Вы находитесь на странице: 1из 34

BAB I

PENDAHULUAN

Jamur merupakan salah satu penyebab infeksi pada penyakit terutama di negara –

negara tropis. Banyaknya infeksi jamur juga didukung oleh masih banyaknya masyarakat

yang berada digaris kemiskinan sehingga masalah kebersihan lingkungan, sanitasi, dan pola

hidup sehat kurang menjadi perhatian dalam kehidupan sehari-hari masyarakat.1

Penyakit kulit akibat jamur merupakan penyakit kulit yang sering muncul di tengah

masyarakat Indonesia. Iklim tropis dengan kelembaban udara yang tinggi di Indonesia sangat

mendukung pertumbuhan jamur. Manifestasi klinis dari infeksi jamur bervariasi dapat

meyerupai penyakit kulit lain sehingga menimbulkan diagnosa yang keliru dan kegagalan

pada penatalaksanaannya. Anti jamur merupakan zat berkhasiat yang digunakan untuk

penyakit yang disebabkan oleh jamur. Perkembangan dan penggunaan antijamur secara tidak

beraturan akan berpeluang menyebabnya resistensi obat.1,2

Penelitian mengenai obat antijamur saat ini telah mengalami perkembangan pesat.

Klasifikasi obat antijamur berdasarkan cara penggunaannya dibagi atas obat antijamur topikal

dan sistemik. 4,5 Penggunaan obat antijamur topikal diindikasikan pada infeksi jamur dengan

area yang terbatas dan pasien yang memiliki kontraindikasi penggunaan antijamur sistemik.

Antijamur sistemik diberikan pada mikosis superfisialis, mikosis subkutan dan sistemik.8,9

Beberapa faktor yang menjadi pertimbangan dalam memberikan terapi infeksi jamur

adalah luas dan derajat keparahan infeksi, lokasi yang terserang jamur, kondisi komorbiditas,

potensi kemungkinan interaksi obat, biaya dan akses untuk mendapatkan obat antijamur serta

kemudahan pemakaian obat.4 Sehingga pada makalah ini akan membahas tentang

1
mekanisme kerja, aktifitas spektrum, farmakokinetik, efek samping maupun interaksi obat

antijamur pada dermatofitosis. Diharapkan makalah ini dapat menjadi dasar dalam

penatalaksanaan infeksi jamur.

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 DEFINISI

Antifungi adalah suatu senyawa yang dapat digunakan untuk mengobati

penyakit yang disebabkan oleh jamur atau fungi seperti Tinea, Pityriasia versikolor,

candidiasi dan lain sebagainya. Biasanya obat jamur diberikan secara topikal

meskipun ada kalanya diberikan secara oral.

Dermatofitosis adalah penyakit yang disebabkan oleh kolonisasi jamur

dermatofit yang menyerang jaringan yang mengandung keratin seperti stratum

korneum kulit, rambut dan kuku pada manusia dan hewan. Dermatofit adalah

sekelompok jamur yang memiliki kemampuan membentuk molekul yang berikatan

dengan keratin dan menggunakannya sebagai sumber nutrisi untuk membentuk

kolonisasi.1

Jamur sendiri merupakan suatu organisme mikroskopis tanaman yang terdiri

dari sel, seperti cendawan, dan ragi. Beberapa jenis jamur dapat berkembang pada

permukaan tubuh yang bisa menyebabkan infeksi kulit, kuku, mulut atau vagina. Obat

anti jamur merupakan obat yang digunakan untuk menghilangkan organisme

mikroskopis tanaman yang terdiri dari sel, seperti cendawan dan ragi, atau obat yang

digunakan untuk menghilangkan jamur8

2.2 ETIOLOGI

Dermatofita ialah golongan jamur yang menyebabkan dermatofitosis.

Golongan jamur ini mempunyai sifat mencemakan keratin. Dermatofita termasuk

kelas Fungi imperfecti, yang terbagi atas tiga genus, yaitu Microsporum,

Trichophyton, dan Epidermophyton, yang dikelompokkan dalam kelas

3
Deuteromycetes. Dari 3 genus tersebut telah ditemukan 41 spesies yang terdiri dari 17

spesies Microsporum, 22 spesies Trichopyton dan 2 spesies Epidermophyton. 1,3

Dari 41 spesies yang telah dikenal, 17 spesies diisolasi dari infeksi jamur pada

manusia, 5 spesies Microsporum menginfeksi rambut dan kulit, 11 spesies

Trichophyton menginfeksi kulit, rambut dan kuku, 1 spesis Epidermophyton

menginfeksi hanya pada kulit dan jarang pada kuku.1

2.3 KLASIFIKASI

Pembagian dermatofitosis berdasarkan lokasi infeksi atau ciri tertentu, sebagai

berikut:1

a. Tinea Kapitis : injeksi jamur pada kulit dan kepala Rambut

b. Tinea Barbae : infeksi jamur pada dagu dan jenggot

c. Tine Kruris : infeksi jamur pada daerah genitokrural, sekitar anus, bokong,

dan kadang – kadang sampai perut bagian bawah

d. Tinea pedis : imfeksi jamur pada kaki

e. Tinea Manum : infeksi jamur pada tangan

f. Tinea Korporis : pada bagian yang tidak berambut kecuali tangan, kaki dan

bokong.

4
Tabel 2.1 Klasifikasi Dermatofitosis berdasarkan Lokasi atau Ciri Tertentu dan Jamur
penyebab1

Dikutip sesuai aslinya dari kepustakaan no 1

2.4 MEKANISME OBAT ANTI JAMUR

Pengobatan antijamur memiliki 3 titik tangkap pada sel jamur. Target pertama

pada sterol membran plasma sel jamur, kedua mempengaruhi sintesis asam nukleat

jamur, ketiga bekerja pada unsur utama dinding sel jamur yaitu kitin, β glukan, dan

mannooprotein.

Kebanyakan obat antijamur sistemik bekerja secara langsung (seperti

golongan polien) pada sterol membran plasma, dan bekerja secara tidak langsung

(seperti golongan azol). Sedangkan golongan ekinokandin secara unik bekerja pada

unsur utama dinding sel β1,3 glukan.

2.4.1 Sterol membran plasma: ergosterol dan sintesis ergosterol

Ergosterol adalah komponen penting yang menjaga integritas membran

sel jamur dengan cara mengatur fluiditas dan keseimbangan dinding membran

sel jamur. Kerja obat antijamur secara langsung (golongan polien) adalah

5
menghambat sintesis ergosterol dimana obat ini mengikat secara langsung

ergosterol dan channel ion di membran sel jamur, hal ini menyebabkan

gangguan permeabilitas berupa kebocoran ion kalium dan menyebabkan

kematian sel. Sedangkan kerja antijamur secara tidak langsung (golongan azol)

adalah mengganggu biosintesis ergosterol dengan cara mengganggu demetilasi

ergosterol pada jalur sitokrom P450 (demetilasi prekursor ergosterol).15

Gambar 2.1 Mekanisme biosintesis ergosterol dan mekanisme kerja berberapa obat antijamur

terhadap biosintesis ergosterol16

2.4.2 Sintesis asam nukleat

Kerja obat antijamur yang mengganggu sintesis asam nukleat adalah

dengan cara menterminasi secara dini rantai RNA dan menginterupsi sintesis

DNA. Sebagai contoh obat antijamur yang mengganggu sintesis asam nukleat

adalah 5 flusitosin (5 FC), dimana 5 FC masuk ke dalam inti sel jamur melalui

sitosin permease. Di dalam sel jamur 5 FC diubah menjadi 5 fluoro uridin

6
trifosfat yang menyebabkan terminasi dini rantai RNA. Trifosfat ini juga akan

berubah menjadi 5 fuoro deoksiuridin monofosfat yang akan menghambat

timidilat sintetase sehingga memutus sintesis DNA.15

Gambar 2.2 titik tangkap obat anti jamur15

2.4.3 Unsur utama dinding sel jamur: glukans

Dinding sel jamur memiliki keunikan karena tersusun atas mannoproteins,

kitin, dan α dan β glukan yang menyelenggarakan berbagai fungsi, diantaranya

menjaga rigiditas dan bentuk sel, metabolisme, pertukaran ion pada membran

sel. Sebagai unsur penyangga adalah β glukan. Obat antijamur seperti golongan

ekinokandin menghambat pembentukan β1,3 glukan tetapi tidak secara

kompetitif. Sehingga apabila β glukan tidak terbentuk, integritas struktural dan

morfologi sel jamur akan mengalami lisis.15

7
Gambar 2.3 Target anti jamur pada dinding sel9

2.5 PENGGOLONGAN OBAT ANTI JAMUR PADA DERMATOFITOSI

Menurut indikasi klinis obat – obat antijamur dapat dibagi atas 2 golongan,

yaitu, antijamur topikal dan antijamur sistemik. Efek samping yang dapat ditimbulkan

oleh obat antijamur topikal lebih sedikit dibandingkan obat anti jamur sistemik.

