Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Disusun Oleh :
Ali Amali Fauzi (12100116282)
Kipyatulizam (12100116207)
Bela Valdinia (12100116180)
Preseptor :
Dr. Hj. Tety H Rahim, Sp.THT-KL, M.Kes, MH.Kes
1. Anatomi Faring
Faring merupakan bagian tubuh yang merupakan suatu traktus aerodigestivus dengan
struktur tubular iregular mulai dari dasar tengkorak sampai setinggi vertebra servikal VI,
berlanjut menjadi esophagus dan sebelah anteriornya laring berlanjut menjadi trakea. faring
berbentuk seperti corong, berukuran sekitar 13 cm di mulai dari nternal nares di nasofaring
hingga cricoid cartilage pada laring. Faring terletak di anterior dari vetebral column, posterior
dari nasal dan oral cavity dan superior dari laring. Tersusun atas skeletal muscle dan membran
mukus.
• rumah dari tonsil, yakni faringeal tonsil, palatine tonsil dan lingual tonsil (fungsi tonsil
• Anterior : Khoana
• Lateral :
1. Nasofaring
Batas nasofaring di bagian superior adalah dasar tengkorak, di bagian inferior adalah
palatum mole, ke anterior adalah rongga hidung sedangkan ke posterior adalah vertebra servikal
Nasofaring yang relatif kecil, mengandung serta berhubungan erat dengan beberapa
struktur penting, seperti adenoid, jaringan limfoid pada dinding lateral faring dengan resesus
faring yang disebut fosa rosenmuller, kantong Rathke, yang merupakan invaginasi struktur
embrional hipofisis serebri, torus tubarius, suatu refelsi mukosa faring di atas penonjolan
kartilago tuba Eustachius, koana, foraman jugulare, yang dilalui oleh n.glosofaring, n.vagus, dan
n.asesorius spinal saraf cranial dan v.jugularis interna, bagian petrosus os tremporalis dan
Secara khusus, fungsi nasofaring adalah sebagai tempat pertukaran udara dan auditory tubes
Ruang nasofaring yang relatif kecil mempunyai beberapa sturktur penting, yaitu :
• Jaringan adenoid, suatu jaringan limfoid yang kadang disebut tonsila faringea atau tonsil
dinding lateral nasofaring, tepat di atas perlekatan palatum molle dan satu sentimeter di
• Muara tuba eustachius atau orifisium tube, terletak di dinding lateral nasofaring, dan
2. Orofaring
Orofaring disebut juga mesofaring, dengan batas superior adalah palatum mole, batas
bawah adalah tepi atas epiglottis, ke anterior adalah rongga mulut, kebelakang adalah vertebra
servikal. Secara khusus fungsi orofaring adalah sebagai lintasan udara, air dan makanan.
Struktur yang terdapat pada rongga orofaring adalah dinding posterior faring, tonsil
palatine, fosa tonsil serta arkus faring anterior dan posterior uvula, tonsil lingual dan foramen
sekum.
3. Laringofaring
Batas laringofaring di sebelah superior adalah tepi atas epiglotis, batas anterior ialah laring,
batas inferior ialah esofagus, serta batas posterior ialah vertebra servikal.
Secara khusus fungsi faring sama seperti fungsi orofaring, yakni sebagai jalur air, makanan
dan udara.
OTOT FARING
External layer Fungsi
Middle constrictor
Inferior constrictor
Stylopharyngeus
Aliran darah faring berasal dari beberapa cabang sistim karotis eksterna. Beberapa
anastomosis tidak hanya dari satu sisi tetapi dari pembuluh darah sisi lainnya. Ujung cabang
arteri maksilaris interna, cabang tonsilar arteri fasialis, cabang lingual arteri lingualis bagian
dorsal, cabang arteri tiroidea superior, dan arteri faringeal yang naik semuanya menambah
jaringan anastomisis yang luas. Persarafan sensorik nasofaring dan orofaring, seperti dasar lidah,
terutama melalui saraf laringeus superior. Aliran limfe faringeal meliputi rantai retrofaringeal
dan faringeal lateral dengan jalan selanjutnya masuk nodus servikalis profunda.
