Вы находитесь на странице: 1из 21

BAB I

PENDAHULUAN

Kanker paru-paru adalah penyebab utama kematian akibat kanker bagi


pria maupun wanita di negara maju. Meskipun upaya yang luar biasa telah
dilakukan untuk mengobati kanker ini, namun ketahanan hidup penderita
hingga 5 tahun secara keseluruhan sangat rendah yakni hanya sekitar 15%,
karena kebanyakan pasien berada pada stadium lanjut saat pengobatan kuratif
tidak lagi menjadi pilihan1.
Sekalipun kanker paru merupakan penyakit yang relatif baru di
Indonesia dan baru dilaporkan oleh Bonne pada tahun 1935, serta tidak
termasuk dalam laporan Vos (1934), akan tetapi insiden dari kanker paru
semakin meningkat di seluruh dunia, termasuk di Indonesia2.
Kanker paru merupakan penyebab utama keganasan di dunia, mencapai
hingga 13 persen dari semua diagnosis kanker. Selain itu, kanker paru juga
menyebabkan 1/3 dari seluruh kematian akibat kanker pada laki-laki. Di
Amerika Serikat, diperkirakan terdapat sekitar 213.380 kasus baru dan
160.390 kematian akibat kanker paru pada tahun 20073. Kanker paru-paru
diklasifikasikan menjadi sel non-kecil atau kanker paru-paru sel kecil, yang
terhitung hingga 87% dari semua kanker paru-paru4.

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi
Kanker paru adalah semua penyakit keganasan di paru, mencakup
keganasan yang berasal dari paru sendiri (primer). Dalam pengertian klinik
yang dimaksud dengan kanker paru primer adalah tumor ganas yang berasal
dari epitel bronkus (karsinoma bronkus/bronchogenic carcinoma)3.

B. Insidensi
Kanker paru-paru adalah keganasan fatal paling umum di seluruh dunia
baik pada pria maupun wanita5. Berdasarkan laporan profil kanker WHO,
kanker paru merupakan penyumbang insidens kanker pada laki- laki tertinggi
di Indonesia diikuti oleh kanker kolorektal, prostat, hati, dan nasofaring; dan
merupakan penyumbang kasus ke-5 terbanyak pada perempuan setelah
kanker payudara, serviks-uteri, kolorektal, dan ovarium. Kanker paru
merupakan penyebab pertama kematian akibat kanker pada laki-laki (21.8%)
dan penyebab kematian kedua akibat kanker pada perempuan (9.1%) setelah
kanker payudara (21.4%)3.
Pada survei rutin, <5% adalah nodul ganas. Pada operasi, 40% nodul
adalah ca, granuloma 40%6. Insiden kanker paru termasuk rendah pada usia di
bawah 40 tahun, namun meningkat sampai dengan usia 70 tahun. Faktor
risiko utama kanker paru adalah merokok. Secara umum, rokok menyebabkan
80% kasus kanker paru pada laki-laki dan 50% kasus pada perempuan.
Faktor lain adalah kerentanan genetik (genetic susceptibility), polusi udara,
pajanan radon, dan pajanan industri (asbestos, silika, dan lain-lain)3.

2
C. Etiologi7
1. Merokok
Kejadian kanker paru sangat berhubungan dengan merokok, dengan
sekitar 90% kanker paru-paru timbul akibat penggunaan tembakau.
Risiko kanker paru meningkat dengan jumlah rokok yang diisap dari
waktu ke waktu. Asap tembakau mengandung lebih dari 7.000 senyawa
kimia, banyak di antaranya terbukti menyebabkan kanker, atau bersifat
karsinogenik.
2. Perokok pasif
Merokok pasif, atau menghirup asap rokok bekas dari perokok lain
yang tinggal di tempat tinggal atau tempat kerja, juga merupakan faktor
risiko yang berat untuk kanker paru-paru.
3. Serat asbes
Serat asbes adalah serat silikat yang dapat bertahan seumur hidup di
jaringan paru-paru setelah terpapar asbes.
4. Gas Radon
Gas radon adalah gas alami dan inert alami yang merupakan produk
peluruhan uranium alami. Gas ini meluruh membentuk produk yang
memancarkan jenis radiasi pengion. Radon gas adalah penyebab kanker
paru-paru yang diketahui, dengan perkiraan 12% kematian akibat kanker
paru-paru disebabkan oleh gas radon.
5. Predisposisi keluarga
Sebagian besar kanker paru-paru dikaitkan dengan merokok
tembakau, faktanya bahwa tidak semua perokok akhirnya menjadi kanker
paru-paru menunjukkan bahwa faktor lain, seperti kerentanan genetik
individu, dapat berperan dalam penyebab kanker paru-paru.
6. Penyakit paru
Faktor penyebab lainnya adalah adanya penyakit paru tertentu,
terutama chronic obstructive pulmonary disease (COPD) dapat
menimbulkan kanker paru.

