Вы находитесь на странице: 1из 20

I.

DEFINISI
Menurut Slusher (2013) Hiperbilirubin merupakan suatu kondisi di mana
produksi bilirurin yang berlebihan di dalam darah. Menurut Lubis (2013),
Hiperbilirubinemia merupakan salah satu fenomena klinis tersering ditemukan
pada bayi baru lahir, dapat disebabkan oleh proses fisiologis, atau patologis, atau
kombinasi keduanya.
Ikterus neonatorum adalah suatu keadaan pada bayi baru lahir dimana
kadar bilirubin serum total lebih dari 10 mg% pada minggu pertama dengan
ditandai adanya ikterus yang bersifat patologis (Alimun,H,A : 2005). Jadi, dari
beberapa pengertian di atas dapat di simpulkan bahwa hiperbilirubin merupakan
suatu kondisi di mana kadar bilirubin yang berlebihan dalam darah yang biasa
terjadi pada neonatus baik secara fisologis, patologis maupun keduanya.

Etiologi
1. Peningkatan bilirubin dapat terjadi karena polycetlietnia, isoimmun hemolytic
diseas, kelainan struktur dan enzim sel darah merah, keracunan obat (hemolisis
kimia: salisilat, kortikosteroid, klorampenikol), hemolisis ekstravaskuler,
cephalematoma, ecchymosis.
2. Gangguan fungsi hati; glukoronil transferase, obstruksi empedu/ atresia biliari,
infeksi, masalah metabolic, galaktosemia hypothyroidisme, jaundice ASI.
(Suriadi dan Yuliani, 2010: 134)
C. Etiologi

1. Peningkatan produksi
• Hemolisis, misalnya pada inkompalibilitas yang terjadi bila terdapat
ketidaksesuaian golongan darah dan anak pada penggolongan rhesus dan
ABO.
• Perdarahan tertutup misalnya pada trauma kelahiran
• Ikatan bilirubin dengan protein terganggu seperti gangguan metabolic
yang terdapat pada bayi hipoksia atau asidosis
• Defisiensi G6PD (Glukosa 6 Phostat Dehidrogenase)
• Breast milk jaundice yang disebabkan oleh kekurangannya pregnan 3
(alfa), 20 (beta), diol (steroid)
• Kurangnya enzim glukoronil transferase, sehingga kadar bilirubin indirek
meningkat misalnya pada BBLR
• Kelainan congenital

2. Gangguan transportasi akibat penurunan kapasitas pengangkutan misalnya


hipoalbuminemia atau karena pengaruh obat-obat tertentu misalnya sulfadiazine.

3. Gangguan fungsi hati yang disebabkan oleh beberapa mikroorganisme atau


toksin yang dapat langsung merusak sel hati dan darah merah seperti infeksi,
toksoplasmasiss, syphilis.

4. Gangguan ekskresi yang terjadi intra atau ektra hepatic.

5. Peningkatan sirkulasi enterohepatik, misalnya pada ileus obstruktif


D. Patofisiologi

Peningkatan kadar bilirubin tubuh dapat terjadi pada beberapa keadaan. Keadaan
yang sering ditemukan adalah apabila terdapat penambahan beban bilirubin pada
sel hepar yang berlebihan. Hal ini dapat ditemukan bila terdapat peningkatan
penghancuran eritrosit, polisitemia. Gangguan pemecahan bilirubin plasma juga
dapat menimbulkan peningkatan kadar bilirubin tubuh. Hal ini dapat terjadi apabila
kadarprotein Y dan Z berkurang, atau pada bayi hipoksia, asidosis. Keadaan lain
yang memperlihatkan peningkatan kadar bilirubin adalah apabila ditemukan
gangguan konjugasihepar atau neonatus yang mengalami gangguan ekskresi
misalnya sumbatan saluran empedu. Pada derajat tertentu bilirubin ini akan bersifat
toksik dan merusak jaringan tubuh. Toksisitas terutama ditemukan ada bilirubin
indirek yang bersifat sukar larut dalamair tapi mudah larut dalam lemak. Sifat ini
memungkinkan terjadinya efek patologis pada sel otak apabila bilirubin tadi dapat
menembus darah otak. Kelainan yang terjadi pada otak disebut Kernikterus. Pada
umumnya dianggap bahwa kelainan pada syaraf pusat tersebut mungkin akan
timbul apabila kadar bilirubin indirek lebih dari 20 mg/dl. Mudah tidaknya kadar
bilirubin melewati darah otak ternyata tidak hanya tergantung pada keadaan
neonatus. Bilirubin indirek akan mudak melewati darah otak apabila bayi terdapat
keadaan Berat Badan Lahir Rendah, hipoksia, dan hipolikemia.
E. Tanda dan Gejala