Fisiologi penelanan
Proses penelanan dibagi menjadi tiga tahap. Pertama gerakan makanan dari mulut ke
faring secara volunteer. Tahap kedua, transport makanan melalui faring, dan tahap ketiga,
jalannya bolus melaui esophagus, keduanya secara involunter. Langkah adalah : pengunyahan
makanan dilakukan pada sepertiga tengah lidah. Elevasi lidah dan palatum mole mendorong
bolus ke orofaring. Oto suprahioid berkontraksi, elevasi tulang hyoid dan laring dan dengan
demikian membuka hipofaring dan sinus priformis. Secara bersamaan oto laringis intrinstik
berkontraksi dalam gerakan seperti sfingter untuk mencegah aspirasi. Gerakan yang kuat dari
lidah bagian belakang akan mendorong makanan ke bawah melalui orofaring, gerakan dibantu
oleh kontraksi otot konstriktor faringis media dan superior. Bolus dibawa melalui introitus
esophagus ketika otot konstriktor faringis inferior berkontraksi dan otot krikofaringeus
berelaksasi. Peristaltic dibantu oleh gaya berat, menggerakkan makanan melaui esophagus dan
masuk ke lambung.
2. Anatomi Tonsil
Tonsil terdiri dari jaringan limfoid yang dilapisi oleh epitel respiratori. Cincin Waldeyer
merupakan jaringan limfoid yang membentuk lingkaran di faring yang terdiri dari tonsil palatina,
Tonsil palatina adalah suatu massa jaringan limfoid yang terletak di dalam fosa tonsil
pada kedua sudut orofaring, dan dibatasi oleh pilar anterior (otot palatoglosus) dan pilar posterior
(otot palatofaringeus). Tonsil berbentuk oval dengan panjang 2-5 cm, masing-masing tonsil
mempunyai 10-30 kriptus yang meluas ke dalam jaringan tonsil. Tonsil tidak selalu mengisi
seluruh fosa tonsilaris, daerah yang kosong diatasnya dikenal sebagai fosa supratonsilar. Tonsil
Permukaan tonsil palatina ditutupi epitel berlapis gepeng yang juga melapisi invaginasi
atau kripti tonsila. Banyak limfanodulus terletak di bawah jaringan ikat dan tersebar sepanjang
kriptus. Limfonoduli terbenam di dalam stroma jaringan ikat retikular dan jaringan limfatik
difus. Limfonoduli merupakan bagian penting mekanisme pertahanan tubuh yang tersebar di
seluruh tubuh sepanjang jalur pembuluh limfatik. Noduli sering saling menyatu dan umumnya
muara kripta tonsil. Kripta tonsil berjumlah sekitar 10-20 buah, berbentuk celah kecil yang
dilapisi oleh epitel berlapis gepeng. Kripta yang paling besar terletak di pole atas, sering menjadi
tempat pertumbuhan kuman karena kelembaban dan suhunya sesuai untuk pertumbuhan kuman,
Fosa Tonsil
Fosa tonsil dibatasi oleh otot-otot orofaring, yaitu batas anterior adalah otot palatoglosus,
batas posterior adalah otot palatofaringeus dan batas lateral atau dinding luarnya adalah otot
konstriktor faring superior. Berlawanan dengan dinding otot yang tipis ini, pada bagian luar
Pendarahan
Tonsil mendapat pendarahan dari cabang-cabang arteri karotis eksterna, yaitu 1) arteri
maksilaris eksterna (arteri fasialis) dengan cabangnya arteri tonsilaris dan arteri palatina asenden;
2) arteri maksilaris interna dengan cabangnya arteri palatina desenden; 3) arteri lingualis dengan
cabangnya arteri lingualis dorsal; 4) arteri faringeal asenden. Kutub bawah tonsil bagian anterior
diperdarahi oleh arteri lingualis dorsal dan bagian posterior oleh arteri arteri palatine asenden,
diantara kedua daerah tersebut diperdarahi oleh arteri tonsilaris. Kutub atas tonsil diperdarahi
oleh arteri faringeal asenden dan arteri palatine desenden. Vena-vena dari tonsil membentuk
pleksus yang bergabung dengan pleksus dari faring. Aliran balik melalui pleksus vena di sekitar
Aliran getah bening dari daerah tonsil akan menuju rangkaian getah bening servikal
selanjutnya ke kelenjar toraks dan akhirnya menuju duktus torasikus. Tonsil hanya mempunyai
pembuluh getah bening eferan sedangkan pembuluh getah bening aferen tidak ada.
