Вы находитесь на странице: 1из 12

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Metode konstruksi adalah suatu rangkaian kegiatan pelaksanaan konstruksi yang


mengikuti prosedur dan telah dirancang sesuai dengan pengetahuan maupun standar
yang telah diujicobakan. Dalam setiap pelaksanaan konstruksi dibutuhkan inovasi
teknologi, agar berbagai kegiatan pembangunan dapat berjalan secara efisien dan
efektif, serta diperoleh produk konstruksi yang lebih berkualitas.

Dalam hal ini dikhususkan membahas bandar udara. Di era globalisasi dan mobilitas
tinggi seperti sekarang sarana transportasi tentunya menjadi kebutuhan pokok. Bandar
udara di sini selain memenuhi kebutuhan transportasi juga bisa mempengaruhi kondisi
ekonomi, serta mendukung pertumbuhan budaya dan politik.

Sebagai contoh disini saya mengambil Bandar Udara Internasional Ahmad Yani
Semarang dengan contoh data dari www.repository.unika.ac.id dan Bandar Udara
Syamsudin Noor Banjarmasin dari www.media.neliti.com

Lokasi Bandar Udara Internasional Ahmad Yani


1.2 Tujuan Penulisan

Tujuan dibuatnya paper ini yaitu dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah metode
konstruksi, serta di sisi lain memberikan informasi tentang berbagai metode konstruksi
khususnya pembangunan bandar udara kepada pembaca, serta metode mana yang
dipilih.

1.3 Gambaran Singkat

Secara umum bandar udara terdiri dari apron, taxiway, dan runway

Runway adalah area yang dipergunakan untuk take-off dan landing pesawat terbang
yang sedang beroperasi. Jumlahnya tergantung dari volume lalu lintas yang dilayani oleh
lapangan terbang yang bersangkutan dan orientasinya tergantung oleh luas lahan yang
tersedia untuk pengembangan lapangan terbang dan arah angin dominan yang bertiup.

Taxiway yaitu jalur yang menghubungkan antara Runway dan Apron dengan fungsi
utama sebagai jalan keluar masuk pesawat dari Runway ke bangunan terminal dan
sebaliknya.

Apron adalah sarana parkir / menyimpan pesawat yang posisinya terletak diantara
bangunan terminal dan Taxiway.

Metode pelaksanaan ada 3, yaitu :

Pekerjaan timbunan dan pemadatan

Pelaksanaan instalasi Spun Pile

Pemasangan Cerucuk dan sesek bambu


Setelah itu dijelaskan metode perencanaan perkerasan, dan kemudian analisa
perbandingan masing-masing metode. Kurang lebih sebagai berikut :
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Alat dan Bahan yang Digunakan

Peralatan, alat berat, dan bahan adalah aspek penting dalam kelangsungan pekerjaan
konstruksi. Ketiga aspek penting ini sangat berkesinambungan dalam membangun
jalannya suatu proyek baik dari segi mutu, waktu, maupun biaya.

Ditinjau dari fungsi dan kegunaannya alat berat harus mempunyai operator yang
menjalankannya. Penggunaan peralatan dan alat berat harus diatur sedemikian rupa
sehingga sesuai dengan rencana kegiatan harian / mingguan yang dibuat oleh pihak
pelaksana agar tidak terjadi keterlambatan dalam pelaksanaan.

1. Peralatan

a. Concrete Mixer i. Scriber Grider (Manual & Automatic)


b. Waterpass j. Besi Pijakan
c. Mobil tangki reservoir k. Set Uji Slump
d. Mesin Jahit Sewn l. Set Uji Sandcone
e. Bar Cutter m. Total Station
f. Concrete Vibrator n. Jack Hammer
g. Mesin Las o. Garpu Grooving Manual
h. Pompa Air p. Genset

Concrete Mixer Concrete Vibrator

2. Alat Berat

a. Diesel Hammer f. Mobil Tangki


b. Batching Plant g. Crawler Crane
c. Excavator h. Vibroroller
d. Excavator Breaker i. Dump Truck
e. Motor Grider j. Truk Mixer
Crawler Crane Batching Plant

