Вы находитесь на странице: 1из 7

AQUASAINS

(Jurnal Ilmu Perikanan dan Sumberdaya Perairan)


(Vol 2 No 3. Tahun 2019)

CORAL REEF COVER IN KETAPANG BEACH PESAWARAN


REGENCY

Afif Fahza Nurmalik1

1
Program Studi Ilmu Kelautan, Fakultas Perikanan dan Kelautan, Universitas Lampung, Jl.
Sumantri Brojonegoro No. 1 Bandar Lampung 35145 Indonesia

email : afifnurmalik@yahoo.com

Abstrak :
Pantai Ketapang is administratively located in Batu Menyan Village, Pdownload Pidada
District, Pesawaran. The coral reef ecosystem is located at the sea floor at a depth of 1.5 m
to 5 meters, the front of the beach is overgrown by coral reefs. Coral reef ecosystem is one
of coastal resources that is very vulnerable to damage, especially caused by human
behaviour. The research was held at Ketapang Beach on 31 March 2017. This research
aims to know Cover percent and coral reef ecosystem conditions in Ketapang Beach. The
research uses the Underwater Photo Transect (UPT). From the results of this study
acquired various types of coral life forms that branched Acropora, coral branching, Coral
encrusting, coral mushroom, soft coral, Submassive corals, massive corals, algae macro,
Halimeda, Coral Foliose, Dead Coral With algae, Dead algae, sand, Silt, Rubble, Turf
algae and others, with HC amounting to 56%, DC 21.89% and TSW 22.30%. Coral reef
observation is done by UPT (Underwater Photo Transect) method performed at the
specified location by presenting a roll meter along the 50 m parallel to the coastline. The
coral reef observation by taking pictures or documentation of coral reefs by using
underwater camera that was previously laid out quadran transect size 58x44 cm first.
Photo capture of 50 photos with a roll meter position on the odd number frame is left and
on the even number frame is on the right.

Keyword : Coral Reef, CPCE, Ketapang Beach, Percentage of Coral Reef, Underwater
Photo Transect (UPT)

