Вы находитесь на странице: 1из 6

MENELUSURI TEORI CHAOS DALAM HUKUM MELALUI PARADIGMA

CRITICAL THEORY

Faisal
Fakultas Hukum Universitas Bangka Belitung; Mahasiswa Program Doktor Ilmu Hukum
Universitas diponegoro Semarang
Email : progresif_lshp@yahoo.com

Abstract
The paper will study a dialectic domain of chaos theory of Charles Sampford’s law by using critical theory
paradigm. The paper will present results of the study as follow: first, melee concept of chaos theory in
any law may be uniformed by using ontological paradigm of the critical theory based on historical realism.
Second, an intercept of ideas segments of Sampford’s chaos theory as a critical body can be seen from
its paradigm epistemology they had built. Sampford developed his epistemology, namely both interpreter
and reality are dialectic; the statement is similar with dialogic-dialectic’s one of critical paradigm. Third,
the equality of essences between Sampford’s chaos theory and critical theory might be measured if
methodological presentation of the critical theory paradigm about transactional-subjectivist is examined.
Therefore, the reality is understood completely, impartially or mechanistically. As does chaos theory,
Sampford elaborated it in his dialectical-integrative methodology, actually chaos theory of Sampford is
trying to reject dualistic’s and reductionist’s view of points in attempts of making the reality is still intact.
Based on what is held by critical cliques that the analysis focus will be based on contextual matter.
Key words: Chaos theory, Critical theory, paradigm, positivism of law

Abstrak
Tulisan ini akan di arahkan untuk menelusuri ruang dialektis teori chaos dalam hukum charles Sampford
dengan paradigma citical theory. Sebagaimana penelusuran yang dapat disajikan dalam tulisan ini,
adalah; pertama, konsep melee dalam teori chaos dalam hukum dapat saja di seragamkan dengan
ontologi paradigma critical theory dimana berpijak pada realisme historis. Kedua, bertemunya ruas
berfikir teori chaos Sampford sebagai sosok critical dapat dilihat dari epistemologi paradigma yang
dibangun keduanya. Sampford membangun epistemologinya yaitu penafsir dan realitas itu dialektis,
hal ini senada dengan dialogis-dialektikal yang dimiliki paradigma critical. Ketiga, kesepadanan esensi
antara teori chaos Sampford dan critical dapat saja terukur bila melihat sajian metodologi paradigma
critical mengenai transaksional-subjektivis. Dengan demikian realitas di pahami secara utuh tidak parsial
ataupun mekanistik. Sebagaimana teori chaos Sampford menguraikan hal ini pada metodologi dialektikal-
integratif, sejatinya teori chaos Sampford sedang menolak pandangan dualistik dan reduksionis agar
realitas terlihat lebih utuh. Berdasarkan dengan apa yang di anut oleh kalangan critical bahwasannya
fokus analisa akan di dasarkan pada hal yang kontekstual.
Kata kunci: Teori chaos, Teori Kritis, Paradigma, Positivisme Hukum

A. Pendahuluan sebagai atribut berfikir yang radikal-ekstrim, maka


sejatinya kita sekalian cukup gagal memahami
Munculnya Chaos Theory dalam ilmu hukum
pesan subtantif apa yang ingin ditawarkan oleh
dapat saja kita sebut sejak charles Sampford
Sampford.
menulis buku berjudul The Disorder of Law:
A Critique of Legal Theory pada tahun 1989. Sampford mengawali gagasannya dengan
Sampford berinvestasi melalui pandangan membaca ulang apa yang dipikirkan oleh
baru tentang hukum yang disebut sebagai kalangan kaum legal positivis dalam berhukum.
situasi chaos. Kehadiran Sampford seraya seperti Pendek kata, kaum legal positivis memahami
menjungkirbalikkan situasi normal masuk ke hukum sebagai institusi yang logis-rasional, dan
dalam hasrat befikir mendobrak dan kritis. Bila demi keperluan itu hukum idealnya bebas nilai,
saja Sampford melalui teori chaos hanya di pahami netral, bahkan mesti menganasir dirinya dari
sifat-sifat non-yuridis. Ilmuan hukum seperti ini

