Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
SARS itu singkatan dari Severe Acute Respiratory Syndrome atau Corona Virus
Pneumonia (CVP), suspek (suspect case) terjadi pada seseorang setelah 1 Februari 2003
lalu. Wabah penyakit gangguan pernapasan misterius ini terus melanda kawasan Asia
dan terus meminta korban. Seorang pasien di Hongkong menjadi korban tewas keenam
di wilayah administrative.
Berapa kasus yang telah tercatat sampai 3 April 2003 lalu, ada 2223 kasus, 78
meninggal dan tersebar di 18 negara yaitu Canada 58, China 1190, Hongkong ada 708
kasus, Taiwan 13 kasus, France 1 kasus, Germany 5 kasus, Italy 3 kasus, Republik
Ireland 2 kasus, Romania 3 kasus, Singapore 95 kasus, Switzerland 2 kasus, Thailand
7 kasus, United Kingdom 3 kasus, United States 72 kasus, Vietnam 58 kasus, Australia
1 kasus, Belgium 1 kasus, Canada dan Italy 3 ada kasus.
B. TUJUAN
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui asuhan
keperawatan SARS.
C. BATASAN PENULISAN
Fokus kami dalam penyusunan makalah ini adalah asuhan keperawatan pada SARS.
D. METODE PENULISAN
Makalah ini disusun dengan metode deskriptif melalui studi kepustakaan dengan
pengumpulan data dari berbagai literatur atau sumber.
E. SISTEMATIKA PENULISAN
Sistematika penulsan pada makalah ini yaitu:
BAB I : Pendahuluan
BAB IV : Penutup
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. PENGERTIAN
SARS (severe acute respiratory syndrome) adalah suatu jenis kegagalan paru-
paru dengan berbagai kelainan yang berbeda, yang menyebabkan terjadinya
pengumpulan cairan di paru-paru (edema paru).
SARS merupakan kedaruratan medis yang dapat terjadi pada orang yang
sebelumnya mempunyai paru-paru yang normal. Walaupun sering disebut sindroma
gawat pernafasan akut dewasa, keadaan ini dapat juga terjadi pada anak-anak. (Brunner
& Suddarth. 2002).
Secara proposional ada 2 definisi kasus SARS, yaitu “suspect” dan “probable”
sesuai kriteria WHO.
B. ETIOLOGI
Penyebabnya lain bisa karena penyakit apapun, yang secara langsung ataupun
tidak langsung yang melukai paru-paru, diantaranya :
a. Pneumonia
b. Tekanan darah yang sangat rendah (syok)
c. Terhirupnya makanan ke dalam paru (menghirup muntahan dari lambung)
d. Beberapa transfusi darah
e. Kerusakan paru-paru karena menghirup oksigen konsentrasi tinggi
f. Emboli paru
g. Cedera pada dada
h. Overdosis obat seperti heroin, metadon, propoksifen atau aspirin
i. Trauma hebat
j. Transfusi darah (terutama dalam jumlah yang sangat banyak).
C. MANIFESTASI KLINIS
Manifestasi klinis SARS itu berupa demam dengan suhu badan lebih dari 380 C
terutama pada malam hari, ditambah batuk, sulit bernapas, dan napas pendek, nyeri
sendi. Gejala-gejala ini memberat beberapa hari kemudian disertai dengan viremia, 10
hari setelah onset. Gejala lainnya sakit kepala, otot terasa kaku, diare yang tak kunjung
henti, timbul bintik-bintik merah pada kulit, dan badan lemas beberapa hari. Diare yang
ditimbulkan biasanya cair dengan volume yang banyak tanpa disertai darah maupun
lendir. Pada kasus berat biasanya dijumpai ketidakseimbangan elektrolit dan dehidrasi
karena penurunan cairan tubuh akibat diare (Chen & Rumende, 2006). Ini semua adalah
gejala yang kasat mata bisa dirasakan langsung oleh orang yang diduga menderita
SARS itu.
Tapi gejala itu tidak cukup kuat jika belum ada kontak langsung dengan pasien.
Tetap diperlukan pemeriksaan medis sebelum seseorang disimpulkan terkena penyakit
ini. Paru-parunya mengalami radang, limfositnya menurun, trombositnya mungkin juga
menurun. Kalau sudah berat, oksigen dalam darah menurun dan enzim hati akan
meningkat. Ini semua gejala yang bisa dilihat dengan alat medis. Tapi semua gejala itu
masih bisa berubah. Penelitian terus dilangsungkan sampai sekarang. (Brunner &
Suddarth. 2002)
D. FAKTOR PREDISPOSISI
1. Faktor diri (host)
umur, jenis kelamin, status gizi, kelainan congenital, imunologis, BBLR dan
premature.
2. Faktor lingkungan : Pola hidup, asap rokok, keterpaparan terhadap infeksi, sosial
ekonomi, Kepadatan tempat tinggal, cuaca dan polusi udara.