Pengobatan topikal memiliki beberapa keuntungan yaitu sedikit efek samping dan

interaksi dengan obat lain, pengobatan terlokalisir pada tempat yang sakit, dan biaya

yang murah 2.

Obat anti jamur topikal digunakan untuk pengobatan infeksi lokal pada kulit

tubuh yang tidak berambut (glabrous skin), namun kurang efektif untuk pengobatan

infeksi pada kulit kepala dan kuku, infeksi pada tubuh yang kronik dan luas, serta

infeksi pada stratum korneum yang tebal seperti telapak tangan dan kaki.

Jenis - jenia golongan obat jamur topikal pada infeksi dermatofitosis sebagai

berikut :4

a. Golongan Azol : Clotrimazol, ketokonazol, miconazol

b. Gologan Alilamin : Terbinafin

c. Golongan lain : Ciklopirox 8%, Whitefield’s Ointment

8
Sedangkan pemberian obat anti jamur sistemik biasanya digunakan untuk

bentuk pengobatan infeksi jamur superfisial dan sistemik (deep mikosis). Golongan

pengobatan anti jamur sistemik yang sering digunakan pada infeksi dermatofitosis

sebegai berikut:

a. Golongan Azol

 Imidazol : Ketokonazol

 Triazol : Itrakonazol, Flukonazol, Varikonazol

b. Golongan Alilamin: Terbinafin

c. Other : Griseofulvin

2.5.1 Golongan obat anti jamur sistemik pada dermatofitosis

Pengobatan antijamur sitemik pada infeksi dermatofitosis sangat

berguna untuk fase penyembuhan. Indikasi pemberian antijamur sistemik pada

penyakit dermatofitosis adalah :7

 Tinea kapitis

 Tinea unguinum

 Tinea yang melibatkan lebih dari satu daerah tubuh secara bersamaan,

misalnya, tinea cruris dan korporis , atau tinea cruris dan tinea pedis

 Tinea korporis di mana lesi khususnya luas. Namun, tidak ada definisi

yang diterima dari penyakit yang luas

 Tinea pedis bila ada keterlibatan yang luas dari telapak, tumit, atau

dorsum kaki atau ketika ada berulang dan mengganggu.

9
2.5.1.1 Golongan Azol
1. Tiazol
 Itrakonazol
 Mekanisme Kerja

Mekanisme kerja itrakonazol dengan cara menghambat 14-α-

demethylase yang merupakan suatu enzim sitokrom P-450 yang

bertanggung jawab untuk merubah lanosterol menjadi ergosterol

pada dinding sel jamur.11

 Aktivitas Spektrum

Itrakonazol mempunyai aktifitas spektrum yang luas terhadap

Aspergillosis spesies, Blastomyces dermatitidis, Candida spesies,

Coccidiodes immitis, Cryptococcus neoformans, Histoplasma

capsulatum, Malassezia furfur, Paracoccidiodes brasiliensis,

Scedosporium apiospermum dan Sporothrix schenckii.

Itrakonazol juga efektif terhadap dematiaceous moulds dan

dermatofit tetapi tidak efektif terhadap Zygomycetes.4,8

 Farmakokinetik

Absorbsi itrakonazol tidak begitu sempurna pada saluran

gastrointestinal (55%) tetapi absorbsi tersebut dapat ditingkatkan

jika itrakonazol dikonsumsi bersama makanan. Pemberian oral

dengan dosis tunggal 100 mg, konsentrasi puncak plasma akan

mencapai 0,1-0,2 mg/L dalam waktu 2-4 jam.4

Itrakonazol mempunyai ikatan protein yang tinggi pada serum

melebihi 99% sehingga konsentrasi obat pada cairan tubuh seperti

pada CSF jumlahnya sedikit. Namun sebaliknya konsentrasi obat

10
di jaringan seperti paru-paru, hati dan tulang dapat mencapai 2

atau 3 kali lebih tinggi dibandingkan pada serum. Konsentrasi

itrakonazol yang tinggi juga ditemukan pada stratum korneum

akibat adanya sekresi obat pada sebum. Itrakonazol tetap dapat

ditemukan pada kulit selama 2-4 minggu setelah pengobatan

dihentikan dengan lama pengobatan 4 minggu sedangkan pada

jari kaki itrakonazol masih dapat ditemukan selama 6 bulan

setelah pengobatan dihentikan dengan lama pengobatan 3 bulan.8

Kurang dari 0,03% dari dosis itrakonazol akan di ekskresi di

urin tanpa mengalami perubahan tetapi lebih dari 18% akan di

buang melalui feces tanpa mengalami perubahan. Itrakonazol di

metabolisme di hati oleh sistem enzim hepatik sitokrom P- 450.

Kebanyakan metabolit yang tidak aktif akan di ekskresi oleh

empedu dan urin. Metabolit utamanya yaitu hidroksitrakonazol

yang merupakan suatu bioaktif.9

 Dosis

Dosis pengobatan untuk dermatofitosis adalah 100 mg/hari.

Lama pengobatan untuk tinea korporis atau tinea kruris adalah

selama 2 minggu tetapi untuk tinea manus dan tinea pedis adalah

selama 4 minggu. 11

Untuk pengobatan onikomikosis dengan dosis 200 mg selama

3 bulan atau menggunakan dosis denyut yaitu kuku jari tangan

sebanyak 2 pulsa itrakonazol dengan dosis 400 mg/hari selama 1

minggu dan 3 minggu tanpa pengobatan sedangkan kuku jari kaki

sebanyak 3 pulsa atau lebih.11,15

11
Tabel 2.4 dosis itrakonazole15

 Efek samping

Efek samping yang sering dijumpai adalah masalah

gastrointestinal seperti mual, sakit pada abdominal dan

konstipasi. Efek samping lain seperti sakit kepala, pruritus dan

ruam allergi.11

Efek samping yang lain yaitu kelainan test hati yang

dilaporkan pada 5% pasien yang ditandai dengan peninggian

serum transaminase, ginekomasti dilaporkan terjadi pada 1%

pasien yang menggunakan dosis tinggi, impotensi dan penurunan

libido pernah dilaporkan pada pasien yang mengkonsums

itrakonazol dosis tinggi 400 mg /hari atau lebih.9

 Flukonazol

Flukonazol merupakan suatu hidrofilik dari sintetik

triazol, terdapat dalam bentuk oral dan parenteral. Ditemukan

pada tahun 1982 dan di perkenalkan pertama kali di Eropa

kemudian di Amerika Serikat.8,9

 Mekanisme Kerja

Flukonazol mempunyai mekanisme kerja yang sama

12
dengan triazol lain yaitu merupakan suatu inhibitor yang

poten terhadap biosintesis ergosterol, bekerja dengan

menghambat sistem enzim sitokrom P-450 14- -

demethylase dan bersifat fungistatik.9

 Aktivitas Spektrum
Flukonazol paling aktif terhadap Candida spesies,

Coccidioides imminitis dan Cryptococcus neoformans.