Yustisia Vol. 3 No.2 Mei - Agustus 2014 Menelusuri Teori chaos dalam Hukum ... 131
akan melihat hukum sebagai institusi ilmu yang strategis untuk merobohkan absolutisme rezim
final/selesai, sebab ilmu hukum di proyeksikan positivisme dalam hukum dengan cara berfikir
begitu otonom. Sehingga pendidikan hukum akan yang non-sistematik. Mendekati tatanan dan
menjadi fakultas undang-undang yang berhasil sistem dengan penetrasi yang cair tapi integratif.
memproduksi pemikir rasional, profesional, dan Serta pada bagian berikutnya tulisan ini akan
siap pakai dalam sektor produksi. Alhasil, corak di arahkan untuk menelusuri ruang dialektis teori
anak didik yang dihasilkan dalam cara berhukum chaos charles Sampford dengan paradigma
sangat memedulikan kepastian hukum secara citical theory. Tanpa bermaksud mereduksi atau
matematis. menyederhanakan gagasan charles Sampford,
Pada bagian ini Satjipto Rahardjo pernah tulisan ini hanya berusaha melukiskan gambaran
memberi tanggapan dengan menampilkan apa yang dipikirkan penulis terhadap fokus
Sampford dalam bukunya; dimana sesungguhnya pencarian yang dapat saja dipersalahkan bahkan
hukum itu tidak merupakan bangunan yang penuh di anggap tak bernilai ilmiah sekalipun.
dengan keteraturan logis rasional. Yang benar
adalah, bahwa manusialah yang berkepentingan
B. Mengarungi Pemikiran Charles Sampford
dan ingin melihat bahwa hukum itu adalah
(Teori Chaos dalam Hukum)
memang selalu berada pada kesadaran yang
ingin teratur (kepastian-mekanistik)” (Satjipto Istilah chaos untuk pertama kalinya bisa
Rahardjo, 2000: 17). dit elusuri dalam peradaban Yunani kuno.
Pemahaman hukum secara legalistik- Masyarakat Yunani kuno sangat percaya bahwa
positivistis yang berbasis pada peraturan tidak chaos mendahului keteraturan, dengan kata
akan mau melihat kenyataan hukum dan sosial lain, keteraturan muncul dari ketidakteraturan.
berada pada situasi dan keadaan yang kompleks Teori chaos merupakan fenomena yang sangat
dimana Sampford menggunakan istilah “social tua, setua dengan perkembangan alam semesta
melee” dan “legal melee” sebagai sarana untuk itu sendiri. Sebagai sebuah teori, chaos adalah
mengungkap kompleksitas hukum. Melee adalah bidang yang relatif baru dan cukup kontroversial
keadaan cair (fluid) sehingga tidak memiliki format dalam ilmu pengetahuan, bahkan banyak dari
formal atau struktur yang pasti dan kaku. Sampford ilmuan saat ini masih menganggap teori chaos
melihat bahwa hubungan antar manusia itu adalah sebuah fantasi atau khayalan yang belum
bersifat melee, baik itu kehidupan sosial maupun dapat diwujudkan (Anthon F. Susanto. 2010 : 19).
hukum. Salah satu perkembangan utama yang
Skema dan hubungan hukum yang dirumuskan mendorong fenomena chaos menjadi sangat
dengan eksplisit dalam aturan hukum tidak terkenal saat ini tidak terlepas dari munculnya
menghilangkan sifat melee dibelakangnya yaitu sebuah gaya baru dari matematika geometri,
terdapat interaksi antar manusia yang menentukan yaitu melampaui bentuk-bentuk geometri euclidian
makna dibalik teks hukum yang ditafsirkan kembali yang telah dikenal balik ke struktur-struktur neo-
oleh konteksnya. Pada akhirnya yang muncul euclidian geometri fraktal.
adalah keadaan yang kompleks, cair, dan penuh Fraktal dari bahasa latin fractus, yang
dengan ketidakteraturan. Dalam situasi yang menggambarkan sebuah batu yang hancur
demikian teks hukum tak dapat berjalan sendiri tercerai berai dan tak beraturan. Fraktal adalah
dengan menjaga aras kepastian matematis, justru bentuk-bentuk geometris yang bertentangan
ia harus berani berhadapan pada konteks yang dengan bentuk-bentuk euclid, tak teratur sama
penuh dengan ketidakmungkinan. Bukan berarti sekali. Pertama mereka tak teratur diantara semua
melemahkan posisi hukum akan tetapi hendak permukaannya. Yang kedua mereka memiliki
melampaui cara berfikir yang begitu dominan yaitu ketidakberaturan yang sama pada semua skala.
serba masinal dan mengeja undang-undang. Sebuah objek fraktal nampak sama ketika diamati
B a gi t eor i c ha o s ( k et i dak t er at ur a n) , dari jauh atau dekat, ia menyamai dirinya sendiri
realitas hukum adalah realitas yang asimetris, (self similiar).
penuh ketidakpastian dan ketidateraturan chaos dan fraktal, yang awalnya digagas oleh
yang merupakan ciri (esensi) hubungan dalam Edward Lorenz, pada tahun 1960, telah melahirkan
masyarakat (sosial) (Anthon F. Susanto, 2010: teori chaos. Teori chaos telah mengubah cara
19). Keyakinan ini membawa Sampford berada pandang manusia tentang alam semesta. Segala
pada domain yang dialektis. Ia tidak menihilkan sesuatu yang awalnya dianggap sangat jelas dan
ketidakteraturan sebagai bahan utama dalam pasti, berubah secara total (Anthon F. Susanto,
mewujudkan keteraturan. Upaya kritis yang 2010: 27).
dilakukan Sampford tidak lain merupakan siasat