3
7. Riwayat kanker paru sebelumnya
Penderita kanker paru-paru memiliki risiko lebih besar untuk
mendapatkan kanker paru-paru kedua kalinya dibandingkan dengan
orang yang belum pernah menderita kanker paru sebelumnya.
8. Polusi udara
Polusi udara dari kendaraan, pembuangan industri, dan pembangkit
listrik dapat meningkatkan kemungkinan berkembangnya kanker paru-
paru. Hingga 1% kematian akibat kanker paru-paru diakibatkan oleh
menghirup udara yang tercemar, dan para ahli percaya bahwa paparan
dalam waktu yang lama terhadap udara yang sangat tercemar dapat
membawa risiko yang sama dengan kebiasaan merokok pasif dalam
perkembangan kanker paru-paru.

D. Faktor Risiko8
Faktor risiko utama adalah merokok yang terlibat dalam 90% kasus dan
meningkatkan risiko kanker paru-paru, yang dapat dibagi dengan subtipe
histologis:
- Kanker paru-paru sel skuamosa: 11x (pria), 15x (wanita)
- Kanker paru-paru sel kecil: 10x (pria), 25x (wanita)
- Kanker paru-paru sel besar: 7x (pria), 8x (wanita)
- Adanya adenokarsinoma paru: 4x (pria dan wanita)
Faktor risiko lainnya:
- Asbestos: 5x peningkatan risiko
- Paparan kerja: uranium, radon, arsenik, kromium
- Fibrosis paru difus: 10x peningkatan risiko
- Penyakit paru obstruktif kronik

E. Klasifikasi2
Secara histopatologi kanker paru dapat digolongkan menjadi 4 tipe, yakni
karsinoma epidermoid (25%), karsinoma sel kecil (15%), adenokarsinoma
(30%), dan karsinoma sel besar (15%). Sisanya merupakan tipe yang jarang

4
didapat yakni karsinoid bronchial, mukoepidermoid, dan karsinoma
adenoskuamosa.
Disamping itu ada pembagian dengan cara lain yang terdiri atas “Small
Cell Lung Cancer” (SCLC) dan “Non Small Cell Lung Cancer” (NSCLC),
dimana satu sama lain mempunyai sifat bilogi yang berbeda. Oleh karena itu
klasifikasi dan grafik yang ada didasarkan atas perbedaan antara SCLC dan
NSCLC tersebut.
- “Non Small Cell Lung Cancer” (NSCLC)
Pada NSCLC dikenal klasifikasi TMN, dimana T adalah tumor
primer, N adalah metastasis kelenjar limfe, dan M adalah metastasis
jauh.
- “Small Cell Lung Cancer” (SCLC)
Berbeda dengan NSCLC, SCLC mempunyai daya metastasis yang
lebih tinggi, yakni sebelum tumor primer dapat dideteksi metastasis
telah terjadi pada kelenjar limfe (M mungkin lebih dahulu daripada
N). Disamping itu SCLC juga mempunyai tingkat pembelahan yang
tinggi, sehingga relatif lebih sensitif terhadapa tindakan radioterapi
maupun sitostatik.