Mempunyai aktifitas yang terbatas terhadap Blastomyces

dermatitidis, Histoplasma capsulatum dan Sprothrix

schenckii. Flukonazol juga efektif terhadap dermatofit

tetapi tidak efektif untuk moulds termasuk Aspergillus

spesies dan Zygomycetes. Walaupun flukonazol efektif

terhadap Candida spesies tetapi resisten untuk Candida

krusei dan Candida glabrata.8

 Farmakokinetik

Flukonazol secara cepat dan sempurna diserap melalui

saluran gastrointestinal. Bioavailabilitas oral flukonazol

melebihi 90 % pada orang dewasa. Konsentrasi puncak

plasma dicapai setelah 1 atau 2 jam pemberian oral dengan

eliminasi waktu paruh plasma 30 jam (20-50 jam) setelah

pemberian oral. Absorbsi flukonazol tidak dipengaruhi oleh

kadar asam lambung (pH).11

Metabolisme flukonazol terjadi di hepar dan diekskresi

melalui urin dimana 80% dari dosis obat akan di ekskresi

tanpa perubahan dan 11% di ekskresi sebagai metabolit.4,11

13
 Dosis

Untuk pengobatan orofaringeal kandidosis diberikan

dosis 200 mg pada hari pertama dan selanjutnya 100 mg

/hari selama 2 minggu. Oesophageal kandidosis diberikan

dosis 200 mg pada hari pertama dan selanjutnya 100 mg

/hari selama 3 minggu. Untuk pengobatan kandidiasis

vaginalis digunakan dosis tunggal 150 mg. Flukonazol juga

efektif terhadap Cryptococcus neoformans dan merupakan

terapi pilihan utama untuk cryptococcal meningitis pada

pasien ADIS diberikan dengan dosis 6 mg/kg BB atau 400

mg /hari untuk berat badan 70 kg.4,8,11

 Efek samping

Efek samping yang sering di jumpai adalah masalah

gastrointestinal seperti mual, muntah, diare, sakit pada

abdominal dan juga sakit kepala. Efek samping lain yaitu

hipersensitiviti, agranulositosis, exfoliatif skin disoders

seperti Steven Johnson- sindrom, hepatotoksik,

trombositopenia dan efek pada sistem saraf pusat.11

2. Imidazol
 Ketokonazol

Ketokonazol diperkenalkan untuk pertama kalinya pada

tahun 1977 dan di Amerika Serikat pada tahun 1981.

Ketokonazol merupakan antijamur golongan imidazol yang

pertama diberikan secara oral.15

 Mekanisme Kerja

14
Ketokonazol bekerja menghambat biosintesis

ergosterol yang merupakan sterol utama untuk

mempertahankan integritas membran sel jamur. Bekerja

dengan cara menginhibisi enzim sitokrom P-450, C-14-α-

demethylase yang bertanggungjawab merubah lanosterol

menjadi ergosterol, hal ini akan mengakibatkan dinding sel

jamur menjadi permiabel dan terjadi penghancuran jamur.15

 Aktivitas Spektrum
Ketokonazol mempunyai spekrum yang luas dan

efektif terhadap Blastomyces dermatitidis, Candida spesies,

Coccidiodes immitis, Histoplasma capsulatum, Malassezia

furfur, Paracoccidiodes brasiliensis. Ketokonazol juga

efektif terhadap dermatofit tetapi tidak efektif terhadap

Aspergillus spesies dan Zygomycetes.15

 Farmakokinetik

Ketokonazol yang diberikan secara oral, mempunyai

bioavailabilitas yang luas antara 37% - 97% di dalam darah.

Puncak waktu paruh yaitu 2 jam dan berlanjut 7-10 jam.

Ketokonazol mempunyai daya larut yang optimal pada pH

dibawah 3 dan akan lebih mudah diabsorbsi.

Ketokonazol mempunyai distribusi yang luas melalui

urin, saliva, sebum, kelenjar keringat eccrine, serebrum,

cairan pada sendi dan serebrospinal fluid (CSF). Namun,

ketokonazol 99% berikatan dengan plasma protein sehingga

level pda CSF rendah.

15
Ketokonazol dimetabolisme di hati dan diubah

menjadi metabolit yang tidak aktif dan diekskresi bersama

empedu ke dalam saluran pencernaan.11,8

 Dosis

Dosis ketokonazol yang diberikan pada orang dewasa

200 mg / hari, dosis tunggal dan untuk kasus yang serius

dapat ditingkatkan hingga 400 mg / hari sedangkan dosis

untuk anak-anak 3,3 – 6,6 mg / kg BB, dosis tunggal. Lama

pengobatan untuk tinea korporis dan tinea kruris selama 2 -

4 minggu, tinea versikolor selama 5 -10 hari sedangkan

untuk tinea kapitis dan onikomikosis biasanya tidak

direkomendasikan.11

 Efek samping
Anoreksia, mual dan muntah merupakan efek samping

yang sering di jumpai. Ketokonazol juga dapat menimbulkan

efek hepatotoksik yang ringan tetapi kerusakan hepar yang

serius jarang terjadi. Peninggian transaminase sementara

dapat terjadi pada 5-10% pasien. Efek samping yang serius

dari hepatotoksik adalah idiosinkratik dan jarang ditemukan

yaitu 1:10000 dan 1:15000, biasanya djumpai pada pasien

yang mendapat pengobatan lebih dari 2 minggu. Untuk

pengobatan jangka waktu yang lama, dianjurkan dilakukan

pemeriksaan fungsi hati. Dosis tinggi ketokonazol (>800

mg/hari) dapat menghambat sintesis human adrenal dan

16
testikular steroid yang dapat menimbulkan alopesia,

ginekomasti dan impoten. 11

2.5.1.2 Golongan Alilamin


1. Terbinafin

Terbinafin merupakan anti jamur golongan alilamin yang

dapat diberikan secara oral. Pertama kali ditemukan pada tahun

1983, di gunakan di Eropa sejak tahun 1991 dan di Amerika

Serikat pada tahun 1996.15

 Mekanisme kerja

Terbinafin bekerja menghambat sintesis ergosterol

(merupakan komponen sterol yang utama pada membran plasma

sel jamur), dengan cara menghambat kerja squalene epoxidase

(merupakan suatu enzim yang berfungsi sebagai katalis untuk

mengubah squalene menjadi squalene-2,3 epoxide). Dengan

berkurangnya ergosterol yang berfungsi untuk mempertahankan

pertumbuhan membran sel jamur sehingga pertumbuhan akan

berhenti, disebut dengan efek fungistatik dan dengan adanya

penumpukan squalene yang banyak di dalam sel jamur dalam

bentuk endapan lemak sehingga menimbulkan kerusakan pada

membran sel jamur disebut dengan efek fungisidal.11,15

 Aktivitas spektrum

Terbinafin merupakan anti jamur yang berspektrum luas.

Efektif terhadap dermatofit yang bersifat fungisidal dan bersifat

fungistatik untuk Candida albicans tetapi bersifat fungisidal

17
untuk beberapa species candida seperti Candida parapsilosis.

Terbinafin juga efektif terhadap Aspergillosis species,

Blastomyces dermatitidis, Histoplasma capsulatum, Sporothrix

schenckii dan beberapa dermatiaceous moulds.15

 Farmakokinetik

Terbinafin di absorbsi dengan baik jika diberikan dengan

cara oral yaitu > 70% dan akan tercapai konsentrasi puncak dari

serum berkisar 0,8-1,5 mg/L setelah pemberian 2 jam dengan 250

mg dosis tunggal. Pemberian bersama makanan tidak

mempengaruhi absorbsi obat.15

Terbinafin bersifat lipofilik dan keratofilik, terdistribusi

secara luas pada pada dermis, epidermis, jaringan lemak dan

kuku. Konsentrasi plasma terbinafin terbagi dalam tiga fase

dimana waktu paruh terbinafin yang terdistribusi di dalam plasma

yaitu 1,1 jam ; eliminasi waktu paruh yaitu 16 dan 100 jam

setelah pemberian 250 mg dosis tunggal ; setelah 4 minggu

pengobatan dengan dosis 250 mg /hari terminal waktu paruh rata-

rata yaitu 22 hari di dalam plasma. Di dalam dermis- epidermis,

rambut dan kuku eliminasi waktu paruh rata-rata yaitu 24-28

hari.9,11,15

Terbinafin dapat mencapai stratum korneum, pertama kali

melalui sebum kemudian bergabung dengan basal keratinosit dan

selanjutnya berdifusi ke dermis- epidermis tetapi terbinafin di

dalam kelenjar keringat ekrine tidak terdeteksi. Terbinafin yang

18
diberikan secara oral akan menetap di dalam kulit dengan

konsentrasi di atas MIC untuk dermatofit selama 2-3 minggu

setelah obat di hentikan. Terbinafin dapat terdeteksi pada bagian

distal dari nail plate dalam waktu 1 minggu setelah pengobatan

dan level obat yang efektif dicapai setelah 4 minggu pengobatan.

