Вы находитесь на странице: 1из 43

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan
karunia-Nya kami dapat menyelesaikan karya tulis berjudul "Perencanaan Tebal
Perkerasan Lentur".

Makalah ilmiah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam
pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik
dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan
terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat
memperbaiki makalah ilmiah ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah ilmiah tentang Perencanaan Tebal
Perkerasan Jalan ini dapat menambah pengetahuan bagi pembaca dan bisa memberi
manfaat untuk masyarakat.

Denpasar , 24 Maret 2019

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ii

DAFTAR ISI iii

BAB 1 PENDAHULUAN 1

1.1 Latar Belakang 1

1.2 Rumusan Masalah 1

1.3 Tujuan Penulisan 2

BAB 2 PEMBAHASAN 3

2.1 Penyebaran Tekanan di Dalam Tanah 3

2.2 Komponen Perkerasan Lentur (Flexible Pavement) 3

2.2.1 Tanah Dasar (sub grade) 3

2.2.2 Lapis Pondasi Bawah (sub base course) 4

2.2.3 Lapis Pondasi (base course) 5

2.2.4 Lapis Permukaan (surface course) 5

2.3 Jenis-jenis Lapis Permukaan (surface course) 6

2.3.1 Lapis Aspal Beton (LASTON) 6

2.3.2 Lapis Penetrasi Makadam (LAPEN) 6

2.3.3 Lapis Asbuton Campuran Dingin (LASBUTAG) 6

2.3.4 Hot Rolled Asphalt (HRA) 7

2.3.5 Laburan Aspal (BURAS) 7

2.3.6 Laburan Batu Satu Lapis (BURTU) 7

2.3.7 Laburan Batu Dua Lapis 7

2.3.8 Lapis Aspal Beton Pondasi Atas (LASTON ATAS) 7

2.3.9 Lapis Aspal Beton Pondasi Bawah (LASTON BAWAH) 8

2.3.10 Lapis Tipis Aspal Beton 8

2.3.11 Lapis Tipis Aspal Pasir (LATASIR) 8

2.3.12 Aspal Makadam 8

2.4 Kriteria Konstruksi Perkerasan Jalan 9

BAB 3 PERHITUNGAN 11

3.1 Definisi, Singkatan, dan Istilah 11


3.2 Contoh Soal 14

BAB 4 PENUTUP 20

3.1 Kesimpulan 20

DAFTAR PUSTAKA 22
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
perkerasan jalan merupakan lapisan perkerasan yang terletak diantara lapisan tanah
dasar dan roda kendaraan yang berfungsi memberikan pelayanan kepada sarana
transportasi, diharapkan selama masa pelayanan tidak terjadi kerusakan yang berarti.
Bahan dan material pembentuk lapisan perkerasan jalan adalah agregat sebagai material
utama yang berpengaruh terhadap daya dukung lapisan permukaan jalan dan aspal
sebagai bahan pengikat agregat agar lapisan perkerasan kedap air.

Dua jenis perkerasan yang biasa digunakan yaitu perkerasan lentur yang menggunakan
aspal sebagai bahan pengikatnya dan perkerasan kaku yang menggunakan semen
sebagai bahan pengikat agregat. Jenis perkerasan lentur yang digunakan di Indonesia
umumnya menggunakan campuran aspal panas baik untuk pelapisan ulang,
pemeliharaan maupun pembangunan jalan baru. Jenis-jenis perkerasan di Indonesia
yang mempergunakan campuran aspal panas antara lain: Lapis Aspal Beton (Laston)
atau AC (Asphalt Concrete), Lapis Tipis Aspal Beton (Lataston) atau HRS (Hot Rolled
Sheets) dan Lapis Tipis Aspal Pasir (Latasir).

Komponen Perkerasan Lentur (Flexible Pavement)

Tanah Dasar (sub grade)

Tanah Dasar adalah permukaan tanah semula atau permukaan galian atau permukaan
tanah timbunan, yang dipadatkan dan merupakan permukaan dasar untuk perletakan
bagian-bagian perkerasan lainnya.

Kekuatan dan keawetan konstruksi perkerasan jalan sangat tergantung dari sifat- sifat
dan daya dukung tanah dasar. Umumnya persoalan yang menyangkut tanah dasar
adalah sebagai berikut

Perubahan bentuk tetap (deformasi permanen) dari macam tanah tertentu akibat beban
lalu lintas.

Sifat mengembang dan menyusut dari tanah tertentu akibat perubahan kadar air.

Daya dukung tanah yang tidak merata dan sukar ditentukan secara pasti pada daerah
dengan macam tanah yang sangat berbeda sifat dan kedudukannya, atau akibat
pelaksanaan

Lapis Pondasi Bawah (sub base course)

Lapis Pondasi Bawah adalah bagian perkerasan yang terletak antara lapis pondasi dan
tanah dasar.

Fungsi lapis pondasi bawah antara lain:

Sebagai bagian dari konstruksi perkerasan untuk mendukung dan menyebarkan beban
roda.
Mencapai efisiensi penggunaan material yang relatif murah agar lapisan-lapisan
selebihnya dapat dikurangi tebalnya (penghematan biaya konstruksi).

Untuk mencegah tanah dasar masuk ke dalam lapis pondasi.

Sebagai lapis pertama agar pelaksanaan dapat berjalan lancar.

Hal ini sehubungan dengan terlalu lemahnya daya dukung tanah dasar terhadap roda-
roda alat-alat besar atau karena kondisi lapangan yang memaksa harus segera menutup
tanah dasar dari pengaruh cuaca.

Bermacam-macam tipe tanah setempat (CBR > 20%, PI < 10%) yang relatif lebih baik dari
tanah dasar dapat digunakan sebagai bahan pondasi bawah. Campuran-campuran tanah
setempat dengan kapur atau semen portland dalam beberapa hal sangat dianjurkan,
agar dapat bantuan yang efektif terhadap kestabilan konstruksi perkerasan.

Lapis Pondasi (base course)

Lapis Pondasi adalah bagian perkerasan yang terletak antara lapis permukaan dengan
lapis pondasi bawah (atau dengan tanah dasar bila tidak menggunakan lapis pondasi
bawah).

Fungsi lapis pondasi antara lain:

Sebagai bagian perkerasan yang menahan beban roda,

Sebagai perletakan terhadap lapis permukaan.

Bahan-bahan untuk lapis pondasi umumnya harus cukup kuat dan awet sehingga dapat
menahan beban-beban roda. Sebelum menentukan suatu bahan untuk digunakan
sebagai bahan pondasi, hendaknya dilakukan penyelidikan dan pertimbangan sebaik-
baiknya sehubungan dengan persyaratan teknik.