132 Yustisia Vol. 3 No.2 Mei - Agustus 2014 Menelusuri Teori chaos dalam Hukum ...
Salah seorang pelopor teori chaos lainnya, Sampford bertanya, bagaimana mungkin
Benoit Mandelbort meneruskan usaha yang keadaan yang dalam kenyataannya penuh
diawali oleh Edward Lorenz. Dimana Benoit ketidakteraturan itu dalam positivisme dilihat
Mandelbort sebagai ahli matematika dari IBM, sebagai sesuatu yang penuh dengan keteraturan.
menggunakan teknik matematika untuk mencari Sebetulnya, keteraturan itu bukan sesuatu yang
dan menemukan pola dalam beragam proses acak nyata dalam kenyataan ada, melainkan sesuatu
alamiah. Ia menemukan, misalnya suara gemerisik yang oleh para positivis ingin dilihat ada.
(noise) yang melatarbelakangi transmisi telepon, Sampford menawarkan gagasan dengan
mengikuti suatu pola yang tidak sepenuhnya dapat menjelaskan bahwa masyarakat pada dasarnya
diramalkan atau chaos. tanpa sistem atau dalam kondisi yang asimetris/
Ada pandangan yang menyatakan, fenomena disorder dengan apa yang disebutnya sebagai
chaos atau sering juga disebut sebagai fenomena social melee (cair), dan hukum adalah bagian dari
kompleksitas muncul sebagai budaya pop yang kondisi masyarakat tersebut hukum senantiasa
sepenuhnya direkayasa atau di blow-up dengan dalam kondisi melee (legal melee).
terbitnya buku James Glieck berjudul Chaos; Gagasan utama Sampford dalam
Making a New Sense. mengembangkan teori chaos dalam hukum
Namun kenyataannya terlihat budaya berpijak pada pembacaannya tentang relasi
pop yang muncul terkait dengan bukunya k ek uasaa n yang rum it dan m enimbulk an
James Glieck. Banyak pemikir, terutama pemikir situasi dimana masyarakat tidak dapat dilihat
sebagai sesuatu yang bersifat sistematik atau
kontemporer, mendasarkan pemikirannya pada
mekanistik. Dengan sangat cerdik Sampford
pandangan chaos, misalnya Karl Popper yang
mengawali kecurigaan akademiknya dengan
selama hidupnya berjuang untuk melawan doktrin
menyampaikan bahwa ketidakteraturan dan
determinisme ilmu pengetahuan, yang dirasakan
ketidakpastian merupakan reproduksi dari relasi
sebagai antitesa terhadap ilmu pengetahuan itu
yang bertumpu pada hubungan antar kekuatan.
sendiri. Popper mengakui, ia telah lama menyadari
Hubungan kekuatan itu tergambar dalam praktik
sebelum teori chaos menyatakan bahwa pada dominasi yang melestarikan kesenjangan antara
dasarnya tidak saja sistem kuantum, tetapi hubungan formal dan hubungan nyata yang ada
bahkan sistem klasik newtonian yang tidak dapat dalam masyarakat. Inilah yang menyebabkan
diprediksi. Dengan gaya metafor ia menunjuk ketidakteraturan (chaos) itu terjadi. Di atas basis
rumput di luar untuk menegaskan hal itu dengan sosial yang demikian hukum berdiri atau berada.
ungkapan “ada chaos dalam setiap rumput”.
Sepertinya melalui apa yang dijelaskan
chaos bukanlah sesuatu yang mesti ditakuti Sampfod di atas, ia ingin menyerukan kepada dunia
dan dihindari. Di balik chaos itu ada satu hukum untuk melakukan pencarian keteraturan
kemungkinan, satu peluang yang muncul, dan mesti melakukan upaya yang lebih keras dalam
dapat dikembangkan menjadi suatu order bila mendiagnosa ketidakteraturan itu. Suatu ironi,
semua pihak memiliki the sense of chaos dan ketidakteraturan hanya di kuliahi dengan pemikiran
mengambil hikmah darinya. Tugas filosof, ilmuan positivistik yang hanya bermodal undang-undang,
dan pemikir adalah menangkap peluang dan sungguh hal itu tak akan menghasilkan apa-apa
kemungkinan baru yang mencuat dari sisi chaos selain menegakkan undang-undang, tapi tidak
tersebut (Anthon F. Susanto. 2010 : 27). menegakkan sesuatu tatanan sosial. Karena
Dalam ranah hukum, teori chaos termasuk keteraturan hanya menempati sudut kecil dari
teori yang belum dikenali betul. Hampir tidak ketidakteraturan (chaos) yang sesungguhnya
dapat ditemukan secara terperinci mengenai amat luas dan kompleks.
gagasan ini, karena masih sedikit ahli hukum Bahkan Anthon F. Susanto menyatakan
yang mengkajinya. Namun Sampford mencoba dengan sangat lugas dalam bukunya “semiotika
menyusun dan mengembangkan tentang teori hukum”, merupakan kesalahan terbesar yang
hukum yang disebutnya sebagai teori chaos men yebut k an bahw a “t eor i chaos buk an
atau teori non-simetris/non mekanistik dalam keteraturan”, teori chaos tidak menyatakan bahwa
hukum. Teori chaos berisi penolakan terhadap keadaan yang teratur itu tidak ada. Istilah “chaos”
apa yang dipegang teguh oleh kaum positivistik, dalam “teori chaos” justru merupakan keteraturan,
bahwa sesungguhnya hukum penuh dengan bukan sekedar keteraturan tetapi lebih dari “esensi
ketidakteraturan yang sering disebut Sampford keteraturan”. Jadi teori chaos berkenaan dengan
dengan kata “legal melee”, melee berarti sesuatu keteraturan pada saat yang sama berbicara
yang cair (Anthon F. Susanto, 2005: 122). tentang ketidakteraturan.

