Вы находитесь на странице: 1из 13

LAPORAN KASUS

PRAKTEK KOMPREHENSIF 1

ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU P1A0Ah1 2 HARI POSTPARTUM


DENGAN BENDUNGAN ASI DI BPM NIDA AIGUS

DOSEN PEMBIMBING : RIA FEBRINA M.KEB

DISUSUN OLEH :

NELI HERAWATI
NPM : 2016 41 028
PRODI D3 KEBIDANAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BAITURRAHIM


JAMBI
TAHUN 2019

0
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT Penulis ucapkan karena oleh-Nya Penulis
diberi rahmat serta inayahnya sehingga Penulis bisa menyelesaikan laporan kasus
asuhan kebidanan ini dengan tidak ada halangan suatu apapun.
Tidak lupa Penulis ucapkan banyak terimakasih atas bantuan dan
bimbingan dari berbagai pihak kepada dosen pembimbing lahan (CI lapangan)
dan teman-teman yang telah membantu dan memberikan dukungan
sehingga laporan ini bisa selesai tepat waktu.
Semua dorongan yang telah diberikan kepada penulis sangat berarti,
semoga dapat balasan yang lebih dari Allah SWT, Amin. Penulis menyadari
dalam menyusun laporan kasus ini jauh dari sempurna, maka dari itu penulis
sangat mengharapkan keritik serta saran yang sifatnya membangun demi
perbaikan laporan kasus ini.

Jambi, 21 Maret 2019

penulis

1
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL

KATA PENGANTAR ..................................................................................... 1

DAFTAR ISI .................................................................................................... 2

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 3

BAB II TINJAUAN TEORI ........................................................................... 6

BAB III TINJAUAN KASUS......................................................................... 9

BAB IV PEMBAHASAN ................................................................................ 16

BAB V PENUTUP ........................................................................................... 18

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 19

2
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Kesehatan pada ibu pasca persalinan menimbulkan dampak yang dapat


meluas keberbagai aspek kehidupan dan menjadi salah satu parameter kemajuan
bangsa dalam penyelenggaraan pelayanan kesehatan kepada masyarakat yang
menyangkut dengan angka kematian ibu (AKI) dan angka kematian bayi (AKB).
Menurut WHO 81% AKI akibat komplikasi selama hamil dan bersalin, dan 25%
selama masa pasca salin.
Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia masih termasuk yang tinggi
dibandingkan negara-negara di Asia misalnya Thailand dengan AKI 130/100.000
KH. Data SDKI tahun 2012 mencatat AKI di Indonesia mencapai 359 per
100.000 Kelahiran Hidup (KH). Walaupun angka ini dipandang mengalami
perbaikan dibanding tahun tahun sebelumnya, Target Millenium Development
Goals (MDGs) 5 yaitu menurunkan AKI menjadi 102/100.000 (KH) pada tahun
2015 masih memerlukan upaya khusus dan kerja keras dari seluruh pihak baik
Pemerintah, sektor swasta maupun masyarakat. AKI yang tinggi menunjukkan
rawannya derajat kesehatan ibu (Departemen Kesehatan RI, 2013).
Angka kematian ibu telah menunjukkan penurunan signifikan dalam kurun
waktu 30 tahun terakhir. Berdasarkan data dari BPS (Badan Pusat Statistik),
angka kematian ibu dalam 4 tahun terakhir menunjukkan penurunan yang cukup
baik. Angka terakhir yang dikeluarkan oleh BPS adalah tahun 2012, dimana jawa
tengah mencapai 116,34 per 100.000 kelahiran hidup. Kasus kematian ibu di
Kabupaten Magelang pada tahun 2010 sebesar 110,27 per 100.000 kelahiran
hidup, sedangkan pada tahun 2012 sebesar 65,47 per 100.000 kelahiran hidup.
Meskipun angka kematian ibu terlihat kecenderungan penurunan, namun terjadi
fluktuasi dalam 3 – 5 tahun terakhir. Target MDG’s di tahun 2015 untuk Angka
Kematian Ibu nasional adalah 102/100.000 kelahiran hidup (Dinas Kesehatan
Jawa tengah, 2012).