PENDAHULUAN
Indonesia merupakan salah satu negara besar dan kecil, dengan panjang garis
yang terletak pada pusat segitiga pantai mencapai 95.186 km. Luas
terumbu karang (the coral triangle) yang ekosistem terumbu karang Indonesia
memiliki keanekaragaman hayati yang diperkirakan mencapai 50.875 km2.
tinggi. Sebagai negara kepulauan, Namun, sebagian besar dari luas
Indonesia terdiri lebih dari 17.480 Pulau terumbu karang tersebut telah
mengalami kerusakan yang sangat beberapa seri septa yang tajam dan
serius. Data dari Pusat Penelitian berbentuk daun yang keluar dari dasar.
Oseanografi -LIPI (2017), menunjukkan Pola septa berbeda-beda pada tiap
bahwa kondisi terumbu karang hanya spesies dan merupakan dasar pembagian
6,39% terumbu karang Indonesia yang spesies karang.
tergolong kondisi sangat baik.
Sementara 23,40 % tergolong dalam Monitoring utupan karang merupakan
baik, 35,06 % tergolong dalam kondisi kegiatan yang dilakukan untuk
cukup baik, dan 35,15 % kondisi buruk. mengetahui persentase lifeform karang
yang terdapat di suatu perairan dan
Ekosistem terumbu karang terdapat pada selanjutnya dapat ditentukan kondisi
lingkungan perairan yang dangkal seperti karang yang ada di perairan tersebut.
paparan benua dan gugusan pulau-pulau
Oleh sebab itu perlu dilakukan
di perairan tropis antara lintang 30° LU
dan 25° LS. Terumbu karang sebagai monitoring tutupan karang untuk
tempat hidup dari berbagai biota laut mengetahui kondisi karang yang ada di
tropis lainnya memiliki keanekaragaman Pantai Ketapang, agar diketahui cara
jenis biota yang sangat tinggi dan sangat pengelolaan yang tepat untuk masa
produktif. Umumnya keberadaan dan yang akan datang oleh pihak terkait.
kondisi terumbu karang sangat
mempengaruhi banyak kekayaan dan MATERI DAN METODE PENELITIAN
keanekaragaman ikan karang. Jika
Waktu dan Tempat Pengamatan
kondisi terumbu karang baik maka
keanekaragaman ikannya tinggi, begitu Pengamatan terumbu karang dilakukan
juga sebaliknya. pada tanggal 31 Maret 2019 pada pukul
10.00 WIB yang berlokasi di Pantai
Terumbu karang merupakan hewan Ketapang, Desa Batumenyan,
bentik yang hidup di dasar perairan. Kecamatan Padang Cermin, Kabupaten
Hewan ini sebagian besar hidupnya Pesawaran, Lampung.
berkoloni yang tersusun atas kalsium
karbonat (CaCO3) sebagai hasil sekresi Alat dan Bahan
dari Zooxanthellae. Terumbu karang Alat yang digunakan dalam penelitian
merupakan habitat berbagai biota laut ini adalah perlengkapan Alat dasar
untuk tumbuh dan berkembang biak selam, roll meter, kamera underwater,
dalam kehidupan yang seimbang. Sifat GPS, komputer/laptop/program CPCe
yang sangat menonjol dari terumbu (Coral Point Count with Excel
karang adalah keanekaragaman, jumlah Extension), frame 58 cm × 44 cm dan
spesies, dan bentuk morfologi tinggi dan buku identifikasi terumbu karang.
bervariasi.
Pengambilan Data
Karang adalah anggota filum Cnidaria Mengacu pada COREMAP- CTI (2014)
yang dapat menghasilkan kerangka luar tentang panduan monitoring kesehatan
dari kalsium karbonat. Karang dapat terumbu karang. Penelitian ini menggunakan
berkoloni atau sendiri, tetapi hampir metode UPT (Underwater Photo Transect).
semua karang hermatipik merupakan Pengambilan sampel di lapangan dengan
koloni dengan berbagai individu hewan menggunakan metode UPT, datanya
karang atau polip menempati mangkuk
hanyalah berupa foto-foto,
kecil atau kolarit dalam kerangka yang
massif. Tiap mangkuk mempunyai
”Frame 1” (Gambar 2a), dilanjutkan 2a), sedangkan untuk frame dengan
dengan pengambilan foto pada meter nomor genap (2, 4, 6,...,50) diambil.
ke-2 pada bagian sebelah kanan garis Pada bagian sebelah kanan garis
transek (bagian yang lebih jauh dengan transek (Gambar 2b). Ilustrasi dalam
daratan) sebagai ”Frame 2” (Gambar pengambilan data dengan metode
2b), dan seterusnya sehingga untuk transek foto bawah air dapat dilihat
panjang transek 50 m diperoleh 50 buah pada Gambar 3 Selanjutnya foto-foto
frame (”Frame 1” sampai dengan tersebut masih perlu dianalisis di darat
”Frame 50”). Jadi untuk frame dengan dengan menggunakan komputer dan
nomor ganjil (1, 3, 5,...,49) diambil Software
pada sebelah kiri garis transek (Gambar
CPCe 4.1

a b
Gambar 2. Pengambilan Foto di Lapangan dengan metode UPT
a. Posisi pita berskala pada Frame 1 dan Frame bernomor ganjil
b. Posisi pita berskala pada Frame 2 dan Frame bernomor genap

Gambar 3. Ilustrasi dalam pengambilan data dengan metode Transek Foto


Bawah Air (UPT) (COREMAP-CTI, 2014).

.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil

Tabel 1. Hasil Pengamatan UPT Terumbu Karang dengan Aplikasi CPCe

HASIL CPCe
STASIUN
HC (%) DC (% TSW (%)
1 65% 8,4% 22,6%
2 42% 40,80% 17,2%
3 42% 27,60% 30,4%
4 52,10 % 29,65% 18.25%
5 70% 7,40% 22,6%
6 72,60% 14% 13,4%
7 47% 25,40% 27,6%
Total 56% 21,89% 22,30%

