Вы находитесь на странице: 1из 15

LAPORAN PENDAHULUAN KANKER OVARIUM

A. Pengertian

Kanker ovarium adalah tumor ganas yang tumbuh pada ovarium (indung
telur) yang paling sering ditemukan pada wanita berusia 50 – 70 tahun. Kanker
ovarium bisa menyebar melalui system getah bening dan melalui sistem pembuluh
darah menyebar ke hati dan paru – paru.
Kanker ovarium adalah suatu kondisi dimana sel telah kehilangan
pengendalian dan mekanisme normalnya sehingga mengalami pertumbuhan tidak
normal, cepat dan tidak terkendali. (Apotik Online dan Media Informasi Obat-
Penyakit).
Kanker indung telur atau kita sebut dengan kanker ovarium, adalah kanker yang
berasal dari sel-sel ovarium atau indung telur. (Sofyan, 2006)
Kanker ovarium merupakan sebuah penyakit di mana ovarium yang
dimiliki wanita memiliki perkembangan sel-sel abnormal. Secara umum, kanker
ovarium merupakan suatu bentuk kanker yang menyerang ovarium. Kanker ini
bisa berkembang sangat cepat, bahkan, dari stadium awal hingga stadium lanjut
bisa terjadi hanya dalam satu tahun saja. Kanker ovarium merupakan suatu proses
lebih lanjut dari suatu tumor malignan di ovarium. Tumor malignan sendiri
merupakan suatu bentuk perkembangan sel-sel yang tidak terkontrol sehingga
berpotensi menjadi kanker. Wikipedia Kanker adalah pertumbuhan sel abnormal
yang cenderung menyerang jaringan disekitarnya dan menyebar ke organ tubuh
lain yang letaknya jauh (Corwin, 2009, Hal; 66).
Kanker ovarium merupakan tumor dengan histogenesis yang beraneka
ragam, dapat berasal dari ketiga demoblast (ektodermal, endodermal, mesoderal)
dengan sifat-sifat histologis maupun biologis yang beraneka ragam (Smeltzer &
Bare, 2002).
Terdapat pada usia peri menopause kira-kira 60%, dalam masa reproduksi
30% dan 10% terdapat pada usia yang jauh lebih muda. Tumor ini dapat jinak
(benigna), tidak jelas jinak dan tidak jelas pasti ganas (borderline malignancy atau
carsinoma of low-maligna potensial) dan jelas ganas (true malignant)(Priyanto,
2007).
Kanker ovarium adalah suatu kondisi dimana sel telah kehilangan
pengendalian dan mekanisme normalnya sehingga mengalami pertumbuhan tidak
normal, cepat dan tidak terkendali. (Apotik Online dan Media Informasi Obat-
Penyakit. Hal.2 di akses tgl 20-7-2009).
Kanker ovarium adalah salah satu kanker ginekologi yang paling sering
dan penyebab kematian kelima akibat kanker pada perempuan. (Price, 2005;1297)
Kanker ovarium memiliki 4 stadium yaitu :
(Smeltzer, 2001;1570)
 Stadium I : Pertumbuhan kanker terbatas pada ovarium
 Stadium II : Pertumbuhan mencakup satu atau kedua ovarium dengan
perluasan pelvis
 Stadium III : Pertumbuhan mencakup satu atau kedua ovarium dengan
metastasis diluar pelvis atau nodus inguinal atau retroperitoneal positif
 Stadium IV : Pertumbuhan mencakup satu atau kedua sisi ovarium dengan
metastasis jauh
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa kanker indung telur
atau kita sebut dengan kanker ovarium, adalah kanker yang berasal dari sel-sel
ovarium atau indung telur. dimana sel telah kehilangan pengendalian dan
mekanisme normalnya sehingga mengalami pertumbuhan tidak normal, cepat dan
tidak terkendali.
B. Epidemiologi
Kanker ovarium adalah kanker yang membuat frustasi bagi pasien dan
pemberi pelayanan kesehatan karena awitannya yang tersembunyi dan tidak
adanya gejala peringatan adalah penyeab mengapa penyakit ini telah mencapai
tahap lanjut ketika didiagnosa. Kejadian merupakan penyebab kematian utama di
antara malignan si ginekologis. Penyakit ini mempunyai angka kejadian sekitar
13,8 wanita per 100.000. Sayang sekali, sekitar 75% dari kasus dideteksi pada
tahap lanjut. Amatlah sulit untuk mendiagnosa dan adalah unik sehingga
kemungkinan kondisi ini merupakan awal dari banyak kanker primer dan
mungkin menjadi tempat metastase dari kanker lainnya. Kondisi ini membawa
angka kematian 14.500 setiap tahunnya dan merupakan penyebab prevalen
keenam dari kematian akibat kanker pada wanita ( Wingo et. al. , 1995 ). Sebagian
kasus mengenai wanita usia 50 – 59 tahun. Insidens tertingginya adala di negara –
