Вы находитесь на странице: 1из 21

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

SARS itu singkatan dari Severe Acute Respiratory Syndrome atau Corona Virus
Pneumonia (CVP), suspek (suspect case) terjadi pada seseorang setelah 1 Februari 2003
lalu. Wabah penyakit gangguan pernapasan misterius ini terus melanda kawasan Asia
dan terus meminta korban. Seorang pasien di Hongkong menjadi korban tewas keenam
di wilayah administrative.

Pertama kali dilaporkan dari provinsi Guangdong, Republik Rakyat Cina.


Seorang dokter Cina yang terjangkit penyakit SARS berkunjung ke Hongkong dan
menginap di lantai 9 Hotel Metropole, Hongkong pada bulan Februari. Mereka
kemudian menularkan ke Vietnam, Kanada, Singapura dan kepada orang-orang di
Hongkong. Cina akibat penyakit yang oleh WHO diidentifikasi sebagai Severe Acute
Respiratory Syndrome (SARS). Korbannya adalah adik ipar seorang dokter berusia 64
tahun yang meninggal sebelum akibat SARS. Dokter itu telah menulari sedikitnya tujuh
orang yang berada di lantai sembilan hotel Metropole, di distrik Kowloon antara 15
sampai 27 Februari. Seluruh bagian lantai gedung itu kini ditutup.

Berapa kasus yang telah tercatat sampai 3 April 2003 lalu, ada 2223 kasus, 78
meninggal dan tersebar di 18 negara yaitu Canada 58, China 1190, Hongkong ada 708
kasus, Taiwan 13 kasus, France 1 kasus, Germany 5 kasus, Italy 3 kasus, Republik
Ireland 2 kasus, Romania 3 kasus, Singapore 95 kasus, Switzerland 2 kasus, Thailand
7 kasus, United Kingdom 3 kasus, United States 72 kasus, Vietnam 58 kasus, Australia
1 kasus, Belgium 1 kasus, Canada dan Italy 3 ada kasus.

B. TUJUAN
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui asuhan
keperawatan SARS.
C. BATASAN PENULISAN
Fokus kami dalam penyusunan makalah ini adalah asuhan keperawatan pada SARS.
D. METODE PENULISAN
Makalah ini disusun dengan metode deskriptif melalui studi kepustakaan dengan
pengumpulan data dari berbagai literatur atau sumber.
E. SISTEMATIKA PENULISAN
Sistematika penulsan pada makalah ini yaitu:

BAB I : Pendahuluan

BAB II : Tinjauan Teori

BAB III : Pembahasan

BAB IV : Penutup
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. PENGERTIAN

SARS (severe acute respiratory syndrome) adalah sekumpulan gejala sakit


pernapasan yang mendadak dan berat atau disebut juga penyakit infeksi saluran
pernafasan yang disebabkan oleh virus Corona Family Paramyxovirus.

Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS) atau Corona Virus Pneumonia


(CVP) adalah Syndroma pernafasan akut berat yang merupakan penyakit infeksi pada
jaringan paru manusia yang sampai saat ini belum diketahui pasti penyebabnya.

SARS (severe acute respiratory syndrome) adalah suatu jenis kegagalan paru-
paru dengan berbagai kelainan yang berbeda, yang menyebabkan terjadinya
pengumpulan cairan di paru-paru (edema paru).

SARS merupakan kedaruratan medis yang dapat terjadi pada orang yang
sebelumnya mempunyai paru-paru yang normal. Walaupun sering disebut sindroma
gawat pernafasan akut dewasa, keadaan ini dapat juga terjadi pada anak-anak. (Brunner
& Suddarth. 2002).

Secara proposional ada 2 definisi kasus SARS, yaitu “suspect” dan “probable”
sesuai kriteria WHO.