Yustisia Vol. 3 No.2 Mei - Agustus 2014 Menelusuri Teori chaos dalam Hukum ... 133
C. Mengenal Jati Diri Critical theory hukum sebagai law as historical or virtual realities,
dimana hukum adalah kenyataan “virtual” atau
Dalam praktek keilmuan critical theory
sejarah. Karenanya bagi mereka hukum pada
memiliki ciri paradigma yang barangkali tak dapat
dasarnya adalah kesadaran yang tidak benar, atau
dipertukarkan begitu saja. Ia memiliki karekteristik
dengan kata lain, disadari secara salah. Hukum
yang tidak saja berbeda dengan paradigma lainnya,
dipahami secara kritis sebagai realitas virtual dan
akan tetapi critical theory merupakan entitas
historis yang merupakan hasil proses panjang
berfikir yang di bentuk atas penetrasi eksternal.
kristalisasi nilai-nilai politik, ekonomi, sosial,
Realitas naif merupakan alasan paradigma critical
budaya, etnik, gender, dan agama. Pada saat
theory melakukan perlawanan terhadapnya.
bersamaan hukum bagi mereka adalah instrumen
Kenaifan realitas yang semata-mata mengatakan
hegemoni yang cenderung dominan, diskriminatif,
dirinya dibentuk dari sifat obyektivisme, dualistik,
dan eksploitatif. Sebagai konsekuensi, setiap saat
dan netral adalah sikap mendasar dari critical
hukum semestinya terbuka bagi kritik, revisi, dan
theory untuk mengatakan hal itu keliru mesti di
transformasi, guna menuju emansipasi (Erlyn
bongkar. Justru, secara kontinyu critical theory
Indarti, 2010: 27-28).
menemukan hal sebaliknya, yaitu realitas tidak
objektif apalagi netral.
Sikap dikotomis yang menganggungkan D. Charles Sampford ; Seorang Sosok
penekanan terhadap objektivitas sementara hal- Critical Theory
hal yang bersifat subjektivitas hendaknya sejauh Sampai pada bagian ini, penulis mesti
mungkin dihindari, bagi kalangan yang meyakini terlebih dahulu mengungkapkan bila ulasan
critical theory sebagai jati diri intelektualnya bahwa paradigma critical theor y yang dimak sud
pandangan dikotomis merupakan suatu hal yang merupakan pengadopsian atas paradigma versi
dibuat-buat (Agus Salim, 2001: 60). Bila sejak Guba dan Lincoln. Sebagaimana penulis tak
awal peran subjek teralienasi demi menjaga dapat menyangkal bahwa demi tujuan ketertiban
objektivitas, tak salah bila kalangan critical theory berfikir dalam lalu lintas jagat keilmuan, maka
mengatakan sejak saat itu ilmu pengetahuan paradigma Guba dan Lincoln merupakan cakupan
sudah tak memiliki keberpihakan atas realitasnya. yang sistematis, padat, dan rasional. Pendapat