negara industri, kecuali Jepang yang insidennya paling rendah.
Wanita dengan kanker ovarium mempunyai resiko mengidap kanker
payudara tiga sampai empat kali lipat dan wanita dengan kanker payudara
mempunyai resiko yang meningkat terhadap kanker ovarium. Tidak ada faktor
penyebab definitif yang telah ditetapkan, tetapi kontraseptif oral tampak
memberikan efek protektif. Hereditas dapat berperan dalam menimbulkan
penyakit ini, dan banyak dokter menyarankan pemeriksaan pelvis bimanual bagi
wanita yang mempunyai satu atau dua orang saudara dengan kanker ovarium.
Meskipun dengan pemeriksaan yangn cermat, tumor ovarium biasanya terdapat
jauh di dalam dan sulit untuk dideteksi. Belum ada skrinng dini yang tersedia saat
ini, meskipun penanda tumor sedang dalam penelitian. Sonogram transvaginal dan
pengujian antigen Ca-125 sangat membantu pada mereka yang beresiko tinggi
untuk mengalami kondisi ini. Akhir – akhir ini, antigen yang berkaitan dengan
tumor membantu dalam perawatn tindak lanjut setelah didiagnosis dan
pengobatan, tetapi tidak pada skrining umum dini.
Faktor – faktor resiko termasuk diet tinggi lemak, merokok, alkohol,
penggunaan bedak talk perineal, riwayat kanker payudara, kanker kolon, kanker
endometrium, dan riwayat keluarga dengan kanker payudara atau ovarium.
Nulipara, infertilitas, dan tak-ovulasi adalah faktor – faktor resiko. Angka
kelangungan hidup tergantung pada tahap mana kanker didiagnosis. Lebih dari
80% kanker ovarium epitelial ditemukan pada wanita pascamenopause. Usia 62
tahun adalah usia di mana kanker ovarium epitelial paling sering ditemui. Kanker
ovarium epitelial jarang ditemukan pada usia kurang dari 45 tahun. Pada wanita
premenopause hanya 7% tumor ovarium epitelial yang ganas.
Di RSCM Jakarta antara tahun 1989-1992 ditemukan 1.726 kasus kanker
ginekologi, di antaranya 13,6% adalah kanker ovarium. Umumnya (72%) adalah
kanker ovarium epitelial yang datang dalam stadium lanjut, sedangkan stadium I-
II (42,5%). Mortalitas karena kanker ovarium adalah 22,6% dari 327 kematian
kanker ginekologi.
C. Etiologi
Penyebab kanker ovarium belum diketahui secara pasti. Akan tetapi banyak teori
yang menjelaskan tentang etiologi kanker ovarium yaitu :
 Hipotesis incessant ovulation
Teori menyatakan bahwa terjadi kerusakan pada sel-sel epitel ovarium
untuk penyembuhan luka pada saat terjadi ovulasi. Proses penyembuhan sel-
sel epitel yang terganggu dapat menimbulkan proses transformasi menjadi
sel-sel tumor
 Hipotesis Gonadotropin
Teori ini didasarkan pada pengetahuan hasil percobaan binatang pada data
epidemiologi. Hormon hipofisa diperlukan untuk perkembangan tumor
ovarium pada beberapa percobaan pada binatang rodentia. Pada percobaan ini
ditemukan bahwa jika kadar hormon esterogen rendah di sirkulasi perifer,
kadar hormon gonadotropin akan mengikat. Peningkatan kadar hormon
goonadotropin ini ternyata berhubungan dengan makin bertambah bsarnya
tumor ovarium pada binatang tersebut.
 Hipotesis androgen
Androgen mempunyai peran penting dalam terbentuknya kanker
ovarium. Hal ini didasarkan pada hasil percobaan bahwa epitel ovarium
mengandung reseptor androgen. Dalam percobaan in-vitro, androgen dapat
menstimulasi pertumbuhan epitel ovarium normal dan sel-sel kanker ovarium.
 Hipotesisi Progesteron
Berbeda dengan efek peningkatan resiko kanker ovarium oleh
androgen, progesteron ternyata memiliki peranan protektif terhadap
terjadinya kanker ovarium. Epitel normal ovarium mengandung reseptor
progesteron. Percobaan pada kera macaque, progesteron menginduksi
terjadinya apoptosis sel epitel ovarium, sedangkan esterogen
menghambatnya. Pemberian pil yang mengandung esterogen saja pada wanita
pasca menopause akan meningkatkan terjadinya resiko kanker ovarium,
sedangkan pemberian kombinasi dengan progesteron akan menurunkan
resikonya. Kehamilan, dimana kadar progesteron tinggi, menurunkan kanker
ovarium. Pil kontrasepsi kombinasi menurunkan resiko terjadinya kanker
ovarium. Demikian juga yang hanya mengandung progesteron yang menekan
ovulasi juga menurunkan resiko kanker ovarium. Akan tetapi, pemakaian