Berdasarkan hasil penelitian ini didapatkan Hazrul., R. D (2016) menyatakan bahwa


hasil bahwa terdapat 7 stasiun, stasiun 1 HC fungsi ekosistem terumbu karang yang
sebesar 65%, DC 8,4% dan TSW 22,6% pada mengacu kepada habitat, biologis atau
stasiun 2 mendapatkan hasil persentase HC proses ekosistem sebagai penyumbang
sebesar 42%, persentase DC sebesar 40,80%,
barang maupun jasa. Untuk barang
dan persentase TSW sebesar 17,2%. Pada
merupakan yang terkait dengan
stasiun 3 yaitu persentasi HC sebesar 42%,
persentase DC sebesar 27,60%, dan persentase
sumberdaya pulih seperti bahan makanan
TSW sebesar 30,4%. pada stasiun 4 yaitu yaitu ikan, rumput laut dan tambang
persentase HC sebesar 52,10%, persentase DC seperti pasir. Terumbu karang
sebesar 29,65%, dan persentase TSW menyediakan berbagai manfaat langsung
18,25%. pada stasiun 5 yaitu persentase HC maupun tidak langsung. Arrafi (2008)
sebesar 70%, persentase DC sebesar 7,40 %, menjelaskan bahwa ekosistem terumbu
dan persentase TSW sebesar 22,6%. Setelah karang banyak meyumbangkan berbagai
itu pada stasiun 6 hasil persentase HC sebesar biota laut seperti ikan karang, mollusca,
72,60%, persentase DC 14%, dan persentase crustacean bagi masyarakat yang hidup
TSW sebesar 13,4%. Lalu hasil olah data
dikawasan pesisir.
CPCe pada stasiun 7 yaitu persentase HC
sebesar 47%, persentase DC sebesar 25,40 %,
dan persentase TSW 27,6%. Metode Transek Foto Bawab Air
(Underwater Photo Transect = UPT)
Total keseluruhan pada HC sebesar 56% merupakan salah satu metode alternatif
dikategorikan bahwa kondisi terumbu karang untuk penilaian kondisi terumbu karang.
di Pantai Ketapang cukup baik dan DC Penggunaan metode UPT antara lain dapat
sebesar 21,89% yang tergolong wajar mempersingkat waktu pengambilan data di
dikarenakan banyak aktivitas rekreasi dan lapangan sehingga penyeJam tidak perlu
perikanan sehingga mengalami kerusakan
berlama-Iama melakukan peoyeJaman di
yang tidak terlalu signifikan. Kemudian TSW
bawah air. Selain itu, hasil fotonya juga
sebesar 22,30% yang artinya bahwa tutupan
atau kerapatan terumbu karangnya baik. dapat sebagai foro dokumentasi atau arsip
GRAFIK HASIL TERUMBU KARANG DI PANTAI KETAPANG
80%