Terbinafin tetap akan dijumpai di dalam kuku untuk jangka waktu

yang lama setelah pengobatan dihentikan.9,11,15

Terbinafin di metabolisme di hepar dan metabolit yang

tidak aktif akan di ekskresi melalui urin sebanyak 70% dan

melalui feces sebanyak 20%.11

 Dosis

Terbinafin tersedia dalam bentuk tablet 250 mg tetapi

tidak tersedia dalam bentuk parenteral.

Oral terbinafin efektif untuk pengobatan dermatofitosis

pada kulit dan kuku. Dosis terbinafin oral untuk dewasa yaitu 250

mg/hari tetapi pada pasien dengan ganguan hepar atau fungsi

ginjal (kreatinin clearence < 50 ml/menit atau konsentrasi serum

kreatinin > 300 mol/ml) dosis harus diberikan setengah dari

dosis diatas. Pengobatan tinea pedis selama 2-6 minggu, tinea

korporis dan kruris selama 2-4 minggu sedangkan infeksi pada

kuku tangan selama 3 bulan dan kuku kaki selama 6 bulan atau

lebih.9,11,15

19
Tabel 2.6 dosis terbinafin

 Efek samping

Efek samping pada gastrointestinal seperti diare, dyspepsia,

sakit di abdominal sering dijumpai. Jarang dijumpai pasien yang

menderita kerusakan hepar dan meninggal akibat mengkonsumsi

terbinafin untuk pengobatan infeksi kuku. Terbinafin tidak

direkomendasikan untuk pasien dengan penyakit hepar yang

kronik atau aktif.11

2.5.1.3 Golongan Lain


1. Griseofulvin

Griseofulvin merupakan antibiotik antijamur yang berasal

dari spesies Penicilium mold. Pertama kali diteliti digunakan

sebagai anti jamur pada tumbuhan dan kemudian diperkenalkan

untuk pengobatan infeksi dermatofita pada hewan. Pada tahun

1959, diketahui griseofulvin ternyata efektif untuk pengobatan

infeksi jamur superfisial pada manusia. Griseofulvin merupakan

obat anti jamur yang pertama diberikan secara oral untuk

pengobatan dermatofitosis.9,11,15

 Mekanisme kerja

Griseofulvin merupakan obat anti jamur yang bersifat

20
fungistatik, berikatan dengan protein mikrotubular dan

menghambat mitosis sel jamur.15

 Aktivitas spektrum

Griseofulvin mempunyai aktifitas spektrum yang terbatas

hanya untuk spesies Epidermophyton floccosum, Microsporum

spesies dan Trichophyton spesies, yang merupakan penyebab

infeksi jamur pada kulit, rambut dan kuku. Griseofulvin tidak

efektif terhadap kandidosis kutaneus dan pitiriasis versikolor.11

 Farmakokinetik

Pemberian griseofulvin secara oral dengan dosis 0,5 - 1 gr,

akan menghasilkan konsentrasi puncak plasma sebanyak 1 mikrogram

/ ml dalam waktu 4 jam dan level dalam darah bervariasi.

Griseofulvin mempunyai waktu paruh di dalam plasma lebih kurang 1

hari, dan ± 50 % dari dosis oral dapat di deteksi di dalam urin dalam

waktu 5 hari dan kebanyakan dalam bentuk metabolit.11

Ketika diabsorpsi, griseofulvin pertama kali akan berikatan

dengan serum albumin dan distribusi di jaringan di ditentukan dengan

plasma free concentration. Selanjutnya menyebar melalui cairan

transepidermal dan keringat dan akan dideposit di sel prekusor keratin

kulit (stratum korneum) dan terjadi ikatan yang kuat dan menetap.

Lapisan keratin yang terinfeksi, akan digantikan dengan lapisan

keratin baru yang lebih resisten terhadap serangan jamur. Pemberian

griseofulvin secara oral akan mencapai stratum korneum setelah 4 - 8

jam.11,15

Griseofulvin di metabolisme di hepar menjadi 6 – desmethyl

21
griseofulvin, dan akan di ekskresikan melalui urin. Eliminasi waktu

paruh 9-21 jam dan kurang dari 1% dari dosis akan di jumpai pada

urin tanpa perubahan bentuk.11

 Dosis

Griseofulvin terdiri atas 2 bentuk yaitu mikrosize

(mikrokristallin) dan ultramikrosize (ultramikrokristallin). Bentuk

ultramikrosize, penyerapannya pada saluran pencernaan 1,5 kali

dibandingkan dengan bentuk mikrosize.

Pada saat ini, griseofulvin lebih sering digunakan untuk

pengobatan tinea kapitis. Tinea kapitis lebih sering dijumpai pada

anak-anak disebabkan oleh Trychopyton tonsurans.

Dosis griseofulvin (pemberian secara oral) yaitu dewasa

500 -1000 mg / hari (mikrosize) dosis tunggal atau terbagi dan

330 – 375 mg / hari (ultramikrosize) dosis tunggal atau terbagi.

Anak - anak ≥ 2 tahun 10 - 15 mg / kg BB / hari (mikrosize),

dosis tunggal atau terbagi dan 5,5 - 7,3 mg / kg BB / hari

(ultramikrosize) dosis tunggal atau terbagi. Lama pengobatan

untuk tinea korporis dan kruris selama 2 - 4 minggu, untuk tinea

kapitis paling sedikit selama 4 - 6 minggu, untuk tinea pedis

selama 4 - 8 minggu dan untuk tinea unguium selama 3 - 6

bulan.15

 Efek samping

Efek samping griseofulvin biasanya ringan berupa sakit

kepala, mual, muntah dan sakit pada abodominal. Timbunya

reaksi urtikaria dan erupsi kulit dapat terjadi pada sebagian

22
pasien.15

2.5.1.4 Pembahasan antijamur sistemik

Menurut gupta et al., pengobatan anti jamur sistemik pada

tinea kapitis dapat diberikan griseofulvin. Namun jika pengobatan

griseofulvin gagal dapat diberkan itrakonazol, flukonazol, terbinafin

dan tinea kapitis yang di karenakan infeksi dari microsporum lebih

ditingkatkan lagi dosis dan durasinya supaya lebih efektif. Pengobatan

dengan terbinafin dengan durasi pendek akan lebih efektif pada

Trichopyton dan terbinafin dengan dosis lebih besar dengan durasi

panjang dapat digunakan untuk infeksi M. canis. Terbinafin lebih

efektif pada trichopyton dari pada griseofulfin. Studi ini sama dengan

yang diungkapkan roderick et al., menagatakan pengobtan sistemik

antijamur griseofulvin lebih efektif pada microsporun, dan terbinafin

lebih efektif pada trichopytoni. Sedangkan itrakonazol dan flukonazol

tidak efektif pada microsporum. 5,6

Pada tinea pedis dan tinea manum dengan infeksi yang berat

dapat digunakan kombinasi obat dengan topikal antijamur. Roderick et

al., mengatakan tingkat kesembuhan pada itrakonazol dan terbinafin

lebih tinggi dari pada antijamur sistemik yang lain. Dimana

griseofulvin memiliki aktivitas spektrum yang sempi hanya sebagai

dermofit saja. sedangkan ketokonazol dbeberapa negara sudah tidak

digunakan karna efek samping hepatotoksik .6

Di negara eropa dan amerika serikat penggunaan antijamur

sitemik ketokonazol sudah tidak lagi digunakan karena efek

hepatotoksinya. Sebagian besar efek samping ketokonazol adalah

23
hepatitis yang mana terjadi pada 2,9 kejadian dari 1000orang/tahun.

Menurut gueta et al., pengobatan sitemik antijamur tinea korporis dan

tinea kruris dapat diberikan itrakonazol 400mg perhari selama 1

minggu untuk tinea corporis dan 2 minggu pada tinea kruris.