1. Definisi penderita suspect (diduga) mempunyai riwayat sebagai berikut :


Demam tinggi (> 380C / 100,40F) disertai dengan batuk atau mengalami kesulitan
bernafas ditambah dengan adanya satu atau lebih riwayat pajanan dalam 10 hari
sebelum timbulnya gejala klinis yaitu :
Pernah kontak dekat dengan penderita suspect atau penderita probable SARS
(seperti merawat penderita, tinggal bersama, menangani sekret atau cairan tubuh
penderita). Dan atau adanya riwayat pernah melakukan perjalanan kedaerah yang
sedang terjangkit SARS, Dan atau tinggal didaerah yang sedang terjangkit SARS.
2. Definisi penderita probable (mungkin) adalah penderita suspect seperti yang
disebutkan diatas disertai dengan : Gambaran radiologis adanya infiltrat pada paru
yang konsisten dengan gejala klinis pneumonia atau Respiratory Distress Syndrome
(RDS) yang ada. Atau seseorang yang meninggal karena penyakit saluran
pernafasan yang tidak jelas penyebabnya, ditemukannya coronavirus SARS dengan
satu atau lebih metoda pemeriksaan laboratorium.Atau pada otopsi ditemukan
gambaran patologis RDS tanpa sebab yang jelas.

B. ETIOLOGI

Etiologi SARS masih dipelajari. Pada 7 April 2003, WHO mengumumkan


kesepakatan bahwa coronavirus yang baru teridentifikasi adalah mayoritas agen
penyebab SARS. Coronavirus berasal dari kata “Corona” yang berasal dari bahasa
Latin yang artinya “crown” atau mahkota. Ini sesuai dengan bentuk Coronavirus itu
sendiri yang kalau dilihat dengan mikroskop nampak seperti mahkota.

Penyebabnya lain bisa karena penyakit apapun, yang secara langsung ataupun
tidak langsung yang melukai paru-paru, diantaranya :

a. Pneumonia
b. Tekanan darah yang sangat rendah (syok)
c. Terhirupnya makanan ke dalam paru (menghirup muntahan dari lambung)
d. Beberapa transfusi darah
e. Kerusakan paru-paru karena menghirup oksigen konsentrasi tinggi
f. Emboli paru
g. Cedera pada dada
h. Overdosis obat seperti heroin, metadon, propoksifen atau aspirin
i. Trauma hebat
j. Transfusi darah (terutama dalam jumlah yang sangat banyak).

C. MANIFESTASI KLINIS

Manifestasi klinis SARS itu berupa demam dengan suhu badan lebih dari 380 C
terutama pada malam hari, ditambah batuk, sulit bernapas, dan napas pendek, nyeri
sendi. Gejala-gejala ini memberat beberapa hari kemudian disertai dengan viremia, 10
hari setelah onset. Gejala lainnya sakit kepala, otot terasa kaku, diare yang tak kunjung
henti, timbul bintik-bintik merah pada kulit, dan badan lemas beberapa hari. Diare yang
ditimbulkan biasanya cair dengan volume yang banyak tanpa disertai darah maupun
lendir. Pada kasus berat biasanya dijumpai ketidakseimbangan elektrolit dan dehidrasi
karena penurunan cairan tubuh akibat diare (Chen & Rumende, 2006). Ini semua adalah
gejala yang kasat mata bisa dirasakan langsung oleh orang yang diduga menderita
SARS itu.

Tapi gejala itu tidak cukup kuat jika belum ada kontak langsung dengan pasien.
Tetap diperlukan pemeriksaan medis sebelum seseorang disimpulkan terkena penyakit
ini. Paru-parunya mengalami radang, limfositnya menurun, trombositnya mungkin juga
menurun. Kalau sudah berat, oksigen dalam darah menurun dan enzim hati akan
meningkat. Ini semua gejala yang bisa dilihat dengan alat medis. Tapi semua gejala itu
masih bisa berubah. Penelitian terus dilangsungkan sampai sekarang. (Brunner &
Suddarth. 2002)

D. FAKTOR PREDISPOSISI
1. Faktor diri (host)
umur, jenis kelamin, status gizi, kelainan congenital, imunologis, BBLR dan
premature.
2. Faktor lingkungan : Pola hidup, asap rokok, keterpaparan terhadap infeksi, sosial
ekonomi, Kepadatan tempat tinggal, cuaca dan polusi udara.
3. Defisiensi vitamin.
4. Tingkat sosio ekonomi rendah
5. Tingkat jangkauan pelayanan kesehatan yang rendah.
6. Menderita penyakit kronis.
7. Aspek kepercayaan setempat dalam praktek pencarian pengobatan yang salah.

