Вы находитесь на странице: 1из 8

24| Jurnal Hukum Diktum, Volume 11, Nomor 1, Januari 2013, hlm 24-31

KONSEP QATH’I DAN ZHANNI AL-DALALAH DAN


PENGARUHNYA TERHADAP PENAFSIRAN AL-QUR’AN

Firdaus

Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin Makassar


DPK STAI Al-Forqan Makassar

Abstract: This article describes the problem and the concept qath'i zhanni al-dalalah and its
influence on the interpretation of the Qur'an. From the results obtained literatus assessment
some understanding that the Qur'an as the word of Allah, there is no difference of opinion
among Muslims regarding the truth of the source, ie from Allah. Muslims also have the same
belief that the editorial verses of the Qur'an were collected in the manuscripts is the same
without the slightest difference to that received by the Prophet Muhammad. Of Allah.
through the Angel Gabriel. Layout differences among Muslims is in terms of editorial
content of the meaning of the verses of the Qur'an. Usul Fiqh Scholars divide the texts of the
Qur'an to the two components, namely qath'i and zhanni al-dalalah. Qath'i al-dalalah is
clear and certain passages that have only one meaning, and not open to other meanings.
While al-dalalah zhanni is the opposite of qath'i al-dalalah, he was open to interpretation.
Another interpretation by scholars, he did not make the classification of passages of the
Qur'an, that there is no one zhanni qath'i and al-dalalah, because he thinks in that way it
was meant to limit the meaning, and interpretation al-Qur 'an. In the Qur'an it is able to
contain a lot of interpretation. With the concept of al-dalalah qath'i by scholars Usul Fiqh
course is unfavorable interpretations among scholars, because the concept was meant to
limit the meaning efforts, interpretation of the texts of the Qur'an itself. But the concept of al-
dalalah zhanni by Ulama Usul Fiqh, wide open opportunities to interpret, interpret the texts
of the Qur'an was, in a sense have a major impact and positive influence on the birth of the
commentators and the mujtahid.

Kata Kunci: Qath’i al-Dalalah, zhanni al-Dalalah, Penafsiran Al-qur’an

I. PENDAHULUAN Muslimin di seluruh penjuru dunia dewasa


ini adalah sama tanpa sedikit perbedaan pun
Al-Qur’an adalah kitab Samawi yang
dengan yang diterima oleh Nabi
terakhir yang diturunkan oleh Allah Swt.
Muhammad Saw. dari Allah Swt. melalui
kepada Nabi Muhammad Saw. melalui
Malaikat Jibril.
perantaraan jibril, berisi pedoman dan
Menurut Quraish Shihab, al-Qur’an
petunjuk kepada umat manusia, agar
jelas qath’i al-tsubut. Hakikatnya salah satu
manusia dapat memperoleh kehidupan yang
dari apa yang dikenal dengan istilah
bahagia di dunia dan diakhirat.
ma’lum min at-din bi al-dharurah sesuatu
Sebagai kitab Samawi yang merupa-
yang sudah sangat jelas dan aksiomatik
kan Kalam Allah, tidak terdapat perbedaan
dalam ajaran agama. Karena itu, disini tidka
pendapat di kalangan umat Islam menyang-
akan dibicarakan masalah qath’i dari segi
kut kebenaran sumbernya.
at-tsubut atau kebenaran sumber tersebut.
Semua sepakat untuk meyakini bahwa
redaksi ayat-ayat al-Qur’an yang terhimpun Yang menjadi persoalan adalah bagian
dalam mushaf dan dibaca oleh kaum
25| Jurnal Hukum Diktum, Volume 11, Nomor 1, Januari 2013, hlm 24-31