3
Kematian ibu terkait dengan faktor penyebab langsung dan penyebab tidak
langsung. Faktor penyebab langsung kematian ibu di Indonesia masih didominasi
oleh perdarahan, eklampsia, dan infeksi. Sedangkan faktor tidak langsung
penyebab kematian ibu karena masih banyaknya kasus 3 Terlambat dan 4 Terlalu,
yang terkait dengan faktor akses, sosial budaya, pendidikan, dan ekonomi
(Sujiatini, 2009).
Penyebab kematian ibu yang lain adalah pada masa nifas. Masa nifas
disebut juga masa pasca salin adalah masa atau waktu sejak bayi dilahirkan dan
plasenta keluar dari rahim sampai enam minggu berikutnya, serta pulihnya
kembali organ-organ kandungan (Sulistyowati, 2009). Salah satu diantara macam
infeksi pada ibu nifas adalah infeksi payudara. Dengan jumlah angka kejadian
sekitar 30 - 40%. Infeksi ini terjadi akibat kurang perawatan sewaktu hamil dan
kurangnya perhatian tenaga medis tentang perawatan payudara yang dapat
berakibat mastitis. Mastitis adalah infeksi dan peradangan pada mammae terutama
pada primipara yang infeksi terjadi melalui luka pada putting susu. Biasanya
muncul gejala pada ibu demam, payudara bengkak, kemerahan dan terasa nyeri
(Prawirohardjo, 2010).
Peran yang sangat penting bagi bidan yaitu memberi tahu ibu untuk
memberikan ASI kepada bayinya karena ASI bisa memberi kekebalan tubuh, serta
5 sangat baik untuk pertumbuhan dan perkembangan bayi karena dalam penelitian
dijumpai kenyataan bahwa terjadi banyak penyulit pada bayi yang sejak awal
mempergunakan susu formula yaitu terjadinya penyakit diare dan
tumbuhkembang yang kurang memuaskan. Dan peran ibu maupun masyarakat
bisa mencegah terjadinya infeksi payudara, karena yang selama ini terjadi
masyarakat masih menganggap bahwa perawatan payudara itu kurang penting.
Masyarakat menganggap bahwa bendungan ASI ini perlu di teliti karena selama
ini masyarakat menganggap bahwa bendungan ASI hanya masalah biasa pada ibu
yang sedang menyusui atau dalam bahasa jawa di sebut ngrangkai(Manuaba,
2009).
Pemerintah telah membuat kebijakan pada masa nifas. Padakebijakan
program nasionalmasanifas paling sedikitempat kali kunjungan yang dilakukan.

4
Dalam Kepmenkes RI. No. 369/ MENKES/SK/III/2007, pada kompetesi bidan
ke- 5 yaitu bidan memberikan asuhan pada ibu nifas dan menyusui yang bermutu
tinggi pada proses laktasi atau menyusui dan teknik menyusui yang benar serta
penyimpangan yang lazim terjadi termasuk pembekakan payudara, mastitis, abses,
puting lecet, puting masuk. Mengingat pentingnya pemberian ASI, maka perlu
adanya perhatian dalam proses laktasi agar terlaksana dengan benar. Sehubungan
dengan hal tersebut telah ditetapkan dengan Kepmenkes RI. No.
450/MENKES/IV/2004 tentang pemberian Air Susu Ibu (ASI) secara eksklusif
pada bayi Indonesia.

B. TUJUAN
Untuk mengetahui bagaimana asuhan yang diberikan pada ibu postpartum
dengan bendungan ASI secara komprehensif

5
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Pengertian
Bendungan air susu ibu adalah pembendungan air susu karena
penyempitan duktus laktiferi atau oleh kelenjar-kelenjar tidak dikosongkan
dengan sempurna atau karena kelainan pada putting susu. (Sumber:
Mochtar.1998)
Bendungan air susu dapat terjadi pada hari kedua atau ketiga ketika
payudara telah memproduksi air susu. Bendungan disebabkan oleh pengeluaran
air susu yang tidak lancer karena pengeluaran air susu yang tidak lancer, karena
bayi tidak cukup sering menyusu, produksi meningkat, terlambat menyusukan,
hubungan dengan bayi kurang baik, dan dapat pula karena adanya pembatasan
waktu menyusui. (Sumber: Sarwono.2009)

B. Factor-faktor Penyebab
1. Pengosongan mammae yang tidak sempurna
2. Factor hisapan bayi yang tidak aktif
3. Posisi menyusui bayi tidak benar
4. Putting susu terbenam
5. Puting susu terlalu panjang.
(Sumber: Rukiyah.2011)

C. Tanda dan gejala


Ditandai dengan : mammae panas serta keras pada perabaan dan nyeri,
putting susu mendatar sehingga bayi sulit menyusu, pengeluaran susu kadang
terhalang oleh duktuli laktiferi menyempit, warna kemerahan dan nyeri bila
ditekan. (Sumber: Rukiyah:2011)
Gejala lainnya yaitu:
- Mammae bengkak
- Keras

6
- Panas hingga suhu tubuh meningkat
(Sumber: Manuaba.2010)