E. PATOFISIOLOGI SARS

SARS secara klinis lebih melibatkan saluran nafas bagian bawah dibandingkan
dengan saluran nafas di bagian atas. Pada saluran nafas bagian bawah, sel-sel asinus
adalah sasaran yang lebih banyak terkena dibandingkan trakea maupun bronkus.

Penyebab penyakit SARS disebabkan oleh coronavirus (family


paramoxyviridae) yang pada pemeriksaan dengan mikroskop electron. Virus ini stabil
pada tinja dan urine pada suhu kamar selama 1-2 hari dan dapat bertahan lebih dari 4
hari pada penderita diare. Seperti virus lain, corona menyebar lewat udara, masuk
melalui saluran pernapasan, lalu bersarang di paru-paru. Lalu berinkubasi dalam paru-
paru selama 2-10 hari yang kemudian menyebabkan paru-paru akan meradang sehingga
bernapas menjadi sulit. Metode penularannya melalui udara serta kontak langsung
dengan pasien atau terkena cairan pasien. Misalnya terkena ludah (droplet) saat pasien
bersin dan batuk. Dan kemungkinan juga melalui pakaian dan alat-alat yang
terkontaminasi.( Jong, W. 1997). Penyakit SARS memiliki 3 fase perkembangan gejala:
1. Fase I
Terjadi dalam minggu pertama setelah infeksi pasien akan merasakan gejala seperti
influenza antara lain demam, badan terasa lemah, nyeri otot, kaku pada seluruh
tubuh atau menggigil dan sakit kepala.
2. Fase II
Gejala yang dirasakan adalah batuk (umumnya kering tanpa dahak), sesak napas
dan diare. Diare yangt diderita pasien adalah diare dengan jumlah yang banyak dan
cair tanpa lendir dan darah.
3. Fase III
Terjadi gangguan pernapasan yang berat sehingga pasien memerlukan bantuan
pernapasan melalui alat ventilator. Pada fase ini umumnya terjadi komplikasi
berupa sepsis (infeksi dimana kuman penyebab beredar dalam aliran darah)
kerusakan organ tubuh dan kematian.
F. PATWAY

Coronavirus Droplet Saluran Pernafasan

Masa Inkubasi 2- 10 hari

Peningkatan Leukosit

Demam Radang Paru

Tidak nafsu Makan Hipertermia Bersihan jalan Peningkatan Sekret

Tidak Efektif

Intake makan Dehidrasi gangguan sesak nafas

Dan minum pertukaran gas

Menurun

MK. Volume cairan Perubahan respirasi

MK. Gang. Nutrisi Kurang dari keb. tubuh

Kurang dari keb. .

Nutrisi Intoleransi Aktifitas

G. PEMERIKSAAN PENUNJANG SARS


1. Pemeriksaan radiologis : air bronchogram : Streptococcus pneumonia.
2. Pada pemeriksaan fisik : dengan menggunakan stetoskop, terdengar bunyi
pernafasan abnormal (seperti ronki atau wheezing). Tekanan darah seringkali
rendah dan kulit, bibir serta kuku penderita tampak kebiruan (sianosis, karena
kekurangan oksigen).
3. Pemeriksaan yang biasa dilakukan untuk mendiagnosis SARS :Rontgen dada
(menunjukkan adanya penimbunan cairan di tempat yang seharusnya terisi udara)
Gas darah arteri.
4. Hitung jenis darah dan kimia darah.
5. Bronkoskopi.
6. Pemeriksaan Laboratorium : Leukosit.
7. Pemeriksaan Bakteriologis : sputum, darah, aspirasi nasotrakeal atau transtrakeal,
aspirasi jarum transtorakal, torakosentesis, bronskoskopi, biopsy.
8. Test DNA sequencing bagi coronavirus yang dapat diperoleh hasilnya dalam 8 jam
dan sangat akurat. Test yang lama hanya mampu mendeteksi antibodi. Tidak ada
satu test pun yang dapat langsung mendeteksi SARS dengan ketepatan yang tinggi.