Flukonazol dapat diberikan dengan dosis 150mg perminggu dengan

durasi 2-3 minggu. Alternatif pengobatan menggunakan ketokonazol

200mg – 400mg per hari tetapi harus dipikirkan lagi efek samping

hepatotoksiknya. Jika terjadi tinea yang parah dapat diberikan

pasoconazol dan varikonazol. 6

Dalam studi Roderick et al., anti jamur sistemik pada tinea

unguinum dengan anti jamur sistemik flukonazol dosis 150mg yang

diberikan 1 kali seminggu selama 3 - 6 bulan pada kuku tangan dan

kuku kaki 9-12 bulan memiliki tingkat kemanuran yang tinggi dengan

kekambuhan yang rendah. Selain itu dapat diberikan terbinafin

200mg/hari selama 12 minggu pada kuku kaki dan 6 minggu pada kuku

tangan dengan itrakonazol 200mg 2 kali sehari sebagai terapi denyut

dimana 1 minggu dengan terapi intrakonazol dan istrahat selama 3

minggu hingga 2 fase pada kuku tanagan dan 3 fase pada kuku kaki.6

2.5.2 Golongan obat anti jamur topikal pada dermatofitosis

2.5.2.1 Golongan Azol – imidazol

Golongan azol – imidazol ditemukan setelah tahun 1960, relatif

berspektrum luas, bersifat fungistatik dan bekerja dengan cara menghambat

sintesis ergosterol jamur yang mengakibatkan timbulnya defek pada

membran sel jamur. Obat anti jamur golongan azol seperti klotrimazol,

24
ketokonazol, ekonazol, oksikonazol, sulkonazol dan mikonazol, mempunyai

kemampuan menggangu kerja enzim sitokrom P-450 lanosterol 14-

demethylase yang berfungsi sebagai katalisator untuk mengubah lanosterol

menjadi ergosterol. 4

1. Klotrimazol

Klotrimazol dapat digunakan untuk pengobatan dermatofitosis,

kandidosis oral, kutaneus dan genital. Untuk pengobatan kandidosis

vaginalis diberikan dosis 500, 200 atau 100 mg yang dimasukkan kedalam

vagina selama 1, 3, atau 6 hari berturu-turut. Untuk pengobatan

infeksi jamur pada kulit digunakan klotrimazol cream 1%, dosis dan

lamanya pengobatan tergantung dari kondisi pasien, biasanya diberikan

selama 2-4 minggu dan dioleskan 2 kali sehari11.

2. Mikanazol

Mikonazol digunakan untuk pengobatan dermatofitosis, pitiriasis

versikolor dan kandidosis oral, kutaneus dan genital. Untuk pengobatan

infeksi jamur pada kulit digunakan mikonazol cream 2%, dosis dan

lamanya pengobatan tergantung dari kondisi pasien, biasanya diberikan

selama 2-4 minggu dan dioleskan 2 kali sehari.11

3. Ketokonazol

Ketokonazol digunakan untuk pengobatan dermatofitosis, pitiriasis

versikolor, kutaneous kandidiasis dan dapat juga untuk pengobatan

seborrrheic dermatitis. Untuk pengobatan infeksi jamur pada kulit

digunakan ketokonazol 1% cream, dosis dan lamanya pengobatan

25
tergantung dari kondisi pasien, biasanya diberikan selama 2-4 minggu dan

dioleskan sekali sehari 11,13

2.5.2.2 Golongan alilamin

1. Terbinafin

Terbinafin (Lamisil) dapat digunakan untuk pengobatan

dermatofitosis, pitiriasis versikolor dan kandidiasis kutaneus.

Digunakan terbinafin 1% cream yang dioleskan 1 atau 2 kali sehari,

untuk pengobatan tinea korporis dan tinea kruris digunakan selama

1-2 minggu, untuk tinea pedis selama 2-4 minggu, untuk

kandidiasis kutaneus selama 1-2 minggu dan untuk pitiriasis

versikolor selama 2 minggu.11

2.5.2.3 Golongan Lain

1. Siklopiroks

Siklopiroks merupakan anti jamur sintetik hydroxypyridone,

bersifat fungisida, sporosida dan mempunyai penetrasi yang baik

pada kulit dan kuku. Siklopiroks efektif untuk pengobatan tinea

korporis, tinea kruris, tinea pedis, onikomikosis, kandidosis

kutaneus dan pitiriasis versikolor.11

Untuk pengobatan infeksi jamur pada kulit harus dioleskan 2

kali sehari selama 2-4 minggu sedangkan untuk pengobatan

onikomikosis digunakan siklopiroks nail laquer 8%. Setelah

dioleskan pada permukaan kuku yang sakit, larutan tersebut akan

mengering dalam waktu 30-45 detik, zat aktif akan segera

dibebaskan dari pembawa berdifusi menembus lapisan-lapisan

26
lempeng kuku hingga ke dasar kuku (nail bed) dalam beberapa jam

sudah mencapai kedalaman 0,4 mm dan secara penuh akan dicapai

setelah 24-48 jam pemakaian. Kadar obat akan mencapai kadar

fungisida dalam waktu 7 hari sebesar 0,89 0,25 mikrogram tiap

milligram material kuku. Kadar obat akan meningkat terus hingga

30-45 hari setelah pemakaian dan selanjutnya konsentrasi akan

menetap yakni sebesar 50 kali konsentrasi obat minimal yang

berefek fungisidal. Konsentrasi obat yang berefek fungisidal

ditemukan di setiap lapisan kuku.15

Sebelum pemakain cat kuku siklopiroks, terlebih dahulu

bagian kuku yang infeksi diangkat atau dibuang, kuku yang terisa

dibuat kasar kemudian dioleskan membentuk lapisan tipis. Lakukan

setiap 2 hari sekali selama bulan pertama, setiap 3 hari sekali pada

bulan ke dua dan seminggu sekali pada bulan ke tiga hingga bulan

ke enam pengobatan. Dianjurkan pemakaian cat kuku siklopiroks

tidak lebih dari 6 bulan.8

2. Whitefiled

Pada tahun 1970, Arthur Whitefield membuat preparat salep

yang mengandung 12% asam benzoate dan 6% asam salisilat.

Kombinasi ini dikenal dengan salep Whitefield. Asam benzoat

bekerja sebagai fungistatik, dan asam salisilat sebagai keratolitik

sehingga menyebabkan deskuamasi keratin yang mengandung jamur.

Preparat nini sering menyebabkan iritasi khususnya jika dipakai

pada permukaan kulit yang luas. Selain itu absorpsi secara sistemik

dapat terjadi, dan menyebabkan toksisitas asam salisilat, khususnya

27
pada pasien yang mengalami gagal ginjal. Digunakan untuk

mengatasi tinea pedis, dan tinea kruris. 11

2.5.2.4 Pembahasan anti jamur Topikal pada dermatofitosis

Berbagai agen anti jamur topikal tersedia untuk pengobatan tinea

korporis, tinea cruris, tinea kapitis, tinea pedis, tinea manum dan tinea

unguinum, dan dapat dikombinasi dengan antijamur oral untuk lesi

yang luas.

Penelitian yang dilakukan oleh suganthi et al., mengatakan

bahwa pengobatan topikal pada tine korporis dan tine kruris lebih

efektif menggunakan terbinafin dan butenafin dari pada clotrimazol.

Hal ini serupa dengan penelitian yang dilakukan oleh redrick hay et al.,

mengatakan bahwa anti jamur topikal buternafin dan terbinafin lebih

unggul pada penggobatan tinea korporis dan tine kruris lebih unggul

dari pada menggunakan anti jamur topikal clotrimazol, oximazol, dan

sertakonazol. Dimana terbinafin lebih unggul dari ciclopirox dan

naftidin lebih unggul dengan oksikonazol.7

Gupta et al., menyarankan untuk penggobatan antijamur topikal

pada tinea korporis dan tinea kruris lebih baik mengkombinasi dengan

oral antijamur untuk lesi yang luas. Namun Gupta et al., tidak

menyarankan mengkombinasi dengan oral anti jamur ketokonazol dan

griseofulvin dimana kedua obat oral anti jamur ini tidak cukup kuat

untuk mengikat kreatin startum korneum sehingga tidak efektif

melawan jamur.5

28
Penggunaan kombinasi obat antijamur dengan steroid pada tinea

korporis dan tinea krusis disarankan oleh beberapa peneltian dimana

selain membantu perbaikan di awal lesi yang meradang, steroid juga

dapat meningkatkan bioavalabilitas antijamur topikal terutama

antijamur topikal golongan imidazol.7. Namun hal ini berbanding

tebalik dengan ulasan redrick et al mengatakan daripada

menggunakan kombinasi antara anti jamur topikal dengan steroid lebih

baik menggunakan penggobatan anti jamur topikal yang kuat akan efek

anti inflamasinya yaitu sertakonazol dan lulikonazol.6

Pada penggobatan anti jamur topikal tinea pedis dan manus yang

dicurigai adanya infeksi gupta et al., menyarankan untuk

mengkombinasi anti jamur topikal dengan mikonazol nitrit 1%,

Ciplopirox olanium 1%, naftidin hidroklorida 1%, atau suklonazol

nitrit 1%. Dengan kombinasi sekali sehari selang seling berulang.