depo medroksiprogesteron asetat ternyata tidak menurunkan resiko terjadinya
kanker ovarium.
Penyebab pasti kanker ovarium tidak diketahui namun multifaktorial. Risiko
berkembangnya kanker ovarium berkaitan dengan lingkungan, endokrin dan
faktor genetik (Price, 2005;1297).
a. Faktor lingkungan
Kebiasaan makan, kopi dan merokok, adanya asbestos dalam lingkungan,
dan penggunaan bedak talek pada daerah vagina, semua itu dianggap
mungkin menyebabkan kanker.
b. Faktor endokrin
Faktor risiko endokrin untuk kanker ovarium adalah perempuan yang
nulipara, menarche dini, menopause yang lambat, kehamilan pertama yang
lambat, dan tidak pernah menyusui. Penggunaan kontrasepsi oral tidak
meningkatkan resiko dan mungkin dapat mencegah. Terapi pengganti
estrogen (ERT) pascamenopause untuk 10 tahun atau lebih berkaitan
dengan peningkatan kematian akibat kanker ovarium
c. Faktor genetic
Kanker ovarium herediter yang dominan autosomal dengan variasi
penetrasi telah ditunjukkan dalam keluarga yang terdapat penderita kanker
ovarium. Bila terdapat dua atau lebih hubungan tingkat pertama yang
menderita kanker ovarium, seorang perempuan memiliki 50% kesempatan
untuk menderita kanker ovarium.
Ada beberapa faktor resiko yang dapat menyebabkan terjadinya kanker ovarium
yaitu:
 Diet tinggi lemak
 Merokok
 Alkohol
 Riwayat kanker payudara, kolon, atau endometrium
 Riwayat keluarga dengan kanker payudara atau ovarium
 Nulipara
 Infertilitas
 Menstruasi dini
 Wanita diatas usia 50 – 75 tahun
 Wanita yang memiliki anak > 35 tahun
 Ras kaucasia > Afrika-Amerika
 Kontrasepsi oral
 Berawal dari hyperplasia endometrium yang berkembang menjadi
karsinoma.
 Menarche dini
D. Patofisiologi
Fungsi ovarium yang normal tergantung kepada sejumlah hormone dan
kegagalan pembentukan salah satu hormone tersebut bisa mempengaruhi fungsi
ovarium. Ovarium tidak akan berfungsi secara normal jika tubuh wanita tidak
menghasilkan hormone hipofisa dalam jumlah yang tepat. Fungsi ovarium yang
abnormal kadang menyebabkan penimbunan folikel yang terbentuk secara tidak
sempurna di dalam ovarium. Folikel tersebut gagal mengalami pematangan dan
gagal melepaskan sel telur, terbentuk secara tidak sempurna di dalam ovarium
karena itu terbentuk kista di dalam ovarium. Setiap hari, ovarium normal akan
membentuk beberapa kista kecil yang disebut Folikel de Graff. Pada pertengahan
siklus, folikel dominan dengan diameter lebih dari 2.8 cm akan melepaskan oosit
mature. Folikel yang rupture akan menjadi korpus luteum, yang pada saat matang
memiliki struktur 1,5 – 2 cm dengan kista ditengah-tengah. Bila tidak terjadi
fertilisasi pada oosit, korpus luteum akan mengalami fibrosis dan pengerutan
secara progresif. Namun bila terjadi fertilisasi, korpus luteum mula-mula akan
membesar kemudian secara gradual akan mengecil selama kehamilan.
Kanker ovarium bermetastasis dengan invasi langsung struktur yang
berdekatan dengan abdomen dan pelvis dan sel-sel yang menempatkan diri pada
rongga abdomen dan pelvis. Sel-sel ini mengikuti sirkulasi alami cairan peritoneal
sehingga implantasi dan pertumbuhan keganasan selanjutnya dapat timbul pada
semua permukaan intraperitoneal. Limfatik yang disalurkan ke ovarium juga
merupakan jalur untuk penyebaran sel-sel ganas. Semua kelenjar pada pelvis dan
kavum abdominal pada akhirnya akan terkena. Penyebaran awal kanker ovarium
dengan jalur intraperitoneal dan limfatik muncul tanpa gejala yang spesifik.
Gejala tidak pasti yang akan muncul seiring dengan waktu adalah perasaan berat
pada pelvis, sering berkemih dan disuria dan perubahan fungsi gastrointestinal,
seperti rasa penuh, mual, tidak enak pada perut, cepat kenyang dan konstipasi.
Pada beberapa perempuan dapat terjadi perdarahan abnormal vagina sekunder
akibat hyperplasia endometrium bila tumor menghasilkan estrogen, beberapa
tumor menghasilkan testosterone dan menyebabkan virilasi. Gejala-gejala
keadaan akut pada abdomen dapat timbul mendadak bila terdapat perdarahan
dalam tumor , ruptur atau torsi ovarium. Namun tumor ovarium paling sering
terdeteksi selama pemeriksaan pelvis rutin.
E. Patway
F. Klasifikasi