kedua, yakni menyangkut kan-dungan difahami secara tertentu, tidak ada kemung-
makna redaksi ayat-ayat al-Quran.1 kinan menerima takwil, tidak ada tempat
bagi pemahaman arti selain itu, seperti
II. PEMBAHASAN
firman Allah yang artinya dan bagimu
A. Pengertian Qath’i dan Zanni Al- (suami-suami) seperdua dari harta yang
Dalalah ditinggalkan oleh isteri-isterimu jika
1. Menurut Pengertian Bahasa mereka tidak mempunyai anak, (al-Nisa (4):
12). Ayat ini adalah pasti, artinya bahwa
Menurut Muhammad Hashim bagian suami dalam keadaan seperti ini
Kamali, Qath’i secara etimologi bermakna adalah seperdua, tidak yang lain. Yakni
yang definitive (Pasti). Sedangkan Zhanni yang lin dari seperdua. Dan contoh lain
bermakna yang spekulatif.2 pada firman Allah pada soal menindak laki-
2. Menurut pengertian Istilah laki dan perempuan yang berzina, yang
artinya; “perempuan yang berzina dan laki-
Menurut Muhammad Hashim Kamali, laki yang berzina, maka deralah tiap-tiap
Nash qath’i adalah nas yang jelas dan orang dari keduanya seratus kali dera, (al-
tertentu yang hanya memiliki satu makna Nur (24): 2). Ayat ini adalah pasti juga,
dantidak terbuka untuk makna lain, atau artinya bahwa had zina itu seratus kali dera,
hanya memiliki satu penafsiran dan tidak tidak lebih dan tidak kurang.4
terbuka untuk penafsiran lain. Contohnya Dari definisi yang telah dikemuka-
adalah nas tentang hak suami terhadap harta kan di atas, baik Hashim Kamali maupun
istrinya yang telah meninggal, sebagai oleh Abdul Wahhab Khallaf maka dapat-lah
berikut: yang artinya: “Dan bagimu separuh disimpulkan bahwa untuk menentukan nash
dari harta yang ditinggalnya istri-istrimu qath’i al-dalalah ternyata memiliki cirri
jika mereka tidak mempunyai anak, (al- tertentu, yaitu: Pertama, nashnya jelas dan
Nisa, 4:12), Contoh-contoh yang lain makna yang dikandungnya tegas dan hanya
adalah, artinya: “Pezina baik pria atau pun memiliki satu makna, tidak bisa mengan-
wanita, deralah mereka masing-masing 100 dung isytiraqul makna dan juga hanya
kali, (al-Nur, 24:2), dan “Mereka yang memiliki satu penafsiran, tidak terbuka
menuduh wanita-wanita berzina dan gagal untuk penafsiran lain. Kedua, mencakup
men-datangkan 4 orang saksi (untuk mem- ketentuan-ketentuan al-Qur’an mengenai
buktikannya) maka deralah mereka 80 kali, rukun-rukun Islam seperti shalat, puasa,
(al-Nur (24):4). Aspek-aspek kuantitatif zakat, haji dan juga bagian-bagian tertentu
dari ketentuan-ketentuan ini, yaitu separuh, dalam kewarisan dan hukum-hukum yang
seratus, dan delapan puluh, adalah dalil telah ditetapkan secara permanen.
yang sudah jelas dan karena itu, tidak
terbuka untuk menerima penaf-siran. Begitu B. Pengertian Zhanni Al-Dalalah
pula, ketentuan ketentuan al-Qur’an 1. Menurut Pengertian Bahasa
mengenai rukun-rukun Islam seperti shalat
dan puasa, dan juga bagian-bagian tertentu Menurut Muhammad Hashim Kamali,
dalam kewarisan dan hukum-hukum yang Zhanni al-Dalalah secara etimologi
sudah di tetapkan semuanya qath’I; (bahasa) bermakna tidak jelas dan tidak
validitasnya tidak mungkin dibantah oleh tegas (spekulatif).5
siapapun, setiap orang wajib mengikutinya 2. Menurut pengertian terminology (istilah)
dan ketentuan-ketentuan ini tidak membuka
Menurut Muhammad Hashim Kamali
peluang bagi ijtihad (mujtahid).3
ayat al-Qur’an yang bersifat zhanni
Menurut Abdul Wahab Khallaf, sama
(spekulatif) adalah kebalikan dari ayat yang
dengan pandangan Hashim Kamali di atas,
bersifat qath’i (definitif), ia terbuka bagi
bahwa Nas yang qath’I dalalanya ialah nas
pemaknaan, penafsiran dan ijtihad. Penaf-
yang menunjukkan kepada makna yang bisa
26| Jurnal Hukum Diktum, Volume 11, Nomor 1, Januari 2013, hlm 24-31