H. PENATALAKSANAAN MEDIS
1. Terapi supportif umum : meningkatkan daya tahan tubuh berupa nutrisi yang
adekuat, pemberian multivitamin dan lain-lain.

Terapi oksigen

Humidifikasi dengan nebulizer

Fisioterapi dada

Pengaturan cairan

Pemberian kortokosteroid pada fase sepsis berat

Obat inotropik

Ventilasi mekanis

Drainase empiema

Bila terdapat gagal nafas, diberikan nutrisi dengan kalori cukup.

2. Terapi Antibiotik

Agen anti-bakteri secara rutin diresepkan untuk SARS karena menyajikan


fitur non-spesifik dan cepat tes laboratorium yang dapat diandalkan untuk
mendiagnosis SARS-cov virus dalam beberapa hari pertama infeksi belum
tersedia. Antibiotik empiris yang sesuai dengan demikian diperlukan untuk
menutupi terhadap patogen pernafasan Common per nasional atau pedoman
pengobatan lokal bagi masyarakat-diperoleh atau nosokomial pneumonia.

Setelah mengesampingkan patogen lain, terapi antibiotik dapat ditarik.


Selain efek antibakteri mereka, beberapa antibiotik immunomodulatory dikenal
memiliki sifat, khususnya quinolones dan makrolid. Efeknya pada khusus SARS
adalah belum ditentukan. SARS dapat hadir dengan spektrum keparahan penyakit.
Antibiotik : Idealnya berdasarkan jenis kuman penyebab Utama ditujukan pada
S.pneumonia, H.Influensa dan S.Aureus.

I. KOMPLIKASI SARS

Komplikasi meliputi :

a. Abses paru
b. Efusi pleural
c. Empisema
d. Gagal nafas
e. Perikarditis
f. Meningitis
g. Atelektasis
h. Hipotensi
i. Delirium
j. Asidosis metabolic
k. Dehidrasi
l. Penyakit multi lobular
m. Septikemi
n. Superinfeksi dapat terjadi sebagai komplikasi pengobatan farmakologis.

J. Prognosis SARS

Angka kematian melebihi 40%. Apabila penyakit tidak ditangani dengan baik
maka kondisi bagian tubuh yang diserang, yakni paru-paru, makin bertambah berat
rusaknya. Keadaan pasien yang semula mengalami radang paru dapat berlanjut ke
kondisi gagal napas yang berat karena paru sudah tidak dapat berfungsi sebagai alat
pernapasan yang menerima oksigen dan membuang karbondioksida.Tanda jasmani
tidak begitu kelihatan dan mungkin tidak ada. Beberapa pasien akan mengalami
tachypnea dan crackle pada auscultation. Kemudian, tachypnea dan lethargy kelihatan
jelas.

Pada penderita yang menjalani terapi ventilator dalam waktu yang lama,
cenderung akan terbentuk jaringan parut di paru-parunya. Jaringan parut tertentu
membaik beberapa bulan setelah ventilator dilepas.

Penderita yang bereaksi baik terhadap pengobatan, biasanya akan sembuh total,
dengan atau tanpa kelainan paru-paru jangka panjang.