3. Defisiensi vitamin.
4. Tingkat sosio ekonomi rendah
5. Tingkat jangkauan pelayanan kesehatan yang rendah.
6. Menderita penyakit kronis.
7. Aspek kepercayaan setempat dalam praktek pencarian pengobatan yang salah.
E. PATOFISIOLOGI SARS
SARS secara klinis lebih melibatkan saluran nafas bagian bawah dibandingkan
dengan saluran nafas di bagian atas. Pada saluran nafas bagian bawah, sel-sel asinus
adalah sasaran yang lebih banyak terkena dibandingkan trakea maupun bronkus.
Peningkatan Leukosit
Tidak Efektif
Menurun
H. PENATALAKSANAAN MEDIS
1. Terapi supportif umum : meningkatkan daya tahan tubuh berupa nutrisi yang
adekuat, pemberian multivitamin dan lain-lain.
Terapi oksigen
Fisioterapi dada
Pengaturan cairan
Obat inotropik
Ventilasi mekanis
Drainase empiema
2. Terapi Antibiotik
I. KOMPLIKASI SARS
Komplikasi meliputi :
a. Abses paru
b. Efusi pleural
c. Empisema
d. Gagal nafas
e. Perikarditis
f. Meningitis
g. Atelektasis
h. Hipotensi
i. Delirium
j. Asidosis metabolic
k. Dehidrasi
l. Penyakit multi lobular
m. Septikemi
n. Superinfeksi dapat terjadi sebagai komplikasi pengobatan farmakologis.
J. Prognosis SARS
Angka kematian melebihi 40%. Apabila penyakit tidak ditangani dengan baik
maka kondisi bagian tubuh yang diserang, yakni paru-paru, makin bertambah berat
rusaknya. Keadaan pasien yang semula mengalami radang paru dapat berlanjut ke
kondisi gagal napas yang berat karena paru sudah tidak dapat berfungsi sebagai alat
pernapasan yang menerima oksigen dan membuang karbondioksida.Tanda jasmani
tidak begitu kelihatan dan mungkin tidak ada. Beberapa pasien akan mengalami
tachypnea dan crackle pada auscultation. Kemudian, tachypnea dan lethargy kelihatan
jelas.
Pada penderita yang menjalani terapi ventilator dalam waktu yang lama,
cenderung akan terbentuk jaringan parut di paru-parunya. Jaringan parut tertentu
membaik beberapa bulan setelah ventilator dilepas.
Penderita yang bereaksi baik terhadap pengobatan, biasanya akan sembuh total,
dengan atau tanpa kelainan paru-paru jangka panjang.
K. ASUHAN KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
a. Kaji terhadap nyeri, takipnea, penggunaan otot aksesori, nadi cepat
bersambungan, batuk, sputum purulen, dan auskultasi bunyi napas untuk
mengetahui konsolidasi.
b. Perhatikan perubahan suhu tubuh.
c. Kaji terhadap kegelisahan dan delirium dalam alkoholisme.
d. Kaji terhadap komplikasi yaitu demam berlanjut atau kambuhan, tidak berhasil
untuk sembuh, atelektasis, efusi pleural, komplikasi jantung, dan superinfeksi.
e. Faktor perkembangan pasien : Umur, tingkat perkembangan, kebiasaan sehari-
hari, mekanisme koping, kemampuan mengerti tindakan yang dilakukan.
f. Pengetahuan pasien atau keluarga : pengalaman terkena penyakit pernafasan,
pengetahuan tentang penyakit pernafasan dan tindakan yang dilakukan.
2. Pemeriksaan fisik
a. Inspeksi : Pasien tampak sesak Pasien tampak batuk tidak produktif
Petekie Ekimosis Adanya sianosis pada jari dan mulut klien Adanya
penggunaan otot-otot bantu pernapasan
b. Palpasi : Denyut nadi meningkat CRT > 2 detik Turgor kulit menurun
Demam Akral dingin
c. Perkusi : Terdengar suara timpani pada abdomen Terdengar suara dullness
pada perkusi paru
d. Auskultasi : Terdengar suara ronchi di basal paru Bising usus meningkat
3. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan inflamasi dan obstruksi
jalan nafas.
b. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran alveolar-
kapiler ( kerusakan di alveoli)
c. Defisit Volume cairan berhubungan dengan intake oral tidak adekuat, takipneu,
demam
d. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
ketidakmampuan pemasukan berhubungan dengan faktor biologis (sesak
nafas).
e. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan isolasi respiratory.