siran yang terbaik adalah penafsiran yang kemungkinan bahwa yang dimaksudkan,
dijumpai secara keseluruhan dalam al- adalah tiga kali suci atau tiga kali haid. Jadi
Qur’an dan mencari penjelasan penjelasan ini berarti tidak pasti dalalahnya atas satu
yang diperlukan pada bagian yang lain makna dari dua makna tersebut. Karena itu
dalam konteks yang sama atau bahkan para mujtahid berselisih pendapatbahwa
berbeda. Sunnah adalah sumber lainnya “iddah wanita yang ditalak itu tiga kali haid
yang melengkapi al-Qur’an dan menaf- atau tiga kali suci. Dan juga contoh lain
sirkannya. Apabila penafsiran yang firman Allah yang artinya: “Diharamkan
diperlukan dapat ditemukan dalam suatu bagimu (memakan) bangkai dan darah, (al-
hadits, maka ia menjadi bagian integral dari Maidah (5): 3). Padahal lafal maitan
al-Qur’an dan keduanya secara bersama- (bangkai) itu umum. Jadi ini mempunyai
sama membawa keten-tuan yang mengikat. kemung-kinan arti mengharamkan setiap
Kemudian sumber lain berikutnya adalah bangkai, atau keharaman itu (ditakhsis)
para shabat yang memenuhi syarat untuk dengan selain bangkai lautan. Maka oleh
menafsirkan al-Qur’an karena kedekatan karena itu, nas yang mempunyai makna
mereka dari Nabi, kepada Nash, keadaan- yang serupa (makna ganda) atau lafal
kadaan yang melingkupinya dan ajara- umum, atau lafal mutlak dan atau seperti
ajaran Nabi.6 Muhammad Hashim Kamali maitan ini, semua-nya adalah zhanni
me-lengkapi penjelasannya tentan zhanni dalalahnya, karena ia mempunyai kecen-
al-Dalalah dengan mengemukakan contoh derungan kepada lebih dari satu arti.8
nash yang zhanni dalam al-Qur’an adalah Dari Definisi tersebut di atas dapatlah
nash yang berbunyi, “Dilarang bagi kau dipahami, bahwa cirri-ciri yang menjadi
ibu-ibu kamu dan saudara-saudara perem- penyebab kezhannian sebagian dari nash al-
puan kamu, (al-Nisa (4): 23). Nash ini Qur’an itu adalah: Pertama, nash itu
definitif dalam kaitan dengan larangan mengandung makna ganda (isytiraqul
mengawini ibu atau saudara perempuan dan makna), dan juga terbuka bagi penafsiran
tidak ada bantahan tentang soal ini. Namun dan penakwilan (ijtihad). Contoh, kata
demikian kata banatukum (anak-anak  pada surat al-Nisa (4):
perempuan kamu) dapat dipahami dari 23, kata ini mengandung makna ganda,
makna harfiahnya, yang berarti, anak pertama dilihat dari makna harfiahnya dapat
perempuan yang lahir dari seorang baik bermakna anak perempuan yang lebih dari
melalui perkawinan maupun zina, atau seorang baik melalui perkawinan maupun
makna juridisnya. Menurut makna yang tidak. Kedua, bila dilihat dari makna
terakhir, banatukum, hanya dapat diartikan juridisnya, kata  hanya
sebagai anak-anak perempuan yang sah.7 dapat diartikan sebagai anak-anak
Menurut Abdul Wahhab Khallaf nas perempuan yang sah yang lahir dari kedua
yang zhanni dalalahnya ialah nas yang orang tua yang telah diawali dengan proses
menunjukkan atas makna yang memung- perkawinan. Kedua nash itu mengandung
kinkan untuk ditakwilkan atau dipalingkan makna umum. Contoh kata
dari makna asalnya (lughawi) kepada  pada surat al-Maidah
makna yang lain. Seperti firman Allah yang (5): 3. Lafaz ini umum yang
artinya: “Wanita-wanita yang ditalak hen- kemungkinannya mencakup semua bangkai
daklah menahan diri (menunggu) tiga kali termasuk bangkai lautan.
guru. (al-Baqarah (2):228). Pada hal lafa Bila kita cermati uraian yang
guru’ itu dalam bahasa Arab mem-punyai dikemukakan oleh Muhammad Hashim
dua arti, yaitu suci dan haid. Sedangkan nas Kamali dan Abdul Wahhab Kahallaf
menunjukkan (member arti) bahwa wanita- tentang qath’i dan zhanni al-Dalalah maka
wanita yang ditalak itu menahan diri dapatlah disimpulkan bahwa keduanya
(menunggu) tiga kali guru. Maka ada sepakat untuk memberi peluang untuk
27| Jurnal Hukum Diktum, Volume 11, Nomor 1, Januari 2013, hlm 24-31