K. ASUHAN KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
a. Kaji terhadap nyeri, takipnea, penggunaan otot aksesori, nadi cepat
bersambungan, batuk, sputum purulen, dan auskultasi bunyi napas untuk
mengetahui konsolidasi.
b. Perhatikan perubahan suhu tubuh.
c. Kaji terhadap kegelisahan dan delirium dalam alkoholisme.
d. Kaji terhadap komplikasi yaitu demam berlanjut atau kambuhan, tidak berhasil
untuk sembuh, atelektasis, efusi pleural, komplikasi jantung, dan superinfeksi.
e. Faktor perkembangan pasien : Umur, tingkat perkembangan, kebiasaan sehari-
hari, mekanisme koping, kemampuan mengerti tindakan yang dilakukan.
f. Pengetahuan pasien atau keluarga : pengalaman terkena penyakit pernafasan,
pengetahuan tentang penyakit pernafasan dan tindakan yang dilakukan.
2. Pemeriksaan fisik
a. Inspeksi : Pasien tampak sesak Pasien tampak batuk tidak produktif
Petekie Ekimosis Adanya sianosis pada jari dan mulut klien Adanya
penggunaan otot-otot bantu pernapasan
b. Palpasi : Denyut nadi meningkat CRT > 2 detik Turgor kulit menurun
Demam Akral dingin
c. Perkusi : Terdengar suara timpani pada abdomen Terdengar suara dullness
pada perkusi paru
d. Auskultasi : Terdengar suara ronchi di basal paru Bising usus meningkat
3. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan inflamasi dan obstruksi
jalan nafas.
b. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran alveolar-
kapiler ( kerusakan di alveoli)
c. Defisit Volume cairan berhubungan dengan intake oral tidak adekuat, takipneu,
demam
d. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
ketidakmampuan pemasukan berhubungan dengan faktor biologis (sesak
nafas).
e. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan isolasi respiratory.

4. INTERVENSI KEPERAWATAN

Tujuan dan Kriteria


No Diagnosa keperawatan Intervensi
Hasil

1 Bersihan jalan nafas tidak NOC : NIC :


efektif berhubungan dengan
Respiratory status : Airway Management
inflamasi dan obstruksi
Ventilation
jalan nafas.  Kaji fungsi pernafasan
Respiratory status :  Posisikan pasien untuk
Airway patency memaksimalkan
ventilasi
Kriteria Hasil :
 Identifikasi pasien
 Mendemonstrasikan
perlunya pemasangan
batuk efektif dan
alat jalan nafas buatan
suara nafas yang
 Lakukan fisioterapi dada
bersih, tidak ada
jika perlu
sianosis dan
 Auskultasi suara nafas,
dyspneu
catat adanya suara
 Menunjukkan jalan
tambahan
nafas yang paten
 Mampu  Kolaborasi pemberian
mengidentifikasikan bronkodilator bila perlu
dan mencegah  Atur intake untuk cairan
factor yang dapat mengoptimalkan
menghambat jalan keseimbangan.
nafas  Monitor respirasi dan
status O2

Airway suction

 Pastikan kebutuhan oral


atau tracheal suctioning
 Auskultasi suara nafas
sebelum dan sesudah
suctioning.
 Informasikan pada klien
dan keluarga tentang
suctioning
 Minta klien nafas dalam
sebelum suction
dilakukan.
 Berikan O2 dengan
menggunakan nasal
untuk memfasilitasi
suction nasotrakeal
 Gunakan alat yang steril
setiap melakukan
tindakan
 Anjurkan pasien untuk
istirahat dan napas
dalam setelah tindakan
suction
 Monitor status oksigen
pasien
 Ajarkan keluarga
bagaimana cara
melakukan suction
 Hentikan suction dan
berikan oksigen apabila
pasien menunjukkan
bradikardi, peningkatan
saturasi O2, dan lain-
lain.

2 Kerusakan pertukaran gas NOC:  Respiratory monitor


berhubungan dengan  Airway management
 Respiratory gas
perubahan membrane  Kaji frekwensi
exchnge.
alveolar-kapiler (kerusakan  kedalaman pernapasan
 Vital sign status
di alveoli)  posisikan pasien untuk
Kriteria hasil:
memaksimalkan
 Vital sign dalam ventilasi
batas normal  keluarkan sekret dengan
 Tidak ada tanda batuk atau dengan
tanda sianosis suction