Menurut Surasmi (2003) gejala hiperbilirubinemia dikelompokkan menjadi :

a. Gejala akut : gejala yang dianggap sebagai fase pertama kernikterus pada
neonatus adalah letargi, tidak mau minum dan hipotoni.

b. Gejala kronik : tangisan yang melengking (high pitch cry) meliputi hipertonus
dan opistonus (bayi yang selamat biasanya menderita gejala sisa berupa paralysis
serebral dengan atetosis, gengguan pendengaran, paralysis sebagian otot mata dan
displasia dentalis). Sedangakan menurut Handoko (2003) gejalanya adalah warna
kuning (ikterik) pada kulit, membrane mukosa dan bagian putih (sclera) mata
terlihat saat kadar bilirubin darah mencapai sekitar 40 µmol/l.

F. Komplikasi

Terjadi kern ikterus yaitu keruskan otak akibat perlangketan bilirubin indirek pada
otak. Pada kern ikterus gejala klinik pada permulaan tidak jelas antara lain : bayi
tidak mau menghisap, letargi, mata berputar-putar, gerakan tidak menentu
(involuntary movements), kejang tonus otot meninggi, leher kaku, dn akhirnya
opistotonus.

G. Pemeriksaan Penunjang

Bila tersedia fasilitas, maka dapat dilakukan pemeriksaan penunjang sebagai


berikut :

• Pemeriksaan golongan darah ibu pada saat kehamilan dan bayi pada saat
kelahiran
• Bila ibu mempunyai golongan darah O dianjurkan untuk menyimpan darah tali
pusat pada setiap persalinan untuk pemeriksaan lanjutan yang dibutuhkan
• Kadar bilirubin serum total diperlukan bila ditemukan ikterus pada 24 jam
pertama kelahiran

H. Penilaian Ikterus Menurut Kramer

Ikterus dimulai dari kepala, leher dan seterusnya. Dan membagi tubuh bayi baru
lahir dalam lima bagian bawah sampai tumut, tumit-pergelangan kaki dan bahu
pergelanagn tangan dan kaki seta tangan termasuk telapak kaki dan telapak tangan.
Cara pemeriksaannya ialah dengan menekan jari telunjuk ditempat yang tulangnya
menonjol seperti tulang hidung, tulang dada, lutut dan lain-lain. Kemudian
penilaian kadar bilirubin dari tiap-tiap nomor disesuaikan dengan angka rata-rata
didalam gambar di bawah ini :

Tabel hubungan kadar bilirubin dengan ikterus


Derajat

Ikterus Daerah Ikterus Perkiraan kadar Bilirubin (rata-rata)


Aterm Prematur

1 Kepala sampai leher 5,4 –

2 Kepala, badan sampai dengan umbilicus 8,9 9,4

3 Kepala, badan, paha, sampai dengan lutut 11,8 11,4

4 Kepala, badan, ekstremitas sampai dengan tangan dan kaki 15,8 13,3
5 Kepala, badan, semua ekstremitas sampai dengan ujung jari

I. Diagnosis Banding Ikterus

Anamnesis Pemeriksaan Pemeriksaan penunjang atau diagnosis lain yang sudah


diketahui Kemungkinan diagnosis

• Timbul saat lahir hari ke-2

• Riwayat ikterus pada bayi sebelumnya

• Riwayat penyakit keluarga: ikterus, anemia, pembesaran hati, pengangkatan


limfa, defisiensi G6PD Sangat ikterus Sangat pucat Hb<13 g/dl, Ht8 mg/dl pada
hari ke-1 atau kadar Bilirubin>13 mg/dl pada hari ke-2 ikterus/kadar bilirubin
cepat. Bila ada fasilitas: Coombs tes positif Defisiensi G6PD Inkompatibilitas
golongan darah ABO atau Rh Ikterus hemolitik akibat inkompatibilitas darah

