2riagota Bijak Morin Pekrjaan? | Catan
Catatanku
Entri (RSS) Komentar (RSS)
Bijak Memilin Pekerjaan?
Posted by: Empunya Blog on: Januari 20, 2012
In: Karir 1 Komentar
Kisah memilukan salah seorang teman atasan saya. Dua puluh
tahun lebih keharmonisan rumah tangga dijalaninya. Suami istri
itu sama-sama bekerja di perusahaan besar di Jakarta. Keinginan
mendapatkan gaji lebih tinggi dan tawaran fasilitas yang lebih
baik membuat mereka pindah kerja ke perusahaan lain.
Akhirnya istri di Jakarta sebagai kepala HRD di salah satu
swalayan. Dan suami kerja di Kalimantan sebagai kepala
legalitas perusahaan tambang dengan kepulangan setiap bulan
sekali, Suami istri yang seharusnya selalu bersama, jarak telah
memisahkan mereka. Ketidakpercayaan antara keduanya mulai
muncul. Baru tiga bulan bekerja suami tersebut disukai seorang wanita rekan kerjanya di Kalimantan
Berita itu pun akhimnya sampai kepada istrinya. Singkat cerita, rumah tangganya tak mampu
dipertahankan, kandas dan berakhir perceraian. Kini suami itu menyesali pilihan pekerjaannya dan
berupaya mengembalikan keutuhan rumah tangganya. Kata sesepuh di kantor, “Ttulah yang terjadi
saat memilih pekerjaan tidak mempertimbangkan aspek keluarga”.
Emm...menurut saya memilih pekerjaan bukanlah sekedar memilih pekerjaan yang bergaji tinggi.
Bahkan gaji itu urutan terakhir dalam memilih pekerjaan. Pekerjaan yang ideal adalah pekerjaan
yang mengantarkan pada kebahagian dunia dan akhirat. Ada beberapa faktor yang perlu
dipertimbangkan:
Pertama, kemungkinan untuk tetap memelihara keimanan. Memilih pekerjaan yang halal, tidak
bercampur riba, lingkungan kerja yang baik, dan pekerjaan tidak mengharuskan kita melanggar
aturan-Nya. Karena kadang kita menemui jenis pekerjaan yang halal tapi sulit bagi kita untuk bisa
baik di dalamnya misalnya kita bekerja dalam lingkungan yang semuanya korup. Kalau iman kita
tidak benar-benar kuat tentu bisa terbawa arus.
hitpsinsen23é.morepcess.con’2012/01/24Nbjak memlih-peerjaa 18ante BiakMorih Pooja? | Calatart
Kedua, kemungkinan untuk tetap beramal. Kompetisi yang demikian ketat membuat jadwal kerja
menjadi semakin padat, waktu pun habis untuk bekerja. Padahal di sisi lain kita perlu beramal, baik
amal wajib maupun sunnah. Kita perlu meluangkan waktu harian untuk bisa menunaikan sholat
dengan baik dan meluangkan waktu mingguan untuk bisa memperdalam keimanan dengan
mengikuti pengajian. Dan untuk tetap bisa mengamalkan yang diayakini seperti menutup aurat
dalam berpakaian, aturan berjabat tangan dengan bukan mahrom, dil.
Ketiga, kemungkinan untuk tetap berdakwah. Cita-cita tertinggi setiap orang adalah masuk
surga. Dan ternyata dari 10 sahabat nabi yang dijamin masuk surga adalah orang yang imannya
kuat, ilmunya luas, amalnya banyak, dan aktif dalam berdakwah. Kalau ingin masuk surga tidak ada
cara lain kecuali mengikuti jalan yang mereka tempuh. Karena mereka telah membuktikan jalan
seperti itulah yang mengantarkan ke surga. Pekerjaan jangan sampai menjadi penghambat
mengikuti aktifitas dakwah.
Keempat, tidak kehilangan waktu untuk keluarga. Bagi yang sudah berumah tangga, rasanya
aspek ini perlu dipertimbangkan. Seorang muslim ada kewajiban membina istri dan anak-anaknya
sehingga tercipta keluarga islami. Coba bayangkan kalau pekerjaan hanya memberikan waktu
bertemu keluarga sebulan sekali bagaimana tanggung jawab itu bisa dilakukan? Selain itu bukankah
sangat disayangkan melewatkan masa-masa pertumbuhan buah hati yang menggemaskan he “*
Kelima, memilih pekerjaan sesuai minat dan bakat. Ini sangat penting terkait dengan
kenyamanan kita dalam pekerja. Kalau kita bekerja sesuai dengan minat dan bakat atau hoby tentu
itu sangat menyenangkan. Walaupun di bayar kecil tidak akan tertekan karena kita sedang,
menyalurkan hoby apalagi kalau di bayar mahal tentu akan bertambah semangat. Yang pasti bekerja
sesuai minat dan bakat akan lebih mudah sukses dibanding kita bekerja dibidang yang tidak disukai
dan tidak sesuai bakat yang dimiliki
Keenam, memilih pekerjaan yang mampu mengembangkan potensi diri, Memilih pekerjaan
yang gajinya kecil tapi memberikan kesempatan untuk bisa mengembangkan diri itu lebih baik
daripada memilih pekerjaan bergaji besar tapi kita tidak mampu mengembangkan diri. Lebih baik
sebagai mekanik amatiran di bengkel besar dengan gaji Rp 500.000,-/bulan dibanding jadi pembantu
rumah tangga dengan gaji Rp 700.000,-/bulan. Dengan kerja di bengkel kita dapat belajar banyak
dari senior dan suatu saat bisa membangun bengkel sendiri,
Ketujuh, memilih pekerjaan yang memberikan gaji dan fasilitas baik. Saya rasa kalau yang ini
tidak perlu saya uraikan panjang lebar he
Kantor Sei Deli, 20 Januari 2012
1 Tanggapan to "Bijak Memilih Pekerjaan?”
1 | security services
luli 9, 2012 pada 7:14 am
hitpsinsen23é.morepcess.con’2012/01/24Nbjak memlih-peerjaa 282riagota Bijak Morin Pekrjaan? | Catan
terkesan sekali dengan kalimat “Pekerjaan yang ideal adalah pekerjaan yang mengantarkan pada
kebahagian dunia dan akhirat.”
Balas
Blog pada WordPress.com.
The Albeo Theme.
Ikuti
Follow “Catatanku”
Powered by WordPress.com
hitpsinsen23é.morepcess.con’2012/01/24Nbjak memlih-peerjaa