3. Bahan dan Material Pendukung (Struktur dan Perbaikan Tanah)

a. Spun Pile f. Semen


b. Geotextille g. Agregat Halus dan Kasar
c. Biotextille h. Cerucuk Bambu
d. Besi i. Sesek Bambu
e. Batu Belah

Spun Pile Geotextile

2.2 Metoda Pelaksanaan

Metode pelaksanaan adalah tahapan yang dilakukan dalam suatu proyek dan urutan
kegiatan pembangunan untuk merealisasikan perencanaan yang sudah di buat sesuai
dengan standart yang sudah di sepakati. Perlunya metode pelaksanaan agar setiap
pekerjaan dapat berjalan dengan efektif. Hal ini perlu didukung dengan adanya
koordinasi yang baik agar pekerjaan bisa berjalan dengan lancar karena dalam
pelaksanaan sebuah proyek mungkin terjadi perubahan-perubahan yang tidak sesuai
dengan perencanaan awal. Pelaksanaan pekerjaan konstruksi harus sesuai dengan
Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS), gambar kerja, kondisi lapangan, iklim /cuaca dan
faktorfaktor lainya yang dapat mempengaruhi jalannya pelaksanaan konstruksi.
Pada sub-bab ini akan di bahas mengenai pekerjaan persiapan, pekerjaan struktur
bawah dan struktur atas yang diamati di lapangan. Dalam proyek Bandar Udara
Internasional Ahmad Yani Semarang ini memiliki standart internasional sendiri yang
berkaitan dengan metode pelaksanaan, yaitu Proposal Metodologi Pelaksanaan Kerja
dan Tahapnya. Metode pelaksanaan tersebut akan diterapkan pada pengerjaan di
lapangan agar dapat dikerjakan sesuai rencana yang telah dibuat dan disepakati.

2.2.1 Pekerjaan Timbunan Tanah dan Pemadatan Tanah

Pekerjaan ini bertujuan untuk menyesuaikan tanah yang semula merupakan


tanah rawa menjadi tanah dengan spesifikasi yang dibutuhkan dan memenuhi standar
untuk pembangunan sebuah bandara internasional. Kondisi tanah harus memenuhi
syarat dan daya dukung untuk konstruksi di atasnya. Pekerjaan timbunan dan
pemadatan tanah terdiri dari :

1. Persiapan
Pada proses persiapan mencakup pengukuran lahan, pembuatan gambar
kerja, perijinan proyek, dan pembersihan lahan.
2. Pekerjaan Galian Awal
Dilakukan pekerjaan galian dengan kedalaman 80 cm menggunakan
excavator dengan tujuan membuang tanah rawa. Pekerjaan dilakukan
secara bertahap menyesuaikan kapasitas dari peralatan dan tenaga kerja.

3. Pengeringan Lahan dari Genangan Air Rawa


Proses ini dilakukan dengan cara menggunakan pompa air.
4. Pemasangan Lapisan Geotextile
Pemasangan geotextile ini bertujuan untuk memberikan perkuatan tanah
lunak.
5. Pemesanan dan Pendatangan Material Urugan
Material tanah urugan yang digunakan pada proyek ini dipesan
menyesuaikan dengan spesifikasi yang sudah memenuhi syarat.
Pendatangan material tanah urugan menggunakan transportasi darat
berupa dump truck dengan kapasitas 15 ton. Material urugan tanah yang
digunakan pada lokasi pekerjaan paved shoulder sedangkan pada lokasi
saluran menggunakan hasil keprasan dari apron.
6. Penghamparan Material Tanah Urugan
Penghamparan material urugan membentuk jalan akses untuk excavator
untuk melaksanaan pekerjaan galian di area selanjutnya. Penghamparan
dilakukan dengan 4 tahap secara berurutan dari layer 1 sampai dengan layer
4 dengan ketinggian pada setiap layer adalah 20 cm, kemudian dilakukan
pemadatan.