Bermacam-macam bahan alam / bahan setempat (CBR > 50%, PI < 4%) dapat digunakan
sebagai bahan lapis pondasi, antara lain : batu pecah, kerikil pecah dan stabilisasi tanah
dengan semen atau kapur.

Lapis Permukaan (surface course)

Lapis Permukaan adalah bagian perkerasan yang paling atas. Fungsi lapis permukaan
antara lain:

Sebagai bahan perkerasan untuk menahan beban roda

Sebagai lapisan rapat air untuk melindungi badan jalan kerusakan akibat cuaca.

Sebagai lapisan aus (wearing course).

Bahan untuk lapis permukaan umumnya adalah sama dengan bahan untuk lapis
pondasi, dengan persyaratan yang lebih tinggi. Penggunaan bahan aspal diperlukan agar
lapisan dapat bersifat kedap air, disamping itu bahan aspal sendiri memberikan bantuan
tegangan tarik, yang berarti mempertinggi daya dukung lapisan terhadap beban roda
lalu lintas.
Pemilihan bahan untuk lapis permukaan perlu dipertimbangkan kegunaan, umur
rencana serta pentahapan konstruksi, agar dicapai manfaat yang sebesar-besarnya dari
biaya yang dikeluarkan

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah adalah sebagai berikut :

Apa itu perkerasan jalan lentur?

Apa saja kriteria yang diperlukan dalam membuat perkerasan jalan lentur ?

Bagaimana menyelesaikan soal dalam perkerasan jalan lentur?

C. Tujuan Penulisan
Mengetahui pengertian dari perkerasan jalan lentur.

Mengetahui kriteria yang dibutuhkan dalam membuat perkerasan jalan lentur.


BAB II

DASAR TEORI

4.1 Tinjauan umum


Dari peninjauan pelaksanaan proyek di lapangan, dapat diketahui proses
pelaksanaan suatu proyek yang sesuai dengan rencana dan spesifikasi yang
disyaratkan. Untuk mencapai semua itu diperlukan suatu rencana kerja agar
diperoleh suatu urutan pekerjaan yang efektif serta efisien antara yang satu
dengan yang lainnya dan tidak saling menganggu. Adapun beberapa pekerjaan
yang diamati di lapangan diantaranya :
a. Pembersihan Lapangan (Site Clearing)
b. Pekerjaan Persiapan Sub Grade (Grade Preparation)
c. Pekerjaan Timbunan Pilihan (Selected Embankment)
d. Pekerjaan Lapis Pondasi Agregat Base Class B/S dan Class A( Sub
Base Kelas B/S dan Base Kelas A)
e. Pekerjaan Lapis Resap Pengikat (Prime Coat)
f. Pekerjaan Lapis Antara (AC-Base)
g. Pekerjaan Lapis Perekat (Tack Coat)
h. Pekerjaan Lapis Antara (AC-BC)
i. Pasangan Batu Kali (Dinding Penahan Tanah)

Sebelum semua pekerjaan ini dilaksanakan, harus melalui tahap persiapan


terlebih dahulu. Selama pekerjaan berlangsung mutu pekerjaan ini diawasi oleh
Quality Control sebagaimana yang telah ditunjuk oleh PPK (Pejabat Pembuat
Komitmen).

Persiapan – persiapan yang harus dilakukan sebelum melaksanakan


pekerjaan di lapangan pada proyek ini adalah :

a) Membuat Basecamp, yang merupakan tempat peristirahatan bagi para


pekerja. Selain itu basecamp itu juga digunakan sebagai gudang
penempatan peralatan dan material yang diperlukan oleh pekerja
nantinya seperti semen, gerobak, cangkul, dll. Di area basecamp ini
juga digunakan untuk tempat AMP. Selain basecamp, ada juga tempat
yang bernama Direksi keet yang digunakan untuk pertemuan
Kontraktor, Konsultan dan Pengawas dari PU selaku owner. Direksi
keet juga digunakan untuk staf kerja dan lembur apabila banyak
pekerjaan yang perlu diselesaikan dengan cepat.
b) Penyediaan air untuk proyek, untuk penyediaan air di lokasi ini maka
PT. PP- STATIKA CONSORTIUM mendatangkan air dari daerah
proyek itu sendiri yang diambil dari aliran air sungai sekitar.
c) Sumber listrik, untuk sumber pencahayaan diproyek, PT. PP-
STATIKA CONSORTIUM menggunakan PLN sebagai sumber
pencahayaan.

4.2 Tinjauan Pelaksanaan Pekerjaan


4.2.1 Pembersihan Lapangan (Site Clearing)
Pembersihan Lapangan adalah kegiatan yang dilakukan agar dalam
pelaksanaan proyek tidak adanya hambatan dan halangan nantinya. Pekerjaan
ini meliputi sepanjang STA 0 + 000 hingga ending point pekerjaan, dikerjakan
secara bertahap.

1. Lingkup Pekerjaan
Pekerjaan ini meliputi :

- Pembersihan, pembongkaran dan pembuangan lapisan tanah


permukaan sampai kedalaman maksimal 50 cm yang ditentukan oleh
Pengawas ( Site Enginer )
- Pembersihan dan pembuangan tumbuh-tumbuhan diameter kurang dari
20 cm dan puing-puing di dalam area kerja.
2. Sumber Daya Alat
- Excavator
- Dumptruck
- Mesin gergaji Potong
3. Tenaga Kerja
- Pelaksana
- Pengawas Lapangan
- Operator Alat Berat
- Driver
- Surveyor
- Pembantu Surveyor
4. Metode Pelaksanaan
- Pengawas lapangan (Site Engineer) akan menetapkan batas-batas
pekerjaan, dan menentukan seluruh pohon, semak, tumbuhan dan
benda-benda yang harus tetap berada di tempatnya.
- Semua obyek yang berada diatas muka tanah selain point a diatas,
harus dibersihkan dan/atau dibongkar untuk dibuang.

Gambar 4.1. Penebangan Pohon

- Daerah dibawah timbunan badan jalan, dan akar harus dibuang sampai
kedalaman sesuai arahan dari pengawas lapangan.
- Daerah galian jalan, harus dibuang sampai kedalaman dibawah elevasi
lapis pondasi timbunan pilihan ( selected embankment ).
- Penggalian dan pembersihan dilakukan dengan menggunakan alat
berat ”Excavator”.
Gambar 4.2. Site Clearing dilakukan dengan Excavator pada area Pelebaran
- Selanjutnya dibuang ke disposal area kiri/kanan jalan dengan
menggunakan alat berat ”Dump Truck”.