Adapun pembagian klasifikasi kanker paru menurut World Health


Organization (WHO) 2015 yakni terdiri atas9:
1. Karsinoma sel epidermoid = Sel skuamus (squamous cell carcinoma),
terdiri atas:
a. Differensiasi tinggi (well differentiated)
b. Differensiasi sedang (moderatly differentiated)
c. Differensiasi rendah (poorly differentiated)
2. Karsinoma sel kecil (small cell carcinoma), terdiri atas:
a. Karsinoma sel oat (oat cell carcinoma)
b. Jenis sel intermadia (intermediate cell type)
c. Kombinasi karsinoma sel oat (combine oat cell carcinoma)
3. Karsinoma kelenjar (adeno carcinoma), terdiri atas:

5
a. Karsinoma kelenjar asiner
b. Karsinoma kelenjar papiler
c. Karsinoma bronkiolo alveolar
d. Karsinoma padat dengan pembentukan mukus (solid Ca with
mucous formation)
4. Karsinoma sel besar (large cell carcinoma)
a. Karsinoma sel datia (giant cell Ca)
b. Karsinoma sel jernih (clear cell Ca)
5. Karsinoma kelenjar mukus (adeno squamous carcinoma)
6. Tumor karsinoid (carcinoid tumor)
7. Mukoepidermoid karsinoma
8. Adenoid kistik karsinoma
9. Sarkoma dan tumor jaringan lunak lain
10. Karsinoma lain yang tidak spesifik

F. Stadium Kanker Paru


Kategori TNM untuk kanker paru10
T : Tumor Primer
To : Tidak ada bukti ada tumor primer
Tx : Tumor primer sulit dinilai, atau tumor primer terbukti dari penemuan sel
tumor ganas pada sekret bronkopulmoner tetapi tidak tampak secara
radiologis atau bronkoskopik
Tis : Karsinoma in situ
T1 : Tumor dengan garis tengah terbesar tidak melebihi 3 cm, dikelilingi oleh
jaringan paru atau pleura viseral dan secara bronkoskopik invasi tidak
lebih proksimal dari bronkus lobus (belum sampai ke bronkus utama).
Tumor supervisial sebarang ukuran dengan komponen invasif terbatas
pada dinding bronkus yang meluas ke proksimal bronkus utama
T2 : Setiap tumor dengan ukuran atau perluasan sebagai berikut:
 Garis tengah terbesar lebih dari 3 cm

6
 Mengenai bronkus utama sejauh 2 cm atau lebih distal dari karina,
dapat mengenai pleura viseral
 Berhubungan dengan ateletaksis atau pneumonitis obstruktif yang
meluas ke daerah hilus, tetapi belum mengenai seluruh paru.
T3 : Tumor sebarang ukuran, dengan perluasan langsung pada dinding dada
(termasuk tumor sulkus superior), diafragma, pleura mediastinum atau
tumor dalam bronkus utama yang jaraknya kurang dari 2 cm sebelah
distal karina atau tumor yang berhubungan dengan ateletaksis atau
pneumonitis obstruktif seluruh paru.
T4 : Tumor sebarang ukuran yang mengenai mediastinum atau jantung,
pembuluh besar, trakea, esofagus, korpus vertebra, karina, tumor yang
disertai dengan efusi pleura ganas atau tumor satelit nodul ipsilateral
pada lobus yang sama dengan tumor primer.
N : Kelenjar getah bening regional (KGB)
Nx : Kelenjar getah bening tak dapat dinilai
No : Tak terbukti keterlibatan kelenjar getah bening
N1 : Metastasis pada kelenjar getah bening peribronkial dan/atau hilus
ipsilateral, termasuk perluasan tumor secara langsung
N2 : Metastasis pada kelenjar getah bening mediastinum ipsilateral dan/atau
KGB subrkarina
N3 : Metastasis pada hilus atau mediastinum kontralateral atau KGB skalenus
/ supraklavila ipsilateral / kontralateral
M : Metastasis jauh
Mx : Metastasis tak dapat dinilai
Mo : Tak ditemukan metastasis jauh
M1 : Ditemukan metastasis jauh. Metastatic tumor nodule (s) ipsilateral di luar
lobus tumor primer dianggap sebagai M1