Sedangkan redisck et al., mengatakan bahwa jika terjadi infeksi kronis

pada tinea pedis dan tinea manum pengobatan topikal tidak akan ada

perbaikan sebaiknya dikombinasi dengan pengobatan oral seperti

itrakonazol, terbinafin dan flukonazol. Namun terbinafin dan

itrakonazol memiliki kesembuhan yang tinggi dari pada flukonazol dan

topikal yang memiliki kesembuhan yang tinggi adalah golongan

alilamin dan golongan topikal azol. 5

Gupta et al., juga mengatakan pada tinea kapitis penggobatan anti

jamur topikal tidak efektif karena tidak dapat menembus batang

rambut yang terifeksi. Penggunaan anti jamur topikal hanya sebagai

29
shampo anti jamur untuk mencegh terjadinya infeksi berulang seperti,

ketokonazol, selenium sulpid, povidin iodin, zinc phyrithione.5

Sedangkan pada pengobatan tinea unguinum tidak disarankan

pengobatan antijamur topikal pada infeksi yang berat. Topikal

antijamur hanya digunakan untuk pengobatan ringan dan sedang

dimana metrix dari kuku tidak terlibat. Pengobatan dengan anti jamur

topikal cipropolax dan amanolfine lebih unggul pada tinea unguinum

ringan dan sedang dari pada obat antijamur topikal yang lain tetapi

tanpa adanya keterlibatan lunula yang disebabkan oleh T. rubrum.

Pengobatan dengan amanolifine dalam 1 kali seminggu atau 2 kali

seminggu selama 6 – 12 bulan memiliki tingkat kesembuhan 60-70%

sedangkan cipropolax dengan pengobatan 1 kali per hari selama 48

minggu memiliki tingkat kesembuha 33%. 6

30
BAB III

PENUTUP

Dermatofita ialah golongan jamur yang menyebabkan dermatofitosis.

Golongan jamur ini mempunyai sifat mencemakan keratin. Dermatofita termasuk

kelas Fungi imperfecti, yang terbagi atas tiga genus, yaitu Microsporum,

Trichophyton, dan Epidermophyton. Pembagian dermatofitosis berdasarkan lokasi

infeksi atau ciri tertentu adalah tinea kapitis, tinea barbae, tinea korporis, tinea kruris,

tinea pedis, tinea manus, tinea unguinum, dan tinea manum.

Penggobatan pada dermatofitosis dapat dibagi menajdi 2 yaitu, pengobatan

antijamur topikal dan antijamur sistemik. Pengobatan topikal antijamur terdiri dari

golongan azol (imidazol dan triazol), golongan antibiotik polynes, golongan alilamin,

golongan benzilamin, golongan morpolines, golonongan hodroksipiridonons,

golongan oxoboroles, dan lainlain. Sedangan pengobatan antijamur sistemik terdiri

dari terninafin, intrakonazol, flukonazol, ketonazol dan grisefulvin.

Pengobatan antijamur memiliki 3 titik tangkap pada sel jamur. Target pertama

pada sterol membran plasma sel jamur, kedua mempengaruhi sintesis asam nukleat

jamur, ketiga bekerja pada unsur utama dinding sel jamur yaitu kitin, β glukan, dan

mannooprotein.

Pada pengobatan tinea yang luas dan berat dapat dikombinasi dengan

pengobatan topikal sistemik dan oral sistemik. Penggunaan topikal paling unggul

adalah burtenafin dan terbinafin dibandingkan topikal lainnya. Untuk pengobatan

sistemik bisa di berikan terbinafin dan itrakonazol. Pegobatan antijamur griseofulvin

tidak begitu efektif karna sifa obat yang tidak begitu kuat mengikat kreatin starum

31
korneum. Pengobatan sitemik antijamur ketokonazol dibeberapa negara sudah tidak

digunakan karna memiliki efek samping hepatotoksik.

Indikasi Pengobatan anti jamur sistemik pada dermatofitosis adalah sebagai berikut :

 Tinea kapitis

 Tinea unguinum

 Tinea yang melibatkan lebih dari satu daerah tubuh secara bersamaan,

misalnya, tinea cruris dan korporis , atau tinea cruris dan tinea pedis

 Tinea korporis di mana lesi khususnya luas. Namun, tidak ada definisi

yang diterima dari penyakit yang luas

 Tinea pedis bila ada keterlibatan yang luas dari telapak, tumit, atau

dorsum kaki atau ketika ada berulang dan mengganggu.

32
Daftar Pustaka

1. Kurniati, Rosita Cita :Etiopatogenesis Dermatofitosis; SMF Ilmu Kesehatan Kulit dan

Kelamin RSUD Dr, Soetomo, 2008; Vol. 20; No.3 pg: 243-49

2. Devy Dyatiara, Ervianti Evy; Karakteristik Of Dermatofitosis; SMF Ilmu Kesehatan

Kulit dan Kelamin RSUD Dr, Soetomo, 2018; Vol; 30 No; 1 pg; 66-72

3. Bramono K., Budimulja U., 2015. Nondermatofitosis. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin

Edisi Ketujuh. Badan Penerbit FKUI

4. Amin S, Poojary ; Topical Antifungals: a Review and their role in Current Management

of Dermatophytoses; Clinical Dermatolog Review, 2017; Vol. 1 pg; s24-s29

5. Gupta, Elizabeth, Aditya, Cooper; Update in antifungal Therapi Dermatofitosis;

Mycophatologia, 2008; Vol. 166 pg. 353-67

6. Hay Roderick; Therapy of Skin, Hair, and Nail Fungal Infections; Journal Fungi, 2018;

Vol. 4 No 99 pg; 1-13

7. Suganthi M; Pathogenesis ang clinical significance of Dermatopites: a review;

Innovation in pharmaceuticals and phrmacotherapy, 2017; Vol. 4 No. 1 pg 62-70

8. Ashley D, Elizabeth, Lewis R, James S, et al.:Pharmacology of systemic antifungal

agents; Clinical Infectious Disease D 2006; Vol. 43 No. 1 pg:28-39.

9. Malayeri A, Rezaei A, Raiesi O; Antifungal Agents; Polyene, Antimetabolic, Other and

Future Agents; Journal Of Basic Research in Medical Science, 2018;Vol;5 No;2 pg: 48-5

10. Phillips RM, Rosen T;Topical antifungal agents; In: Wolverton ES, editor.

Comprehensive dermatology drug therapy. Indianapolis, Indiana: W.B. Saunders

Company;2002; Vol. 42 pg; 547-68.