5. Analisa Pelaksanaan Pekerjaan dilapangan


Setelah mengamati pelaksanaan pekerjaan yang ada dilapangan, maka
dibuatkan suatu analisa Pelaksanaan Pekerjaan Site Clearing (pembersihan
lahan) sebagai berikut :

a. Tidak seluruh obyek benda mati diatas muka tanah seperti pohon,
semak, tumbuhan dan benda-benda yang harus tetap berada di
tempatnya dibongkar, dikarenakan kapasitas jangkauan alat sangat
terbatas sehingga sulit dijangkau dengan alat mengakibatkan kurang
optimalnya pekerjaan yang telah ditentukan oleh site manager.
b. Untuk pelaksanaan penggalian didaerah bawah timbunan badan jalan
dan pembuangan akar banyak mengalami kendala dilapangan karena
masih banyaknya operator alat Excavator yang belum mematuhi arahan
pengawas lapangan, sehingga area yang seharusnya sudah digali dan
bebas dari akar dibiarkan begitu saja dan pengawas lapangan kurang
memperhatikan pekerjaan dari operator alat Excavator tersebut
sehingga ketika hujan terjadi longsoran kecil didaerah galian timbunan
badan jalan tersebut.
c. Pembersihan objek yang ada dilapangan didominasi oleh excavator
dikarenakan alat berat buldozer tidak didatangkan ke lokasi proyek.
d. Pembuangan material yang telah digali untuk disposal area sering
mengalami kendala dikarenakan dumptruck untuk alat mengangkut
hasil pembuangan material memiliki kapasitas volume menampung
yang kecil yaitu 5 m3 dan juga sering terjadi keterlambatan untuk
mengangkut dikarenakan terjadinya kemacetan di jalan.

START

Pembersihan

Pembongkaran
SITE CLEARING Pembuangan Lapisan Tanah
Permukaan

Tidak Pembersihan tumbuhan < 20cm

sesuai

INSPEKS
I

sesuai

PEMBUANGAN
MATERIAL HASIL
KUPASAN

SELESA Disetujui +BA. Elevasi


I

Gambar 4.3. Diagram Alir Pekerjaan Site Clearing

4.2.2 Pekerjaan Persiapan Sub Grade (Grade Preparation)


Pekerjaan Persiapan Grade (Grade Preparation) merupakan pekerjaan
yang dipersiapkan untuk sub-base atau dasar perkerasan. Pekerjaan ini meliputi
sepanjang STA 0 + 000 hingga ending point pekerjaan, dikerjakan secara
bertahap, dalam pemadatannya dilakukan 6-8 Passing.

1. Lingkup Pekerjaan
Subgrade merupakan bagian dari pekerjaan yang dipersiapkan untuk sub-
base atau dasar perkerasan. Subgrade mencakup seluruh lebar badan jalan
termasuk bahu jalan seperti tampak pada gambar atau sesuai dengan
instruksi Pengawas Lapangan.

2. Sumber Daya Alat


- Excavator
- Vibro Roller
- Water Tank Truck
3. Tenaga Kerja
- Pelaksana
- Pengawas Lapangan
- Surveyor
- Pembantu Surveyor
- Mandor
- Operator Alat Berat
4. Metode Pelaksanaan
a. Pekerjaan Sub-grade dilaksanakan apabila pekerjaan sub-base akan
segera dikerjakan.
b. Perataan hasil pekerjaan yang sudah ada, akan dilakukan dengan
menggunakan alat ”Water pass”, untuk mendapatkan hasil kerataan
seperti yang disyaratkan.
c. Apabila perataan permukaan tanah sub-grade telah dilakukan, maka
dilakukan penyiraman permukaan dengan ”Water Tank Truck” untuk
mendapatkan kadar air optimal sebelum dilakukan pemadatan.
d. Kadar air yang diharapkan, yaitu berkisar antara Wopt – 3% < Wc
pemadatan < Wopt + 1%.
e. Selanjutnya proses pemadatan tanah dilakukan dengan menggunakan
”Vibro Roller” untuk mendapatkan kepadatan sesuai dengan
spesifikasi, yaitu kepadatan = 100% γd maksimum dan CBR = 6%.

Gambar 4.4. Grade Preparation dengan Vibroroller

f. Apabila proses perataan dan pemadatan telah selesai, maka pekerjaan


base-course atau perkerasan sudah bisa dilaksanakan.
5. Analisa Pelaksanaan Pekerjaan dilapangan
Setelah mengamati pelaksanaan pekerjaan yang ada dilapangan, maka
dibuatkan suatu analisa Pelaksanaan Pekerjaan Persiapan Grade (Grade
Preparation) sebagai berikut :

a. Pada kenyataannya penyiraman untuk mencapai kadar air optimal


dengan watertank truck jarang didapatkan karena kurangnya
komunikasi antara operator dengan pelaksana lapangan ketika
melaksanakan penyiraman.
b. Pemadatan dilapangan dengan vibroroller jarang mengikuti ketentuan
sesuai yang diisyaratkan yaitu 10 – 12 pasing dan hanya 6-8 pasing,
dikarenakan dilihat secara visual tanah tersebut telah padat dibuktikan
tidak retaknya tanah subgrade pada saat pemadatan.
c. Setelah dilakukan pengujian DCP untuk mendapatkan nilai CBR tanah
subgrade setelah dipadatkan rata – rata didapatkan nilai CBR dibawah
nilai yang disyaratkan untuk CBR tanah dasar yaitu 6 %
d. Dalam pelaksanaan pekerjaan subgrade kendala yang sangat sering
terjadi yaitu apabila terjadi hujan maka pekerjaan terhambat
dikarenakan air menapung didalam galian dan harus disedot dengan
pompa air terlebih dahulu juga menghambat operator alat berat
bekerja.

START

PERATAAN TIMBUNAN

Tidak

sesuai Toleransi ketinggian tidak lebih


dari 1cm
PEMADATAN

INSPEKSI
sesuai

SELESAI BA. Hasil Pekerjaan

Gambar 4.5. Diagram Alir Pekerjaan Grade Preparation

4.2.3 Pekerjaan Timbunan Pilihan(Selected Embankment)


Pekerjaan Timbunan Pilihan (Selected Embankment) adalah pekerjaan
seperti penggalian, penghamparan, pemadatan bahan berbutir untuk bahan
timbunan. Pekerjaan ini meliputi sepanjang STA 0 + 000 hingga ending point
pekerjaan, dikerjakan secara bertahap.

1. Lingkup Pekerjaan
Pekerjaan ini meliputi pengangkutan, penghamparan dan pemadatan tanah
atau bahan berbutir yang diperoleh dari sumber yang telah disetujui untuk
bahan timbunan.