7
Berdasarkan klasifikasi tersebut maka stadium kanker paru dapat dibagi atas2:
Stadium 1
TIS NO MO Karsinoma in situ
T1 NO MO Tumor yang dapat diklasifikasian kedalam T1
T1 NO/N1 MO Tanpa metastasis atau dengan metastasis ke kelenjar limfe
T1 N1 MO Terdapat metastasis ke kelenjar limfe peribronkial atau hanya di
daerah hilus
T2 NO MO Tumor ipsilateral, atau tumor yang dapat diklasifikasikan
kedalam T2 tanpa metastasis ke kelenjar limfe atau metastasis
jauh.
Stadium II
T2 N1 MO Suatu tumor yang diklasifikasikan kedalam T2 dengan
metastasis hanya ke kelenjar limfe peribronkial atau daerah hilus
ipsilateral.
Stadium III
T3 dengan N apapun, atau setiap tumor yang lebih luas dari T2, atau setiap tumor
dengan metastasis
N2 dengan T apapun, atau setiap metastasis ke kelenjar limfe didalam mediastinum,
atau N apapun setiap tumor dengan metastasis jauh
M1 dengan T atau N apapun

G. Manifestasi Klinis11
Sebagian besar kanker paru-paru tidak menimbulkan gejala hingga akhirnya
menyebar, tetapi beberapa orang dengan kanker paru-paru dini memiliki gejala.
Gejala yang paling umum dari kanker paru-paru adalah:
a. Batuk yang tidak hilang atau semakin memburuk
b. Batuk darah atau berwarna karat sputum (baik air liur maupun dahak)
c. Nyeri dada yang seringkali lebih buruk dengan pernapasan dalam
d. Suara serak
e. Penurunan berat badan dan kehilangan nafsu makan
f. Sesak napas
g. Mudah lelah atau lemah

8
h. Infeksi seperti bronkitis dan pneumonia yang sulit sembuh dan mudah
kambuh kembali
i. New onset of wheezing
Jika kanker paru-paru menyebar ke organ jauh, hal itu dapat menyebabkan:
a. Nyeri tulang (seperti sakit di belakang atau pinggul)
b. Perubahan sistem saraf (seperti sakit kepala, kelemahan atau mati rasa
tangan atau kaki, pusing, masalah keseimbangan, atau kejang), dari kanker
menyebar ke otak atau sumsum tulang belakang
c. Ikterus pada kulit dan mata jika kanker menyebar ke hati
d. Benjolan di dekat permukaan tubuh, karena kanker menyebar ke kulit atau
ke kelenjar getah bening (system kekebalan tubuh), seperti di leher atau di
atas tulang clavicula

H. Diagnosis
a. Anamnesis3
Batuk lama, batuk berdarah, sesak nafas, nyeri dada, suara serak,
sulit/nyeri menelan yang tidak merespon dengan pengobatan atau
penurunan berat badan dalam waktu singkat, nafsu makan menurun,
demam hilang timbul, sakit kepala, nyeri di tulang atau parese, dan
pembengkakan atau ditemukannya benjolan di leher, aksila atau dinding
dada.
b. Pemeriksaan Fisik3
Pemeriksaan fisik mencakup keadaan umum (performance status)
penderita yang menurun, penemuan abnormal pada pemeriksaan fisik paru
seperti suara napas yang abnormal, benjolan superfisial pada leher, ketiak
atau dinding dada, tanda pembesaran hepar atau tanda asites, dan nyeri
ketok di tulang.
c. Pemeriksaan Patologi Anatomi3
Pemeriksaan patologi anatomi mencakup pemeriksaan sitologi dan
histopatologi, pemeriksaan imunohistokimia untuk menentukan jenis