3. Defisit Volume cairan NOC: Fluid management


berhubungan dengan intake
Fluid balance  Pertahankan catatan
oral tidak adekuat, takipneu,
intake dan output yang
demam Hydration
akurat
Nutritional Status :
 Monitor status hidrasi
Food and Fluid Intake
(kelembaban membran
mukosa, nadi adekuat,
tekanan darah
Kriteria Hasil :
ortostatik), jika
 Mempertahankan diperlukan
urine output sesuai  Monitor vital sign
dengan usia dan BB,
BJ urine normal, HT  Monitor masukan
normal makanan / cairan dan
 Tekanan darah, hitung intake kalori
nadi, suhu tubuh harian
dalam batas normal  Lakukan terapi IV
 Tidak ada tanda  Monitor status nutrisi
tanda dehidrasi,  Berikan cairan
Elastisitas turgor  Dorong masukan oral
kulit baik, membran  Berikan penggantian
mukosa lembab, nesogatrik sesuai output
tidak ada rasa haus  Dorong keluarga untuk
yang berlebihan membantu pasien makan
 Kolaborasi dokter jika
tanda cairan berlebih
muncul meburuk
 Atur kemungkinan
tranfusi
 Persiapan untuk tranfusi

4 Ketidakseimbangan nutrisi NOC : NIC:


kurang dari kebutuhan
 Status nutrisi, Eating disorder manajemen
tubuh berhubungan dengan
setelah diberikan
ketidakmampuan  Tentukan kebutuhan
penjelasan dan
pemasukan berhubungan kalori harian
perawatan
dengan faktor biologis  Ajarkan klien dan
kebutuhan nutrisi
(sesak nafas). keluarga tentang
pasien terpenuhi
pentingnya nutrient
dengan kriteria
 Monitoring TTV dan
hasil:
nilai Laboratorium
 Pemasukan nutrisi
 Monitor intake dan
yang adekuat
output
 Pasien mampu
menghabiskan diet
yang dihidangkan
 Tidak ada tanda-  Pertahankan kepatenan
tanda malnutrisi pemberian nutrisi
 Nilai laboratorim, parenteral
protein total 8-8  Pertimbangkan nutrisi
gr%, Albumin 3.5- enteral
5.4 gr%, Globulin  Pantau adanya
1.8-3.6 gr%, HB Komplikasi GI
tidak kurang dari 10
Terapi gizi
gr %
 Membran mukosa  Monitor masukan

dan konjungtiva makanan atau minuman

tidak pucat dan hitung kalori harian


secara tepat

Kolaborasi ahli gizi

 Pastikan dapat diet


TKTP (tinggi kalori
tinggi protein)
 Berikan perawatan
mulut
 Pantau hasil laboratoriun
protein, albumin,
globulin, HB
 Sajikan makanan hangat
dengan variasi yang
menarik

5 Intoleransi aktivitas NOC :  NIC :


berhubungan dengan isolasi  Activity Therapy
Energy conservation
respiratory.  Kolaborasikan dengan
Self Care : ADLs
Tenaga Rehabilitasi
Medik dalam
merencanakan program
Kriteria Hasil :
terapi yang tepat.
 berpartisipasi dalam  Bantu klien untuk
aktivitas fisik tanpa mengidentifikasi
disertai peningkatan aktivitas yang mampu
tekanan darah, nadi dilakukan
dan RR  Bantu untuk memilih
 Mampu melakukan aktivitas konsisten yang
aktivitas sehari hari sesuai dengan
(ADLs) secara kemampuan fisik,
mandiri psikologi dan social
 Bantu untuk
mengidentifikasi dan
mendapatkan sumber
yang diperlukan untuk
aktivitas yang
diinginkan
 Bantu untuk
mendapatkan alat
bantuan aktivitas seperti
kursi roda, krek
 Bantu untuk
mengidentifikasi
aktivitas yang disukai
 Bantu klien untuk
membuat jadwal latihan
diwaktu luang
 Bantu pasien/ keluarga
untuk mengidentifikasi
kekurangan dalam
berak·
 Bantu pasien untuk
mengembangkan
motivasi diri dan
penguatan
 Monitor respon fisik,
emosi, social dan
spiritual

