Вы находитесь на странице: 1из 6

MENUNTASKAN DENDAMKU PADA MAMA DAN BAPAK

_________________________________________________________________________________
____________________________________________

Tuhan..
Berikan kami Kedamaian Untuk Menerima Hal-Hal yang tidak Dapat Kami
Ubah,
Dan Keberanian Untuk Mengubah Hal-Hal yang Dapat Kami Ubah,
Serta Kebijaksanaan Untuk Mengetahui Perbedaannya

_________________________________________________________________________________
____________________________________________

“Kalian masih bisa pake narkoba itu.. Luar biasa kalian bertiga” Ungkapku nada
suara yang tinggi.
ini sudah angkatan ketiga saya berada di Panti, tetapi baru angkatan ini ada tida
anak binaan yang sebelumnya sudah menjadi penyalahguna Narkoba,
menyalahgunakan kembali di sini, di dalam panti, saat dalam proses pembinaan.
Panti ini memang bukan panti rehabilitasi narkoba, tetapi menjadi salah satu
tempat pembinaan anak remaja yang dianggap nakal dan bermasalah di
lingkungannya.

Satu tahun kemudian setelah kejadian itu.

“Kakak pasti marah sekali dulu ya kak?” tanya Rizky melalui aplikasi perpesanan
instant.

“Marah dan kecewa sudah pasti.” Jawabku.

Rizky lalu menyampaikan sesuatu yang cukup membuat saya terkejut.


“Kakak ingat doa ini : Tuhan beri kami Kedamaian Untuk Menerima Hal-Hal
yang tidak Dapat Kami Ubah
Berikan kami Keberanian Untuk Mengubah Hal-Hal yang Dapat Kami Ubah
Dan Kebijaksanaan Untuk Mengetahui Perbedaannya.”

“Iya ingat Risky” Jawabku singkat

“Terima kasih sudah dengarkan saya Doa itu kak. Saya sudah menuntaskan
dendam saya”

Saya termenung

_________________________________________________________________________________
_________________________________________

Cerita satu tahun sebelumnya.


Rizky adalah salah satu anak binaan di panti yang “paling nakal” dan paling
tidak bertanggungjawab, dia selalu membuat saya pusing, marah, jengkel
bahkan pernah menghukumnya beberapa kali. Hingga akhirnya pada sesi Who
Am I, saya tahu alasannya :

“Saya marah. saya bukan anak kandung bapak dan ibuku” katanya datar,
memandang saya seperti akan menerkam saya. “Mereka tidak mau jujur. tidak
pernah mau cerita yang sebenarnya. saya jengkel sekali. saya tahu semua itu
dari kecil, tetangga-tetangga selalu bilang, kau bukan anak kandung bapak
mamamu, kau anak buangan, kau anak angkat, tapi bapak dan ibu tidak pernah
mau bilang. saya marah sekali.”

“Saya makin tahu saat orang-orang terdekat, teman, tetangga, bilang kalau
saya anak angkat. Sakit sekali hatiku kak, dibohongi sama orangtuaku sendiri.
Kayak saya mau bunuh dorang. Saya jengkel sama orangtuaku, dimana kah
orangtua kandung? kenapa saya dibuang?”

“Kau merasa sangat sedih rizky, kau merasa jadi anak yang tidak diperjuangkan
oleh orangtua kandungmu dan kau tidak terima kalau orangtua yang kau sayang
ternyata bukan orangtuamu.” refleksiku kepadanya.

“Tapi setiap saya tanya, dijawab, kau anaknya kami, atau dibilang kau tahu dari
mana?. Pokoknya ditutupi skali kak. Dari situ saya keluar dari rumah kak. Saya
tidak ada pulang-pulang, saya tidak mau lagi sekolah, malu saya, pokoknya dari
saya yakin kalau saya bukan anak kandung itu, sekitar SMP, saya jadi nakal
sekali. Setiap hari saya lawan orangtuaku, biar dia sudah tua, saya maki-maki,
saya ajak berkelahi, saya cma datang minta uang atau minta apa saja. tapi
mereka ndak pernah marah, pasti apa yang saya minta dikasih. Bikin saya
jengkel lagi, dikasih dan dibaik-baiki semua.”

“iya, sebenarnya kau ingin membuat mereka marah ya, kau merasa tidak pantas
sebenarnya menerima kebaikan mereka, kau kesal karena meskipun kau jahat
sama mereka, mereka tetap baik sama kau.” Ucapku lagi.