2. Sumber Daya Alat


- Motor Grader
- Vibro Roller
- Water Tank Truck
3. Tenaga Kerja
- Pelaksana
- Pengawas Lapangan
- Pembantu Surveyor
- Operator Alat Berat
- Driver
- Pekerja
4. Material
- Selected Material (Material Pilihan)
5. Metode Pelaksanaan
a. Pelaksanaan pekerjaan ini meliputi menghamparan dan pemadatan
material timbunan, yang terbagi dalam beberapa section timbunan
sampai dengan ketinggian yang disyaratkan.
b. Setiap material yang datang dihitung / diukur di atas truk ketebalan
maksimal setiap section timbunan adalah setebal 15 cm dalam kondisi
padat untuk area yang tidak ber-air. Untuk Area yang ada genagan air
pemadatan timbunan dimulai setalah ketinggian timbunan diatas
permukaan air.
c. Penghamparan material dengan menggunakan alat berat ”Motor
Grader ”.

Gambar 4.6. Penghamparan dengan motor grader

d. Sebelum proses pemadatan dilakukan, material hasil hamparan disiram


air dengan menggunakan ”Water Tank Truck” untuk mendapatkan
kadar air optimal dalam proses pemadatan, yaitu berkisar antara Wopt –
3% < Wc pemadatan < Wopt + 1%.
e. Selanjutnya hasil hamparan yang telah disirami dengan air tersebut,
dipadatkan dengan menggunakan ”Vibro Roller”.
Gambar 4.7. Pemadatan dengan vibro roller

6. Analisa Pelaksanaan Pekerjaan dilapangan


Setelah mengamati pelaksanaan pekerjaan yang ada dilapangan, maka
dibuatkan suatu analisa Pelaksanaan Pekerjaan Timbunan Pilihan (Selected
Embankment) sebagai berikut :

a. Selected Material yang dipesan kepada petugas di Stone Crusher


sering mengalami keterlambatan / kelebihan pemesanan dikarenakan
perkiraan perhitungan pemesanan oleh pelaksana lapangan yang tidak
akurat sehingga progress pekerjaan menjadi terhambat dan
mengakibatkan material yang mengalami kelebihan pemesanan
bertumpuk diatas tanah subgrade yang akan dihampar.
b. Payah nya mendapatkan kadar air optimal dikarenakakan dibeberapa
lokasi, tanah yang disirami tersebut masih mengandung air dibawah
muka tanah apabila hujan dan komunikasi antara pelaksana dilapangan
dengan operator yang tidak baik
c. Pengujian Sandcone sering dilakukan pengolahan data oleh tim Quality
untuk memenuhi spesifikasi Derajat Kepadatan yang diisyaratkan
apabila tidak mencapai 95 – 98 %, guna menghemat biaya operasional
pemakaian alat Vibroroller.
d. Tidak adanya pemeriksaan akhir oleh Surveyor untuk pemeriksaan
elevasi, dikhawatirkan tidak sesuai dengan gambar kerja yang ada.

DUMP TRUCK
BULLDOZER
VIBRO ROLLER WATER TANK

Dilakukan Trial
Pemadatan

Gambar 4.8. Skema Metode Pelaksanaan Selected Embankment

4.2.4 Pekerjaan Lapis Pondasi Agregate Base Class B/S dan Class A
(Base Kelas B/S dan A)
Pekerjaan Agregate Base Class B/S dan Class A (Base Kelas B/S dan
A)merupakan pekerjaan penyediaan, pemrosesan, pengangkutan,
penghamparan, perataan, penyiraman dan pemadatan agregate bergradasi
pecah pada permukaan yang disiapkan. Pekerjaan ini meliputi sepanjang STA
0 + 000 hingga ending point pekerjaan, dikerjakan secara bertahap.

1. Ruang Lingkup Pekerjaan


Pekerjaan Agregate Base Class B dan Class A ini meliputi penyediaan,
pemrosesan, pengangkutan, penghamparan, perataan, penyiraman dan
pemadatan agregate bergradasi pecah pada permukaan yang disiapkan dan
diterima sesuai dengan gambar atau sesuai dengan instruksi Pengawas
Lapangan.

2. Sumber Daya Alat


- Dump Truck
- Motor Grader
- Vibro Roller
- Water Tank Truck
- Wheel Loader
3. Tenaga Kerja
- Pelaksana
- Pengawas Lapangan
- Surveyor
- Pembantu Surveyor
- Operator Alat Berat
- Driver
- Pekerja
4. Material
- Base Class A (Agregat Lapis Pondasi A)
- Base Class B (Agregat Lapis Pondasi B)
- Base Class S (Agregat Lapis Pondasi S)
5. Metode Pelaksanaan
Pekerjaan ini dilaksanakan setelah pelaksanaan Persiapan Tanah Dasar
(Sub Grade Preparation), adapun tahapannya yaitu sebagai berikut :

a. Agregat kelas A/B/S yang sudah ada di base camp dimuat ke dalam
dump truck dengan menggunakan loader, kemudian diangkut ke lokasi
pekerjaan dengan menggunakan dump truck muatan 10 ton atau dump
truck muatan 20 ton. jarak tumpukan material dilokasi proyek diatur
sekitar 2 – 3 m.

Gambar 4.9 Pemuatan Agregat kelas A/B/S


Kedalam dump truck
Gambar 4.10 Penumpukan agregat kelas A

b. Kemudian dilakukan pengecekan kesiapan material.


c. Penghamparan material agregat kelas A/B/S dengan menggunakan
Motor Grader dengan tebal sesuai yang ditentukan dalam gambar.

Gambar 4.11 Penghamparan agregat kelas A


d. Setelah proses penghamparan material selesai, selanjutnya diikuti
dengan proses pemadatan dengan menggunakan Vibro Roller.
Pemadatan dilakukan mulai dari bagian tepi ke tengah dan pada
superelevasi dari tempat yang lebih tinggi ke tempat yang rendah,
dalam proses pemadatan dilakukan penyiraman dengan air
menggunakan Water Tank Truck (jika kadar air optimum tidak
tercapai) dan dipadatkan dengan jumlah lintasan sesuai hasil Trial Test
yang dilakukan pada awal pekerjaan.
- Untuk Material Base Class A dilakukan 8-10 passing
- Untuk Material Base Class B dilakukan 8-14 passing

- Untuk Material Base Class S dilakukan 6-10 passing

Gambar 4.12 Pemadatan agregat kelas B


Menggunakan Vibro Roller
e. Setelah proses pemadatan selesai, pelaksanaan lapangan melakukan
pengukuran kembali lebar dan tebal pekerjaan. Jika lebar dan tebal
pekerjaan telah sesuai dengan yang direncanakan, maka dilanjutkan
dengan melakukan pengujian lapangan. Pengujian lapangan yang
dilakukan pada pekerjaan lapis pondasi A/B/S ini adalah pengujian
Sand Cone.
f. Setelah didapat hasil dari pengujian lapangan telah memenuhi syarat,
dan telah disetujui oleh pengawas dari PU untuk lanjut ketahap
selanjutnya, maka pekerjaan dapat dilanjutkan ke tahap selanjutnya.