7. Proses Pemadatan Tanah Timbunan


Proses ini dilakukan untuk menghindari penurunan elevasi yang berlebihan
dalam proses pelaksanaan proyek. Setelah tanah timbunan dipadatkan
dengan sempurna, dilakukan tes kepadatan tanah.

2.2.2 Metode Pelaksanaan Instalasi Spun Pile

Spun Pile adalah tipe tiang pancang yang digunakan untuk pekerjaan
pemancangan pada lokasi paved shoulder dan exit taxiway timur dan barat. Pihak
pelaksana menggunakan Spun Pile karena sifat tanah pada lokasi merupakan tanah
lunak atau tanah rawa dan memanfaatkan daya himpit tanah (daya cengkram tanah)
untuk menghimpit tiang pancang. Pelaksanaan pekerjaan pemancangan Spun Pile
dilakukan pada pukul 22.00 s/d 04.00 dengan 5 jam efektif, hal ini sudah menjadi
prosedur dari pihak Proyek Pengembangan Bandara Internasional Ahmad Yani Semarang
dengan pihak Bandara Internasional Ahmad Yani Semarang, karena jam operasional
bandara closing gate pada pukul 20.00 atau jam delapan malam.

Tiang pancang atau spun pile yang digunakan pada proyek ini berdiameter 400
mm dengan panjang 13 m untuk bagian pertama dan 12 m untuk bagian kedua. Sebelum
pekerjaan pemancangan spun pile dilaksanakan terlebih dahulu dilakukan
pembongkaran pave shoulder pada tepi runway. Fungsi dari paved shoulder adalah
suatu konstruksi untuk menghimpit runway agar daya dukung runway cukup untuk
menahan impact atau hantaman dari landing dan take-off pesawat sehingga tidak
mengalami pergeseran yang cukup signifikan berakibat buruk pada penerbangan.

Jadi, sebelum prosedur pemancangan spun pile dilakukan, terlebih dahulu


dilakukannya pembongkaran paved shoulder sebagai berikut :

1. Persiapan Alat Berat Alat berat yang diperlukan dalam pekerjaan pembongkaran
paved shoulder antara lain : excavator breaker, excavator, dan dump truck.
2. Penghancuran lapisan paved shoulder menggunakan excavator breaker.
3. Pemindahan limbah pembongkaran paved shoulder dengan dump truck.
2.2.3 Pemasangan Cerucuk dan Sesek Bambu

Pemasangan cerucuk dan sesek bambu merupakan salah satu tahap dari
pembuatan saluran baru pada Proyek Pengembangan Bandara Internasional Ahmad Yani
Semarang setelah galian tanah. Cerucuk bambu atau pancang bambu yang digunakan
yang memiliki diameter ± 10 cm dan panjang 2 m, sedangkan untuk ukuran sesek bambu
adalah 1.5 m x 1.5 m.

Prosedur pemasangan cerucuk dan sesek bambu pada pekerjaan saluran :

1. Peletakan cerucuk bambu dengan panjang 2 m pada titik yang sudah ditentukan
oleh teknisi lapangan menggunakan alat total station.
2. Setelah cerucuk diletakkan pada titik yang ditentukan, cerucuk bambu ditekan
ke dalam tanah menggunakan backhoe.

3. Setelah seluruh cerucuk bambu masuk ke dalam tanah, permukaan tanah yang
sudah ada cerucuk bambunya dilapisi dengan sesek bambu.
2.3 Metode Perkerasan Lapangan Terbang

