Вы находитесь на странице: 1из 5

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Hati merupakan salah satu organ yang rentan mengalami gangguan. Gangguan
ini biasanya disebabkan oleh gangguan sistem metabolisme, zat-zat toksik,
infeksi mikroba, ganggua sirkulasi dan neoplasma. Penyakit yang sering
terjadi pada hati adalah infeksi virus hepatitis ( A, B, C, D,dan E ), sirosis hati,
akibat konsumsi alkohol, dan karsinoma sel hati (Kumar, et al., 2013).
Penyakit hepatitis merupakan penyakit yang paling sering dijumpai didunia
(WHO, 2016).

Abses hepar atau abses hati adalah bentuk infeksi pada hati yang disebabkan
karena infeksi bakteri, parasit, jamur, maupun nekrosis steril yang bersumber
dari sistem gastrointestinal yang ditandai dengan adanya proses supurasi
dengan pembentukan pus didalam parenkim hati. Dan sering timbul sebagai
komplikasi dari peradangan akut saluran empedu ( Anggunweb, 2010).

Penatalaksanaan yang diberikan pada abses hepar bisa dengan obat-obatan


seperti Metronidazole, merupakan derivat nitroimidazole. Dosis yang
dianjurkan untuk kasus abses hepar amuba adalah 3 x 750 mg per hari selama
7-10 hari. Bisa juga dengan aspirasi, apabila pengobatan medikamentosa tidak
berhasil. Adapun penatalaksanaan lainnya seperti drainase bedah, pembedahan
diindikasikan untuk penanganan abses yang tidak berhasil membaik dengan
cara yang lebih konservatif.
Permasalahan yang terjadi adalah tindakan koservatif post operasi laparatomi
dapat menimbulkan rasa nyeri hebat, hambatan mobilitas fisik, dan yang lebih
bahaya lagi apabila sudah terjadi sepsis yang akan mempengaruhi kondisi
kesadaran klien dimana tingkat kesadaran akan menurun. Keadaan ini
menunjukkan bahwa klien post operasi laparatomi harus mendapatkan
perhatian, dimana klien sering dipindahkan ke ruang ICU agar dapat dipantau
secara intensif.

Sebagian besar orang yang telah terinfeksi virus Hepatitis B kronis (HBV)
atau virus Hepatitis C (HCV) akan membutuhkan pengobatan disuatu waktu
dalam periode hidup mereka. Kebutuhan ini menjadi mendesak bagi mereka
yang telah memiliki kerusakan hati dan berisiko tinggi mengalami komplikasi
bahkan kematian dini. Diwilayah Asia Tenggara diperkirakan 100 juta orang
hidup dengan Hepatitis B kronis dan 30 juta orang hidup dengan Hepatitis C
kronis. Setiap tahun diwilayah tersebut, Hepatitis B menyebabkan hampir 1,4
juta kasus baru dan 300.000 kematian. Sementara, Hepatitis C menyebabkan
sekitar 500.000 kasus baru dan 160.000 kematian.

Prevalensi Hepatitis B kronis adalah sekitar 8% di Democratic People’s


Republic Of Korea, Myanmar, Thailand, dan Indonesia, sedangkan prevalensi
di Timor-Leste diperkirakan 6-7%. Sementara itu, terdapat negara tertentu di
kawasan Asia Tenggara yang memiliki sejumlah besar kasus Hepatitis virus.
India misalnya, memiliki hampir 40 juta orang dengan infeksi HBV kronis dan
12 juta orang terinfeksi dengan HCV kronis. Selain itu, sekitar 65% dan 75%
dari orang-orang dengan HBV kronis dan infeksi HCV, masing-masing tidak
menyadari status mereka. Wilayah ini juga memiliki kasus besar Hepatitis A
dan E, yang mana lebih dari 50% beban Hepatitis E global ada dalam wilayah
ini.
Sementara itu di Indonesia, Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas, 2013)
menemukan bahwa prevalensi HbsAg adalah 7,2%. Angka ini lebih dari
rendah apabila dibandingkan dengan data tahun 2007, yaitu 9,4% pada
populasi umum. Diperkirakan 18 juta orang memiliki Hepatitis B dan 3 juta
orang menderita Hepatitis C. Sekitar 50% dari orang-orang ini memiliki
penyakit hati yang berpotensi kronis dan 10% berpotensi menuju fibrosis hati
yang dapat menyebabkan kanker hati. Angka-angka ini menunjukkan bahwa
1.050.000 pasien memiliki potensi untuk menjadi kanker hati. Untuk iitu,
surveilans Hepatitis B dan Hepatitis C telah dilakukan dikalangan penduduk
berisiko tinggi.