• Timbul saat lahir sampai dengan hari ke2 atau lebih

• Riwayat infeksi maternal Sangat ikterus. Tanda infeksi/sepsis: malas minum,


kurang aktif, tangis lemah, suhu tubuh abnormal Lekositosis, leukopeni,
trombositopenia Ikterus diduga karena infeksi berat/sepsis

• Timbul pada hari 1

• Riwayat ibu hamil pengguna obat

• Ikterus hebat timbul pada hari ke2

• Ensefalopati timbul pada hari ke 3-7

• Ikterus hebat yang tidak atau terlambat diobati


• Ikterus menetap setelah usia 2 minggu

• Timbul hari ke2 arau lebih

• Bayi berat lahir rendah Ikterus. Sangat ikterus, kejang, postur abnormal, letragi.
Ikterus berlangsung > 2 minggu pada bayi cukup bulan dan > 3 minggu pada bayi
kurang bulan. Bayi tampak sehat Bila ada fasilitas: Hasil tes Coombs positif Faktor
pendukung: Urine gelap, feses pucat, peningkatan bilirubin direks Ikterus akibat
obat

Ensefalopati

Ikterus berkepenjangan (Prolonged Ikterus)

Ikterus pada bayi prematur

J. Penatalaksanaan

Berdasarkan pada penyebabnya maka manajemen bayi dengan hiperbilirubinemia


diarahkan untuk mencegah anemia dan membatasi efek dari hiperbilirubinemia.
Pengobatan mempunyai tujuan :
1. Menghilangkan anemia
2. Menghilangkan antibody maternal dan eritrosit teresensitisasi
3. Meningkatkan badan serum albumin
4. Menurunkan serum bilirubin
Metode terapi hiperbilirubinemia meliputi : fototerapi, transfuse pangganti, infuse
albumin dan therapi obat.
a. Fototherapi
Fototerapi dapat digunakan sendiri atau dikombinasi dengan transfuse pengganti
untuk menurunkan bilirubin. Memaparkan neonatus pada cahaya dengan intensitas
yang tinggi ( a bound of fluorescent light bulbs or bulbs in the blue light spectrum)
akan menurunkan bilirubin dalam kulit. Fototerapi menurunkan kadar bilirubin
dengan cara memfasilitasi ekskresi bilirubin tak terkonjugasi. Hal ini terjadi jika
cahaya yang diabsorpsi jaringan merubah bilirubin tak terkonjugasi menjadi dua
isomer yang disebut fotobilirubin. Fotobilirubin bergerak dari jaringan ke
pembuluh darah melalui mekanisme difusi. Di dalam darah fotobilirubin berikatan
dengan albumin dan di kirim ke hati. Fotobilirubin kemudian bergerak ke empedu
dan di ekskresikan kedalam duodenum untuk di buang bersama feses tanpa proses
konjugasi oleh hati. Hasil fotodegradasi terbentuk ketika sinar mengoksidasi
bilirubin dapat dikeluarkan melalui urine.
Fototerapi mempunyai peranan dalam pencegahan peningkatan kadar bilirubin,
tetapi tidak dapat mengubah penyebab kekuningan dan hemolisis dapat
menyebabkan anemia.
Secara umum fototerapi harus diberikan pada kadar bilirubin indirek 4-5 mg/dl.
Noenatus yang sakit dengan berat badan kurang dari 1000 gram harus difototerapi
dengan konsentrasi bilirubin 5 mg/dl. Beberapa ilmuwan mengarahkan untuk
memberikan fototerapi profilaksasi pada 24 jam pertama pada bayi resiko tinggi
dan berat badan lahir rendah.
Tabel Terapi
Berikut tabel yang menggambarkan kapan bayi perlu menjalani fototerapi dan
penanganan medis lainnya, sesuai The American Academy of Pediaatrics (AAP)
tahun 1994
Bayi lahir cukup bulan (38 – 42 minggu)
Usia bayi (jam) Pertimbangan terapi sinar Terapi sinar Transfuse tukar bila terapi
sinar intensif gagal Transfuse tukar dan terapi sinar intensif
Kadar bilirubin Indirek serum Mg/dl
9 >12 >20 >25
49 – 72 >12 >15 >25 >30
>72 >15 >17 >25 >30