D. Diagnosis
Pemeriksaan fisik payudara, apda pemeriksaan fisik payudara harus
dikerjakan dengan sangat teliti dan tidak boleh kasar dank eras. Tidak jarang
palpasi yang keras menimbulkan petechenechymoses di bawah kulit. Orang sakit
dengan lesi ganas tidak boleh berulang-ulang diperiksa oleh dokter atau
mahasiswa karena kemungkinan penyebaran. (Sumber: Rukiyah.2011)
Pertama lakukan dengan cara inspeksi (periksa pandang, hal ini harus
dilakukan pertama dengan tangan ke atas, selagi pasien duduk. Kita kan melihat
dilatasi pembuluh-pembuluh balik di bawah kulit akibat pembesaran tumor jinak
atau ganas di bawah kulit. Perlu diperhatikan apakah kulit pada suatu tempat
menjadi merah, misalnya oleh mastitis karsinoma. Edema kulit harus diperhatikan
pada tumor yang terletak tidak jauh di bawah kulit seperti gambaran kulit jeruk
pada kanker payudara. (Sumber: Rukiyah.2011)
Kemudian lakukan palpasi (periksa raba). Ibu harus tidur dan diperiksa
secra sistematis bagian medial lebih dahulu dengan jari-jari yang harus ke bagian
lateral. Palapsi ini harus meliputi seluruh payudara dari parenternal ke arah garis
aksila belakang, dan dari subklavikular kea rah paling distal. Setelah palapsi
payudara selesai, dimulai dengan palpasi aksila dan supraklavikular. Untuk
pemeriksaan aksila orang sakit harus duduk, tangan aksila yang diperiksa
dipegang pemeriksa dan dokter pemeriksa mengadakan palpasi aksila dengan
tangan yang kontraleteral dari tangan si penderita. (Sumber: Rukiyah.2011)

E. Penanganan
Secara umum penanganan yang dilakukan yang terpenting adalah dengan
mencegah terjadinya payudara bengka, susukan bayis sesegera mungkin setelah
lahir:
- Susukan bayi segera setelah lahir
- Susukan bayi tanpa dijadwal

7
- Keluarkan sedikit ASI sebelum menyusui
- Keluarkan ASI dengan tangan atau pompa bila produksi melebihi
kebutuhan ASI
- Laksanakan perawatan payudara setelah melahirkan
(Sumber: Rukiyah.2011)
Untuk mengurangi rasa sakit pada payudara berikan kompres dingin dan
hangat dengan handuk secra bergantian kiri dan kanan, untuk memudahkan bayi
menghisap atau menangkap putting susu berikan kompres sebelum menyusui.
Untuk mengurangi bendungan di vena dan pembuluh getah bening dalam
payudara yang dimulai dari putting kea rah korpus mammae. (Sumber:
Rukiyah.2011)
Perawatan payudara. Perawatan payudara sumber yang akan menjadi
makanan utama bagi anak. Karena itu jauh sebelumnya harus memakai BH yang
sesuai dengan pembesaran payudara yang sifatnya menyokong payudara dari
bawah suspension bukan menekan dari depan. (Sumber: Rukiyah.2011)
Bila ibu menyusui bayinya:
- Susukan sesering mungkin
- Kedua payudara disusukan
- Kompres hangat payudara sebelum disusukan
- Bantu dengan memijat payudara untuk permulaan menyusui
- Sangga payudara
- Kompres dingin payudara di antara waktu menyusui
- Bila diperlukan berikan parasetamol 500 mg peroral setiap 4 jam
- Lakukan evaluasi aetelah 3 hari untuk mengevaluasi hasilnya.
Bila ibu tidak menyusui:
- Sangga payudara
- Kompres dingin pada payudara untuk mengurangi pembengkakan dan rasa
sakit
- Bila diperlukan berikan parasetamol 500 mg peroral setiap hari
- Jangan dipijat atau memakai kompres hangat pada payudar
(Sumber: Sarwono.2010)

8
BAB IV

PEMBAHASAN

Pada BAB ini penulis akan membahas kesenjangan dan kesesuaian antara
teori dengan kenyataan yang ada di lapangan serta faktor penunjang dan
penghambat selama penulis melakukan asuhan pada Ibu P1A0Ah1 2 hari
postpartum dengan bendungan ASI di BPM Nida Aigus.