memaknai, mentak-wilkan dan menafsir- dilaku-kan oleh ulama Ushul Fiqh


kan al-Qur’an selama ayat itu tergolong tersebut, juga punya dampak positif,
zhanni al-Dalalah. Namun keduanya menu- yaitu agar para mufassir tidak memiliki
tup rapat-rapat pintu pemaknaan ganda, kebebasan penuh untuk memaknai,
penakwilan dan penafsiran terhadap ayat- menakwilkan dan menafsirkan nas-nas
ayat al-Qur’an yang sifatnya qath’I al- yang qath’i, atau nas-nas yang sudah
Dalalah. tegas dan jelas maksudnya.
Apa yang dilakukan dan ditetapkan Khusus mengenai nash zhanni al-
oleh kedua ulama tersebut hal itu sangat Dalalah, ternyata ulama ushul Fiqh, juga
dipengaruhi dan diwarnai oleh disiplin ilmu membuka peluang lebar-lebar bagi orang
yang digelutinya, yakni sebagai ulama yang ingin memaknai, mema-hami,
Ushul Fiqh, bukan ulama tafsir. Dikalangan menakwilkan dan menafsirkan nas ter-
ulama tafsir masalah qath’i dan zhanni ad- sebut. Hal ini berarti terdapat pengaruh
Dalalah tidak menjadi salah satu pokok yang positif terhadap partum-buhan dan
bahasan. perkembangan penafsiran. Juga terbuka
peluang terjadinya perbedaan penafsiran
C. Pengaruhnya Terhadap Penafsiran
terhadap nash zhanni itu. Contoh firman
Ketika kita bicara masalah qath’i dan Allah yang berbunyi: “Dilarang bagi
zhanni al-Dalalah dilihat dari segi kamu ibu-ibu kamu dan suadara-saudara
pengaruhnya terhadap penafsiran nash-nash perempuan kamu” (al-Nisa (4): 23).
al-Qur’an maka dapat dikelom-pokkan pada Nash ini definitif dalam kaitan dengan
dua pandangan yaitu pan-dangan Ulama larangan mengawini ibu atau saudara
Ushul Fiqh dan pandangan Ulama Tafsir. perempuan dan tidak ada bantahan
1. Pandangan ulama Ushul Fiqh, yang tentang soal ini. Namun demikian, kata
dalam hal ini diantaranya diwakili oleh banatukum (anak-anak perempuan
Muhammad Hashim Kamali dan Abdul kamu) dapat dipahami dari makna
Wahhab Khallaf dan selainnya yang harfiahnya, yang berarti, anak perem-
membagi nas al-Qur’an kepada dua puan yang lahir dari seorang baik
macam, yaiktu qath’i dan zhanni al- melalui perkawinan maupun tidak (zina),
Dalalah maka dengan adanya pem- atau makna juridisnya. Menurut makna
bagian semacam itu member isyarat yang terakhir, “banatukum, hanya dapat
adanya pembatasan pemaknaan, pen- diartikan sebagai anak perempuan yang
takwilan dan penafsiran pada nash-nash sah.9
tertentu atau pada ayat-ayat tertentu yang Dari uraian tersebut diatas dapatlah
ada dalam al-Qur’an, dalam hal ini nas disimpulkan bahwa ulama Ushul (Ushul
yang qath’i al-Dalalah. Dan dengan cara Fiqh) dalam menetapkan dua konsep, yaitu
yang demikian itu merupakan sebuah qath’I dan zhanni al-Dalalah, maka konsep
upaya menghambat ruang lingkup dan yang pertama itu tidak membawa angin
ruang gerak para mufassir untuk segar, atau tidak membuka adanya peluang
memaknai, mentak-wilkan dan menaf- untuk memaknai, manakwilkan dan menaf-
sirkan nash-nash al-Qur’an secara ke- sirkan nash yang qath’i sebab menurutnya
seluruhan. Dari satu sisi boleh kita makna yang dikandungnya sudah sangat
berpandangan, bahwa pembagian nas jelas dan tegas. Namun konsep kedua
yang demikian itu berdampak negatif (zhanni al-Dalalah) sangat terbuka luas
terhadap keinginan dan semangat para kesempatan untuk memaknai, menakwilkan
mufassir untuk memaknai, menakwil dan dan menafsirkan sesuai dengan kecen-
menafsirkan nash-nash al-Qur’an secara derungan masing-masing para mufassir atau
umum. Namun disisi lain, pembagian para mujtahid, terutama bila nas itu dilihat
nash qath’i zhanni al-Dalalah yang dari segi hukum.
28| Jurnal Hukum Diktum, Volume 11, Nomor 1, Januari 2013, hlm 24-31

