Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada junjungan nabi besar kita nabi Muhammad
Saw. Dimana berkat perjuangan beliau dan para sahabatnyalah hingga saat kini kita dapat merasakan
indahnya Iman dan Islam. Semoga kita yang hadir di sini kelak mendapatkan syafaat beliau pada hari
kiamat.
Dalam kesempatan mulia ini, khatib mengingatkan kepada diri khatib pribadi dan juga kepada para jamaah
sekalian, agar kita senantiasa meningkatkan nilai ketakwaan kita kepada Allah Swt. karena takwa
merupakan sebaik-baik bekal yang akan kita bawa hingga hari hisab nanti, amin.
Sebagaimana firman–Nya :
Saat ini umat Islam dan mereka yang memiliki jiwa kemanusiaan kembali diusik oleh pernyataan
permusuhan, yang hendak mencengkeram kawasan kota suci Al-Quds atau Yerusalem, tempat di mana
Masjid Al-Aqsha berada.
Ketahuilah, bahwa itu adalah tindakan zalim dan sesungguhnya itulah sebenarnya kehinaan bagi mereka
sendiri.
Apalagi, ini di kawasan kota suci Al-Quds, yang Allah berkahi, tempat dahulu para Nabi menyampaikan syiar
dakwahnya, dan tanah wakaf bagi kaum Muslimin.
Ayat ini berkaitan dengan peristiwa Isra Mi’raj Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam.
Sekaligus Allah menyebutkan ketinggian, keutamaan, dan kemuliaan Masjid Al-Aqsha di kota Al-Quds
(Yerusalem). Hal tersebut menekankan pentingnya kaum muslimin memperhatikan Masjid Al-Aqsha serta
tanggungjawab umat Islam di seluruh dunia dalam membela dan menjaga masjid dan tempat tersebut.
Karena itu, umat Islam tidak boleh membiarkan apalagi melalaikannya dikuasai oleh yang bukan haknya,
seperti berlangsung saat ini, yakni dikuasai oleh Zionis. Terlebih lagi mereka dengan segala kebrutalannya
menyerang kaum Muslimin yang hendak beribadah di dalamnya. Dan kini hendak dicengkeram lagi sebagai
ibukota Zionis Israel dengan cara sepihak serta ilegal.
Dalam lintasan sejarah disebutkan, asdalah Khalifah Umar bin Khattab yang telah melakukan perjalanan
dari Madinah ke Al-Aqsha, ketika penduduk negeri itu kawasan kota tua Al-Quds, mensyaratkan bahwa yang
berhak menerima penyerahan Palestina harus Khalifah Umar sendiri selaku pemimpin umat Islam.
Warga Nasrani Palestina waktu itu memberikan mandat kepada Khalifah Umar, bahwa diri mereka, harta
mereka, dan semua kepecayaan di sana, untuk dijaga dan dipelihara oleh Islam.
Khalifah Umar bin Khattab masuk ke negeri Palestina serta membebaskan kembali Masjid Al-Aqsha tahun
638 M. dari penjajahan orang di luar Islam yang memang bukan berhak atas masjid itu.
Generasi berikutnya adalah Shalahuddin Al-Ayyubi yang bersumpah kepada dirinya, untuk tidak akan
tersenyum selama hidupnya sebelum membebaskan Masjid Al-Aqsha, dari kekuasaan tentara Salibis yang
juga bukan haknya. Hingga akhirnya pada tanggal 27 Rajab 573 H. / 2 Oktober 1187 M. Masjid Al-Aqsha dan
kawasan sekitarnya dapat dibebaskan kembali oleh Shalahuddin Al-Ayyubi dari penjajahan yang telah
menguasai masjid itu selama 88 tahun.
Generasi terakhir kepemimpinan umat Islam fase Mulkan Jabbariyyah, Sultan Abdul Hamid II tahun 1876-
1911 M, ketika memimpin Turki Utsmaniyyah, telah mempertahankan hak muslimin dengan tidak
memberikan sejengkalpun tanah Masjid Al-Aqsha dan kawasan Palestina dan sekitarnya untuk selain umat
Islam yang memang bukan haknya.
Hadirin yang sama-sama mengharap ridha dan ampunan Allah Subhanahu Wa Ta’ala
Kaum Yahudi Zionis internasional telah mengetahui betapa Masjid Al-Aqsha adalah milik dan simbol
kejayaan umat Islam, dan mereka akan terus coba nodai dan kuasi keberadaannya, dengan berbagai cara
dan didukung para sekutunya, terutama Amerika Serikat.
Oleh karena itu mereka berusaha dengan berbagai daya dan upaya bagaimana agar jangan sampai umat
Islam sadar dan bersatu untuk membebaskan Masjid Al-Aqsha dari penjajahan Zionis. Mereka coba
provokasi kaum Muslimin untuk menyerahkan tanah wakaf itu.
Namun, justru inilah saatnya kaum Muslimin di seluruh dunia melakukan aksi bersama membela Al-Aqsha
serta Al-Quds, dan membentengi kaum Muslimin yang terzalimi di bumi penuh berkah itu.