9
tumor (mis. TTF-1 dan lain-lain), dan pemeriksaan petanda molekuler,
seperti mutasi EFGR, yang dilakukan apabila fasilitasnya tersedia.
d. Pemeriksaan Laboratorium3
Pemeriksaan darah rutin, seperti Hb, leukosit, trombosit, serta fungsi
hati, dan fungsi ginjal.
e. Pemeriksaan Pencitraan
Foto toraks AP/lateral merupakan pemeriksaan awal untuk menilai
pasien dengan kecurigaan terkena kanker paru. Berdasarkan hasil
pemeriksaan ini, lokasi lesi dan tindakan selanjutnya termasuk prosedur
diagnosis penunjang dan penanganan dapat ditentukan. Jika pada foto
toraks ditemukan lesi yang dicurigai sebagai keganasan, maka
pemeriksaan CT scan toraks wajib dilakukan untuk mengevaluasi lesi
tersebut3.
CT scan toraks dengan kontras merupakan pemeriksaan yang penting
untuk mendiagnosa, menentukan stadium penyakit, dan menentukan
segmen paru yang terlibat secara tepat. CT scan toraks dapat diperluas
hingga kelenjar adrenal untuk menilai kemungkinan metastasis hingga
regio tersebut. CT scan kepala/MRI kepala dengan kontras diindikasikan
bila penderita mengeluh nyeri kepala hebat untuk menilai kemungkinan
adanya metastasis ke otak. Pemeriksaan lainnya seperti USG abdomen
dilakukan kecuali pada stadium IV, bone scan dilakukan untuk mendeteksi
metastasis ke tulang-tulang, bone survey dilakukan jika fasilitas bone scan
tidak ada, dan PET Scan dilakukan untuk mengevaluasi hasil pengobatan3.
Menurut berbagai peneliti, Emermesom (1959), Kutchera (1964), Host
(1960), Rigle (1964,1965, 1966), kanker paru mempunyai gambaran
radiolohi yang bervariasi. Adapun Veeze (1968) mengatakan bahwa antara
pemeriksaan histopatologi dan radiologi didapatkan hubungan sebagai
berikut2:

10
Pertumbuhan tumor Bentuk bayangan radiologi
Tumor dalam fase infiltrasi Nodul atau massa atau “coin lesion”
Kegagalan drainase bronkus Konsolidasi
Obstruksi bronkus Atelektasis atau emfisema
Ekstensi perivaskular bronkial Densitas perihilus bertambah
Metastasis ke nodul hilus Deformitas hilus

Gambar 1. Karsinoma Paru – Massa12


Gambar ini menunjukkan massa bulat yang sangat besar yang mengisi
lapangan paru kanan atas. Pada daerah yang tidak normal tampak bayangan
(densitas meningkat / hiperadiopak) di paru-paru, diagnosis infeksi atau
kanker bisa menjadi penyebabnya. Seringkali temuan klinis yang menentukan
diagnosis daripada sinar-X. Adanya efusi pleura tidak dapat menentukan
apakah area bayangan abnormal disebabkan oleh infeksi atau kanker karena
keduanya dapat menyebabkan efusi12.

11
Gambar 2. Karsinoma Paru – Konsolidasi12
X-ray ini menunjukkan area air-space shadowing (konsolidasi).
Tampakan ini bisa disebabkan oleh infeksi atau kanker. Sinar-X tidak dapat
menentukan perbedaan keduanya. Penyelidikan lebih lanjut dengan CT dan
bronchoscopy dapat menentukan keganasan paru utama dalam kasus ini12.

Gambar 3. Massa Hilus dan Efusi12


Hilus kanan sangat abnormal pada gambar ini bandingkan dengan sisi
kiri dimana struktur vaskular normal dari hilus terlihat dengan jelas.
Mediastinum melebar karena pembesaran kelenjar getah bening di sebelah

12
kanan trakea dan garis paratrakeal kanan tidak lagi terlihat. Blunting dari
sudut costophrenic kanan dan pembentukan 'meniscus' adalah ciri khas dari
efusi pleura. Kanker paru dikonfirmasi setelah bronkoskopi dan biopsi12.

Gambar 4. Cavitating Bronchogenic Carcinoma, Squamous Cell x-ray13.


Terdapat kavitas yang berdinding tebal yang ada di lobus kanan bawah
(panah putih) dengan tepi bagian nodular ke rongga dan terdapat air fluid
level. Ini adalah karsinoma sel skuamosa primer13.

Gambar 5. Cavitating Bronchogenic Carcinoma, Squamous Cell ct-scan13.

13
Tampak kavitas berdinding tebal di paru-paru kanan (panah merah)
dengan tepi luar spiculated (panah merah) dan nodular pada tepi dalam
(panah putih). Ada penyebaran limfangitis (lingkaran putih). Ini adalah
karsinoma sel skuamosa primer13.
Tumor primer menunjukkan gambaran luas berdasarkan gambaran
radiologi yang didapatkan. Pada NSCLCs dapat terlihat pertumbuhan massa,
dan menyerang struktur mediastinum [Gambar A] atau lesi perifer [Gambar
B] yang menyerang dinding dada13.