Untuk melihat secara jelas peluang sebenarnya merupakan makna yang tampak
pemaknaan, penakwilan dan penafsiran ter- dari frase itu dan diterima oleh jumhur
hadap nas zhanni al-Dalalah dapat dilihat ulama. Tetapi fuquha-fuguha Hanafi
penjelasan dibawah ini: menetapkan bahwa frase itu bermakna
Para fuqaha tidak sependapat ten-tang hukuman penjarah, bukan peng-asingan.
definisi sumpah yang tidak sengaja, sebagai Menurut mereka, pendekatan harfiah
lawan dari sumpah yang di-sengaja, (yang terhadap interprestasi dari frase ini tidak
terdapat dalam surat al-Maidah :89); memuaskan; jika interprestasinya demikian,
artinya: “Allah tidak akan menghukum maka bagaimana mungkin orang dibuang
kamu atas sumpah-sumpah yang disengaja, dari muka bumi kalau tidak dengan cara
tetapi Dia menghukummu atas sumpah- kematian? Nafy, atau pem-buangan di sini
sumpah yang disengaja. “ayat ini diteruskan lain, adalah hukuman diluar pembunuhan.
dengan penjelasan tentang denda, atau Di samping itu, jika perampok
kaffarat, atas sumpah-sumpah yang di- dibuang dari suatu tempat ke tempat yang
sengaja, yang berupa pemberian makan lain dalam wilayah Islam, maka ancaman
kepada sepuluh orang miskin atau memer- dari dirinya tampaknya tidak akan bisa
dekakan seorang budak atau puasa selama dicegah, karena dia mungkin melakukan
tiga hari. Menurut ulama-ulama Hanafi, perampokan-perampokan lagi. Para ulama
sumpah yang tidak disengaja adalah Hanafi kemudian memberikan argument-
sumpah yang dilakukan untuk mem- tasi bahwa pembuangan seorang muslim ke
benarkan sesuatu yang di-sangka benar luar wilayah Islam tidaklah dibenarkan
tetapi sesungguhnya salah. Sebaliknya secara hukum. Oleh karena itu, satu-satunya
jumhur memahaminya sebagai sumpah makna yang tepat dari frase ini yang
yang tidak diniatkan, yakni, yang dilakukan memenuhi tujuan hukuman dari syari’ah
dengan bergurau tanpa maksud apapun. adalah hukuman penjara.10
Perbedaan-perbedaan semacam ini muncul Dari ayat tersebut di atas dapatlah
dalam kaitan dengan definisi mana yang disimpulkan bahwa semua ayat muhara-
tepat tentang apa yang disebut sebagai bah yang memuat frase yunfau min al-Ard
sumpah yang disengaja. Ada juga ketidak- terbuka bagi penafsiran-penafsiran yang
sepakatan tentang apakah tiga hari puasa itu berbeda.
harus dilakukan secara berturut-turut Seandainya tidak ada perbedaan
ataukah tidak. Oleh karena itu, nas ayat ini, penafsiran dan penakwilan terhadap nash
sekalipun definitif dalam hal ketentuan zhanni maka dengan sendirinya akan
dasar kaffarat atas sumpah yang tidak melahirkan kesulitan (masyaqqah) pada diri
disengaja, namun bersifat spekulatif dalam manusia itu sendiri, sebab dia hanya
hal istilah yang tepat dari kaffarat dan cara berpegang secara mutlak pada satu pan-
penerapannya. dangan atau ketetapan hukum, yang
Contoh zhanni lainnya dalam al- kemungkinannya pandangan dan pene-
Qur’an kita dapat melihat kepada firase tapan hukum itu tidak mampu untuk
yunfau nin al-Ard (dibuang dari muka dilaksanakannya. Tetapi dengan adanya
bumi) yang terdapat dalam surat al-Maidah perbedaan pandangan dalam penetapan
5: 33). Frase ini menunjukkan hukuman hukum maka seseorang berhak menen-
bagi perampokkan (hirabah), atau menurut tukan pilihannya sesuai dengan tingkat
sebuah alternatif tetapi interprestasinya kesanggupan dan kemampuannya.
sama bagi pemberontakan dalam masyara- Di sisi lain, manusia mengalami
kat dengan kepemimpinan yang sah. pertumbuhan dan perkembangan, yang
Pembuangan (nafy) dalam ayat ini dapat dengan sendirinya pandangan dan pene-
bermakna pengasingan dari tempat kejaha- tapan hukum itu harus berorientasi pada
tan itu dilakukan pertama kali. Hal ini kemaslahatan ummat manusia. Boleh jadi
29| Jurnal Hukum Diktum, Volume 11, Nomor 1, Januari 2013, hlm 24-31

