Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
PEMBAHASAN
Menurut Infodatin (2016), ada delapan upaya pengendalian DBD yang telah ditetapkan
Jumantik.
2. Mengupayakan terbentuknya Kelompok Kerja Operasioanal (POKJANAL) DBD di setiap
tingkat administrasi dan melakukan revitalisasi POKJANAL DBD yang sudah ada dengan
dukungan APBD.
3. Upaya promosi kesehatan dilakukan disemua sektor, termasuk pembentukan Juru
yang merupakan bagian dari tata laksana kasus di fasilitas pelayanan kesehatan tingkat
Sakit.
6. Penyediaan logistik tatalaksana kasus DBD berupa Rapid Diagnostic Test (RDT) dan
Indonesia sehingga kemungkinan terjadinya KLB DBD dapat diantisipasi dan dicegah
sejak dini.
8. Pelaksanaan surveilans vektor Aedes spp untuk memantau dinamika vektor. Dengan
Harapan Raya, secara keseluruhan telah sesuai dengan upaya pengendalian DBD oleh
Kemenkes RI (2015). Puskesmas Harapan Raya telah memasukkan program pencegahan dan
pengendalian DBD kedalam UKM esensial dan keperawatan kesehatan masyarakat. Program
DBD telah terintegrasi ke dalam program pencegahan dan pengendalian penyakit menular
(P2M). Puskesmas Harapan juga berkerja sama dengan Program Kesehatan Lingkungan dan
Program Promosi Kesehatan yang ada di Puskesmas Harapan Raya dalam upaya pencegahan
pada para tokoh/pimpinan wilayah), bina suasana (kegiatan mempersiapkan kerjasama lintas
dan menggerakkan sumber daya, mulai mempersiapkan petugas, pengadaan media dan
Nyamuk (PSN) dengan 4M Plus, pemberian abate, melakukan foging, membentuk Juru
Pembasmi Jentik (jumantik) dan melakukan penyuluhan. Puskesmas Harapan Raya juga telah
melakukan Penyelidikan Epidemiologi (PE) dan survailens terhadap kasus DBD untuk
Harapan Raya dilakukan dengan berbagai cara yakni dengan melakukan pemeriksaan jentik
berkala 3 bulan sekali disertai pemberian abate yang dilaksanakan oleh kader pemeriksaan
jentik dan posyandu, melakukan penyuluhan seperti diadakannya DBD mobile dengan
pemberian brosur dan leaflet tentang DBD di kelurahan-kelurahan yang ada di wilayah
puskesmas harapan raya didapatkan data bahwa indikator dan target pencapaian dari program
DBD telah optimal tahun 2018 ini dan untuk kategori evaluasi kegiatan program STP
pertriwulan sebanyak 4 dokumen dan evaluasi kegiatan program STP tahunan di susun dalam
1 dokumen.
Kegiatan dari program pencegahan dan pengendalian DBD telah mengacu pada
Standar Pelayanan Minimal (SPM) yang ditetapkan oleh Kemenkes RI melalui petunjuk
pelaksanaan dari Dinas Kesehatan Kota Pekanbaru. Namun, untuk melaksanakan seluruh
kegiatan yang dilakukan oleh Kemenkes RI telah dilakukan namun tidak sepenuhnya optimal.
Berdasarkan data yang diperoleh dari wawancara dan data pihak puskesmas maka
pelaksanaan upaya pengendalian DBD kesehatan menurut Kemenkes RI tahun 2015 yaitu :
Tabel 1.
Kegiatan Pengamatan epidemiologi
Proses Pengamatan epidemiologi dilakukan setelah mendapat laporan
bahwa ada angka kejadian DBD di masyarakat/ di suatu wilayah.
Faktor Pendukung Adanya pihak puskesmas yang di khususkan ke PJ Surveilans untuk
langsung turun kelapangan/ daerah yang berpotensi meningkatnya
kasus DBD.
Faktor penghambat Wilayah cakupan Puskesmas Harapan Raya yang luas.
Laporan palsu.
Banyaknya masyarakat yang berobat langsung ke praktik
dokter dan rumah sakit, sehingga pihak puskesmas tidak
mendapat data DBD disuatu wilayah tertentu.
Tabel 2.
Kegiatan Pelaksanaan Penyelidikan Epidemiologi (PE)
Proses Sudah terlaksana, dan setiap adanya informasi kasus DBD PJ
penyelidikan epidemiologi selalu langsung turun untuk melakukan
penyelidikan epidemiologi
Faktor Pendukung Adanya salah satu sosial media yang dapat menginformasikan kejadian
kasus DBD yang ada di kota Pekanbaru dengan cepat dan telah
diaplikasikan atau digunakan oleh PJ surveilans DBD. Grup sosial
media itu terdiri dari PJ surveilans di masing-masing puskesmas dan
rumah sakit.