Gambar 6. Gambaran radiologi umum pada kanker paru. Massa yang berada
di pusat dengan invasi mediastinum (panah, A), massa perifer terletak di atas
pleura (panah, B)13

14
Tumor dapat memiliki dinding tepi yang halus, lobulasi [Gambar C], atau
ireguler [Gambar D]13.

Gambar 7. Gambaran radiologis umum pada kanker paru. Massa dengan


dinding tepi reguler dan berlobus (panah, C) dan dengan dinding tepi ireguler
(panah, D)13
Massa dapat berupa padat atau bisa memiliki nekrosis dan kavitasi
sentral [Gambar A]. Kavitas lebih cenderung merupakan histology dari
skuamosa. Kadang-kadang tumor menyerupai patologi infeksi dan dipandang
sebagai area konsolidasi [Gambar B], sebuah ground-lass opacity [Gambar C,
atau kombinasi keduanya [Gambar D]13.

Gambar 8. Kanker paru-paru dengan pola radiologis atipikal. Kanker sel


skuamosa muncul sebagai massa kavitasi (panah, A). Pada adenocarcinoma
tampak konsolidasi padat (panah, B)13.

15
Gambar 9. Karsinoma bronchoalveolar (adenokarsinoma in situ) tampak
ground-glass opacity (panah, C) dan mixed densitas, padat (panah), dan
ground-glass nodules (panah) di D13.

I. Diagnosis Banding14,15,16
Kanker paru-paru juga dapat menunjukkan gambaran yang mencolok
(dalam kasus tumor sentral), nodul paru (dalam kasus tumor perifer),
pelebaran mediastinum (sugestif menyebar ke kelenjar getah bening),
atelektasis total atau parsial pada segmen, lobus atau paru-paru (efek mekanis
yang menyebabkan keruntuhan obstruktif), konsolidasi yang tidak beraturan
(pneumonia), kavitasi (eksentrik, margin tidak teratur dengan nodularitas),
diafragma tinggi (disebabkan oleh palsi saraf frenik) atau efusi pleura
(25,1%). Temuan lain termasuk pada erosi costa 4,8% dan limfadenitis 2,8%.
Rontgen dada normal ditemukan 0,4% kasus kanker paru-paru.
Gejala kanker paru-paru seringkali jarang dan samar sehingga
serangkaian diagnosis banding dapat dipertimbangkan sebelum diagnosis
kanker paru dilakukan.
Infiltrasi pada sinar-X atau CT, mungkin disebabkan oleh berbagai
kondisi. Diagnosis banding yang paling umum adalah:

16
Tuberkulosis Paru Pneumonia

Metastasis Paru Tumor Jinak (Hamartoma)

17
Bronkiektasis Pneumonikosis

J. Penatalaksanaan10,17,18
Penentuan modalitas terapi yang akan diberikan pada penderita tergantung:
1. Jenis histologi kanker paru
2. Stadium kanker
3. Status performance
4. Fasilitas dan pengalaman dokter
Pada kanker dikenal modalitas terapi, yaitu:
1. Pembedahan
Pada kasus karsinoma bronkogenik, pembedahan dapat sebagai terapi
kuratif maupun paliatif. Setiap kasus dengan karsinoma bronkogenik yang
akan dilakukan pembedahan kuratif, harus ditentukan stadium pra bedah.
Pembedahan hanya dilakukan pada penderita kanker paru stadium I, II,
dan III-a tanpa IV-2. Status faal paru penderita, serta syarat-syarat operasi
besar lainnya dikerjakan pada pra bedah. Dari faal paru pra bedah, bila
FEV1 penderita 60% nilai predicted dan VC 50% atau diatas 1,7 L,
umumnya penderita tahan terhadap tindakan pneumectomi. Bila FEV1
kurang dari 40% nilai predicted risiko terjadi gagal napas besar.