Bayi lahir kurang bulan perlu fototerapi jika:


Usia (jam) Berat lahir 2000 g kadar bilirubin
4 > 4 > 5
25 – 48 > 5 > 7 > 8
49 – 72 > 7 > 8 > 10
> 72 > 8 > 9 > 12

Panduan terapi sinar berdasarkan kadar bilirubin serum


Saat timbul ikterus Bayi cukup bulan sehat kadar bilirubin, mg/dl: (µmol/l) Bayi
denagn factor resiko (kadar bilirubin, mg/dl:µmol/l)
Hari ke 1 Setiap terlihat ikterus Setiap terlihat ikterus
Hari ke 2 15 (260) 13 (220)
Hari ke 3 18 (310) 16 (270)
Hari ke 4 dst 20 (340) 17 (290)

b. Transfusi Pengganti
Transfuse pengganti atau imediat didindikasikan adanya faktor-faktor :
1. Titer anti Rh lebih dari 1 : 16 pada ibu
2. Penyakit hemolisis berat pada bayi baru lahir
3. Penyakit hemolisis pada bayi saat lahir perdarahan atau 24 jam pertama
4. Kadar bilirubin direk labih besar 3,5 mg/dl di minggu pertama
5. Serum bilirubin indirek lebih dari 20 mg/dl pada 48 jam pertama
6. Hemoglobin kurang dari 12 gr/dl
7. Bayi pada resiko terjadi kern Ikterus
Transfusi pengganti digunkan untuk:
1. Mengatasi anemia sel darah merah yang tidak susceptible (rentan) terhadap sel
darah merah terhadap antibody maternal
2. Menghilangkan sel darah merah untuk yang tersensitisasi (kepekaan)
3. Menghilangkan serum ilirubin
4. Meningkatkan albumin bebas bilirubin dan meningkatkan keterikatan dangan
bilirubin
Pada Rh Inkomptabilitas diperlukan transfuse darah golongan O segera (kurang
dari 2 hari), Rh negative whole blood. Darah yang dipilih tidak mengandung
antigen A dan antigen B. setiap 4 -8 jam kadar bilirubin harus di cek. Hemoglobin
harus diperiksa setiap hari sampai stabil

c. Therapi Obat
Phenobarbital dapat menstimulus hati untuk menghasilkan enzim yang
meningkatkan konjugasi bilirubin dan mengekskresikannya. Obat ini efektif baik
diberikan pada ibu hamil untuk beberapa hari sampai beberapa minggu sebelum
melahirkan. Penggunaan Phenobarbital pada post natal masih menjadi
pertentangan karena efek sampingnya (letargi). Coloistrin dapat mengurangi
bilirubin dengan mengeluarkannya lewat urine sehingga menurunkan siklus
enterohepatika Advertisements.

Data fokus

Data subjektif Data objektif


1. Ibu bayi mengataan bayi sering muntah. 1. BB bayi 2,8 kg panjang 39 cm
2. Ibu bayi mengatakan saat BAK warna urine 2. Warna kulit dan kuku bayi kuning
bayi gelap jaundice

3. BAB bayi cair warna feses pucat 3. Warna sklera bayi tampak ikteri

4. Ibu bayi mengatakan bayi tidak mau 4. TTV bayi : TD : 90/50mmHg,


menyusu, bayi kesulitan dalam menghisap ASI,
Nadi:135 kali/menit,
5. Ibu bayi mengatakan bayinya rewel
RR: 40 kali/ menit,

Suhu :38 ⁰C.

5. Turgor kuit >2 detik

6. Kulit bayi tampak kering

7. Kulit terba hangat

8. Bayi dibrikan fottoterapi

9. Hasil lab:kadar bilirubin 12 mg/dl

10. Bayi ampak lemas,

11. Tampak lesi di kulit

12. Ibu bayi tampak cemas dengan keadan


bayinya.

Analisa data

Data fokus Masalah keperwatan Etiologi


DS:

1. Ibu bayi mengatakan


bayinya rewel

DO:

1. Warna kulit dan kuku


bayi kuning jaungdis

2. Warna sklera bayi


tampak ikteri

13. TTV bayi : TD : TTV


bayi : TD : 90/50mmHg,

Kerusakan integrias kulit Terapi radiasi


Nadi:135 kali/menit,

RR: 40 kali/ menit,

Suhu :38 ⁰C.