Adanya kader yang terjun langsung ke lapangan untuk menemui
warga yang terkena atau berisiko DBD.
Attack Rate / angka insiden DBD telah terjadi penurunan pada
tahun 2018 dengan 22 kasus
Faktor penghambat Alamat palsu yang tertera di data pasien
Pasien tidak membuka pintu saat dilakukan survei kerumahnya
Persentasi ABJ (angka bebas jentik ) pada tahun 2018 adalah <
98 %. Hal ini disebabkan karena kurangnya partisipasi dan
kesadaran masyarakat serta kurangnya dukungan dari perangkat
yang ada di RW dan RT
Tabel 3.
Kegiatan Program Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dengan kegiatan
3M Plus
Proses Program pencegahan dan pengendalian penyakit menular dalam
gedung seperti sosialisasi kesehatan dengan menggunakan media
cetak seperti selebaran, brosur, leaflet, poster, serta dalam bentuk
audiovisual seperti pemutaran video di dalam gedung puskesmas,
penyuluhan dalam bentuk ceramah dengan sasaran target
pengunjung puskesmas. Sedangkan kegiatan kesehatan di luar
gedung yang telah dilakukan seperti skrining DBD, pelaksanaan PE
(Penyelidikan Epidemiologi), penyuluhan program pemberantasan
sarang nyamuk (PSN) dengan cara 3M plus, pembagian bubuk
abate ke posyandu dan ke RW, pembagian brosur, dan penggerakan
DBD mobile dan melakukan skrining langsung ke keluarga baik
wilayah RT dan RW serta melakukan beberapa penyuluhan rutin
setiap bulannya.
Faktor Pendukung Pihak Puskesmas Harapan Raya sudah memfasilitasi kegiatan yang
dilakukan di dalam dan luar gedung, dengan menyediakan liflet,
brosur di pintu masuk puskesmas yang menjelaskan tentang
berbagai informasi tentang penyakit dan pentingnya PSN.
Penggerakan DBD Mobile bekerja sama dengan pihak promosi
kesehatan dengan fasilitas ambulan yang berguna untuk menyiarkan
informasi terkait DBD.
Faktor penghambat Masih kurangnya kesadaran masyarakat dalam menangkap
informasi tentang pentingnya kebersihan lingkungan dan pentingnya
pemberantasan jentik nyamuk. Penggerakan DBD Mobile yang
tidak terjadwal sehingga penyebaran informasi tidak berjalan secara
optimal, serta kurangnya follow up dari pihak surveilans tentang
penggerakan DBD Mobile.
Rencana tindak lanjut Menggencarkan kembali kegiatan penyuluhan tentang
pemberantasan nyamuk.
Pembuatan kartu pemantauan jentik yang disebarkan kepada
masyarakat
Bekerjasama dengan rw siaga dengan penyelenggaran 3M
plus
Tabel 4.
Kegiatan Pembentukan Kelompok Kerja Operasional (POKAJANAL) DBD
Proses Pembentukan Kelompok Kerja Operasional (POKJANAL) DBD
sudah dibentuk dan sudah dijalankan di Puskesmas Harapan Raya
seperti pembentukan Kader JUMANTIK di masyarakat dan
JUMANTIK cilik di 3 Sekolah Dasar yang dekat dari Puskesmas
Harapan Raya
Faktor Pendukung Adanya koordinator dibidang penanggulan DBD di Puskesmas
Harapan Raya
Sudah terbentuknya Kader JUMANTIK baik di masyarakat
maupun di Sekolah
Rencana tindak lanjut Diharapkan dukungan yang kuat dari pihak Kelurahan, RW dan
juga RT dalam menggalakkan program penanggulangan DBD
Diharapkan kader JUMANTIK yang sudah dibentuk aktif dalam
menalankan tugas yang telah diberikan
Tabel 5.
Kegiatan Program EWARS (deteksi dini)
Proses Sudah terlaksana, ada tahun 2018 Penyelidikan deteksi dini untuk
penyakit DBD adalah 52 kasus, untuk tahun 2019 sampai awal
februari ditemukan sudah 5 kasus masuk dan terdata di Puskesmas
Harapan Raya.
Faktor Pendukung Adanya kerja sama dengan tenaga kesehatan seperti Dokter
dan Bidan-Bidan yang adalah di wilayah kerja Puskesmas
Tangkerang Selatan.
Adanya sosialisasi yang dilakukan 2x setahun di dalam
Gedung.