70%

60%

50% HC
DC
40%
TSW
30%

20%

10%

0%
Stasiun 1 Stasiun 2 Stasiun 3 Stasiun 4 Stasiun 5 Stasiun 6 Stasiun 7

Grafik 1. Percent cover Tutupan Karang

Dari grafik diatas HC memiliki hasil Selain dari tujuan penelitian, perbedaan
persen yang besar dikarenakan jumlah pilihan yang digunakan dalam metode
hard coral yang terdapat pada pantai UPT juga sangat ditentukan oleh
ketapang sangatlah bagus bahkan kemampuan penganalisis foto. Jika
mencapai 70% lebih. HC yang bagus penganalisis foto hanya dapat
menjadi indikator bahwa keanekaragam membedakan antara karang hidup dan
jenis karangnya melimpah dan bukan karang bidup, maka hanya pilihan
keanekaragaman ikan karangnya juga A saja yang dapat digunakan. Tetapi jika
melimpah di daerah Pantai Ketapang penganalisis foto memiliki kemampuan
tersebut. Kemudian untuk hasil DC juga untuk membedakan nama jenis karang
tergolong wajar karena tingkat kematian maka peogguoaan pilihan C tetap
coral banyak faktornya yaitu bisa karena memungkinkan, meskipun perIu juga
ulah manusia ataupun karena faktor alam. dipertimbangkan tujuan penelitiannya
Faktor manusia sangat mendominasi untuk efisiensi waktu. Waktu yang
kerusakan karang di daerah Pantai diperlukan untuk menganalisis foto pada
Ketapang dikarenakan adanya jalur UPT pilihan C jauh lebihlama
penyebrangan ke pulau pulau sekitar dan dibandingkandengan pilihan B atau A
juga kegiatan penangkapan ikan di daerah (Kambey, et al., 2010).
tersebut yang menyebabkan kondisi
karang yang mati mencapai angka 40% di Metode UPT merupakan metode yang
stasiun 1. Kemudian untuk TSW masih memanfaatkan perkembangan teknologi,
dianggap wajar dikarenakan kerapatan baik perkembangan teknologi kamera
jenis karang di Pantai Ketapang sudah digital maupun teknologi piranti lunak
cukup baik namun harus dipertahankan komputer. Pengambilan data di lapangan
lebih lanjut dikarenakan bisa saja semakin banya berupa foto-foto bawah air yang
hilang kerapatan jenis terumbu karang dilakukan dengan pemotretan
yang terdapat di Pantai Ketapang tersebut. menggunakan kamera digital bawah air.
Fotofoto basil pemotretan tersebut penelitian ini dapat terlaksana dengan
selanjutnya dianalisis menggunakan baik.
piranti lunak komputer untuk
mendapatkan data-data yang kuantitatif.
Beberapa keuntungan dari penggunaan DAFTAR PUSTAKA
metode UPT antara lain dapat Arrafi, M. 2008. Kondisi Terumbu Karang
mempersingkat waktu pengambilan data di di Perairan Pesisir Aceh
lapangan sehingga penyelam tidak perlu Besar. [Skripsi]. Universitas
berlama-lama melakukan penyelaman di Syiah Kuala, Aceh.
bawah air.
COREMAP II. 2008. Buletin
SIMPULAN COREMAP II Provinsi Sumatera
Kesimpulan dari penelitian ini adalah rata rata Utara: Midterm Review ADB,
HC di Pantai Ketapang adalah sebesar 47% Edisi ke-3. Dinas Kelautan dan
yang dikategorikan tutupan karangnya adalah Perikanan Provinsi Sumatera
baik. Kemudian untuk DC di Pantai Ketapang
Utara, Medan.
rata ratanya adalah 25,40% yang
dikategorikan wajar. Terakhir pada TSW rata
ratanya adalah sebesar 27,60%.
COREMAP-CTI. 2014. Panduan
Kondisi ekosistem terumbu karang di Pantai Monitoring Kesehatan Terumbu
Ketapang dapat dikategorikan kedalam Karang. Jakarta.
kategori baik, dan didominasi oleh Hard Coral
(HC). Dahuri, R., J. Rais., S. P. Ginting dan
M. J. Sitepu. 1996. Pengelolaan
SARAN Sumberdaya Wilayah Pesisir dan
Saran yang dapat diberikan ialah sebaiknya Laut Secara Terpadu. Pradnya
dilakukan monitoring di Perairan Pulau Paramita, Jakarta.
Unggeh, agar setiap tahunnya dapat diketahui
bagaimana keadaan kondisi ekosistem Dahuri, R. 2003. Keanekaragaman Hayati
terumbu karang, dalam upaya pelestarian Laut: Aset Pembangunan
terumbu karang sebaiknya juga dilakukan Berkelanjutan. PT. Gramedia
kegiatan
Pustaka Utama, Jakarta.

UCAPAN TERIMA KASIH Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten


Ucapan terima kasih kepada dosen Prodi Tapanuli Tengah - COREMAP-
CTI. 2015.
Ilmu Kelautan Universitas Lampung yang
telah membantu dalam pendanaan biaya Fitt, W.K., F. K. McFarland, M. E. Warner
penelitian ini dan memberikan support dan G. C. Chilcoat. 2000. Seasonal
yang begitu luar biasa sehingga penelitian Patterns of Tissue Biomass and
Dinoflagellates in Reef Corals and
ini berjalan dengan lancar. Ucapan terima Realition to Coral Bleaching.
kasih juga disampaikan kepada seluruh Limnology and Oceanography.
pihak pengelola Pantai Ketapang atas 45:677-685.

bantuan sarana dan prasarana sehingga


Hazrul., R. D. Palupi dan R. Ketjulan.
2016. Identifikasi Penyakit
Karang (Scleractinia) di
Perairan Pulau Saponda
Laut, Sulawesi Tenggara. Sapa
Laut 1(2) :32-41. ISSN 2503-
0396.

Kambey, A.D. 2014. Kondisi Terumbu


Karang Pulau Bunaken Provinsi
Sulawesi Utara. Jurnal Ilmiah
Platax 2 (1) : ISSN 2302-
3589.

Keputusan Menteri Lingkungan Hidup.


2001. Nomor : 04 Tahun 2001
Tentang Kriteria Baku
Kerusakan Terumbu Karang.
Jakarta.

Keputusan Menteri Lingkungan Hidup.


2004. Nomor : 51 Tahun 2004.
Tentang: Baku Mutu Air Laut
untuk Biota Laut, Jakarta.

Вам также может понравиться