Persarafan
Tonsil bagian bawah mendapat sensasi dari cabang serabut saraf ke IX (nervus
Adenoid merupakan masa limfoid yang berlobus dan terdiri dari jaringan limfoid yang
sama dengan yang terdapat pada tonsil. Adenoid diliputi oleh membran mukosa tapi tidak
berkapsul dan kripta lebih sederhana dibandingan tonsil palatina. Lobus atau segmen tersebut
tersusun teratur seperti suatu segmen terpisah dari sebuah ceruk dengan celah atau kantong
diantaranya. Lobus ini tersusun mengelilingi daerah yang lebih rendah di bagian tengah, dikenal
sebagai bursa faringeus. Adenoid tidak mempunyai kriptus. Adenoid terletak di dinding belakang
nasofaring. Ukuran adenoid bervariasi pada masing-masing anak. Pada umumnya adenoid akan
mencapai ukuran maksimal antara usia 3-7 tahun kemudian akan mengalami regresi.
C. Tonsil Lingual
Tonsil lingual terletak di dasar lidah, tidak berkapsul, diantara folikel limfoid terdapat kripta
Detritus :
• Bakteri
• Sisa makanan
KASUS
1. Tonsilitis
Tonsilitis adalah peradangan umum dan pembengkakan dari jaringan tonsila yang
merupakan bagian dari cincin waldeyer, biasanya disertai dengan pengumpulan leukosit, sel-sel
1.1.1. Etiologi
Tonsilitis bakterial supurativa akut paling sering disebabkan oleh Grup A Streptococcus
beta hemolitikus. Meskipun pneumokokus, stafilokokus dan Haemophilus influenzae juga virus
Tonsilitis Viral paling sering diakibatkan virus Epsteinn Bar dengan bgejala menyerupai
1.1.2. Patofisiologi
Infeksi bakteri pada lapisan epitel jaringan tonsil akan menimbulkan reaksi radang
berupa keluarnya lekosit polimorfonuklear sehingga terbentuk detritus. Detritus ini merupakan
kumpulan lekosit, bakteri yang mati, dan epitel yang terlepas. Secara klinis detritus ini mengisi
kripta tonsil dan tampak sebagai bercak kuning. Perbedaan strain atau virulensi dari penyebab
2. Pembentukan eksudat
3. Selulitis pada tonsil dan daerah sekitarnya
5. Nekrosis jaringan
Bentuk tonsillitis akut dengan detritus yang jelas disebut tonsillitis folikularis, bila
bercak-bercak detritus ini menjadi satu, membentuk alur alur maka akan terjadi tonsillitis
lakunaris. Bercak detritus ini dapat melebar sehingga terbentuk membrane semu
Gejala dan tanda yang sering ditemukan adalah nyeri tenggorokan, nyeri waktu menelan
dan pada kasus berat penderita menolak makan dan minum melalui mulut. Biasanya disertai
demam dengan suhu tubuh yang tinggi, rasa nyeri pada sendi-sendi, tidak nafsu makan dan nyeri
pada telinga. Rasa nyeri di telinga ini karena nyeri alih melalui n Glosofaringeus. Seringkali
disertai adenopati servikalis disertai nyeri tekan. Pada pemeriksaan tampak tonsil membengkak,
hiperemis dan terdapat detritus berbentuk folikel, lakuna, atau tertutup oleh membrane semu.
2.1.4. Pengelolaan
Pada umumnya penderita dengan tonsillitis akut serta demam sebaiknya tirah baring,
pemberian cairan adekuat serta diet ringan. Analgetik oral efektif untuk mengurangi nyeri.