Energy Management

 Observasi adanya
pembatasan klien dalam
melakukan aktivitas
 Dorong klien untuk
mengungkapkan
perasaan terhadap
keterbatasan
 Kaji adanya factor yang
menyebabkan kelelahan
 Monitor nutrisi dan
sumber energi
 Monitor pasien akan
adanya kelelahan fisik
dan emosi secara
berlebihan
 Monitor respon
kardiovaskuler terhadap
aktivitas
 Monitor pola tidur dan
lamanya tidur/istirahat
pasien
BAB III

PEMBAHASAN

Anatomi sistem pernapasan

Anatomi sistem pernapasan meemungkinkan terjadinya pendistribusian udara


dan pertukaran gas pernapasan. Fungsi ganda ini pada akhirnya memungkinkan
terjadinya pertukaran gas antara udara di lingkungan dan darah dalam paru-paru, dan
pertukaran gas antara darah dan sel-sel tubuh. Untuk memahami homeostatis dalam
semua sistem organ tubuh di perlukan pemahaman tentang hubungan antara struktur
sistem pernapasan dan fungsinya. Fungsi pernapasan tidak hanya bergantung pada
organisasasi struktural dari bagian-bagian sistem tetapi juga dari inter-relasi dari
komponennya dengan sisten tubuh yang lain, termasuk sistem persarafan, sirkulasi,
miskular, dan imun.
Saluran Pernapasan Bawah :
Trakhea
Pipa udara atau trakheaadalah saluran udara tubular yang mempunyai panjang
sekitar 10 sampai 13 cm dengan lebar sekitar 2,5 cm. trakhea terletak di depan esofagus
dan saat palpasi teraba sebagai struktur yang keras, kaku tepat di permukaan anterior
leher. Trakhea memnjang dari laring ke arah bawah kedalam rongga torak tempatnya
terbagi menjadi bronkhi kanan dan kiri.
Bronchial & Alveoli

Ujung distal trakhea membagi menjadi bronkhi primer kanan dan kiri yang
terletak didalam rongga dada. Di dalam paru-paru, masing-masing bronkhus primer
sedikit memanjang dari trakhea kearah paru-paru membentuk cabang menjadi bronkhus
sekunder, meski perpanjangan ini tidak simetris: cabang bronkhus kiri mempunyai
sudut yang lebih tajam disbanding dengan cabang bronkhus kanan. Sebagai akibat
dari perbedaan anatomi ini adalah bila benda asing secara tidak sengaja terhirup
biasanya akan tersangkut pada bronkhus kanan. Pada dinding bronkhiolus tidak
terdapat kartilago; keadan ini menjadi penting secara klinis dalam asma. Bronkhiolus
yang paling kecil berakhir dalam kumpulan alveoli— kantung udara didalam paru-
paru. Fungsi percabangan bronchial untuk memberikan saluran bagi udara antara
trakhea dan alveoli. Sangat penting artinya untuk menjaga agar jalan udara ini tetap
terbuka dan bersih.
Paru-paru
Paru-paru terletak di kedua sisi jantung di dalam rongga dada dan dikelilingi
serta dilindungi oleh singkar iga. Bagian dasar setiap paru- paru terletak diatas
diafragma; bagian apeks paru (ujung superior) terletak setinggi klavikula. Pada
permukaan tengah setiap paru terdapat identasi yang disebut hilus, tempat bronkhus
primer dan tempat masuknyaarteri serta vena pulmonari kedalam paru.
Toraks
Rongga toraks terdiri atas rongga pleura kanan dan kiri dan sebagian tengah
yang disebut mediastinum. Jaringan fibrosa membentuk dinding sekeliling
mediastinum, yang secara sempura memisahkannya dari rongga pleura kanan, dimana
terletak paru kanan, dan dari rongga pleura kiri, yang merupakan tempat dari paru kiri.
Satu-satunya.
SARS disebabkan oleh coronavirus yang pada pemeriksaan dengan mikroskop
elektron sama dengan coronavirus pada binatang. Virus ini stabil pada tinja dan urine
pada suhu kamar selama 1 - 2 hari dan dapat bertahan lebih dari 4 hari pada penderita
diare Seperti virus lain, Coronavirus Drolet Saluran Pernafasan Masa inkubasi 2-10
hari. Corona menyebar lewat udara, masuk melalui saluran pernapasan, lalu bersarang
di paru-paru. Lalu berinkubasi dalam paru-paru selama 1-10 hari yang kemudian
menyebabkan paru-paru akan meradang sehingga bernapas menjadi sulit. Metode
penularannya melalui udara serta kontak langsung dengan pasien atau terkena cairan
pasien. Misalnya terkena ludah (droplet) saat pasien bersin dan batuk. Dan
kemungkinan juga melalui pakaian dan alat-alat yang terkontaminasi.
SARS akan menjadi mematikan dalam beberapa kasus sering karena kegagalan
pernafasan. Karena sars adalah penyakit baru pada manusia, anti SARS Cov antibodi
tidak ditemukan dalam populasi yang belum terkena virus. Test antibodi menggunakan
test ELISA dan immunoflurescent antibody (IFA) sedang dikembangkan oleh
laboratorium penelitian. Setelah sekuensing genom seluruh coronavirus SARS itu telah
memungkinkan pengembangan alat dan metode diagnostik cepat dan akurat, sedangkan
terapi anti viral tambahan, metode pembungkaman RNA , antibiodi anti monoklonal,
peptida anti virus dan vaksin sedang dalam pengembangan.
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