A. Data Subjektif
Dari data yang diperoleh dengan cara anamnesa didapatkan data
ibu 2 hari postpartum dengan keluhan payudara nyeri dan bengkak.
B. Data Objektif
Pada pengkajian data objektif yang didapatkan dari hasil
pemeriksaan fisik yang meliputi pemeriksaan umum, pemeriksaan tanda-
tanda vital, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang. Pada
pemeriksaan fisik didapatkan bentuk puting ibu yang tidak menonjol
keluar sehingga anak sulit untuk menyusu. Dan dari data objektif yang
ditemukan bahwa pada payudara ibu tidak simetris, adanya nyeri tekan
dan teraba keras. Analisa tersebut sudah sesuai dengan teori yang ada.
C. Analisa
Maka analisa yang dapat ditegakan adalah ibu P1A0Ah1 2 hari
postpartum dengan bendungan ASI.
D. Penatalaksanaan
Setelah dilakukan pemeriksaan dan pengkajian untuk memperoleh
data subjektif dan objektif serta menyusun sebuah analisa agar diperoleh
diagnosa untuk menetukan masalah dan kebutuhan sesuai masalah pasien.

A. Faktor Pendukung
Selama memberikan asuhan pada klien penulis banyak mendapatkan
bantuan dari bidan maupun teman-teman. Selama melakukan asuhan penulis

14
sangat dibimbing dan diberikan pengetahuan oleh bidan sehingga penulis dapat
diberi kepercayaan dalam memberikan asuhan mengenai kehamilan letak sunsang.
Klien dan suami yang kooperatif sehingga memudahkan penulis menggali
permasalahan melalui pengkajian dan pemeriksaan fisik. Sehingga asuhan yang
diberikan kepada ibu dan bayi dapat dengan mudah dan dapat diterima juga oleh
pasien maupun keluarga.

B. Faktor Penghambat
Dalam memberikan asuhan pada ibu nifas dengan bendungan ASI ini
penulis tidak menemukan hambatan karena penulis dibimbing dengan baik oleh
bidan.

15
BAB V
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Bendungan ASI dikarenakan tidak menyusui bayinya dengan teknik yang
benar, dan waktu menyusui yang kurang dan pengosongan mamae yang tidak
sempurna, faktor penyebab tersebut sudah sesuai dengan teori yang ada.
Pasien mengalami bendungan ASI pada nifas hari ke 2 disimpulkan
berdasarkan data subjektif bahwa ibu merasakan nyeri pada payudaranya, dan
merasa payudara sebelah kanan lebih besar dan terasa keras. Dan dari data
objektif yang ditemukan bahwa pada payudara Ny. E tidak simetris, adanya nyeri
tekan dan teraba keras. Analisa tersebut sudah sesuai dengan teori yang ada.
Penatalaksanaan yang diberikan adalah mengajarkan cara menyusui yang
benar, dan memijat payudara dengan lembut sebelum menyusui, dan
menganjurkan ibu untuk menyusui bayinya sesering mungkin minimal setiap 2
jam dan menganjurkan mengompres payudara dengan air hangat 3 kali sehari
selama 3 hari, serta menganjurkan untuk mengeluarkan ASI nya jika telah selesai
menyusui payudara masih tersa penuh.

B. SARAN
1. Semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi pembaca dan diharapkan bisa
menjadi acuan atau pedoman dalam membuat ASKEB ibu nifas dengan
bendungan ASI.
2. Bagi mahasiswa kebidanan agar senantiasa meningkatka pengetahuan dan
keterampilan tentang bendungan ASI
3. Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan makalah askeb ini banyak
kekurangan dan penulis juga mengharapkan kritik dan saran yang membangun
untuk pembuatan makalah selanjutnya.

16
DAFTAR PUSTAKA

Anggraini, Yetti. 2010. Asuhan Kebidanan Masa Nifas. Yogyakarta: Pustaka


Rihanna

Bastonhelen,2010,posnatalvolume4(http://ejournal.stikesmuhkudus.ac.id/index.ph
p/karakter/article/view/49 (jurnal) diakses pada 2 maret 2019 jam 04.59
WIB).

Cunningham, M.D. 2008.Obstetri William. Jakarta: EGC Departemen Kesehatan


RI. 2009.

Profil Kesehatan Indonesia tahun 2012. Jakarta:Departemen Kesehatan RI

Dinas Kesehatan Jawa Tengah . 2012. Profil Kesehatan Jateng tahun 2012.
Yogyakarta: Dinas Kesehatan Jateng

Henderson, C. 2009. Buku Ajar Konsep Kebidanan.Jakarta:EGC

Laksana, Indra dkk. 2012. Al-Quran dan Terjemah New Cordova. Bandung:

Syaamil Quran Manuaba, dkk. 2009. Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita


edisi 2. Jakarta: EGC

Notoatmodjo. 2010. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta: Rineka Cipta

Prawirohardjo. 2010. Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono


Prawirohardjo

17

Вам также может понравиться