Terapi antibiotik dikaitkan dengan biakan dan sensitivitas yang tepat. Penisilin masih
merupakan obat pilihan, kecuali jika terdapat resistensi atau penderita sensitive terhadap
penisilin. Pada kasus tersebut eritromisin atau antibiotik spesifik yang efektif melawan
organisme sebaiknya digunakan. Pengobatan sebaiknya diberikan selama lima sampai sepuluh
hari. Jika hasil biakan didapatkan streptokokus beta hemolitikus terapi yang adekuat
dipertahankan selama sepuluh hari untuk menurunkan kemungkinan komplikasi non supurativa
dengan dinding faring, karena dalam beberapa hal cairan ini tidak mengenai lebih dari tonsila
palatina. Akan tetapi pengalaman klinis menunjukkan bahwa dengan berkumur yang dilakukan
secara rutin menambah rasa nyaman pada penderita dan mungkin mempengaruhi beberapa
Tonsilitis kronis merupakan penyakit yang paling sering terjadi dari semua penyakit
tenggorokan yang berulang. Faktor predisposisi timbulnya tonsilitis kronik adalah rangsangan
yang menahun dari rokok, beberapa jenis makanan, hygiene mulut yang buruk, pengaruh cuaca,
kelelahan fisk dan pengobatan tonslitis akut yang tidak adekuat. Radang pada tonsil dapat
viridans dan Streptococcus piogenes. Gambaran klinis bervariasi dan diagnosa sebagian besar
Gejala dan tanda yang sering ditemukan adalah nyeri tenggorok, rasa mengganjal pada
tenggorokan, tenggorokan terasa kering, nyeri pada waktu menelan, bau mulut , demam dengan
suhu tubuh yang tinggi, rasa lesu, rasa nyeri di sendi-sendi, tidak nafsu makan dan rasa nyeri di
telinga (otalgia). Rasa nyeri di telinga ini dikarenakan nyeri alih (referred pain) melalui n.
Glossopharingeus (n.IX).
Gambaran klinis pada tonsilitis kronis bervariasi, dan diagnosis pada umunya bergantung
pada inspeksi. Pada umumnya terdapat dua gambaran yang termasuk dalam kategori tonsilitis
kronis, yaitu:
yaitu ditandai pembesaran tonsil dengan hipertrofi dan pembentukan jaringan parut.
Kripta mengalami stenosis, dapat disertai dengan eksudat, seringnya purulen keluar dari
kripta tersebut.
Yaitu ditandai dengan tonsil yang kecil (atrofi), di sekelilingnya hiperemis dan pada
Dari hasil biakan tonsil, pada tonsilitis kronis didapatkan bakteri dengan virulensi rendah
Antibotika spektrum luas, antipiretik dan obat kumur yang mengandung desinfektan.
Pada keadaan dimana tonsilitis sangat sering timbul dan pasien merasa sangat terganggu, maka
2.2.3. Komplikasi
Radang kronis tonsil dapat menimbulkan komplikasi ke daerah sekitarnya berupa Rhinitis
kronis, Sinusitis atau Otitis media secara perkontinuitatum. Komplikasi jauh terjadi secara
hematogen atau limfogen dan dapat timbul endokarditis, arthritis, miositis, nefritis, uveitis,
Frekuensi penyakit ini sudah menurun berkat keberhasilan imunisasi pada bayi dan anak.
Penyebab tonsillitis difteri adalah Corynebacterium diphteriae, kuman yang termasuk gram
positif dan hidup di saluran nafas bagian atas yaitu hidung faring dan laring.
Tonsillitis difteri sering ditemukan pada anak berusia kurang dari 10 tahun dan frekuensi
tertinggi pada usia 2-5 tahun walaupun pada orang dewasa masih mungkin menderita penyakit
ini.
Gambaran klinik dibagi dalam 3 golongan yaitu gejala umum, gejala lokal, dan gejala
akibat eksotoksin.
Gejala umum seperti juga gejala infeksi lainnya: kenaikan suhu tubuh biasanya subfebris,
nyeri kepala, tidak nafsu makan, badan lemah, nadi lambat, serta keluhan nyeri menelan. Gejala
lokal yang tampak berupa tonsil membengkak ditutupi bercak putih kotor yang makin lama
makin meluas dan bersatu membentuk membran semu (pseudomembran). Membran ini dapat
meluas ke palatum mole, uvula, nasofaring,laring, trakea, dan bronkus yang dat menyumbat
saluran nafas. Membran semu ini melekat erat pada dasarnya, sehingga bila diangkat akan
mudah berdarah. Pada perkembangan penyakit ini bila infeksinya berjalan terus, kelenjar limfe
leher akan membengkak sedemikian besarnya sehingga leher menyerupai leher sapi (bull neck)
atau disebut juga Burgemeesters hals. Gejala akibat eksotoksin yang dikeluarkan oleh kuman
difteri ini akan menimbulkan kerusakan jaringan tubuh yaitu pada jantung dapat terjadi
otot palatum dan otot-otot pernafasan dan pada ginjal menimbulkan albuminoria.