Kita kerahkan segala daya dan upaya, baik lisan, pernyataan tertulis, aksi turun ke jalan, hingga mengirim
bantuan yang memungkinkan ke sana. Dengan suara, pernyataan, aksi-aksi di lapangan, orasi, khutbah,
tulisan-tulisan, hingga bantuan fisik dan materi.
Inilah bentuk kepedulian kita terhadap sesama. Seperti Allah mengingatkan di dalam ayat:
Artinya : “Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi dan dari kuda-
kuda yang ditambat untuk berperang [yang dengan persiapan itu] kamu menggentarkan musuh Allah,
musuhmu dan orang-orang selain mereka yang kamu tidak mengetahuinya; sedang Allah mengetahuinya.
Apa saja yang kamu nafkahkan pada jalan Allah niscaya akan dibalas dengan cukup kepadamu dan kamu
tidak akan dianiaya.” (QS Al-Anfal [8]: 60).
Perhatian dan pembelaan kita terhadap Masjid Al-Aqsha di kawasan Baitul Maqdis, disebutkan oleh
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam di dalam haditsnya:
Artinya: Dari Maimunah budak yang dimerdekakan oleh Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, sesungguhnya
dia berkata, “Wahai Rasulullah, berilah fatwa kami tentang Baitul Maqdis”. Nabi bersabda, “Datangilah dan
shalatlah di sana. Bila engkau tidak bisa datang ke sana untuk menjalankan shalat di dalamnya, maka
kirimkan minyak untuk menerangi lampu-lampunya”. (HR Abu Dawud).
Karena itu, kita seluruh kaum Muslimin wajib menyambutnya dengan segala daya dan upaya apa yng bisa
kita lakukan. Hatta mengirim minyak untuk menerangi lampu-lampu di Masjid Al-Aqsha, harus kita lakukan.
‘Mengirim minyak’ di sini dalam arti luas adalah mengirim dukungan, bantuan, support, pembelaan lisan
dan tulisan, hingga doa yang kita panjatkan.
Hadirin rahimakumullah
Begitulah, memang dari Al-Quds lah, menjadi tolok ukur dan simbol perjuangan umat Islam.
Ini seperti disebutkan di dalam tarikh dan hadits, bagaimana perhatian beliau Shallallahu ‘Alaihi Wasallam
terhadap kawasan Syam dan sekitarnya.
Ini seperti pernah beliau sampaikan melalui sahabat Mu’adz bin Jabal, “Wahai Muadz! Allah Yang Maha
Kuasa akan membuat kalian sanggup menaklukkan Syam, setelah kematianku, dari wilayah Al-Arisy sampai
Efrat. Para lelaki dan wanitanya akan terus berjihad sampai Hari Kiamat. Siapa saja di antara kalian yang
memilih tinggal perbatasan Syam atau Baitul Maqdis dia akan berada dalam keadaan berjihad sampai Hari
Kiamat.”
Tentu, sebagaimana pendahulunya, Rasulullahd an Para Khalifah penggantinya, tidak bisa tidak kemenangan
itu dapat diraih dengan persatuan dan kesatuan umat islam, hidup berjamaah, terpimpin dalam satu
komando Imaam atau Khalifah, yang bersifat rahmatan lil ‘alamin.
Hingga dengan sentral kepemimpinan umat Islam yang berdasarkan Al-Quran dan As-Sunnah itu, pada
akhirnya kemenangan kaum mukminin dapat menghukun kejahatan Yahudi, akan segera tiba, seperti Allah
sebutkan di dalam Al-Quran:
Begitulah, persatuan dan kesatuan umat Islam sudah, sedang dan akan terus diuji sepanjang masa.
Kekuatan kal jasadil wahid-nya akan terus diprovokasi musuh-musuhnya sampai tercera-berai.
Namun, sesungguhnya usaha itu tidak akan berhasil secara sempurna. Sebab landasan persatuan dan
kesatuan serta selama landasan itu tetap dipertahankan, yakni Al-Islamsebagai simpul talinya, maka upaya
pecah belah itu akan menunai kegagalan.
Persatuan-kesatuan umat Islam, inilah kekuatan ajaran Islam selain pada aqidah tauhidullah, yakni berupa
seruan kepada umatnya untuk menjaga persatuan di antara umat Islam berdasarkan ukhuwah Islamiah kal
jasadil wahid serta cercaan terhadap perpecahan umat.
Melalui ayat ini, Allah hendak mengingatkan akan makna pentingnya hablullaah atau tali Allah, yakni Al-
Quran, yang datang dari langit atau sisi Allah dan diturunkan untuk umat manusia di muka bumi ini.
Semoga kita terus tergerak tanpa lelah untuk berdoa, memikirkan dan berupaya untuk membela Masjid Al-
Aqsha, dan seluruh kawasan Al-Quds, dan saudara-saudara kita di Palestina serta kawasan Muslimin
lainnya, semata-mata karena mengharap ridha Allah Subhanahu Wa Ta’ala.
Serta semoga Allah mempersatukan negeri-negeri Muslim, para tokoh, pimpinan dan umat Muslimin demi
kejayaannya.