3. Turgor kuit >2 detik

4. Kulit bayi tampak kering

5. Bayi dibrikan fottoterapi

6. Tampak lesi di kulit

DS: Kekurangan volume cairan Kehilangan cairan aktif


1. Ibu bayi mengataan bayi
sering muntah.

2. Saat BAK warna urine


bayi gelap dan BAB bayi cair
warna feses pucat

3. Ibu bayi mengatakan bayi


tidak mau menyusu, bayi
kesulian dalam menghisap
ASI,.

DO:

1. TTV bayi :TD :


90/50mmHg

Nadi:135 kali/menit,

RR: 40 kali/ menit,

Suhu :38 ⁰C.

2. Turgor kuit >2 detik

3. Bayi ampak lemas,


DS:

1. Ibu bayi mengatakan bayi


tidak mau menyusu, bayi Hipertermi Pemaparan suhu tingggi
kesulian dalam menghisap ASI,

2. Ibu bayi mengatakan


bayinya rewel

DO:

1. TTV bayi :

TD : 90/50mmHg,

Nadi:135 kali/menit,

RR: 40 kali/ menit,

Suhu :38 ⁰C.

Turgor kuit >2 detik

2. Kulit bayi tampak kering

3. Kulit terba hangat

4. Bayi dibrikan fottoterapi

Diagnosa

No. Diagnosa Keperawatan


1. Kerusakan Integritas kulit bd terapi radiasi
2. Kekurangan volume cairan bd kehilangan cairan aktif
3. Hipertermi bd pemaparan suhu tinggi
Intervensi

No Diagnosa Keperawatan Tujuan dan kriteria hasil Intervensi Keperawatan


Setelah dilakukan tindakan keperawatan
selama 3x24jama diharapkan integritas
kulit normal dengan kritera hasil : 1. Monitor warna dan kead

1. Ttv kembali normal TD :70- 2. Monitor kadaan bilirub


90/50mmHg, pada Data Obyektifkter jika

Nadi:120-130kali/menit, 3. Ubah posisi miring atau

RR: 30-40 kali/ menit, 4. Perubahan posisi setia


Kerusakan integrias kulit bd perubahan posisi, lakukan
1
terapi radiasi Suhu :36-37,5 ⁰C. kulit.

2. Integritas kulit yang baikbisa di 5. Jaga kebersihan dan kel


pertahankan

3. Tidak ada luka/lesi


Kolaborasi Pemeriksaan lab
4. Perfusi jaringan baik
Kolaborasi pemberian salep
5. mampu melindungi kulit dan
mempertahankan kelembaban kulit
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1. Pastikan intake cairan
selama 1x24jama diharapkan volume
2. Menyiapkan intake
caIRAn kembali normal dengan kritera
parenteral untuk mengganti
Kekurangan volume cairan bd hasil :
2 saat tindakan fototerapi
Kehilangan cairan aktif
1. TTV normal
3. Memonitoring pada o
a. TD :70-90/50mmHg, warna, buang air besarnya
b. Nadi:120-130kali/menit, 4. Mengkaji status hidras

c. RR: 30-40 kali/ menit, Kolaborasi pemberian caira

d. Suhu :36-37,5 ⁰C.

2. Bayi tidak muntah

3. Bayi mau menyusu, bayi tidak


kesulian dalam menghisap

4. Berat badan stabil

5. Turgor kuit <2 detik

6. Bayi tidaklemas

7. BAK dan BAB kembali normal

Setelah dilakukan tindakan keperawatan


Manajmen pengaturan suhu
selama 1x24jama diharapkan hiertermi
teratasil dengan kritera hasil : 1. Pertahankan suhu lingku