preparat langsung kuman yang diambil dari permukaan bawah membrane semu dan didapatkan
kuman Corynebacterium diphteriae. Meskipun dengan perawatan semua gejala klinis telah
hilang, tetapi kuman difteri masih dapat tinggal dalam tonsil (dan faring) bahkan kadang-kadang
didapat karier difteri yang tidak pernah mengalami gejala penyakitnya. Pada karier yang
Disebabkan oleh basilus fusiforme, penyakit ini sering terjadi pada orang-orang dengan
higine mulut yang buruk. Pada tonsil terbentuk bercak-bercak pseudomembran nekrotik yang
berwarna putih keabuan dikelilingi areola yang hiperemis dapat menutup salah satu tonsil
ataupun keduanya. Lesi dapat menyebar ke palatum molle, faring dan rongga mulut. Lesi yang
terjadi disebabkan oleh bakteri yang terdapat pada membran mukosa yang menyebabkan
nekrosis membran mukosa tersebut. Dapat juga terbentuk pseudomembran pada laring dan
trakehea yang bila dilepas akan bedarah. Infeksi dapat disertai pembesaran kelenjar getah bening
Adalah pus yang tertampung antara kapsul tonsil. Dapat timbul sebagai komplikasi dari
tonsilitis akut atau dapat timbul tanpa didahului oleh tonsilitis akut. Pasien mengeluhkan adanya
nyeri faring unilateral, odinofagi, disfagi, trismus, malaise, dan demam. Dari pemeriksaan fisik
didapat adanya dehidrasi, trismus, deviasi uvula, pembengkakan tonsil dan palatum. Secara
bakteriologis, abses peritonsilar ditandai dengan infeksi bakteri campuran yang melibatkan
bakteri aerob seperti Streptococcus pyogenes dan Staphylococcus aureus maupun bakteri
anaerob seperti Bacteroidaceae. Bila tidak lekas ditangani abses peritonsilar dapat menyebar
menjadi abses parafaringeal yang nantinya dapat menyebar lebih jauh ke mediastinum dan
menyebabkan mediastinitis.
melalui droplet. Terdapat pembesaran kelenjar limfa di bagian leher, ketiak, dan regio inguinal
Gejala pertama berupa epistaksis, perdarahan mukosa mulut, gusi, dan pembengkakan
4.1. Definisi
patologis lainnya, sehingga fossa tonsilaris bersih tanpa meninggalkan trauma yang berarti pada
Surgery – 1995)
1. Serangan tonsilitis lebih dari tiga kali per tahun walaupun telah diberikan terapi
adequat.
hemolitikus
2. Faringitis
Faringitis merupakan peradangan pada dinding faring yang disebabkan leh virus (40-
Virus dan bakteri meakukan invasi ke faring dan menimbulkan reaksi inflamasi
jaringan yang hebat, karena bakteri ini melepaskan toksin ekstraseuler yang dapat menimbulkan
demam reumatik, kerusakan katup jantung , glomerulonephritis akut karena fungsi glomerulus
usia sekolah, orang dewasa dan jarang pada anak umur kurang dari 3 tahun.penularan infeksi
1. Faringitis Akut
a. Faringitis Viral
Rinovirus menimbulkan gejala rhinitis dan beberapa hari kemudian akan menimbulkan
faringitis
menimbulkan lesi vesicular diorofaring dan lesi kulit berupa maculopapular rash
Epstein Bar Virus (EBV) menyebabkan faringitis yang disertai produksi eksudat pada
faring yang banyak. Terdapat pembesaran kelenjar limfa diseluruh tubuh terutama
Faringitis yang diebabkan oleh HIV-1 menimbulkan keluhan nyeri tenggorok, nyeri
menelan, mual, dan demam. Pada pemeriksaan tampak faring hiperemis, terdapat
Istirahat dan minum yang cukup.kumur dengan air hangat. Analgetika jika perlu dan
tablet isap
dosis 60-100 mg/kgBB dibagi dalam 4-6 kali pemberian / hari pada orang dewasa dan
pada anak < 5 tahun diberikan 50 mg/kgBB dibagi dalam 4-6 kali pemberian /hari
b. Faringitis Bakteri
Infeksi grup A Streptokokus Beta hemolitikus merupakan penyebab faringitis akut pada
Nyeri kepala yang hebat, muntah, kadang-kadang disertai demam dengan suhu yang
Pada pemeriksaan tampak tonsil membesar, faring dan tonsil hiperemis dan terdapat
dan faring. Kelenjar limfa leher anterior membesar, kenyal, dan nyeri pada penekanan.
