccal mucosa diperiksa untuk keratosis; candidiasis; lichen planus;
apthous; viral; trauma; atau lesi neoplastic; leukoedema; dan irregular
pigmentation.
Palatum durum. Warna dari palatum durum harus diperiksa, anatominya.
Palatum mole. Warna diperiksa untuk petechiae, hematomas, dan difusi
inflamasi, dan batas anatara palatum durum dan palatum mole terletak.
Lantai mulut. Diperiksa untuk mengetahui danya leukoplakia, ulcer, dan tumor.
Dan bimanual palpasi dari kelenjar sublingual diperiksa untuk mengevaluasi
orifice kelenjar. Jika lantai mulut ketika dipalpasi keras, berarti faktor yang
negatif untuk retensi gigi palsu lengkap.
Lidah. Posisi istirahat lidah dicatat, ukurannya, bentuk, dan pergerakan
fungsionalnya.1

Perencanaan Perawatan Prosthodontic pada Pasien Lansia


yang Lemah atau Dependent

Proses diagnostik untuk rencana perawatan pada pasien tua yang lemah atau
dependent memiliki empat tahap yaitu:
1. Rencana perawatan akademis yang beradasarkan pada diagnosis oral,
keluuhan pasien dan permintaan untuk perawatan, dan masalah medis
(contohnya pemnyakit cardiovascular, undernutrisi) untuk pasien yang
memerlukan perawatan dental atau prostho.
2. Tahap selanjutnya adalah garis besar dari rencana perawatan klinis, yang
meliputi pertimbangan diagnosis medis, ketidakmampuan fisik dan mental
pasien, derajat autonomy pasien, dan analisis keuntungannya.
3. Tahap ketiga adalah rencana perawatan praktis, yang meliputi pertimbangan
permintaan pasien, dilihat dari aspek keuangan untuk perawatan dan
persetujuan jenis apa yang memungkinkan dalam mengontrol kesehatan
umum dan mulut pasien.
4. Tahap akhir, modifikasi rencana perawatan setelah perawatan telah mulai
karena perubahan pada persetujuan pemenuhan atau status kesehatan mulut
pasien.

20
Perawatan yang cocok untuk pasien ketika memepertimbangkan status medis dan
mental, kesehatan mulut, situasi sosioekonomi, dan kemunkinan untuk mengatur
tindakan dibagi menjadi :
• Pearatan dentakl dan prosthodontic yang luas (rencana perawatan
akademis)
• Perawatan dental dan prosthodontic yang terbatas (klinis atau rencana
perawatan praktis)
• Tindakan darurat untuk menghilangkan rasa sakit dan resiko dari
komplikasi dental yang utama pada jangka pendek
• Tindakan oral hygiene untuk mengontrol plak gigi
• Tindakan mengurangi untuk menghilangkan penderitaan dan rasa sakit
pada minggu atau bulan lalu.1

21
PENUTUP

Kesimpulan
Jabaran Pemicu

Nenek Minah usia 76 tahun, gigi geligi banyak hilang. Kadang-kadang merasa ngilu
pada gigi belakang. Gigi depan terasa goyang. Akhir-akhir ini dia merasa kurang
nafsu makan, tetapi enggan dibuatkan gigi tiruan karena merasa hidupnya tidak akan
lama.

Dari kasus di atas dapat disimpulkan bahwa nenek Minah adalah pasien lansia
yang lemah atau dependent, karena dilihat dari umurnya yang sudah cukup tua, gigi
geligi banyak hilang, nafsu makan berkurang sehingga asupan nutrisi juga berkurang,
dan ditambah dia merasa hidupnya tidak akan lama lagi karena dia tidak bisa berbuat
apa-apa lagi dalam kondisinya yang telah lemah. Kurangnya nafsu makan pada nenek
Minah dapat disebabkan oleh giginya yang banyak hilang, indera pengecap yang
telah menu
run disertai dengan indera penciuman yang telah menurun juga. Nenek Minah yang
enggan dibuatkan gigi tiruan karena merasa hidupnya tidak akan lama menunjukkan
menurunnya kondisi mental yaitu berupa depresi. Cara penanggulangan agar nenek
Minah dapat bertambah nafsu makannya sehingga asupan nutrisi nenek Minah
tercukupi adalah dengan pemakaian prostho atau gigi palsu.

22
DAFTAR PUSTAKA

1. Budtz, Ejvind., Jorgensen,Dr Odont. Prosthodontics for the Elderly.


Chicago.Quintessense
2. Papas A., Niessen, L. C., Chauencey, H.H.,Geriatric
Dentisry, Aging and Oral
Health. Queensland. Mosby.1991 .chapter 2 (31-38)
3. Barnes, Ian E., Wall, Angus. Perawatan Gigi Terpadu untuk Lansia. Jakarta. EGC.
2006

23

Вам также может понравиться