Lebih dari 30 neoplasma ovarium telah diidentifikasi. Tumor ovarium

dikelompokkan dalam 3 kategori (Price, 2005;1297) besar yaitu :

 Tumor-tumor epitel

Tumor-tumor epitel menyebabkan 60% dari semua neoplasma ovarium

dan diklasifikasikan sebagai neoplasma jinak, perbatasan ganas

 Tumor stroma gonad

 Tumor-tumor sel germinal

Terdapat tiga ketegori utama tumor sel germinal yaitu : tumor jinak (kista

dermoid), tumor ganas (bagian dari kista dermoid), tumor sel germinal primitive

ganas (sel embrionik dan ekstraembrionik)

Dua pertiga persen kanker ovarium adalah tumor sel germinal primitive ganas.

Penting untuk mendiagnosis jenis tumor dengan tepat.

Klasifikasi stadium kanker ovarium primer menurut FIGO (Federation

International of Ginecologies and Obstetricians ) 1987, adalah :

 Stadium I : pertumbuhan terbatas pada ovarium

o Stadium 1a : pertumbuhan terbatas pada suatu ovarium, tidak ada asietas yang

berisi sel ganas, tidak ada pertumbuhan di permukaan luar, kapsul utuh.

o Stadium 1b : pertumbuhan terbatas pada kedua ovarium, tidak asietas, berisi

sel ganas, tidak ada tumor di permukaan luar, kapsul intak.

o Stadium 1c : tumor dengan stadium 1a dan 1b tetapi ada tumor dipermukaan

luar atau kedua ovarium atau kapsul pecah atau dengan asietas berisi sel

ganas atau dengan bilasan peritoneum positif.


 Stadium II : Pertumbuhan pada satu atau dua ovarium dengan perluasan ke

panggul

o Stadium 2a : perluasan atau metastasis ke uterus dan atau tuba

o Stadium 2b : perluasan jaringan pelvis lainnya

o Stadium 2c : tumor stadium 2a dan 2b tetapi pada tumor dengan permukaan

satu atau kedua ovarium, kapsul pecah atau dengan asitas yang mengandung

sel ganas dengan bilasan peritoneum positif.

 Stadium III : tumor mengenai satu atau kedua ovarium dengan implant di

peritoneum di luar pelvis dan atau retroperitoneal positif. Tumor terbatas

dalam pelvis kecil tetapi sel histologi terbukti meluas ke usus besar atau

omentum.

o Stadium 3a : tumor terbatas di pelvis kecil dengan kelenjar getah bening

negatif tetapi secara histologi dan dikonfirmasi secara mikroskopis terdapat

adanya pertumbuhan (seeding) dipermukaan peritoneum abdominal.

o Stadium 3b : tumor mengenai satu atau kedua ovarium dengan implant

dipermukaan peritoneum dan terbukti secara mikroskopis, diameter melebihi

2 cm, dan kelenjar getah bening negatif.

o Stadium 3c : implant di abdoment dengan diameter > 2 cm dan atau kelenjar

getah bening retroperitoneal atau inguinal positif.