6. Analisa Pelaksanaan Pekerjaan dilapangan


Setelah mengamati pelaksanaan pekerjaan yang ada dilapangan, maka
dibuatkan suatu analisa Pelaksanaan Pekerjaan Agregate Base Class B/S
dam Class A (Base Kelas B/S dan A) sebagai berikut :

a. Material Base Class A, B, dan S yang dipesan kepada petugas di Stone


Crusher sering mengalami keterlambatan / kelebihan pemesanan
dikarenakan perkiraan perhitungan pemesanan oleh pelaksana lapangan
yang tidak akurat sehingga progress pekerjaan menjadi terhambat dan
mengakibatkan material yang mengalami kelebihan pemesanan
bertumpuk diatas tanah subgrade yang akan dihampar.
b. Penyiraman dilakukan tidak sesuai dengan yang diisyaratkan sehingga
untuk mendapatkan kadar air yang optimal sangat sulit dikarenakan
pekerjaan ini kurang diawasi dengan baik oleh pelaksana lapangan dan
pengawas lapangan
c. Tidak adanya kontrol terhadap penyiraman sehingga kadar air melebihi
Wopt + 1 %, hal ini sudah terlihat secara visual pada saat penyiraman
dengan Watertank Truck
d. Keterbatasan tenaga quality labor untuk menguji sandcone sehingga
pengujian sandcone dilakukan hanya dibeberapa titik yang dianggap
penting.
e. Pengujian Sandcone sering dilakukan pengolahan data oleh tim Quality
untuk memenuhi spesifikasi Derajat Kepadatan yang diisyaratkan
apabila tidak mencapai 95 – 98 %, guna menghemat biaya operasional
pemakaian alat Vibroroller.

Dump Truck Motor Grader Vibro Roller

Gambar 4.13 Penghamparan dan Pemadatan Agregat Kelas A/B/S

Gambar 4.14 Finishing Pemadatan Agregat Kelas A/B/S


Gambar 4.15. Diagram Alir Pekerjaan Agregate Class Base A dan Class Base B

4.2.5 Pekerjaan Lapis Resap Pengikat (Prime Coat)


Setelah pekerjaan lapis pondasi atas selesai dan telah mendapat
rekomendasi dari pengawas PU untuk lanjut ketahap selanjutnya, baru bisa
dilakukan pekerjaan lapis resap pengikat (Prime Coat).

Prime Coat adalah pelaburan aspal pada permukaan lapis pondasi atas
yang belum beraspal. Aspal yang digunakan umumnya aspal cair dengan
viskositas rendah dengan maksud agar lapis pondasi tersebut terlindungi sebelum
pemberian lapis permukaan.
Bahan aspal untuk lapis resap pengikat harus dari jenis aspal pen 60/70 yang
memenuhi AASHTO M226 – 80 yang dicampur dengan minyak tanah. Komposisi
untuk prime coat adalah aspal cair 56,64 % dan minyak tanah 44,44 % yang
dipanaskan pada suhu 45 ± 10 ºC.
Fungsi dari prime coat adalah :
 Memberikan perlindungan (ikatan dasar) lapis pondasi sebelum
pengamparan lapis permukaan.
 Memberikan lapis kedap air pada permukaan lapis pondasi.
 Memberikan susunan permukaan yang merata.
 Memberikan ikatan antara lapis pondasi dengan aspal yang dihampar.
1. Ruang Lingkup Pekerjaan
Pekerjaan ini meliputi penyemprotan lapis resap perekat (Prime Coat),
pada permukaan lapis pondasi atas yang belum beraspal. Aspal yang
digunakan umumnya aspal cair dengan viskositas rendah.
2. Sumber Daya Alat
- Aspal Sprayer
- Air Compressor
- Alat bantu lainnya
3. Tenaga Kerja
- Mandor
- Driver
- Pekerja
4. Material
- Aspal cair pen (60/70) 56,64%
- Minyak tanah 44,44%
5. Merode Pelaksanaan
1. Pengajuan contoh bahan kepada direksi teknik dan lapangan.
2. Penyiapan material yang akan digunakan sebagai campuran prime
coat (aspal cair dan minyak tanah).
3. Pembuatan Job Mix Design dan pengujian proporsi campuran
antara aspal cair dan bahan pengencernya.
4. Lakukan pencampuran aspal dengan minyak tanah sesuai dengan
proporsi yang sesuai spesifikasi.
5. Pembersihan permukaan lapis pondasi atas dari debu dan kotoran
yang menempel pada permukaan dengan menggunakan air
compressor.

Gambar 4.16 Pembersihan lokasi kerja


(Penyemprotan Air Comperssor)

6. Penyemprotan material prime coat dengan kadar ± 0,8 liter/m2.


Suhu saat penghamparan adalah 45 ± 10 ºC

Gambar 4.17 Penyemprotan prime coat

7. Lakukan perlindungan pada lokasi yang telah di semprot dari


kendaraan yang melewatinya.
8. Lakukan pengecekan pada lapis pondasi atas yang sudah disemprot
prime coat oleh pengawas dari PU. Apabila sudah memenuhi
syarat, dan disetujui oleh pengawas dari PU, baru pekerjaan bisa
dilanjutkan ketahap selanjutnya.
Catatan :
1. Penyemprotan dilakukan apabila perkerasan sudah benar-benar
padat dan kering.
2. Cuaca pada saat dilakukan penyemprotan prime coat harus cerah.
3. Penyemprotan diusahakan serata mungkin.
4. Lapisan konstruksi berikutnya tidak boleh dikerjakan sebelum
lapisan prime coat kering. Lama pengeringan maksimum adalah 4 –
6 jam.
5. Pelaksanaan pekerjaan prime coat harus berhenti bila hujan.

6. Analisa Pelaksanaan Pekerjaan dilapangan


Setelah mengamati pelaksanaan pekerjaan yang ada dilapangan, maka
dibuatkan suatu analisa Pelaksanaan Pekerjaan lapisan resap pengikat
(prime coat) sebagai berikut :

a. Lambatnya material prime coat yang dipesan kelapangan sehingga


pekerjaan menjadi terhambat untuk dilaksanakan dilapangan oleh
pekerja.
b. Pekerja untuk lapisan resap pengikat (prime coat) tidak mematuhi
acuan yang telah diberi oleh mandor sehingga pada penyemprotan di
lapangan tidak merata.
c. Setelah penyemprotan prime coat selasai banyak pengendara yang
melintasinya dikarenakan kondisi lalu lintas sedang macet ,sehingga
pada pekerjaan lapisan resap pengikat kurang baik.