Sebagaimana Neuman mengatakan penulis tadi mendapat sokongan dari apa yang
jika tujuan pengembangan keilmuan yaitu pernah di tulis oleh Erlyn Indarti, dimana beliau
memberdayakan manusia dengan merubah menggunakan paradigma Guba dan Lincoln untuk
realitas sosial secara radikal. Mustahil apa yang mencari benang merah antara buah pemikiran
dikatakan Neuman dapat terwujud, bila ilmu Fritjof capra dan konstruktivisme yang pada
pengetahuan sedari awal sudah di proyeksikan kesimpulannya kebanyakan membentang pada
netral dan bebas nilai, seolah-olah ilmu menjaga tataran metodologi dan epistimologi (Erlyn Indarti,
jarak dengan ranah konflik. Mestinya ilmu berada 2004: 190-202).
pada dialektika konflik demi tujuan pemberdayaan Setelah dirasa cukup menjelaskan dalam
manusia dengan peran aktif sang subjek. Disinilah bagian yang terpisah mengenai teori chaos dan jati
tugas mulia kaum critical akan selalu memeluk diri critical theory, kiranya kini tiba saatnya untuk
ilmu dalam membebaskan manusia agar tidak memberikan tempat terhadap fokus pencarian
terjebak dalam ilusi dan eksploitasi sebagaimana atas relasi antara Sampford (teori chaos) dengan
wujud kesadaran palsu dari realitas naif. Realitas paradigma critical theory. Sampford membangun
hanya di pandu dengan pendapat yang objektif, teorinya berdasarkan penolakannya terhadap
ia ada pada keadaan real (nyata) dan lepas dari tatanan dan sistem yang sudah terlanjur dipahami
sesuatu yang ada dibelakangnya. Anggapan secara order/teratur.
tadi jelas di tolak oleh kalangan critical. Baginya
Pemikiran Sampford berawal dari basis
realitas sesungguhnya ialah kenyataan virtual
ontologis melihat realitas sosial dan hukum dalam
yang terbentuk oleh proses sejarah. Di atas
kenyataan melee. Melee berarti bersifat cair, tidak
proses sejarah itulah baik realitas dan ilmu tidak
dapat diprediksi, selalu dinamis, tidak bersifat
bisa melepaskan diri dari pelbagi aspek yang
sistematis dan mekanis. Sampford melihat bahwa
mempengaruhinya.
hubungan antar manusia itu bersifat melee, baik itu
Dalam peradaban ilmu hukum, paradigma kehidupan sosial maupun hukum. Pada akhirnya
critical masuk dan berkembang dengan melakukan yang muncul adalah keadaan yang kompleks, cair,
pendobrakan terhadap realitas naif. Aliran filsafat dan penuh dengan ketidakteraturan. Atas dasar
hukum seperti critical legal theory, critical legal itu Sampford mengajukan tesis mengenai social
studies, dan feminist jurisprudence juga memaknai melee bahwa masyarakat pada dasarnya tanpa