33
11. Nett J, Andes D; Antifungal Agents Spectrum of Activity, Pharmacology and Clinical

Indications; Departemen Medical Microbiology and Imuology University Of Wisconsin,

2015; Vol. 10 pg 1-33

12. Ray A, Anand S; Recent trends in antifungal therapy:focus on systemic mycoses; Indian

J Chest Dis Allied Sci 2000; Vol. 42 pg :357-66

13. Richardson M, Jones B;Therapeutic Guidlines in systemic fungal infaction; Currebt

Medical Literatire, ed 3; pg 1-126

14. Gubbins PO, Anaissie EJ. Antifungal therapy. In: Anaissie EJ, McGinn MR, Pfaller.

Clinical Mycology. 2nd Ed. China: Elsevier. 2009. Vol. 7 pg161-96

15. Onyewu C, Heitman J ;Unique Aplications of Novel Antifungal Drug Combinations;

Anti-Infective Agents in Medicinal Chemistry 2007; Vol. 6: pg 3-15

34

Вам также может понравиться

  • Tinea Kapitis
    Tinea Kapitis
    Документ38 страниц
    Tinea Kapitis
    MohanBabu
    Оценок пока нет
  • Kasus LSK
    Kasus LSK
    Документ12 страниц
    Kasus LSK
    Muhamad Ikhsan Nurmansyah
    Оценок пока нет
  • Case Keratitis
    Case Keratitis
    Документ35 страниц
    Case Keratitis
    Prawira Weka Akbari
    Оценок пока нет
  • Revisi Case Nanda Aisyah
    Revisi Case Nanda Aisyah
    Документ20 страниц
    Revisi Case Nanda Aisyah
    nanda
    Оценок пока нет
  • Prolonged Diare
    Prolonged Diare
    Документ44 страницы
    Prolonged Diare
    karisa arteha liusukada
    Оценок пока нет
  • Referat - Tinea Kapitis - Latipah Binti Latip - Pink Black
    Referat - Tinea Kapitis - Latipah Binti Latip - Pink Black
    Документ20 страниц
    Referat - Tinea Kapitis - Latipah Binti Latip - Pink Black
    MohanBabu
    Оценок пока нет
  • Psoriasis Vulgaris Lama
    Psoriasis Vulgaris Lama
    Документ19 страниц
    Psoriasis Vulgaris Lama
    Marianty Tohan
    100% (1)
  • Uraian Tugas
    Uraian Tugas
    Документ2 страницы
    Uraian Tugas
    happy indra
    Оценок пока нет
  • LSK
    LSK
    Документ7 страниц
    LSK
    Santhi Kanapathi Pillai
    Оценок пока нет
  • Dermatovenerology - Impetigo Bullosa
    Dermatovenerology - Impetigo Bullosa
    Документ12 страниц
    Dermatovenerology - Impetigo Bullosa
    Randy Sutanto
    Оценок пока нет
  • TINMANUS
    TINMANUS
    Документ6 страниц
    TINMANUS
    Astri
    Оценок пока нет
  • Dermatosis Vesikobulosa
    Dermatosis Vesikobulosa
    Документ43 страницы
    Dermatosis Vesikobulosa
    Syahril Maulana Rasahan
    Оценок пока нет
  • Folikulitis Superfisialis
    Folikulitis Superfisialis
    Документ19 страниц
    Folikulitis Superfisialis
    Bumble Melati
    Оценок пока нет
  • ULKUS MOLE
    ULKUS MOLE
    Документ37 страниц
    ULKUS MOLE
    Racheal Kelly
    Оценок пока нет
  • Fixed Drug Eruption
    Fixed Drug Eruption
    Документ13 страниц
    Fixed Drug Eruption
    emallia
    100% (1)
  • Laporan Kasus Diare
    Laporan Kasus Diare
    Документ60 страниц
    Laporan Kasus Diare
    Imam Hakiki
    Оценок пока нет
  • Nefrolitiasis - Hidronefrosis - Aura Antaresta - Tutorial Klinik
    Nefrolitiasis - Hidronefrosis - Aura Antaresta - Tutorial Klinik
    Документ50 страниц
    Nefrolitiasis - Hidronefrosis - Aura Antaresta - Tutorial Klinik
    Happy Hapsari
    Оценок пока нет
  • Tinea Unguium
    Tinea Unguium
    Документ10 страниц
    Tinea Unguium
    Agustin Dewi Pratiwi
    Оценок пока нет
  • Makalah Staphylococcal Scalded Skin Syndrome
    Makalah Staphylococcal Scalded Skin Syndrome
    Документ9 страниц
    Makalah Staphylococcal Scalded Skin Syndrome
    Mufti
    Оценок пока нет
  • Fraktur Patologis
    Fraktur Patologis
    Документ55 страниц
    Fraktur Patologis
    Faza Alhinduwan
    Оценок пока нет
  • ULKUS GENITALIS
    ULKUS GENITALIS
    Документ8 страниц
    ULKUS GENITALIS
    Arnetta Novitalia
    Оценок пока нет
  • Morbus Hansen
    Morbus Hansen
    Документ63 страницы
    Morbus Hansen
    adfirda
    Оценок пока нет
  • Dermatitis Kontak Iritan
    Dermatitis Kontak Iritan
    Документ53 страницы
    Dermatitis Kontak Iritan
    Nyco
    100% (1)
  • Folikulitis
    Folikulitis
    Документ14 страниц
    Folikulitis
    Ranty Femilya Utami
    Оценок пока нет
  • Pompholix (Refleksi Kasus 1)
    Pompholix (Refleksi Kasus 1)
    Документ13 страниц
    Pompholix (Refleksi Kasus 1)
    andinurardiahrahman
    Оценок пока нет
  • Steatocystoma Multiplex
    Steatocystoma Multiplex
    Документ5 страниц
    Steatocystoma Multiplex
    Hendrikus Surya Adhi Putra
    Оценок пока нет
  • Dermatitis Herpetiformis
    Dermatitis Herpetiformis
    Документ9 страниц
    Dermatitis Herpetiformis
    Ajeng Sekarini
    Оценок пока нет
  • IMPETIGO
    IMPETIGO
    Документ9 страниц
    IMPETIGO
    fentyertanti
    Оценок пока нет
  • Gonore
     Gonore
    Документ39 страниц
    Gonore
    melindamentari
    Оценок пока нет
  • Referat SSSS
    Referat SSSS
    Документ19 страниц
    Referat SSSS
    IndraArdana
    Оценок пока нет
  • Penyakit Kulit Darurat
    Penyakit Kulit Darurat
    Документ28 страниц
    Penyakit Kulit Darurat
    Ucup Fugue
    Оценок пока нет
  • Lapsus Folikulitis
    Lapsus Folikulitis
    Документ36 страниц
    Lapsus Folikulitis
    vandhani79
    100% (1)
  • LAPORAN PARKINSON
    LAPORAN PARKINSON
    Документ25 страниц
    LAPORAN PARKINSON
    Uly Aulia
    Оценок пока нет
  • Efloresensi Kulit
    Efloresensi Kulit
    Документ12 страниц
    Efloresensi Kulit
    Dini Yulidar
    Оценок пока нет
  • Detail Kasus Gigitan Ular
    Detail Kasus Gigitan Ular
    Документ19 страниц
    Detail Kasus Gigitan Ular
    Emma Assagaf
    Оценок пока нет
  • VARISELA
    VARISELA
    Документ47 страниц
    VARISELA
    ulfa auliyah
    Оценок пока нет
  • Benda Asing Dalam Hidung
    Benda Asing Dalam Hidung
    Документ9 страниц
    Benda Asing Dalam Hidung
    Hafiz Sulistio Utomo
    Оценок пока нет
  • OS Katsil OD Pseudofakos
    OS Katsil OD Pseudofakos
    Документ27 страниц
    OS Katsil OD Pseudofakos
    Andri Tri Atmojo
    Оценок пока нет
  • Onikomikosis Pada Anak
    Onikomikosis Pada Anak
    Документ13 страниц
    Onikomikosis Pada Anak
    Astuti Clara Simanjuntak
    Оценок пока нет
  • Perubahan Histopatologi Kulit 2019
    Perubahan Histopatologi Kulit 2019
    Документ18 страниц
    Perubahan Histopatologi Kulit 2019
    shavira nuzula
    Оценок пока нет
  • Laporan Kasus (Ruptur Perineum)
    Laporan Kasus (Ruptur Perineum)
    Документ22 страницы
    Laporan Kasus (Ruptur Perineum)