4.2.6 Pekerjaan Lapis Antara (AC - Base)


Setelah pekerjaan lapis prime coat selesai dan telah mendapat rekomendasi
dari pengawas PU untuk lanjut ketahap selanjutnya, baru bisa dilakukan pekerjaan
lapis Antara (AC-Base).

Pekerjaan lapis perkerasan AC–Base dilaksanakan setelah pekerjaan lapis


pondasi atas selesai dan telah dilapisi dengan lapis resap pengikat (Prime Coat).
Pekerjaan ini mencakup pencampuran agregat dan aspal di AMP di Paingan, serta
penghamparan dan pemadatan campuran tersebut diatas lapis pondasi yang telah
disiapkan sesuai dengan persyaratan.
Metoda pelaksanaan pekerjaan perkerasan lapisan aspal AC-Base sebagai
berikut:
1. Ruang lingkup Pekerjaan
Pekerjaan ini mencakup pencampuran agregat dan aspal, di AMP yang
berlokasi di Paingan, serta penghamparan dan pemadatan campuran
tersebut diatas lapis pondasi yang telah disiapkan sesuai dengan
persyaratan.
2. Sumber Daya Alat
 Asphalt Mixing Plant
 Loader
 Genset
 Dump truck
 Asphalt finisher
 Tandem Roller
 PTR
 Alat bantu lainnya
3. Tenaga Kerja
 Mandor
 Pengawas
 Pelaksana lapangan
 Operator alat berat
 Driver
 Pekerja
4. Material
 Aspal cair pen (60/70) 5,97%
 Agregat batu pecah sesuai spesifikasi (kasar, halus, filler)

5. Metoda Pelaksanaan
1. Sebelum dilakukan penghamparan, pada bagian pinggir badan
jalan dibuat garis dari tali yang direntangkan sesuai dengan lebar
perkerasan yang akan dihampar kemudian diberi cat putih,
tujuannnya agar memudahkan operator melihat bagian terpinggir
dari badan jalan tersebut yang akan dihampar.
2. Pencampuran Hotmix di AMP sesuai dengan speksifikasi yang
sudah direncanakan.
3. Kemudian campuran Hotmix tersebut dikirim dari AMP ke lokasi
proyek dengan dump truck, serta dilengkapi dengan terpal untuk
menutupi campuran dari pengaruh cuaca dan mengurangi
perubahan suhu.
4. Setelah caampuran Hotmix sampai dilokasi, dilakukan pengecekan
suhu terlebih dahulu sebelum dihamparkan.

Gambar 4.18 Pengecekan suhu Hotmix

5. Setelah suhu material masih sesuai dengan spesifikasi, dilakukan


pengahamparan dengan memasukan campuran Hotmix dari dump
truck ke bak asphalt finisher dan dihampar tidak terlalu panjang
agar proses pemadatan dapat terkontrol dengan baik. Suhu saat
penuangan ke dalam alat penghampar antara 130 – 150 ºC.

Gambar 4.19 Penuangan campuran Hotmix


ke dalam Asphalt Finisher
6. Setelah campuran Hotmix dihampar, sejumlah pekerja tetap
mengamati tepi-tepi hasil penghamparan dari asphalt finisher dan
merapikan tepi tersebut apabila ada yang tidak rapi dan
pengukuran lebar campuran Hotmix.

Gambar 4.20 Penghamparan dengan asphalt finisher

7. Pada saat suhu campuran tersebut mencapai 100 – 140 ºC, maka
lakukan pemadatan awal dengan menggunakan Tandem Roller
sebanyak 4 passing pada bagian tepi kiri dan tepi kanan,kemudian
terakhir pada bagian tengah.
Gambar 4.21 Pemadatan menggunakan Tandem Roller

8. Kemudian saat suhu mencapai 90 – 100 ºC, dilakukan penggilasan


menggunakan PTR (Peneumatic tire roller) dan diikuti penyiraman
air yang ada pada PTR sebanyak 22 passing. Dimana pada passing
pertama roda disemprotkan dulu dengan solar, dan pada passing
kedua dan selanjutnya dengan penyiraman air.

Gambar 4.22 Pemadatan menggunakan PTR


9. Pemadatan secara teknis selesai, kemudian dilakukan pengambilan
sampel dengan mesin core drill, untuk mengetahui tebal lapisan
campuran serta karakteristik aspal.

Gambar 4.23 Pengambilan sampel aspal

10. Setelah didapat hasil dari pengujian lapangan telah memenuhi


syarat, dan telah disetujui oleh pengawas dari PU untuk lanjut
ketahap selanjutnya, maka pekerjaan dapat dilanjutkan ke tahap
selanjutnya.

4.2.7 Pekerjaan Lapis Perekat (Tack Coat)


Setelah pekerjaan lapis antara (AC-Base) selesai dan telah mendapat
rekomendasi dari pengawas PU untuk lanjut ketahap selanjutnya, baru bisa
dilakukan pekerjaan lapis perekat (Tack Coat).

Lapis Perekat (Tack Coat) adalah lapisan yang berfungsi sebagai pengikat
antara lapisan beraspal sehingg lapisan tersebut menyatu dengan kuat. Lapis
Perekat (Tack Coat) akan disebarkan di atas permukaan aspal yang akan dilapis
sesuai dengan batasan yang telah ditentukan, dimana lapisan permukaan tersebut
harus benar – benar kering.
Bahan aspal untuk lapis perekat harus dari jenis aspal pen 60/70 yang
memenuhi AASHTO M226 – 80 yang dicampur dengan minyak tanah. Komposisi
untuk tack coat adalah aspal cair 75,66 % dan minyak tanah 24,34 % yang
dipanaskan pada suhu 45 ± 10 ºC.
Fungsi dari tack coat adalah :
 Memberikan susunan permukaan yang merata.
 Memberikan ikatan antara lapis beraspal yang dihampar.