Pengendalian Hepatitis Virus di Indonesia, guna mengendalikan virus


hepatitis, Kementerian Kesehatan RI memiliki 5 aksi utama, yaitu : 1)
Peningkatan kesadaran, kemitraan dan mobilisasi sumberdaya, 2)
Pengembangan Surveilans Hepatitis untuk mendapatkan data sebagai dasar
untuk penyusunan respons penanggulangan, 3) Memperkuat hukum dan
peraturan, 4) Upaya pencegahan secara komperehensif, dan 5) Deteksi dini,
dan tindak lanjutnya yang mancakup akses Perawatan, dukungan dan
Pengobatan.

Berdasarkan hal tersebut untuk mengurangi penyakit hati ataupun hepatitis,


serta mencegah terjadinya komplikasi penyakit lain akibat penyakit hati, maka
penulis merasa tertarik untuk melakukan pengelolaan asuhan keperawatan
kasus Abses Hepar. Kasus ni kemudian akan dituangkan pada sebuah karya
tulis ilmiah berjudul Asuhan Keperawatan Pada Klien Post Operative e.c
Laparatomi Abses Hepar di ruang ICU Rumah Sakit Umum Daerah Ulin
Banjarmasin.
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimanakah gambaran asuhan keperawatan pada klien Post Op Laparatomi
e.c Abses Hepar?

1.3 Tujuan Penulisan


1.3.1 Tujuan umum
Melaporkan hasil asuhan keperawatan pada klien dengan Post Op
Laparatomi e.c Abses Hepar di ruang ICU
1.3.2 Tujuan khusus
1.3.2.1 Mampu melakukan pengakajian pada klien dengan Post Op
Laparatomi e.c Abses Hepar
1.3.2.2 Mampu membuat analisa data dan merumuskan diagnosis
keperawatan pada klien dengan Post Op Laparatomi e.c Abses
Hepar
1.3.2.3 Mampu mengidentifikasi rencana asuhan keperawatan pada
klien dengan Post Op Laparatomi e.c Abses Hepar
1.3.2.4 Mampu mengimplementasikan rencana tindakan keperawatan
pada klien dengan Post Op Laparatomi e.c Abses Hepar
1.3.2.5 Mampu melakukan evaluasi keperawatan dengan Abses Hepar
1.3.2.6 Mampu menguraikan dan membahas hasil asuhan keperawatan
pada klien dengan Post Op Laparatomi e.c Abses Hepar
berdasarkan teori-teori pendukung.

1.4 Manfaat Penulisan


1.4.1 Bagi pengembangan ilmu dan teknologi keperawatan :
Menambah keluasan ilmu dan teknologi terapan bidang keperawatan
dan pemenuhan kebutuhan klien dengan Post Op Laparatomi e.c Abses
Hepar
1.4.2 Bagi klien / keluarga :
Meningkatkan pemahaman dan kemampuan klien / keluaga agar
kooperatif saat perawat memberikan tindakan dalam penanganan Post
Op Laparatomi e.c Abses Hepar
1.4.3 Bagi rumah sakit :
Menjadi referensi dan membantu memperkuat penegakan diagnosis
keperawatan, tujuan, dan intervensi klien Post Op Laparatomi e.c Abses
Hepar berdasarkan evidence based nursing practice
1.4.4 Bagi institusi pendidikan :
Menjadi landasan dalam peningkatan kemampuan klinis mahasiswa
dalam memberikan asuhan keperawatan klien dengan Post Op
Laparatomi e.c Abses Hepar
1.4.5 Bagi penulis :
Menjadi pengalaman dalam mengaplikasikan evidence based nursing
practice dalam merawat klien dengan Post Op Laparatomi e.c Abses
Hepar.

Вам также может понравиться