“Makanya saya makin menjadi. Saya pake shabu-shabu kak, tapi karena tidak
banyak uang, saya ganti pakai obat-obatan. Minum-minum juga. Saya berhenti
sekolah sampai sekarang….. Kakak tahu…” Ucapnya tersendat-sendar sembari
menarik nafas dalam-dalam “Saya dendam sekali sama orangtua kandungku
yang membuang saya sama orangtua angkatku. Saya dendam kak, saya ingin
bunuh mereka, tunggu saja kalau saya ketemu.”

“Rizky…” Panggilku pelan. “Kau tahu, kakak paham sekali apa yang kau rasa.
Kau saat ini, HANYA TIDAK TAHU CARANYA BERSYUKUR” kataku singkat.
Sesi kelas itu selesai. 2 bulan kemudian, Rizky bersama anak-anak panti lainnya
harus pergi meninggalkan panti dan pulang ke kampung halamannya. Siang itu,
sebelum berpisah, saya sempat memeluknya dan dia berkata “Terima Kasih.
Pulang ke kampung, sekolah lagi ya.” Pesanku.

Singkat cerita, sangat lama kami tidak bertemu. saya tidak punya banyak kesan
kepada dia seperti beberapa anak lainnya yang selama di Panti mengalami
perubahan perilaku dan emosi yang lumayan. Rizky, buat saya waktu, yang
masih akan berat menjalani kehidupan ke depan, terkungkung dalam dendam
kesumatnya kepada orangtua. Itu pendapat saya, yang ternyata SALAH BESAR

_________________________________________________________________________________
_________________________________________

KEMBALI KE SATU TAHU KEMUDIAN

Di media sosialnya, dia posting kalau dia sudah lulus SMA.

Lulus. Kalian tahu? dia bersekolah kembali dan dia lulus.

(Tulisan selanjutnya adalah tulisan dengan bahasannya sendiri)

“Halo juga kak, apa kabarnya kak semga sehat selalu di sana... Saya juga
sangat berterima kasih atas segala bentuk suportnya dan karna kaka yang
sudah memotivasi saya untuk mewujudkan tentang apa yang masih bisa kita
ubah, dan bisa menerima tentang semua hal yang tidak bisa kami ubah.
Kini harapan yang ku gantung di pohon harapan itu sedikit demi sdikit terwujud,
semOga dengan kelulusan saya tahun ini, dapat menjadi langkah awal yang
baik.. Aamiin
Makasi kak, you are the best dengan segudang pengalaman yg sangat rugi
untUk tidak dicontoh oleh kami dan yang akan datang.
Makasi kak, saya sangat berharap kita dapat berjumpa kembali.”

Rizky perlahan bercerita tentang perubahan perilakunya, yang ternyata tidak


saya amati dengan baik selama di panti. Katanya, setiap kali pulang kelas,
niatnya untuk berubah isemakin besar. Doa singkat yang selalu kita
kumandangkan begitu besar pengaruhnya kepadanya.

“Ada kalimat doa yang membuat saya terdorong. ‘berilah kekuatan untuk
mengubah hal yang dpat kami ubah, dan menerima semua hal yang tdak dpat
kami ubahʼ Kalimat itu yang slealu berputar-putar di pikiran saya kak.”

Rupanya Rizky memaknai doa itu sangat dalam. Tapi dia diam, dia
berkontemplasi dengan dirinya sendiri atas Doa itu. Hingga akhirnya dia
memutuskan untuk mengambil tindakan, mengubah Hidupnya.
“Ya kak dari palu waktu masih di Panti, saya baru sadar akan siksanya hidup
kalau belum mmpunyai dasar ditambah lagi saya masih bergantung kepada
orang tua, apalah arti ijasah SMP. Di situ muncul harapan saya dan tiap kali sya
berdoa setelah keluar dari Panti saya ingin masuk sekolah. Tapi, sebelumnya
saya mau selesaikan Dendamku tentang orangtuaku.” Katanya.

Dilanjutkannya pesan singkat itu :

“Saya sudah banyak menyia-nyiakan kesempatan orangtua saya yang semangat


menyekolahkan saya. HANYA SAYA SIA-SIAKAN KARENA DALAM PIKIRAN SAYA
BENTROK ANTARA KENYATAAN YANG MEMBESARKAN SAYA BUKAN
ORANGTUA KANDUNG SAYA. Sakit memang rasanya tahu dari teman-teman
kalau saya bukan anak kandung. Kakak tahu pasti rasanya. Cuma sekarang baru
saya sadar, betapa bodohnya saya, kenapa saya sampai memilih pergaulan
yang asik dengan HAL NEGATIF SEPERTI NARKOBA.”