18
2. Radiasi
Radioterapi pada kanker paru dapat bersifat terapi kuratif atau paliatif.
Pada terapi kuratif, radioterapi menjadi bagian dari kemoterapi neo
adjuvan untuk stadium III A. Radiasi sering merupakan tindakan darurat
yang harus dilakukan untuk meringankan keluhan penderita, seperti
sindrom vena kava superior, nyeri tulang akibat invasi tumor ke dinding
dada & metastasis tumor di tulang atau otak. Dosis radiasi yang diberikan
secara umum adalah 5000-6000 cGy, dengan cara pemberian 200
cGy/kali, 5 hari seminggu.
3. Kemoterapi
Kemoterapi dapat diberikan pada semua jenis kanker paru. Syarat
utama harus ditentukan jenis histologis dan tampilan (performance status)
yang harus lebih dari dosis skala Karnofsky atau mempunyai nilai 2
menurut skala WHO. Kemoterapi dilakukan dengan menggunakan satu
jenis obat anti kanker atau kombinasi beberapa jenis obat dalam sebuah
regimen kemoterapi. Berdasar konsensus PDPI yang telah disepakati,
prinsip pemilihan jenis panduan obat anti kanker adalah: (1) Platinum
based therapy (sisplatin atau karboplatin); (2) Respon obyektif satu obat
anti kanker > 15%; (3) Toksisitas obat tidak lebih dari grade 3 skala
WHO; (4) Harus dihentikan atau diganti bila setelah pemberian 2 siklus
pada penilaian terjadi tumor progresif.

K. Prognosis
Prognosis penyakit buruk bukan hanya karena keterlambatan diagnosis
tetapi juga akibat respons sel kanker yang rendah terhadap berbagai obat
sitostatik yang ada.. Angka tahan hidup 1 tahun 2347 penderita kanker paru
yang diteliti oleh National Cancer Institute pada tahun 1983-1998, dihitung
dengan life table method hanya 41,8% dan angka tahan hidup 5 tahun 12,0 %.
Berbagai data memperlihatkan bahwa hal itu berkaitan dengan stage penyakit
pada saat ditemukan19.

19
L. Komplikasi19
Kanker paru dapat menyebabkan komplikasi ke saluran pernafasan atau
masalah jantung seperti:
- Efusi pleura.
- Hemoptysis massif
- Paru-paru kolaps (pneumothorax).
- Bronchial obstruction.
- Recurrent infections, seperti pneumonia.
- Pericardial effusion. Tetapi kondisi ini kasus yang jarang terjadi pada
kanker paru.
- Metastasis ke organ lain dengan manifestasi klinis sesuai jaringan atau
organ yang diinvasi.

M. Pencegahan19,20
Cara utama untuk seseorang mengurangi terkena kanker paru adalah
berhenti merokok. Seorang perokok yang telah berhasil berhenti 10 tahun
lamanya berarti telah dapat menurunkan risiko 30-50 persen untuk terkena
kanker paru. Penelitian tentang rokok mengatakan bahwa lebih dari 63 jenis
bahan yang dikandung asap rokok bersifat karsinogenik. Secara
epidemiologik juga terlihat kaitan kuat antara kebiasaan merokok dengan
insidens kanker paru, maka tidak dapat disangkal lagi menghindarkan asap
rokok adalah kunci keberhasilan pencegahan yang dapat dilakukan.
Keterkaitan rokok dengan kasus kanker paru diperkuat dengan data
bahwa risiko seorang perempuan perokok pasif akan terkena kanker paru
lebih tinggi daripada mereka yang tidak terpajan kepada asap rokok. Dengan
dasar penemuan di atas adalah wajar bahwa pencegahan utama kanker paru
berupa upaya memberantas kebiasaan merokok. Menghentikan seorang
perokok aktif adalah sekaligus menyelamatkan lebih dari seorang perokok
pasif.
Usaha pencegahan kanker lainnya adalah denga menjaga daya tahan
tubuh melalui Pola Hidup Sehat, yaitu :

20
- Pola makan yang teratur dan diet yang sehat
- Menghindari pajanan zat-zat yang karsinogenik seperti asap rokok,
asbes, arsenik, kromium nikel, hidrokarbon aromatik, dan eter
- Olah raga secara teratur
- Hindari gaya hidup yang merusak kesehatan, seperti minuman keras,
merokok, makan makanan yang mengandung pengawet dan berlemak.
- Isilah waktu dengan kegiatan yang berguna dan menyenangkan,
sehingga hidup menjadi bebas stress

21

Вам также может понравиться