Termoregulation normal: 2. Cek tanda Vital set


dibutuhkan
Hipertermi bd Pemaparan suhu
3 1. Ttv normal:
tinggi
3. monitor suhu sesering
a. TD :70-90/50mmHg,
jam sesuai kebutuhan

b. Nadi:120-130kali/menit,
4. monitor suhu bayi baru

c. RR: 30-40 kali/ menit,


5. monitor tekanan dar
d. Suhu :36-37,5 ⁰C. kebutuhan

6. monitor intake dan outp

2. suhu tubuh dalam rentang normal 7. Pertahankan suhu tubuh

3. Nadi dan respirasi dalam batas normal 8. Lakukan kompres/axi


stress
4. Tidak ada perubahan warna kulit

5. Turgor kuit < 2 detik


Kolaborasi pemberian antip
6. Kulit bayi tidak tampak kering

BAB IV

PENUTUP

IV.1 Kesimpulan

Hiperbilirubin adalah suatu kedaaan dimana kadar bilirubin serum total yang lebih dari 10 mg %
pada minggu pertama yang ditendai dengan ikterus pada kulit, sclera dan organ lain. Keadaan ini
mempunyai potensi meningkatkan kern ikterus, yaitu keadaan kerusakan pada otak akibat
perlengketan kadar bilirubin pada otak. Hiperbilirubin ini keadaan fisiologis (terdapat pada 25-50
% neonatus cukup bulan dan lebih tinggi pada neonates kurang bulan). Hiperbilirubin ini
berkaitan erat dengan riwayat kehamilan ibu dan prematuritas. Selain itu, asupan ASI pada bayi
juga dapat mempengaruhi kadar bilirubin dalam darah.

IV.2 Saran
Dalam melaksanakan tindakan keperawatan, perawat juga harus menerapkan universal
precaution agar keselamatan penderita dan perawat dapat terjaga. Konsep legal etik juga harus
dilakukan agar klien dapat merasa nyaman dan kondisi klien dapat segera membaik.

DAFTAR PUSTAKA

Hidayati, Elli, dan Martsa Rahmaswari. 2015. Hubungan Faktor Ibu Dan Faktor Bayi Dengan
Kejadian Hiperbilirubinemia Pada Bayi Baru Lahir (Bbl) Di Rumah Sakit Umum Daerah
(RSUD) Koja, Jakarta Utara Tahun 2015. Jakarta: Rakernas Aipkema 2016

Mathindas, Wilar, dan Wahani. 2013. Hiperbilirubinemia Pada Neonatus. Manado: Jurnal
Biomedik. Volume 5. Nomor 1, Suplemen, Maret 2013, hlm. S4-10

M.Sholeh Kosim dkk. 2007. Hubungan Hiperbilirubinemia dan Kematian di NICU RSUP Dr
Kariadi Semarang. Semarang: Sari Pediatri, Vol. 9, No. 4, Desember 2007