Metoda pelaksanaan pekerjaan lapisan perekat (Tack Coat) sebagai berikut:

1. Lingkup Pekerjaan
Lapis Perekat (Tack Coat) adalah lapisan yang berfungsi
sebagai pengikat antara lapisan beraspal sehingg lapisan
tersebut menyatu dengan kuat. Lapis Perekat (Tack Coat) akan
disebarkan di atas permukaan aspal yang akan dilapis sesuai
dengan batasan yang telah ditentukan, dimana lapisan
permukaan tersebut harus benar – benar kering.
2. Sumber Daya Alat
 Aspal Sprayer
 Air Compressor
 Alat bantu lainnya

3. Tenaga Kerja
 Mandor
 Driver
 Pekerja
4. Material
 Aspal cair pen (60/70) 75,66%
 Minyak tanah 24,34%
5. Metode Pelaksanaan
1. Pengajuan contoh bahan kepada direksi teknik dan lapangan.
2. Penyiapan material yang akan digunakan sebagai campuran tack
coat (aspal cair dan minyak tanah).
3. Pembuatan Job Mix Design dan pengujian proporsi campuran
antara aspal cair dan bahan pengencernya.
4. Lakukan pencampuran aspal dengan minyak tanah sesuai dengan
proporsi yang sesuai spesifikasi.
5. Pembersihan permukaan lapis permukaan (AC-BC) dari debu dan
kotoran yang menempel pada permukaan dengan menggunakan air
compressor.

Gambar 4.24 Pembersihan lokasi kerja


(Penyemprotan Air Comperssor)

6. Penyemprotan material tack coat dengan kadar ± 0,5 liter/m2. Suhu


saat penghamparan adalah 45 ± 10 ºC

Gambar 4.25 Penyemprotan tack coat

7. Lakukan perlindungan pada lokasi yang telah di semprot dari


kendaraan yang melewatinya.
9. Lakukan pengecekan pada lapis antara (AC-Base) yang sudah
disemprot tack coat oleh pengawas dari PU. Apabila sudah
memenuhi syarat, dan disetujui oleh pengawas dari PU, baru
pekerjaan bisa dilanjutkan ketahap selanjutnya.
Catatan :
1. Penyemprotan dilakukan apabila perkerasan sudah benar-benar
padat dan kering.
2. Cuaca pada saat dilakukan penyemprotan tack coat harus cerah.
3. Penyemprotan diusahakan serata mungkin.
4. Lapisan konstruksi berikutnya tidak boleh dikerjakan sebelum
lapisan prime coat kering. Lama pengeringan maksimum adalah 4
– 6 jam.
5. Pelaksanaan pekerjaan tack coat harus berhenti bila hujan.

6. Analisa Pelaksanaan Pekerjaan dilapangan


Setelah mengamati pelaksanaan pekerjaan yang ada dilapangan,
maka dibuatkan suatu analisa Pelaksanaan Pekerjaan lapis perekat
(tack coat) sebagai berikut :

a. Lambatnya material tack coat yang dipesan kelapangan sehingga


pekerjaan menjadi terhambat untuk dilaksanakan dilapangan oleh
pekerja.
b. Pekerja untuk lapisan perekat (tack coat) tidak mematuhi acuan yang
telah diberi oleh mandor sehingga pada penyemprotan di lapangan
tidak merata.
c. Setelah penyemprotan tack coat selasai banyak pengendara yang
melintasinya dikarenakan kondisi lalu lintas sedang macet ,sehingga
pada pekerjaan lapisan resap pengikat kurang baik.

4.2.8 Pekerjaan Lapis Antara (AC - BC)


Setelah pekerjaan lapis tack coat selesai dan telah mendapat rekomendasi dari
pengawas PU untuk lanjut ketahap selanjutnya, baru bisa dilakukan pekerjaan
lapis Antara (AC-BC).

Pekerjaan lapis perkerasan AC–BC dilaksanakan setelah pekerjaan lapis


pondasi atas selesai dan telah dilapisi dengan lapis perekat (Tack Coat). Pekerjaan
ini mencakup pencampuran agregat dan aspal di AMP Paingan, serta
penghamparan dan pemadatan campuran tersebut diatas lapis pondasi yang telah
disiapkan sesuai dengan persyaratan.
Metoda pelaksanaan pekerjaan perkerasan lapisan aspal AC-BC sebagai
berikut:
1. Lingkup Pekerjaan
Pekerjaan ini mencakup pencampuran agregat dan aspal di AMP
Paingan, serta penghamparan dan pemadatan campuran tersebut
diatas lapis pondasi yang telah disiapkan sesuai dengan
persyaratan.
2. Sumber Daya Alat
- Asphalt Mixing Plant
- Loader
- Genset
- Dump truck
- Asphalt finisher
- Tandem Roller
- PTR
- Alat bantu lainnya
3. Tenaga Kerja
- Mandor
- Pengawas
- Pelaksana lapangan
- Operator alat berat
- Driver
- Pekerja
4. Material
- Aspal cair pen (60/70) 5,97%
- Agregat batu pecah sesuai spesifikasi (kasar, halus, filler)

5. Metode Pelaksanaan
1. Sebelum dilakukan penghamparan, pada bagian pinggir badan
jalan dibuat garis dari tali yang direntangkan sesuai dengan lebar
perkerasan yang akan dihampar kemudian diberi cat putih,
tujuannnya agar memudahkan operator melihat bagian terpinggir
dari badan jalan tersebut yang akan dihampar.
2. Pencampuran Hotmix di AMP sesuai dengan speksifikasi yang
sudah direncanakan.
3. Kemudian campuran Hotmix tersebut dikirim dari AMP ke lokasi
proyek dengan dump truck, serta dilengkapi dengan terpal untuk
menutupi campuran dari pengaruh cuaca dan mengurangi
perubahan suhu.
4. Setelah caampuran Hotmix sampai dilokasi, dilakukan pengecekan
suhu terlebih dahulu sebelum dihamparkan.

Gambar 4.26 Pengecekan suhu Hotmix

5. Setelah suhu material masih sesuai dengan spesifikasi, dilakukan


pengahamparan dengan memasukan campuran Hotmix dari dump
truck ke bak asphalt finisher dan dihampar tidak terlalu panjang
agar proses pemadatan dapat terkontrol dengan baik. Suhu saat
penuangan ke dalam alat penghampar antara 130 – 150 ºC.

Gambar 4.27 Penuangan campuran Hotmix


ke dalam Asphalt Finisher
6. Setelah campuran Hotmix dihampar, sejumlah pekerja tetap
mengamati tepi-tepi hasil penghamparan dari asphalt finisher dan
merapikan tepi tersebut apabila ada yang tidak rapi dan
pengukuran lebar campuran Hotmix.

Gambar 4.28 Penghamparan dengan asphalt finisher

7. Pada saat suhu campuran tersebut mencapai 100 – 140 ºC, maka
lakukan pemadatan awal dengan menggunakan Tandem Roller
sebanyak 4 passing pada bagian tepi kiri dan tepi kanan,kemudian
terakhir pada bagian tengah

Gambar 4.29 Pemadatan menggunakan Tandem Roller

8. Kemudian saat suhu mencapai 90 – 100 ºC, dilakukan penggilasan


menggunakan PTR (Peneumatic tire roller) dan diikuti penyiraman
air yang ada pada PTR sebanyak 22 passing. Dimana pada passing
pertama roda disemprotkan dulu dengan solar, dan pada passing
kedua dan selanjutnya dengan penyiraman air.