Nabi menganggap suatu nash sebagai nash bannya, ulama-ulama tafsir menekankan
qath’i al-Dalalah namun pada kondisi bahwa al-Quran hamalat li al wujud (al-
tertentu menjadi zhanni al-Dalalah. Atau Quran mampu mengandung ungkapan:
setidak-tidaknya nash (ayat) tetap qath’i Seorang tidak dinamai mufasir kecuali jika
namun penerapan hukuman boleh jadi ia mampu member interpretasi ber-agam
zhanni. terhadap ayat-ayat al-Qur’an.
Selanjutnya pada surat al-Maidah Seiring dengan pendapat ulama-ulama
(5:33) ini, kebingungan muncul dari tafsir di atas, seorang pemikir kon-temporer
gabungan frase yang mengandung kata aw, kelahiran al-Jazair yaitu Mohammad
yang berarti ‘dan’ antara ketiga frase yang Arkoum, menulis tentang ayat-ayat al-
menentukan hukuman yang berbeda-beda Quran sebagai berikut: “Kitab Suci itu
bagi perampok tadi. Karena itu, tidaklah mengandung kemungkinan makna yang
diketahui secara pasti mana di antara ketiga akan terbatas. Ia menghadirkan berbagai
hukuman ini yang ditetapkan bagi peram- pemikiran dan penjelasan pada tingkat
pok, (muharib). Pendapat jumhur mengata- dasariah, eksistensi yang absolute, ia
kan bahwa muharib dijatuhi hukuman mati dengan demikian, selalu terbuka, tak pernah
apabila dia benar-benar merampok dan tetap dan tertutup hanya pada satu
membunuh kor-bannya, tetapi jika hanya penafsiran makna.12
merampok, maka hukumannya adalah Pendapat diatas sejalan dengan tulisan
pengasingan. Dalam kasus-kasus yang lebih ‘Abdullah Darraz, salah seorang ulama
negeri ketika perampok membunuh dan besar al-Azhar yang antara lain men-
merampok korbannya, maka perampok itu jelaskan dan mengetik kitab al–Muwa-faqat
harus dibunuh dan disalib. Menurut sebuah karya Abu Ishaq al-Syathibi. Syaikh Darraz
alternatif pendapat hukum, adalah kewaji- menulis: “Apabila anda membaca, makanya
ban pemerintah untuk menentukan salah akan jelas dihadapan anda. Tetapi bila anda
satu hukuman atau gabungan dari huku- membaca sekali lagi, maka anda akan
man-hukuman iktu dalam kasus-kasus yang menemukan pula makna-makna lain yang
tersendiri.11 berbeda dengan makna terdahulu. Demikian
Dari contoh-contoh nas zhanni yang seterusnya, sampai anda dapat menemukan
dikemukakan di atas oleh para ulama ushul kalimat atau kata yang mempunyai arti
menjadi dasar dan bukti kuat atasnya, bermacam-macam. Semuanya benar atau
bahwa ternyata nas zhanni terbuka lebar- mungkin benar. Ayat-ayat al-Qur’an bagai-
lebar peluang untuk lahirnya berbagai kan intan. Setiap sudutnya memancarkan
pemaknaan, penakwilan dan penafsiran cahaya yang berbeda dengan apa yang
terhadap nas zhanni itu sendiri terutama bila terpancar dari sudut-sudut lain. Dan tidak
dilihat dari segi kacamata hukum. mustahil, jika anda mempersilahkan orang
lain memandangnya, maka dia akan melihat
2. Pandangan Ulama Tafsir
lebih banyak dari apa yang anda lihat.13
Ulama tafsir tidak membuat klasifikasi Menurut Quraish Shihab, disisi lain, kita
tentang nash al-Qur’an mengenai qath’i dapat berkata bahwa setiap nas atau redaksi
dan zhanni sebagaimana yang dibuat dan mengandung dua dalalah (kemungkinan
ditetapkan oleh ulama Ushul. Kenyataan ini arti). Bagi pengucapnya redaksi tersebut
dapat dibuktikan dengan membuka lem- hanya mengandung satu arti saja, yakni arti
baran kitab-kitab ‘Ulum al-Qur’an. Misal- yang dimaksudkan olehnya. Inilah yang
nya al-Burhan karangan al-Zarkasyi, atau dimaksud dalalah haqiqiyyah. Tetapi, bagi
al Itqan oleh al-Sayuti dan Mabahits fi para pendengar atau pembaca, dalalahnya
‘Ulumil Quran oleh Mana’ul Qath’an. bersifat relative. Mereka tidak dapat
Ketiganya tidak membahas soal tersebut. memastikan maksud pembicaraan. Pema-
Pertanyaannya. Mengapa demikian? Jawa- haman mereka ter-hadap nas atau redaksi
30| Jurnal Hukum Diktum, Volume 11, Nomor 1, Januari 2013, hlm 24-31