“Saya tahunya sepulang dari panti, setelah ketemu kakak, akibat dari doa itu,
SAYA BICARA EMPAT MATA DENGAN MAMA SAYA. Saya tanya, apa alasan
mereka selama ini tidak menceritakan yang sebenarnya. dijawabnya sedernaha
sama Mama : kau datang sambil menangis nak, makanya mama tidak pernah
mau cerita.”
Akhirnya saya terus bertanya tentang yang sebenarnya, tapi Mama masih belum
mau cerita, beliau mau menjaga perasaanku.
“tidak apa-apa ma.”

Kekuatan Doa itu terus membuat saya meyakinkan mama untuk menceritakan
yang sesungguhnya. Saya tahu semuanya. : Mama saya sudah tiada waktu
melahirkan saya. Beliau tutup usia saat itu, lalu saya diangkat sama kakanya
mama kandung saya, jadi masih keluarga juga. Tanteku sebenarnya ini kak, dan
Papa Kandungku masih Hidup.

“Setelah saya tahu kalau papa kandung saya masih hidup, dan juga karena niat
saya untuk melanjutkan sekolah lagi, saya bilang sama mama, saya mau pulang
ke kampung halaman saya, bertemu keluarga kandungku dan bersekolah di
sana.

“Saya berani ambil resiko untuk pndah ke kampung halaman tempat saya lahir,
UNTUK MENUNTASKAN DENDAM SAYA. orangtua angkat setuju asal saya
tinggalnya sama kakak sepupu bukan sama orangtua kandungku. Entah kenapa,
namun mungkin maksudnya baik.

“Di sinilah sya mulai belajar dan menilai bahwa ternyata inilah knyataan saya
dan jati diri saya. Ternyata tidak bgitu buruk asal kita mau menerima, dan di sini
saya tau sendiri ternyata yang dia lah Bapak Kandung saya, yang sehari-hari
sekarang saya liat. Tidak begitu buruk tentang semua hal sepeti yang selama
ini ada dalam pikiran saya.

“Dan ternyata, maksud orangtua saya tidak mau bilang kayaknya ini kak,
mereka inginnya saya sendiri yang harus mencari tahu. Agar ketika saya tahu,
maka puas sendiri juga. Memang, pikiran-pikiran negatif itu ada terus, kalau
saya dibuang dan anak tidak dianggap, tapi kalau tidak berani menghadapi
langsung, MANA AKAN DITAHU SEPERTI APA KENYATAANNYA. TERNYATA
TIDAK SEBURUK ITU.

Kalimat terakhirnya itu, membuat saya berkaca-kaca, ditengah malam


diderunya hujan deras. saya tulis dengan tangan bergetar “Kakak boleh
memelukmu?”

“Boleh bnget kak putu. Tanpa kaka tidak taulah bagaimana endingnya.”

“Bukan kakak Rizky, tanpa kamu, kamu tidak akan pernah tahu endingnya.”
Tegasku. “Dengan siapa kamu malam ini?” tanyaku mencari tahu.

“Bapak kandung saya kak, sedang tidur memeluknya. Kakak tahu, semua ini
saya lakukan karena sudah capek menghindar dari masa lalu hehehee. ternyata
MASA LALU ITU HANYA PERLU DITERIMA KAK”

“Jadi kau sudah menuntaskan dendammu ya?”

“Tepat sekali kak. Dendam yang menyadarkan SAYA, ORANGTUA SAYA TIDAK
MEMBUANG SAYA, NAMUN ORANG TUA ANGKAT SAYA MEMINTA SAYA SEJAK
MASIH MERAH-MERAHNYA SETELAH MAMA KANDUNG SAYA MENINGGAL.

“Dan untuk dendam yang saya tuntaskan sebenarnya hanya fikiran saya yang
tidak mau menerima bahwa saya bukan anak kandung mereka dan ada orang
tua lain yg sebenarnya..

“Itu saja .. Kalo dendam sih lebih tepatnya kekeliruan dalam fikiran saya yang
tidak mampu menampung dan akhirnya menjadi amarah dalam hati tentang
kenyataan...
Apalah bedanya sama dendam kalo begitu hehehee…

“Jadi, kau sudah puas skrg? Puas dengan dahaga kemarahanmu dulu? Kau
sudah puas dgn pengalaman membuang-buang waktumu?”

Sangat puas kak sangat... Sudah sangat jauh tempat main saya selama ini dan
inilah hasilnya. Kini, saya sudah lulus SMA kak,
SAYA HANYA INGIN SATU SAJA. SAYA INGIN PULANG BERBAKTI BERSAMA
MAMA YANG SELAMA SAYA TINGGALKAN.

_________________________________________________________________________________
_________________________________________

Pesan sederhana dari anak ini : Menerima Masa Lalu.

Terima kasih Rizky.

Вам также может понравиться