 Stadium IV : pertumbuhan mengenai satu atau kedua ovarium dengan

metastasis jauh. Bila efusi pleura dan hasil sitologinya positif dalam stadium

4, begitu juga metastasis ke permukaan liver.


G. Tanda dan Gejala Klinis

Adapun tanda dan gejala yang ditimbulkan pada pasien dengan kanker

ovarium adalah sebagai berikut :

a. Haid tidak teratur

b. Darah menstruasi yang banyak (menoragia) dengan nyeri tekan pada

payudara

c. Menopause dini

d. Dispepsia

e. Tekanan pada pelvis

f. Sering berkemih dan disuria

g. Perubahan fungsi gastrointestinal, seperti rasa penuh, mual, tidak enak

pada perut, cepat kenyang dan konstipasi.

h. Pada beberapa perempuan dapat terjadi perdarahan abnormal vagina

sekunder akibat hyperplasia endometrium bila tumor menghasilkan

estrogen. (Smeltzer, 2001;1570)

H. Pemeriksaan Fisik

Pada pemeriksaan fisik hasil yang sering didapatkan pada tumor ovarium

adalah massa pada rongga pelvis. Tidak ada petunjuk pasti pada pemeriksaan fisik

yang mampu membedakan tumor adneksa adalah jinak atau ganas, namun secara

umum dianut bahwa tumor jinak cenderung kistik dengan permukaan licin,

unilateral dan mudah digerakkan. Sedangkan tumor ganas akan memberikan

gambaran massa yang padat, noduler, terfiksasi dan sering bilateral. Massa yang

besar memenuhi rongga abdomen dan pelvis lebih mencerminkan tumor jinak
atau keganasan derajat rendah. Adanya asites dan nodul pada cul-de-sac

merupakan petunjuk adanya keganasan.

I. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan pada pasien kanker ovarium yaitu :

a. Anamnesis dan pemeriksaan fisik pelvic

b. Radiologi : USG Transvaginal, CT scan, MRI

c. Tes darah khusus : CA-125 (Penanda kanker ovarium epitelial), LDH,

HCG, dan AFP (penanda tumor sel germinal)

d. Laparoskopi

e. Laparotomi

f. Pemeriksaan untuk mengetahui perluasan kanker ovarium

g. Pielografi intravena (ginjal, ureter, dan vesika urinaria), sistoskopi dan

sigmoidoskopi.

h. Foto rontgen dada dan tulang

i. Scan KGB (Kelenjar Getah Bening)

j. Scan traktus urinarius

J. Diagnosis/Kriteria Diagnosis

Diagnosis ditegakkan berdasarkan adanya riwayat, pemeriksaan fisik

ginekologi, serta pemeriksaan penunjang

a. Riwayat

Kanker ovarium pada stadium dini tidak memberikan keluhan. Keluhan

yang timbul berhubungan dengan peningkatan massa tumor, penyebaran tumor

pada permukaan serosa dari kolon dan asites. Rasa tidak nyaman dan rasa penuh

diperut, serta cepat merasa kenyang sering berhubungan dengan kanker ovarium.
Gejala lain yang sering timbul adalah mudah lelah, perut membuncit, sering

kencing dan nafas pendek akibat efusi pleura dan asites yang masif.

Dalam melakukan anamnesis pada kasus tumor adneksa perlu diperhatikan

umur penderita dan faktor risiko terjadinya kanker ovarium. Pada bayi yang baru

lahir dapat ditemukan adanya kista fungsional yang kecil (kurang dari 1-2 cm)

akibat pengaruh dari hormon ibu. Kista ini mestinya menghilang setelah bayi

berumur beberapa bulan. Apabila menetap akan terjadi peningkatan insiden tumor

sel germinal ovarium dengan jenis yang tersering adalah kista dermoid dan

disgerminoma. Dengan meningkatnya usia kemungkinan keganasan akan

meningkat pula. Secara umum akan terjadi peningkatan risiko keganasan

mencapai 13% pada premenopause dan 45% setelah menopause. Keganasan yang

terjadi bisa bersifat primer dan bisa berupa metastasis dari uterus, payudara, dan

traktus gastrointestinal.

b. Pemeriksaan fisik ginekologi

Dengan melakukan pemeriksaan bimanual akan membantu dalam

memperkirakan ukuran, lokasi, konsistensi dan mobilitas dari massa tumor. Pada

pemeriksaan rektovaginal untuk mengevaluasi permukaan bagian posterior,

ligamentum sakrouterina, parametrium, kavum Dauglas dan rektum. Adanya

nodul di payudara perlu mendapat perhatian, mengingat tidak jarang ovarium

merupakan tempat metastasis dari karsinoma payudara.