Gambar 4.30 Pemadatan menggunakan PTR

9. Pemadatan secara teknis selesai, kemudian dilakukan pengambilan


sampel dengan mesin core drill, untuk mengetahui tebal lapisan
campuran serta karakteristik aspal.

Gambar 4.31 Pengambilan sampel aspal


10. Setelah didapat hasil dari pengujian lapangan telah memenuhi
syarat, dan telah disetujui oleh pengawas dari PU untuk lanjut
ketahap selanjutnya, maka pekerjaan dapat dilanjutkan ke tahap
selanjutnya.

4.2.9 Pasangan batu kali (Dinding Penahan Tanah Badan Jalan)


Salah satu dari pekerjaan ini adalah pekerjaan pasangan dinding
penahan tanah, pekerjaan dinding penahan tanah dilakukan untuk menahan
tanah timbunan untuk badan jalan dan bahu jalan. Pekerjaan dinding penahan
tanah yang digunakan adalah pasangan batu kali. Dimana sebelum pekerjaan
dilaksanakan data-data teknis yang meliputi elevasi kemiringan dan ukuran
dari pasangan batu kali tersebut, sudah disepakati bersama dengan Direksi
pekerjaan dan juga design bentuk serta panjang yang akan dilaksanakan juga
sudah disetujui oleh Direksi pekerjaan.
Pekerjaan pasangan batu kali, dipasang dibeberapa sta ,dimana
lokasinya terdapat tebing, sawah, dan lain - lain. Terdapat beberapa tipe
dinding penahan tanah, dimensi dan ukuran lengkap terlampir.
Metoda pelaksanaan pemasangan batu kali untuk dinding penahan tanah,
yaitu sebagai berikut :
1. Ruang Lingkup Pekerjaan
Pekerjaan ini meliputi pengadukan mortar, pemasangan batu, dan plesteran
pasangan batu sesuai dengan spesifikasi bahan yang diminta dan acuan
gambar kerja yang ada.

2. Sumber Daya Alat


- Mesin Molen
- Cangkul
- Saringan Pasir
- Sendok Spesi
- Patok Acuan
- Kotak adukan yang telah ditentukan ukurannya
3. Tenaga Kerja
- Mandor
- Pelaksana
- Pengawas Lapangan
- Pekerja
- Surveyor
- Asisten surveyor
- Quality

4. Material
- Semen
- Pasir
- Air
- Batu gradasi bersudut

5. Metode Pelaksanaan
a. Siapkan gambar kerja pasangan batu kali
b. Lakukan pemasangan patok dan bowplank pada sisi pasangan
c. Membuat galian telapak pondasi untuk dinding penahan tanah
pada tepi kiri kanan badan jalan.
d. Selanjutnya dilakukan pengadukan mortar dengan molen, yang
terdiri dari semen, pasir dan air. Pengadukan dilakukan di tepi
badan jalan dan nantinya di turunkan kebawah dengan gerobak
atau dengan ember.

Gambar 4.32 Pengadukan mortar dengan molen


e. Lanjut dengan penyusunan batu + adukan mortar dari yang
paling dasar dengan batu berdiameter lebih besar, dan
dilanjutkan bagian atas dengan batu berdiameter lebih kecil.

Gambar 4.33 Proses penyusunan batu dan adukan mortar

f. Selanjutnya lakukan pasangan batu sampai panjang dan tinggi


pasangan yang ditentukan atau sesuai rencana gambar kerja.
g. Setelah pemasangan batu selesai, lakukan pencekan pasangan
batu oleh pengawas dari PU, apabila pasangan batu belum
sesuai dengan gambar kerja yang direncanakan, lakukan
perbaikan lagi, sampai benar-benar di setujui oleh pengawas
dari PU. Apabila pemasangan batu telah sesuai dengan gambar
kerja yang direncanakan dan telah di setujui oleh pengawas dari
PU, baru pekerjaan bisa dilanjutkan ketahap selanjutnya setelah
mendapat rekomdasi dari pengawas dari PU.
6. Analisa Pelaksanaan Pekerjaan dilapangan
Setelah mengamati pelaksanaan pekerjaan yang ada dilapangan, maka
dibuatkan suatu analisa Pelaksanaan Pekerjaan dinding penahan tanah
(retaining wall) sebagai berikut :

a. Lambatnya material yang dipesan kepada logistic sehingga pekerjaan


menjadi terhambat untuk dilaksanakan dilapangan oleh pekerja.
b. Pekerja untuk memasang pasangan batu tidak mematuhi acuan yang
telah diberi oleh surveyor sehingga pasangan batu tidak simetris dan
sesuai gambar kerja yang ada
c. Adukan mortar yang dilakukan dilapangan tidak mengikuti spesifikasi
job mix yang ada sehingga daya lekat mortar tidak memenuhi syarat
dan dikhawatirkan hal ini menyebabkan pasangan tidak kokoh dan
kuat.
d. Penyusunan pasangan batu banyak yang gap karena tidak menyusun
pertemuan antara sudut batu dengan sudut batu sehingga interlocking
pasangan tidak kuat
BAB 4

PENUTUP

Kesimpulan

Konstruksi perkerasan lentur (flexible pavement) adalah perkerasan yang menggunakan


aspal sebagai bahan pengikat.

Komponen perkerasan lentur terdiri dari lapisan permukaan atas, pondasi atas, pondasi
bawah, dan tanah dasar.

Konstruksi perkerasan lentur dipandang dari keamanan dan kenyamanan berlalu lintas
haruslah memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :

Permukaan yang rata, tidak bergelombang, tidak melendut dan tidak berlubang.

Permukaan yang cukup kaku, sehingga tidak mudah berubah bentuk akibat beban yang
bekerja di atasnya.

Permukaan cukup kesat, memberikan gesekan yang baik antara ban dan permukaan
jalan sehingga tidak mudah selip.

Permukaan tidak mengkilap, tidak silau jika terkena sinar matahari

Konstruksi perkerasan jalan dipandang dari segi kemampuan memikul dan menyebarkan
beban, haruslah memenuhi syarat-syarat :

Ketebalan yang cukup sehingga mampu menyebarkan beban/muatan lalu lintas ke tanah
dasar.

Kedap terhadap air, sehingga air tidak mudah meresap ke lapisan dibawahnya.

Permukaan mudah mengalirkan air, sehingga air hujan yang jatuh di atasnya dapat cepat
dialirkan.

Kekakuan untuk memikul beban yang bekerja tanpa menimbulkan deformasi yang
berarti.

Вам также может понравиться