SARS (severe acute respiratory syndrome) adalah sekumpulan gejala sakit


pernapasan yang mendadak dan berat atau disebut juga penyakit infeksi saluran
pernafasan yang disebabkan oleh virus Corona Family Paramyxovirus. Severe Acute
Respiratory Syndrome (SARS) atau Corona Virus Pneumonia (CVP) adalah Syndroma
pernafasan akut berat yang merupakan penyakit infeksi pada jaringan paru manusia
yang sampai saat ini belum diketahui pasti penyebabnya.

SARS merupakan kedaruratan medis yang dapat terjadi pada orang yang
sebelumnya mempunyai paru-paru yang normal. Walaupun sering disebut sindroma
gawat pernafasan akut dewasa, keadaan ini dapat juga terjadi pada anak-anak. (Brunner
& Suddarth.

Manifestasi klinis SARS itu berupa demam dengan suhu badan lebih dari 380 C
terutama pada malam hari, ditambah batuk, sulit bernapas, dan napas pendek, nyeri
sendi.

B. Saran
Kita sebagai mahasiswa Perawat di harapkan mengerti dan memahami tentang Asuhan
Keperawatan pada Klien SARS, dan diharapkan kepada seluruh masyarakat dan tenaga
kesehatan untuk lebih berhati-hati dan selalu waspada dalam menangani pasien atau
klien yang terkena penyakit SARS, karena SARS dapat menular melalui kontak
langsung, terutama tenaga kesehatan mempunyai risiko paling tinggi untuk tertular
SARS.

\
DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth, 2002, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, edisi 8 volume 3, EGC,
Jakarta

Jong, W, 1997, Buku Ajar Ilmu Bedah, EGC Jakarta

Mansjoer, Arif dkk. Kapita Selekta Kedokteran Jilid II Edisi Ketiga. 1999. Media Aesculapius
: Jakarta.

http://haris715.blogspot.com/2012/12/askep-severe-acute-respiratory-
syndrome.html#ixzz2Gn68Z5f2

McCloskey&Bulechek, 1996, Nursing Interventions Classifications (NIC), Second edisi, By


Mosby-Year book.Inc,Newyork.

NANDA, 2007-2008, Nursing Diagnosis: Definitions and classification, Philadelphia, USA.

University IOWA., NIC and NOC Project., 1991, Nursing Outcome Classifications (NOC),
Philadelphia, USA

Вам также может понравиться