134 Yustisia Vol. 3 No.2 Mei - Agustus 2014 Menelusuri Teori chaos dalam Hukum ...
sistem atau dalam kondisi yang asimetris/disorder kesadaran untuk mendobrak dengan menempatkan
dengan apa yang disebutnya sebagai (cair) dan di diri sebagai aktivis/partisipan dalam proses sosial
atas itulah tatanan hukum di bangun. Sehingga tak dan juga memperhatikan pelbagi aspek yang
heran bila Sampford sampai pada teori kekacauan mengitarinya. Dengan demikian realitas di pahami
dalam hukum dengan adagium legal melee apa secara utuh tidak parsial ataupun mekanistik.
yang dipermukaan hukum itu tampak sebagai Sebagaimana Sampford menguraikan hal ini
tertib, teratur dan jelas, sebenarnya penuh dengan pada metodologi dialektikal-integratif, sejatinya
ketidakpastian dan ketidakteraturan. Sampford sedang menolak pandangan dualistik
Bagi penulis, konsep melee dalam teori dan reduksionis agar realitas terlihat lebih utuh.
chaos Sampford dapat saja di seragamkan Berdasarkan dengan apa yang di anut oleh
dengan ontologi paradigma critical theory dimana kalangan critical bahwasannya fokus analisa akan
berpijak pada realisme historis. Realitas terbentuk di dasarkan pada hal yang kontekstual.
oleh proses sejarah dan kekuatan-kekuatan
sosial, budaya, ekonomi, dan politik. Impilkasi E. Simpulan
dari itu realitas tidak berada pada ruang hampa,
ia sangat cair dan dipengaruhi dengan pelbagi Menelusuri pemikiran teori chaos Sampford
aspek kekuatan-kekuatan yang membentuknya. dengan apa yang sudah di uraikan dalam tulisan
Maka keterpaduan Sampford dan critical adalah ini barangkali dirasa belum cukup. Sebab apa
pemahaman yang melihat realitas itu tidak yang dipikirkan oleh Sampford tidak lah mudah
mekanis akan tetapi dinamis. Realitas menjadi untuk di pahami. Paling tidak penulis telah
kompleks dan penuh ketidakteraturan, oleh karena menyampaikan pada bagian sebelumnya, bila
sifat dasar realitas tidak bisa lepas dari pengaruh Sampford mengawali petualangan teori chaos
sisi ekternal dari dirinya. dengan menaruh rasa ketidaksepakatan terhadap
sesuatu yang order/teratur. Di samping itu juga
Dalam sisi yang lain, bertemunya ruas berfikir
Sampford meyakini jika realitas akan selalu berada
Sampford sebagai sosok critical dapat dilihat dari
pada aras yang cair dan dinamis. Realitas yang
epistemologi paradigma yang dibangun keduanya.
teratur maupun tidak teratur akan selalu berhadap-
Sampford membangun epistemologinya yaitu
hadapan dengan kekuatan yang dominan.
penafsir dan realitas itu dialektis, hal ini senada
dengan dialogis-dialektikal yang dimiliki paradigma Untuk itu, realitas tidak bisa lagi mengatakan
critical. Relasi pemahaman antara penafsir dan dirinya selalu objektif dan netral. Justru realitas
realitas merupakan konsekuensi timbal balik yang akan dipengaruhi dan dibentuk oleh dominasi
di mediasi oleh nilai-nilai tertentu. Demi keperluan kekuatan yang sedang berkelindan mengitarinya.
itu, maka realitas tidak berdiri sendiri secara Dengan demikian, diperlukan kerelaan untuk
absolut, ia dapat saja terbuka untuk di tafsirkan menjadi subjek dialektis-subjektivis yang memberi
dan di kritik oleh penafsir/subjek. peran untuk melakukan pendobrakan terhadap
kesadaran palsu yang dibentuk dari realitas naif.
Kesepadanan esensi antara Sampford
Dalam arti pendek, bagi penulis Sampford telah
dan critical dapat saja terukur bila melihat
menjadi ilmuan critical melalui teori chaosnya,
sajian metodologi paradigma critical mengenai
sebagaimana yang sudah di jelaskan terlebih
transaksional-subjektivis. Hal terpenting itu bahwa
dahulu pada aspek ontologi, epistemologi, dan
spirit critical dibuktikan dengan transformasi
metodologi.