Terapi:
Antibiotik diberikan terutama bila diduga penyebab faringitis akut ini grup A
atau amoksilin 50 mg/kgBB dosis dibagi 3 kali/hari selama 10 hari dan pada dewasa
Kortikosteroid, deksametason 8-16 mg, IM 1 kali. Pada anak 0,08 – 0,3 mg/kgBB, IM 1
kali.
Analgetika
c. Faringitis Fungal
Keluhan nyeri tenggorok dan nyeri menelan. Pada pemeriksaan tampak plak putih
Terapi:
Analgetika
d. Faringitis Gonorea
Terapi:
2. Faringitis Kronis
Terdapat 2 bentuk yaitu faringitis kronik hiperplastik dan faringitis kronik atrofik.faktor
predisposisi proses radang kronik di faring ini ialah rhinitis kronik, sinusitis, iritasi kronik
oleh rokok, minum alkohol, inhalasi uap yang merangsang faring dan debu. Faktor lain
penyebab terjadinya faringitis kronik adalah pasien yang biasa bernafas melalui mulut karena
hibungnya tersumbat.
Pada faringitis kronik hiperplastik terjadi perubahan mukosa dinding posterior faring.
Tampak kelenjar limfa dibawah mukosa faring dan lateral band hiperplasi. Pada
Gejala
Pasien mengeluh mula-mula tenggorok kering gatal dan akhirnya batuk yang
berdahak.
Terapi
Terapi lokal dengan melakukan kaustik faring dengan memakai zat kimia larutan
nitras argenti atau dengan listrik (electro cauter). Pengobatan simptomatis diberikan
obat kumur atau tablet isap. Jika diperlukan dapat diberikan ibat batuk antusif atau
Faringitis kronik atropi sering timbul bersamaan dengan rhinitis atrofi. Pada rhinitis
Pasien mengeluh tenggorok kering dan tebal serta mulut berbau. Pada pemeriksaan
tampak mukosa faring ditutupi oleh lenidr yang kental dan bila diangkat mukosa
kering.
Terapi
Pengobatan ditujukan pada rhinitis atrofinya dan unutk faringitis kronik atrofi
3. Faringitis Spesifik
a. Faringitis Iuetika
Treponema pladium dapat menimbulkan infeksi di daerah faring seperti juga penyakit
leus di daerah lain. Gambaran kliniknya tergantung pada stadium penyakit primer,
Stadium perimer
Kelainan pada stadium primer terapat pada lidah, platum mole, tonsil dan dinding
posterior faring berbentuk bercak keputihan .Bila infeksi terus pembesaran kelenjar
Stadium skunder\
Stadium ini jarang di temukan. Terdapat ertima pada dinding faring yang menjalar
ke arah laring.
Stadium tertier
Pada stadium initerdapat guma. Predileksinya pada tonsil dan platinum jarang
pada dinding posterior faring dapat meluas ke vertebra servikal dan dan bila pecah
dapat menyebabkan mole, bila sembuh terdaapt jaringan parut yang dapat
b.Faringitis tuberkulosis
infeksi kuman tahan asam jens bovinum dapat timbul tuberkkulosis faring primer.
Cara enfeksi eksogen yaitu kontak dengan sptum yang mengandung kuman atau
inhalasi kuman melalui udara.Cara infeksi endogen yaitu penyebaran melalui darah
pada tuberculosis miliaris. Bila infeksi muncul secara hematogen maa tonsil dapat
terkena pada kedua sisi dan lesi sering detemukan pada dinding posterior faring,
paltum mole dan palatum durum.Kelanjar regional leher membengkak. Saat ini juga
Gejala
Keadaan umum pasien buruk karena anoreksi dan odinofagia. Pasien mengeluh
nyeri yang hebat di tenggoarok, nyeri di telinga atau otalga serta pembseran kelenjar
lifma servikal
Dioagnosis
toraks untuk meliha adanya tuberculosis paru dan biopsi jaringan yang terinfeksi
utuk menyingkirkan proses keganasan serta mencari kuman basil tahan asam di
jaringan.
Terapi
RD. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala dan Leher. Edisi ke-
2. http://www.entusa.com/oral_photographs/acute_tonsillitis_labeled.jpg
3. http://emedicine.medscape.com/article/871977-diagnosis