Adanya salah satu sosial media yang dapat menginformasikan
kejadian kasus DBD yang ada di kota Pekanbaru dengan cepat
dan telah diaplikasikan atau digunakan oleh PJ surveilans
DBD. Grup sosial media itu terdiri dari PJ surveilans di
masing-masing puskesmas dan rumah sakit.
Faktor penghambat Pelaporan dari masing-masing Pj deteksi Dini tidak
melaporkan sesuai waktu yang di tetapkan.
Persentasi ABJ (angka bebas jentik ) pada tahun 2018 adalah <
98 %. Hal ini disebabkan karena kurangnya partisipasi dan
kesadaran masyarakat serta kurangnya dukungan dari
perangkat yang ada di RW dan RT.
Tabel. 6
Kegiatan Pelaksanaan surveilans vektor Aedes spp untuk memantau dinamika
vector, dengan demikian peningkatan populasi Aedes spp dapat
diantisipasi dan dicegah.
Proses Pelaksanaan surveilans sudah terintegrasi ke dalam program
Puskesmas yaitu pelaksanaan pencatatan dan pelaporan kegiatan
program P2P/Surveilans Terpadu Puskesmas. Surveilans Terpadu
Penyakit (STP) adalah pelaksanaan survailans epidemiologi
penyakit menular dan tidak menular dengan metode pelaksanaan
surveilans epidemiologi rutin terpadu, jenis penyakit yang termasuk
didalam surveilans terpadu penyakit berbasis puskesmas meliputi
kolera, diare, dan DBD.
Faktor Pendukung Berdasarkan informasi dari pihak puskesmas, penyelidikan
epidemiologi selalu langsung turun untuk melakukan penyelidikan
epidemiologi.
Faktor penghambat Kurang pengetahuan dari masyarakat tentang lingkungan tempat
berkembangnya vektor terutama di lingkungan dalam rumah seperti
belakang kulkas, sisa aqua gelas, air dalam vas bunga, baju
bergantungan dan lain-lain.
Rencana tindak lanjut Bekerjasama dengan pihak puskesmas dan pihak RW siaga
dalam menyampaikan informasi tentang lingkungan
perkembangbiakan nyamuk khususnya DBD.
Mengajarkan masyarakat tentang pembuatan ovitrap/lavitrap
sehingga dapat di gunakan masyarakat untuk memberantas
nyamuk DBD.
Tabel . 7
Kegiatan Pelatihan tatalaksana kasus untuk Dokter dan Tenaga
Kesehatan di Puskesmas dan Rumah Sakit.
Tabel. 8
Kegiatan Upaya promosi kesehatan dilakukan disemua sektor, termasuk
pembentukan Juru Pembasmi Jentik (Jumantik) pada anak
sekolah dan pramuka.
Rumusan Masalah
pencegahan dan Berbagai faktor penyebab
Perumusan penyebab masalah
pengendalian penyakit masalah
menular
Pencegahan DBD a. Faktor lingkungan yang
Faktor lingkungan yang menimbulkan perkembangbiakan
menimbulkan vektor seperti banyaknya sampah,
perkembangbiakan vektor selokan yang tidak mengalir,
seperti banyaknya sampah, penampungan air yang terbuka
selokan yang tidak dan terjadinya musim pancaroba,
mengalir, baju kurangnya pemerataan
bergantungan, pembagian bubuk abate, tidak
penampungan air yang adanya kegiatan gotong royong
terbuka dan terjadinya yang rutin, penyuluhan kesehatan
musim pancaroba dari Puskesmas Harapan Raya
b.
belum tepat sasaran kepada
Tidak adanya kegiatan gotong
masyarakat, rendahnya tingkat
royong yang rutin
kesadaran masyarakat mengenai
c.
pencegahan DBD dengan 4M
Penyuluhan kesehatan dari
plus, kurangnya antusias
Puskesmas Harapan Raya
masyarakat dalam melakukan
belum tepat sasaran kepada
pencegahan DBD, banyaknya
masyarakat
d. penampungan air yang terbuka,
Masih rendahnya tingkat kurang disebarkannya media
kesadaran masyarakat tentang pencegahan DBD dengan
mengenai pencegahan DBD 4M plus.
dengan 4M plus.
e.
Rumusan Masalah
pencegahan dan Berbagai faktor penyebab
Perumusan penyebab masalah
pengendalian penyakit masalah
menular
Masih kurangnya disebarkan
media tentang pencegahan
DBD dengan 4M plus.
f.
Kurangnya antusias masyarakat
dalam melakukan
pencegahan DBD
g.
Kurangnya pemerataan
pembagian bubuk abate
h.
Luasnya wilayah kerja cakupan
puskesmas