    kurnia sari
    Оценок пока нет
  • CRS Bipolar Episode Campuran-Dr - Diva
    CRS Bipolar Episode Campuran-Dr - Diva
    Документ44 страницы
    CRS Bipolar Episode Campuran-Dr - Diva
    Raaqa Anasta
    Оценок пока нет
  • FURUNKULOSIS
    FURUNKULOSIS
    Документ10 страниц
    FURUNKULOSIS
    DyraWirasasmitaMirsan
    Оценок пока нет
  • Jurnal Translate Bahasa Indonesia Pityriasis Rosea
    Jurnal Translate Bahasa Indonesia Pityriasis Rosea
    Документ10 страниц
    Jurnal Translate Bahasa Indonesia Pityriasis Rosea
    Hasan Assegaf
    Оценок пока нет
  • Lapkas Skabies PKM
    Lapkas Skabies PKM
    Документ9 страниц
    Lapkas Skabies PKM
    Yesinta Diandra
    Оценок пока нет
  • Retno
    Retno
    Документ45 страниц
    Retno
    retno
    Оценок пока нет
  • TRAUMATAMA
    TRAUMATAMA
    Документ39 страниц
    TRAUMATAMA
    Atha Thendy Hardiyanti
    Оценок пока нет
  • Dermatitis Numularis
    Dermatitis Numularis
    Документ20 страниц
    Dermatitis Numularis
    Blessi92
    Оценок пока нет
  • Tinea Pedis
    Tinea Pedis
    Документ7 страниц
    Tinea Pedis
    Rizki Putra Sanjaya
    Оценок пока нет
  • ERITRO-PAPULO-SKUAMOSA
    ERITRO-PAPULO-SKUAMOSA
    Документ38 страниц
    ERITRO-PAPULO-SKUAMOSA
    Erka Wahyu Kinanda
    Оценок пока нет
  • Diagnosis Dan Penatalaksanaan Malaria Tanpa Komplikasi Pada Anak Kalbemed PDF
    Diagnosis Dan Penatalaksanaan Malaria Tanpa Komplikasi Pada Anak Kalbemed PDF
    Документ5 страниц
    Diagnosis Dan Penatalaksanaan Malaria Tanpa Komplikasi Pada Anak Kalbemed PDF
    rara
    Оценок пока нет
  • Laporan Kasus Ambliopia Anisometropia
    Laporan Kasus Ambliopia Anisometropia
    Документ13 страниц
    Laporan Kasus Ambliopia Anisometropia
    Dian Natalia
    Оценок пока нет
  • Tinea Corporis Et Cruris
    Tinea Corporis Et Cruris
    Документ9 страниц
    Tinea Corporis Et Cruris
    Cho Hyeri Herolovers
    Оценок пока нет
  • Dysgeusia Pasca Radioterapi Kanker Nasofaring
    Dysgeusia Pasca Radioterapi Kanker Nasofaring
    Документ2 страницы
    Dysgeusia Pasca Radioterapi Kanker Nasofaring
    Arum Kartika Dewi
    Оценок пока нет
  • REFERAT Antijamur
    REFERAT Antijamur
    Документ19 страниц
    REFERAT Antijamur
    Ryan Prasdinar
    Оценок пока нет
  • OBAT ANTIJAMUR
    OBAT ANTIJAMUR
    Документ12 страниц
    OBAT ANTIJAMUR
    Norawaty Ma'as
    50% (2)
  • Prak Psba
    Prak Psba
    Документ5 страниц
    Prak Psba
    Yakobus Prima Layting Widya
    Оценок пока нет
  • Referat Antijamur
    Referat Antijamur
    Документ11 страниц
    Referat Antijamur
    Tannia Rizkyka Irawan
    Оценок пока нет
  • Mikonazole
    Mikonazole
    Документ15 страниц
    Mikonazole
    mrifqifarizan8539
    100% (1)
  • Anti Jamur
    Anti Jamur
    Документ42 страницы
    Anti Jamur
    Lilik Andriani
    Оценок пока нет
  • Revisi Observasi Imamat - Daniel Martin Sudjarwo
    Revisi Observasi Imamat - Daniel Martin Sudjarwo
    Документ9 страниц
    Revisi Observasi Imamat - Daniel Martin Sudjarwo
    daniel martin
    Оценок пока нет
  • Revisi Observasi Imamat - Daniel Martin Sudjarwo
    Revisi Observasi Imamat - Daniel Martin Sudjarwo
    Документ9 страниц
    Revisi Observasi Imamat - Daniel Martin Sudjarwo
    daniel martin
    Оценок пока нет
  • Revisi Observasi Imamat - Daniel Martin Sudjarwo
    Revisi Observasi Imamat - Daniel Martin Sudjarwo
    Документ9 страниц
    Revisi Observasi Imamat - Daniel Martin Sudjarwo
    daniel martin
    Оценок пока нет
  • Pujian Hari Minggu
    Pujian Hari Minggu
    Документ4 страницы
    Pujian Hari Minggu
    daniel martin
    Оценок пока нет
  • Referat
    Referat
    Документ33 страницы
    Referat
    daniel martin
    Оценок пока нет
  • Ikm PPT TB
    Ikm PPT TB
    Документ20 страниц
    Ikm PPT TB
    daniel martin
    Оценок пока нет
  • Uveitis Daniel
    Uveitis Daniel
    Документ28 страниц
    Uveitis Daniel
    daniel martin
    Оценок пока нет
  • Pujian Hari Minggu
    Pujian Hari Minggu
    Документ4 страницы
    Pujian Hari Minggu
    daniel martin
    Оценок пока нет
  • Tumor Mediastinum
    Tumor Mediastinum
    Документ7 страниц
    Tumor Mediastinum
    daniel martin
    Оценок пока нет
  • Lapsus DR WWK
    Lapsus DR WWK
    Документ19 страниц
    Lapsus DR WWK
    daniel martin
    Оценок пока нет
  • MEKANISME KERJA DAN KLASIFIKASI OBAT ANTI JAMUR PADA DERMATOFITOSIS
    MEKANISME KERJA DAN KLASIFIKASI OBAT ANTI JAMUR PADA DERMATOFITOSIS
    Документ34 страницы
    MEKANISME KERJA DAN KLASIFIKASI OBAT ANTI JAMUR PADA DERMATOFITOSIS
    daniel martin
    Оценок пока нет
  • INFEKSI BAKTERI PADA KULIT Ega
    INFEKSI BAKTERI PADA KULIT Ega
    Документ20 страниц
    INFEKSI BAKTERI PADA KULIT Ega
    daniel martin
    Оценок пока нет
  • Lapsus DR WWK
    Lapsus DR WWK
    Документ19 страниц
    Lapsus DR WWK
    daniel martin
    Оценок пока нет
  • Lapsus Onikomikosis Widya
    Lapsus Onikomikosis Widya
    Документ28 страниц
    Lapsus Onikomikosis Widya
    daniel martin
    Оценок пока нет
  • Infeksi Virus Dan Bakteri Pada Kulit
    Infeksi Virus Dan Bakteri Pada Kulit
    Документ113 страниц
    Infeksi Virus Dan Bakteri Pada Kulit
    Bara Bagus Ramanda
    Оценок пока нет
  • MR Vulnus Apertum
    MR Vulnus Apertum
    Документ8 страниц
    MR Vulnus Apertum
    daniel martin
    Оценок пока нет
  • INFEKSI BAKTERI PADA KULIT Ega
    INFEKSI BAKTERI PADA KULIT Ega
    Документ20 страниц
    INFEKSI BAKTERI PADA KULIT Ega
    daniel martin
    Оценок пока нет
  • Cover Nervus Kranialis I
    Cover Nervus Kranialis I
    Документ3 страницы
    Cover Nervus Kranialis I
    daniel martin
    Оценок пока нет
  • Pitirosporum Ovale Foliculitis
    Pitirosporum Ovale Foliculitis
    Документ20 страниц
    Pitirosporum Ovale Foliculitis
    daniel martin
    Оценок пока нет
  • Foto Pemeriksaan Gigi 21
    Foto Pemeriksaan Gigi 21
    Документ1 страница
    Foto Pemeriksaan Gigi 21
    daniel martin
    Оценок пока нет
  • Contoh Visum Et Repertum Jenasah
    Contoh Visum Et Repertum Jenasah
    Документ2 страницы
    Contoh Visum Et Repertum Jenasah
    daniel martin
    Оценок пока нет
  • Foto Pemeriksaan Gigi
    Foto Pemeriksaan Gigi
    Документ1 страница
    Foto Pemeriksaan Gigi
    daniel martin
    Оценок пока нет
  • Foto Pemeriksaan Gigi
    Foto Pemeriksaan Gigi
    Документ1 страница
    Foto Pemeriksaan Gigi
    daniel martin
    Оценок пока нет