tersebut dipenga-ruhi oleh banyak hal. DAFTAR PUSTAKA


Mereka dapat berbeda pendapat. Yang
kedua ini dinamai dalalah nishbiyyah. Departemen Agama RI. Muqadimah al-
III. KESIMPULAN Qur’an dan Tafsirnya. Jakarta:
Proyek Pengadaan Kitab Suci al-
Al-Qur’an sebagai kalam Allah, tidak
Qur’an, 1983 / 1984.
terdapat perbedaan pendapat di kalangan
umat Islam menyangkut kebe-naran Komali, Mohammad Hashim, Principles of
sumbernya, yaitu dari Allah Swt. Juga umat Islamic Jurisprudence. Diter-
Islam mempunyai keyakinan yang sama jemahkan oleh Noorhadi dengan
bahwa redaksi ayat-ayat al-Qur’an yang judul: “Prinsip dan Teori-teori
terhimpun dalam Mushaf adalah sama tanpa Hukum Islam”. Cet. I; Yogyakarta:
sedikit pun perbedaan dengan yang diterima Pustaka Pelajar Offset, 1996.
oleh Nabi Muhammad Swa. Dari Allah Khallaf, Abdul Wahhab, Ilmu Usul Fiqh,
Swt. melalui Malaikat Jibril. Diterjemahkan oleh Noer Iskandar
Letak perbedaan pandangan dikala- Dkk. Dengan Judul “Khaidah –
ngan umat Islam adalah dalam hal kan- kaidah Hukum Islam”.Cet. IIV;
dungan makna redaksi ayat-ayat al-Qur’an. Jakarta. PT. Raja Grapindo Persada,
Ulama Ushul Fiqh membagi nash al-Qur’an 1996.
kepada dua komponen, yaitu qath’I dan
zhanni al-Dalalah. Qath’i al-Dalalah Quthan, Mana’ul. Mabahits Fi Ulumil
adalah nas yang jelas dan tertentu yang Quran. Diterjemahkan oleh
hanya memiliki satu makna, dan tidak Halimuddin dengan Judul
terbuka untuk makna lain. Sedangkan Pembahasan Ilmu al-Quran. Cet. I:
zhanni al-Dalalah adalah kebalikan dari Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1993.
qath’i al-Dalalah, ia terbuka untuk SA, Romli, Muqaranah Mazahib Fil Ushul.
pemaknaan, penakwilan dan penafsiran. Cet. I; Jakarta: Gaya Media
Lain dengan ulama tafsir, ia tidak membuat Pertama, 1999.