Yustisia Vol. 3 No.2 Mei - Agustus 2014 Menelusuri Teori chaos dalam Hukum ... 135
daftar Pustaka

Agus Salim. 2001. Teori dan Paradigma Penelitian Sosial (Pemikiran Norman K. Denzin & Egon Guba,
dan Penerapannya). Yogyakarta : Tiara Wacana Yogya.
Anthon F. Susanto. 2005. Semiotika Hukum “Dari Dekonstruksi Teks Menuju Progresivitas Makna.
Bandung : Refika Aditama.
. 2010. Ilmu Hukum Non-Sistematik Fondasi Filsafat Pengembangan Ilmu Hukum
Indonesia. Yogyakarta : Genta Publishing.
. 2010. Dekonstruksi Hukum Eksplorasi Teks dan Model Pembacaan. Yogyakarta :
Genta Publishing.
Erlyn Indarti (Editor) dkk. 2004. Menelusuri Jejak Capra “Menemukan, Integrasi Sains, Filsafat, Agama”.
Yogyakarta : Kanisius.
. 2010. “Diskresi dan Paradigma Sebuah Telaah Filsafat Hukum”. Pidato Pengukuhan
Sebagai Guru Besar. Semarang. Fakultas Hukum Universitas Diponegoro.
Satjipto Rahardjo. 2000. “Mengajarkan Keteraturan Menemukan Ketidakteraturan Tigapuluh Tahun
Perjalanan Intelektual dari Bojong ke Pleburan”. Pidato Mengakhiri Masa Jabatan Sebagai Guru
Besar Tetap pada Fakultas Hukum Universitas Diponegoro. Semarang : FH UNDIP.

136 Yustisia Vol. 3 No.2 Mei - Agustus 2014 Menelusuri Teori chaos dalam Hukum ...

Вам также может понравиться