Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Siswati
Costrie Ganes Widayanti
Abstract
The aim of this research is to identify the precentage of students who are suffered
from bullying and to describe the forms of bullying in SD Negeri Semarang. The
research is conducted by using questionnaire and interview with cluster sampling
method. The total sample of this research is 78 students from grade 3 to 6
The result shows that 37.55% students become victims of bullying. 42.5%
students suffered from physical bullying and 34.06% from non physical bullying.
The research also describes that there is a chance for victims to be developed as the
doers.
There is a low understanding from school community about bullying.
Recognition and prevention about bullying have to be noticed in order to create
safe place for students to be fully developed.
Pendahuluan
Undang-undang Nomor 20 Dalam beberapa tahun
tahun 2003 pasal 1 ayat (1) belakangan ini, beberapa topik media
menyebutkan bahwa “Pendidikan massa menyoroti kekerasan di sekolah.
adalah usaha sadar dan terencana untuk Misalnya saja Koran Suara Merdeka
mewujudkan suasana belajar dan proses Jawa Tengah menyoroti kekerasan yang
pembelajaran agar peserta didik secara terjadi di lingkungan sebuah akademi
aktif mengembangkan potensi dirinya militer di Semarang, di mana seorang
untuk memiliki kekuatan spiritual taruna dihajar oleh seniornya, kisah
keagamaan, pengendalian diri, yang sama terjadi beberapa tahun
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, sebelumnya di sebuah sekolah tinggi di
serta ketrampilan yang diperlukan Bandung di mana calon pejabat
dirinya, masyarakat, bangsa dan pemerintahan dipersiapkan hingga
negara”. Guna mencapai tujuan berakibat kematian salah seorang
tersebut, diperlukan kondisi belajar siswanya juga dilakukan oleh beberapa
yang kondusif dan jauh dari kekerasan. senior. Koran Kompas pun juga
Penelitian dari Yayasan Sejiwa menyoroti melalui artikelnya yang
menunjukkan bahwa tidak ada satupun berjudul “Apa Untungnya Menggencet
sekolah di Indonesia yang bebas dari Adik Kelas” dan “Stop Kekerasan Di
tindakan kekerasan. Sekolah” (dalam Riuskina dkk, 2005).
Jurnal Psikologi Undip, Vol. 5, No. 2, Desember 2009.
(Offord, Boyle & Racine, 1991 dalam Dampak negatif yang mungkin
Bee, 1994). disebabkan oleh bullying menyebabkan
Setiap perilaku agresif, apapun pentingnya untuk mengenali perilaku
bentuknya, pasti memiliki dampak ini. Mengekplorasi kejadian dan
buruk bagi korbannya. Para ahli dampaknya akan dapat memberikan
menyatakan bahwa school bullying informasi mengenai orang-orang yang
mungkin merupakan bentuk agresivitas terlibat, tempat terjadinya, dan urutan
antarsiswa yang memiliki dampak dari perilaku yang terjadi dalam
paling negatif bagi korbannya. Hal ini kejadian tersebut. Informasi tersebut
disebabkan adanya ketidakseimbangan dapat digunakan oleh pihak-pihak yang
kekuasaan di mana pelaku yang berasal ingin melakukan intervensi terhadap hal
dari kalangan siswa/siswi yang merasa ini.
lebih senior melakukan tindakan Sementara itu, praktik bullying
tertentu kepada korban yaitu terjadi pula di tingkat sekolah dasar.
siswa/siswi yang lebih yunior dan Salah satu kasus kematian akibat
mereka merasa tidak berdaya karena bullying adalah kematian Fifi Kusrini,
tidak dapat melakukan perlawanan. anak usia 13 tahun dengan bunuh diri
Dampak lain yang dialami oleh korban pada 15 Juli 2005. Kematian siswi
bullying adalah mengalami berbagai sekolah dasar ini dipicu oleh rasa
macam gangguan yang meliputi minder dan frustrasi karena sering
kesejahteraan psikologis yang rendah diejek sebagai anak tukang bubur oleh
(low psychological well-being) di mana teman-teman sekolahnya.
korban akan merasa tidak nyaman, Kejadian di mana satu atau
takut, rendah diri serta tidak berharga sekelompok siswa menekan siswa yang
(Rigby dalam Djuwita dkk, 2005), lain, biasa disebut dengan bullying.
penyesuaian sosial yang buruk di mana Menurut Tattum dan Tattum (1992)
korban merasa takut ke sekolah bahkan bullying adalah “….the willful,
tidak mau sekolah, menarik diri dari conscious desire to hurt another and
pergaulan, prestasi akademik yang put him/her under stress”. Olweus
menurun karena mengalami kesulitan (1993) juga mengatakan hal yang
untuk berkonsentrasi dalam belajar serupa bahwa bullying adalah perilaku
bahkan buruknya korban memiliki negatif yang mengakibatkan seseorang
keinginan untuk bunuh diri daripada dalam keadaan tidak nyaman/terluka
harus menghadapi tekanan-tekanan dan biasanya terjadi berulang-ulang
berupa hinaan dan hukuman (Trigg). “repeated during successive
Eratnya hubungan antara encounters”.
kesejahteraan psikologis dan kesehatan Dari kedua pengertian tersebut
fisik menyebabkan korban bullying di atas, dapat disimpulkan bahwa
terkadang juga mengalami gangguan bullying adalah perilaku agresif yang
pada fisiknya. Dampak bullying pada dilakukan oleh siswa/siswi yang
kesehatan fisik korban termanifestasi memiliki kekuasaan atas siswa/siswi
dalam bentuk sakit kepala (Williams yang lebih lemah, secara berulang-ulang
dkk, dalam Djuwita, 2005), sakit dengan tujuan untuk menyakiti orang
tenggorokan, flu, dan batuk (Wolke tersebut.
dkk, dalam Riauskina dkk, 2005), bibir Pada banyak negara, school
pecah-pecah dan sakit dada (Rigby bullying sudah disikapi secara serius,
dalam Riauskina, 2005). bahkan di beberapa negara di Asia
fenomena ini telah banyak dibahas dan
Jurnal Psikologi Undip, Vol. 5, No. 2, Desember 2009.