4. INTERVENSI KEPERAWATAN
Airway suction
Energy Management
Observasi adanya
pembatasan klien dalam
melakukan aktivitas
Dorong klien untuk
mengungkapkan
perasaan terhadap
keterbatasan
Kaji adanya factor yang
menyebabkan kelelahan
Monitor nutrisi dan
sumber energi
Monitor pasien akan
adanya kelelahan fisik
dan emosi secara
berlebihan
Monitor respon
kardiovaskuler terhadap
aktivitas
Monitor pola tidur dan
lamanya tidur/istirahat
pasien
BAB III
PEMBAHASAN
Ujung distal trakhea membagi menjadi bronkhi primer kanan dan kiri yang
terletak didalam rongga dada. Di dalam paru-paru, masing-masing bronkhus primer
sedikit memanjang dari trakhea kearah paru-paru membentuk cabang menjadi bronkhus
sekunder, meski perpanjangan ini tidak simetris: cabang bronkhus kiri mempunyai
sudut yang lebih tajam disbanding dengan cabang bronkhus kanan. Sebagai akibat
dari perbedaan anatomi ini adalah bila benda asing secara tidak sengaja terhirup
biasanya akan tersangkut pada bronkhus kanan. Pada dinding bronkhiolus tidak
terdapat kartilago; keadan ini menjadi penting secara klinis dalam asma. Bronkhiolus
yang paling kecil berakhir dalam kumpulan alveoli— kantung udara didalam paru-
paru. Fungsi percabangan bronchial untuk memberikan saluran bagi udara antara
trakhea dan alveoli. Sangat penting artinya untuk menjaga agar jalan udara ini tetap
terbuka dan bersih.
Paru-paru
Paru-paru terletak di kedua sisi jantung di dalam rongga dada dan dikelilingi
serta dilindungi oleh singkar iga. Bagian dasar setiap paru- paru terletak diatas
diafragma; bagian apeks paru (ujung superior) terletak setinggi klavikula. Pada
permukaan tengah setiap paru terdapat identasi yang disebut hilus, tempat bronkhus
primer dan tempat masuknyaarteri serta vena pulmonari kedalam paru.
Toraks
Rongga toraks terdiri atas rongga pleura kanan dan kiri dan sebagian tengah
yang disebut mediastinum. Jaringan fibrosa membentuk dinding sekeliling
mediastinum, yang secara sempura memisahkannya dari rongga pleura kanan, dimana
terletak paru kanan, dan dari rongga pleura kiri, yang merupakan tempat dari paru kiri.
Satu-satunya.
SARS disebabkan oleh coronavirus yang pada pemeriksaan dengan mikroskop
elektron sama dengan coronavirus pada binatang. Virus ini stabil pada tinja dan urine
pada suhu kamar selama 1 - 2 hari dan dapat bertahan lebih dari 4 hari pada penderita
diare Seperti virus lain, Coronavirus Drolet Saluran Pernafasan Masa inkubasi 2-10
hari. Corona menyebar lewat udara, masuk melalui saluran pernapasan, lalu bersarang
di paru-paru. Lalu berinkubasi dalam paru-paru selama 1-10 hari yang kemudian
menyebabkan paru-paru akan meradang sehingga bernapas menjadi sulit. Metode
penularannya melalui udara serta kontak langsung dengan pasien atau terkena cairan
pasien. Misalnya terkena ludah (droplet) saat pasien bersin dan batuk. Dan
kemungkinan juga melalui pakaian dan alat-alat yang terkontaminasi.
SARS akan menjadi mematikan dalam beberapa kasus sering karena kegagalan
pernafasan. Karena sars adalah penyakit baru pada manusia, anti SARS Cov antibodi
tidak ditemukan dalam populasi yang belum terkena virus. Test antibodi menggunakan
test ELISA dan immunoflurescent antibody (IFA) sedang dikembangkan oleh
laboratorium penelitian. Setelah sekuensing genom seluruh coronavirus SARS itu telah
memungkinkan pengembangan alat dan metode diagnostik cepat dan akurat, sedangkan
terapi anti viral tambahan, metode pembungkaman RNA , antibiodi anti monoklonal,
peptida anti virus dan vaksin sedang dalam pengembangan.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
SARS merupakan kedaruratan medis yang dapat terjadi pada orang yang
sebelumnya mempunyai paru-paru yang normal. Walaupun sering disebut sindroma
gawat pernafasan akut dewasa, keadaan ini dapat juga terjadi pada anak-anak. (Brunner
& Suddarth.
Manifestasi klinis SARS itu berupa demam dengan suhu badan lebih dari 380 C
terutama pada malam hari, ditambah batuk, sulit bernapas, dan napas pendek, nyeri
sendi.
B. Saran
Kita sebagai mahasiswa Perawat di harapkan mengerti dan memahami tentang Asuhan
Keperawatan pada Klien SARS, dan diharapkan kepada seluruh masyarakat dan tenaga
kesehatan untuk lebih berhati-hati dan selalu waspada dalam menangani pasien atau
klien yang terkena penyakit SARS, karena SARS dapat menular melalui kontak
langsung, terutama tenaga kesehatan mempunyai risiko paling tinggi untuk tertular
SARS.
\
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth, 2002, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, edisi 8 volume 3, EGC,
Jakarta
Mansjoer, Arif dkk. Kapita Selekta Kedokteran Jilid II Edisi Ketiga. 1999. Media Aesculapius
: Jakarta.
http://haris715.blogspot.com/2012/12/askep-severe-acute-respiratory-
syndrome.html#ixzz2Gn68Z5f2
University IOWA., NIC and NOC Project., 1991, Nursing Outcome Classifications (NOC),
Philadelphia, USA