Hasil yang sering didapatkan pada tumor ovarium adalah massa pada

rongga pelvis. Tidak ada petunjuk pasti pada pemeriksaan fisik yang mampu

membedakan tumor adneksa adalah jinak atau ganas, namun secara umum dianut

bahwa tumor jinak cenderung kistik dengan permukaan licin, unilateral dan
mudah digerakkan. Sedangkan tumor ganas akan memberikan gambaran massa

yang padat, noduler, terfiksasi dan sering bilateral. Massa yang besar yang

memenuhi rongga abdomen dan pelvis lebih mencerminkan tumor jinak atau

keganasan derajat rendah. Adanya asites dan nodul pada cul-de-sac merupakan

petunjuk adanya keganasan.

K. Pemeriksaan penunjang

Ultrasonografi merupakan pemeriksaan penunjang utama dalam

menegakkan diagnosis suatu tumor adneksa ganas atau jinak. Pada keganasan

akan memberikan gambaran dengan septa internal, padat, berpapil, dan dapat

ditemukan adanya asites . Walaupun ada pemeriksaan yang lebih canggih seperti

CT scan, MRI (magnetic resonance imaging), dan positron tomografi akan

memberikan gambaran yang lebih mengesankan, namun pada penelitian tidak

menunjukan tingkat sensitifitas dan spesifisitas yang lebih baik dari

ultrasonografi. Serum CA 125 saat ini merupakan petanda tumor yang paling

sering digunakan dalam penapisan kanker ovarium jenis epitel, walaupun sering

disertai keterbatasan. Perhatian telah pula diarahkan pada adanya petanda tumor

untuk jenis sel germinal, antara lain alpha-fetoprotein (AFP), lactic acid

dehidrogenase (LDH), human placental lactogen (hPL), plasental-like alkaline

phosphatase (PLAP) dan human chorionic gonadotrophin(hCG).

L. Komplikasi

a. Torsi

b. Rupture kista

c. Perdarahan

d. Keganasan
M. Penatalaksanaan

Adapun tindakan yang dilakukan pada penanganan kanker ovarium

antara lain:

(Smeltzer, 2001;1570)

 Intervensi bedah untuk kanker ovarium adalah histerektomi abdominal total

dengan pengangkatan tuba falopii dan ovarium serta omentum (salpingo-

oofarektomi bilateral dan omentektomi) adalah prosedur standar unruk

penyakit tahap dini

 Terapi radiasi dan implantasi fosfor 32 (32P) interperitoneal, isotop radioaktif,

dapat dilakukan setelah pembedahan

 Kemoterapi dengan preparat tunggal atau multiple tetapi biasanya termasuk

sisplantin, sikofosfamid, atau karboplatin juga digunakan

 Paklitaksel (Taxol) merupakan preparat yang berasal dari pohon cemara

pasifik, bekerja dengan menyebabkan mikrotubulus di dalam sel-sel untuk

berkumpul dan mencegah pemecahan struktur yang mirip benang ini. Secara

umum, sel-sel tidak dapat berfungsi ketika mereka terlilit dengan

mikrotubulus dan mereka tidak dapat membelah diri. Karena medikasi ini

sering menyebabkan leucopenia, pasien juga harus minum G-CSF (factor

granulosit koloni stimulating)

 Pengambilan cairan asites dengan parasintesis tidak dianjurkan pada

penderita dengan asites yang disertai massa pelvis, karena dapat

menyebabkan pecahnya dinding kista akibat bagian yang diduga asites

ternyata kista yang memenuhi rongga perut. Pengeluaran cairan asites hanya

dibenarkan apabila penderita mengeluh sesak akibat desakan pada diafragma.


LAPORAN PENDAHULUAN KANKER OVARIUM

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Maternitas II

(Dosen Pembimbing : Ns. Wahyuni Wahab, S.Kep, M.Kes)

OLEH :

NAMA : SURIANTI

NIM : 119491703

SEMESTER : IV

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KEPERAWATAN FAMIKA MAKASSAR

2018/2019

Вам также может понравиться