2.3.1 Metode Perkerasan CBR

1. Tentukan nilai CBR subbase dan subgrade, tipe


roda pendaratan, berat lepas landas,
Equivalent Annual Departure dari pesawat
rencana.
2. Tentukan tebal perkerasan total (a) dengan
memplot pada grafik
3. Tentukan tebal subbase (b) dengan memplot
pada grafik yang sama pada tebal perkerasan
total, yaitu grafik 2.15 dengan data CBR
subbase. Tebal subbase adalah tebal (a) – tebal
(b).
4. Tentukan nilai tebal permukaan (surface
course) (c). Untuk daerah kritis = 5 in, dan
untuk daerah non kritis ditentukan = 4 in dari
keterangan pada grafik
5. Tentukan tebal base course (d) dengan cara =
(b)–(c). Hasil ini dibandingkan dengan tebal
base coruse minimum yang terdapat pada
tabel 2.14. Apabila nilai (d) hasil pengurangan
lebih kecil daripada nilai (d) minimum, maka
diambil (d) minimum. Kelebihan tebal ini tidak
menambah tebal total, akan tetapi kelebihan
tebal yang dibutuhkan oleh base course
diambil dari tebal subbase (b), sehingga nilai
tebal subbase (b) berkurang.

2.3.2 Metode Perkerasan FAA

1. Input data software FAARFIELD

a. Input Subgrade support condition

• Untuk kondisi subgrade, dibutuhkan data nilai CBR

b. Material properties dari setiap lapisan, meliputi:

• Modulus

• Ketebalan untuk lapisan

• Poisson’s Ratio (sudah ditetapkan dalam software FAARFIELD)

c. Lalu lintas, meliputi

• Karakteristik pesawat yang meliputi beban roda, letak roda, dan


tekanan ban.
d. Umur rencana

Perencanaan FAA standar untuk perkerasan berdasar pada umur


rencana 20 tahun. Program komputer dapat digunakan untuk umur
rencana yang lain, namun penggunaan umur di luar 20 tahun akan
memberikan deviasi dari standar FAA.

2. Input Jenis Pesawat


Prosedur perencanaan dalam FAARFIELD tidak mengkonversi campuran
lalu- lintas menjadi keberangkatan ekivalen pesawat rencana. Sofware
FAARFIELD menganalisis kerusakan pada perkerasan untuk masing-masing
pesawat dan menentukan tebal akhir untuk kumulatif kerusakan total.
Software FAARFIELD mempertimbangkan penempatan sumbu utama
masing-masing pesawat terkait dengan garis sumbu perkerasan. Software
FAARFIELD juga memungkinkan kerusakan perkerasan akibat pesawat tertentu
dipisahkan dari pesawat lainnya dalam campuran lalulintas pesawat.

3. Menentukan Jumlah keberangkatan tahunan berkenaan roda pendaratan


Masing-masing di input manual dalam program untuk jumlah
keberangkatan tahunan yang berbeda-beda setiap pesawat.

4. Setelah memasukkan data yang dibutuhkan, maka software FAARFIELD akan


mengeluarkan hasil tebal perkerasan yang dibutuhkan pesawat-pesawat yang
memberikan kontribusi kerusakan usia rencana.
2.3.3 Metode Perkerasan LCN

1. Tentukan harga equivalent single wheel load pesawat


2. Dari tekanan roda dan kontak area yang diketahui bacalah harga LCN dari grafik
Kontak Area = Beban roda / Tekanan roda
3. Dari harga LCN yang didapat, bacalah ketebalan perkerasan berkaitan dengan
nilai CBR tiap lapisan dari grafik
BAB II

PEMBAHASAN

3.1 Kesimpulan

Dalam kasus ini, yaitu Bandara Internasional Ahmad Yani Semarang dengan
mempertimbangkan banyak aspek seperti : lokasi, biaya pembuatan, ketelitian, hitungan
dan pembebanan, disimpulkan bahwa metode yang dipilih untuk perkerasan adalah
metode FAA.

3.2 Saran

Metode -metode yang sudah dijelaskan seperti CBR, FAA, dan LCN adalah metode
perkerasan yang banyak digunakan di berbagai negara. Namun jika ingin diaplikasikan di
Indonesia sebaiknya dilakukan penyesuaian dan pengecekan lebih lanjut untuk kondisi
alam di sini.

Вам также может понравиться