Temuan Lain
Hal lain yang ditemukan pada penelitian ini adalah terbukanya peluang dari
subyek penelitian untuk berkembang menjadi pelaku bullying, kendati tidak semua
subyek menyatakan demikian. Demikian pula terdapat bentuk baru dari perilaku ini,
yaitu dengan menggunakan orangtua sebagai obyek ejekan. Sebagaimana yang
ditunjukkan keterangan berikut ini.
Tabel 5. Perilaku Bullying yang dilakukan oleh Korban Bullying
Bentuk Perilaku Jenis kelamin
Siswa Laki- Siswa
laki perempuan
(%) (%)
Orangtua diejek 2.9 1.5
Dipaksa memukul teman 2.9 0
Dipaksa mencuri uang 1.5 0
Dipaksa mengganggu teman 1.5 0
Dipaksa ikut bolos sekolah 0 0
Jurnal Psikologi Undip, Vol. 5, No. 2, Desember 2009.
Hasil penelitian pada siswa siswi terus menerus disertai dengan ancaman
Sekolah Dasar Negeri menunjukkan maka akhirnya subyek memenuhi
bahwa ada perbedaan perilaku bullying permintaan tersebut. Di sisi lain, ada
yang terjadi pada siswa laki-laki dan pula subyek yang mengetahui adanya
siswa perempuan. Pada siswa laki-laki ancaman tersebut dan tetap
perilaku bullying yang dilakukan lebih menanggung resiko dipukul, diancam,
sering berupa fisik dan verbal, seperti dan diteror terus menerus karena
memukul, mendorong saat berkelahi, mereka tidak menuruti permintaan
dipaksa dengan ancaman serta diejek pelaku. Sebagaimana pengakuan subyek
dengan panggilan tertentu. Sedangkan berikut:
pada siswa perempuan, perilaku “saya waktu kelas 3 saya dipaksa oleh
bullying yang dilakukan berupa verbal teman saya untuk membelikan jajanan
dan yang bersifat relasi, seperti menjadi di warung sekolah kalau saya enggak
bahan pembicaraan / gosip, tidak mau saya pulang sekolah diancam sama
dilibatkan dalam relasi sosial, serta teman saya jadinya saya mau
diejek. Hasil penelitian ini memiliki membelikan jajan teman saya di kantin
kesesuaian dengan penelitian dari daripada saya diancam sama teman
Nansel et al., 2001 (dalam Milsom and saya…..” (P-12 tahun)
Gallo, 2006),yang menyatakan bahwa
terdapat perbedaan perilaku bullying “saya waktu masuk saya dimintai uang
yang ditunjukkan oleh siswa laki-laki karena saya tidak mengasih uang saya
dan siswa perempuan Sekolah Dasar. diincim oleh teman-teman saya di
Beberapa respon yang kelas…” (P-12 tahun)
ditunjukkan oleh subyek yang menjadi
korban bullying dipengaruhi oleh “….saya bermain bermain bersama
pengalaman dan proses belajar yang teman-teman, saya tidak boleh bermain
dilakukan oleh subyek sehingga dengan lalu saya dipaksa untuk memberikan
demikian subyek akan bereaksi pada uang 5 ratus lalu saya beri lalu saya
perilaku bullying yang dilakukan oleh boleh bermain lagi”(L-9 tahun)
teman-temannya. Beberapa subyek
menyatakan penolakannya saat diminta “…saya disuruh kakak kelas saya untuk
untuk melakukan suatu tindakan meminta-minta oleh teman saya tapi
tertentu kepada pelaku bullying dan ada saya tidak mau lalu saya dipukuli dan
pula yang merasa tidak berdaya disindir dan diejek….pagi harinya saya
sehingga memilih untuk menuruti dimintai uang oleh kakak kelas saya
permintaan pelaku. Adanya learned saya tidak mau lalu pada istirahat
helplessness pada subyek yang pertama saya dipukuli kakak kelas
memenuhi permintaan pelaku tersebut saya….saya dipaksa teman yang lebih
mengakibatkan siklus bullying terus kuat…saya tidak mau lalu pulang
menerus terjadi sehingga subyek terus sekolah saya dipukuli lagi” (L-12
berada dalam kondisi tertekan dan takut tahun)
apabila mereka akan mengalami suatu
hal yang buruk apabila menolak untuk “….ya saya terpaksa membelikan jajan
mengikuti permintaan pelaku. Hal ini untuk dia jadi aku malah tidak mau
terlihat dari pernyataan subyek di mana turun kelas sebelum dia naik kelas biar
pada awalnya mereka menolak untuk tidak diancem lagi “(L-11 tahun)
menuruti permintaan pelaku,tetapi Pelaku bullying antara lain
karena permintaan tersebut dilakukan adalah kakak kelas, di mana hal ini
Jurnal Psikologi Undip, Vol. 5, No. 2, Desember 2009.
Pelaku Korban
Pemicu
Solusi
DAFTAR PUSTAKA