klasifikasi tentang nas al-Qur’an, bahwa
ada yang qath’i dan ada yang zhanni al- Syihab, Quraish. Membumikan al-Qur’an.
Dalalah, sebab menurut-nya dengan cara Cet. I; Bandung: Mizan, 1992.
yang demikian itu berarti membatasi Syarifuddin, Amir. Ushul Fiqh. Cet. I;
pemaknaan, penakwilan dan penafsiran Jakarta: PT. Logos Wancana Ilmu,
terhadap al-Qur’an. Pada hal al-Qur’an itu 1999.
mampu mengandung banyak interpretasi.
Dengan konsep Qath’i al-Dalalah
oleh ulama Ushul Fiqh tentunya merupakan Catatan Akhir:
hal yang kurang baik di-kalangan ulama 1
Quraish Shihab, Membumikan al-Qur’an
Tafsir, sebab dengan konsep itu berarti (Cet. I; Bandung: Mizan, 1992), h. 137.
membatasi upaya pemaknaan, penakwilan 2
Muhammad Hashim Kamali, Principles of
dan penafsiran terhadap nas-nas al-Qur’an Islamic Jurisprudence. Diterjemahkan oleh
itu sendiri. Namun dari konsep zhanni al- Noorhaidi dengan judul: “Prinsip dan Teori-Teori
Dalalah oleh Ulama Ushul Fiqh, terbuka Hukum Islam” (Cet. I; Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
peluang lebar-lebar untuk memaknai, 1996), h. 26
3
mentak-wilkan dan menafsirkan nash-nash Ibid.
al-Qur’an itu, dalam arti mempunyai 4
Abdul Wahhab Khallaf, Ilmu Fiqh.
pengaruh besar dan pengaruh positif Diterjemahkan oleh Noer Iskandar dkk dengan
terhadap lahirnya para mufasir dan para judul: “Kaidah-Kaidah Hukum Islam” (Cet. IV;
mujthid. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1994), h. 45.
31| Jurnal Hukum Diktum, Volume 11, Nomor 1, Januari 2013, hlm 24-31

5 10
Muhammad Hashim Kamali, Loc.Cit. Ibid., h. 28.
6 11
Ibid., h. 26. Ibid., h. 28-29.
7 12
Ibid.m h. 26-27. Quraish Shihab, Loc.cit.
8 13
Abdul Wahhab Khallaf, Op. Cit., h. 46. Ibid.
9
Muhammad Hashim Kamali, op.cit., h. 26-27.

Вам также может понравиться