http://dokumen.tips/documents/makalah-hiperbilirubin-5654893804cdc.html

http://www.academia.edu/29464372/Askep_Hiperbilirubin_PDF_docx

http://dokumen.tips/documents/makalah-hiperbilirubin-5654893804cdc.html

Iklan
Report this ad
Report this ad

Share this:
 Twitter
 Facebook2
 Google

Uncategorized

Navigasi tulisan
← ANATOMI DAN FISIOLOGI GINJAL

Tinggalkan Balasan

Cari untuk:
Iklan
Report this ad

Вам также может понравиться

  • Liflet Fauziah Hunowu
    Liflet Fauziah Hunowu
    Документ2 страницы
    Liflet Fauziah Hunowu
    yama basna
    Оценок пока нет
  • Anemia pada Ibu Hamil
    Anemia pada Ibu Hamil
    Документ12 страниц
    Anemia pada Ibu Hamil
    yama basna
    Оценок пока нет
  • Ekspolog
    Ekspolog
    Документ18 страниц
    Ekspolog
    yama basna
    Оценок пока нет
  • Mobilitas Meningkatkan Pemulihan
    Mobilitas Meningkatkan Pemulihan
    Документ3 страницы
    Mobilitas Meningkatkan Pemulihan
    yama basna
    Оценок пока нет
  • Pelengkap - X IA5 - 20181
    Pelengkap - X IA5 - 20181
    Документ211 страниц
    Pelengkap - X IA5 - 20181
    yama basna
    Оценок пока нет
  • Akeah
    Akeah
    Документ1 страница
    Akeah
    yama basna
    Оценок пока нет
  • Logbook Praktek Klinik Kep Gadar
    Logbook Praktek Klinik Kep Gadar
    Документ14 страниц
    Logbook Praktek Klinik Kep Gadar
    yama basna
    Оценок пока нет
  • Jiwaa
    Jiwaa
    Документ38 страниц
    Jiwaa
    yama basna
    Оценок пока нет
  • Cover Mrvi Daki
    Cover Mrvi Daki
    Документ1 страница
    Cover Mrvi Daki
    yama basna
    Оценок пока нет
  • Askep Lupus Eritematosus Sistemik Les1
    Askep Lupus Eritematosus Sistemik Les1
    Документ28 страниц
    Askep Lupus Eritematosus Sistemik Les1
    Rachel matulessy
    Оценок пока нет
  • Format Lak
    Format Lak
    Документ5 страниц
    Format Lak
    andina fazriani
    Оценок пока нет
  • Leaflet TB Paru
    Leaflet TB Paru
    Документ2 страницы
    Leaflet TB Paru
    yama basna
    Оценок пока нет
  • 720 2442 1 PB PDF
    720 2442 1 PB PDF
    Документ5 страниц
    720 2442 1 PB PDF
    DayuKurnia Dewanti
    Оценок пока нет
  • Fisioterapi Post Op Laminektomi
    Fisioterapi Post Op Laminektomi
    Документ10 страниц
    Fisioterapi Post Op Laminektomi
    DiyahHerawati
    Оценок пока нет
  • Trauma Spinal
    Trauma Spinal
    Документ5 страниц
    Trauma Spinal
    loysfernando
    Оценок пока нет
  • 720 2442 1 PB PDF
    720 2442 1 PB PDF
    Документ5 страниц
    720 2442 1 PB PDF
    DayuKurnia Dewanti
    Оценок пока нет
  • 49asf33 76asfas96 Asda1 SasfasfM
    49asf33 76asfas96 Asda1 SasfasfM
    Документ21 страница
    49asf33 76asfas96 Asda1 SasfasfM
    kennydimitra
    Оценок пока нет
  • Jiwaa
    Jiwaa
    Документ38 страниц
    Jiwaa
    yama basna
    Оценок пока нет
  • Askep Anak Dengan Ensefalitis
    Askep Anak Dengan Ensefalitis
    Документ8 страниц
    Askep Anak Dengan Ensefalitis
    Bintank's Emank Kejora
    Оценок пока нет
  • KPSP Bayi Umur 9 Bulan
    KPSP Bayi Umur 9 Bulan
    Документ6 страниц
    KPSP Bayi Umur 9 Bulan
    yama basna
    Оценок пока нет
  • Liflet Fauziah Hunowu
    Liflet Fauziah Hunowu
    Документ2 страницы
    Liflet Fauziah Hunowu
    yama basna
    Оценок пока нет
  • Askep Lupus Eritematosus Sistemik Les1
    Askep Lupus Eritematosus Sistemik Les1
    Документ28 страниц
    Askep Lupus Eritematosus Sistemik Les1
    Rachel matulessy
    Оценок пока нет
  • 01-Tinjauan Geometris Vektor
    01-Tinjauan Geometris Vektor
    Документ5 страниц
    01-Tinjauan Geometris Vektor
    Deden Ibnu Salam
    Оценок пока нет
  • Sistem reproduksi wanita
    Sistem reproduksi wanita
    Документ3 страницы
    Sistem reproduksi wanita
    yama basna
    Оценок пока нет
  • 01-Tinjauan Geometris Vektor
    01-Tinjauan Geometris Vektor
    Документ5 страниц
    01-Tinjauan Geometris Vektor
    Deden Ibnu Salam
    Оценок пока нет
  • 01-Tinjauan Geometris Vektor (WWW - Defantri.com)
    01-Tinjauan Geometris Vektor (WWW - Defantri.com)
    Документ1 страница
    01-Tinjauan Geometris Vektor (WWW - Defantri.com)
    yama basna
    Оценок пока нет
  • VEKTOR SOAL
    VEKTOR SOAL
    Документ3 страницы
    VEKTOR SOAL
    yama basna
    Оценок пока нет
  • LP Hiperbilirubin
    LP Hiperbilirubin
    Документ32 страницы
    LP Hiperbilirubin
    Ricco Masdian
    Оценок пока нет
  • Dosis Hemodialisis
    Dosis Hemodialisis
    Документ2 страницы
    Dosis Hemodialisis
    yama basna
    Оценок пока нет