Вы находитесь на странице: 1из 4

BERUSAHA MENJADI YANG TERBAIK

Aku adalah anak pertama dari 2 bersaudara,nama ku Irene Natalia ngosa dan sering disapa iren.awalnya
aku mempunyai keluarga yang utuh yang lengkap dan bahagia,,namun seiring waktu berjalan semuanya
tak selamanya indah yang seperti ku harapkan,,banyak hal yang tak bisa aku uraikan satu persatu namun
intinya kebahagiaan itupun tak selamanya, dan pada saat itu aku benar benar melihat yang
sesungguhnya pengorbanan seorang ibu untuk anak anak nya. Ditinggal org tua tak membuat wanita
yang melahirkanku menyerah begitu saja,Dia adalah ibu ku wanita terhebatku, dari malam sampai pagi
rela bekerja demi anak anak nya,dan pada saat itu aku benar benar bertekat semampu ku untuk bisa jadi
yang terbaik,baik untuk ibu ku,keluarga ku dan orang yang nanti nya akan hidup bersama ku.

Saat ini aku sudah berkeluarga,aku seorang istri prajurit TNI AL,aku seorang ibu JALASENASTRI, sebelum
aku berkeluarga,aku pernah merasakan bagaimana susahnya mencari uang, setelah ujian nasional SMA
akupun melamar kerja di sebuah minimarket tanpa menunggu ijazah SMA bahkan saat itupun aku belum
tau kalau aku lulus atau tidak,tapi demi membantu ibu akupun melamar kerja dengan membawa ijazah
SMP,dan Puji Tuhan di terima di salah satu minimarket yang ada di bitung (SULUT). Kurang lebih 5bulan
bekerja di minimarket dan ada seorang ibu menawarkan untuk bekerja di salah satu CV yang dia
miliki,aku mencoba berunding dengan ibu dan pacarku yang saat ini menjadi suamiku.

”bu,tadi aku bertemu dengan seorang ibu terus dia mengajak ku untuk bekerja disalah satu CV yang dia
miliki”

“ Kalau kamu merasa mampu,diterima saja pekerjaan itu”, jawab ibuku.

Setelah ibuku memberikan ijin akupun mencoba berunding dengan pacarku (suamiku sekarang ) dan
diapun selalu mendukung setiap keputusanku. merekapun menyetujui aku bekerja di salah satu CV yang
di tawarkan,dengan bermodalkan ijazah SMP dan Sertifikat komputer. akupun bekerja di CV itu kurang
lebih 1Tahun karna pada saat itu aku belum memutuskan untuk kuliah.

2007 aku lulus SMA dan 2009 aku memutuskan untuk kuliah berkat dorongan dan bantuan dari
pamanku yang di Surabaya. Dua Tahun sudah aku merasakan bagaimana yang nama nya mencari
uang dan itu merupakan pengalaman yang sangat aku syukuri karna di tengah kesusahan aku bisa
belajar yang namanya bekerja membantu orang tua. aku juga bersyukur karna memiliki pacar
yang saat ini menjadi suamiku yang selalu memberikan dorongan dan dukungan sampai aku
selesai kuliah,,walaupun kita berdua pacaran jarak jauh atau yang lebih dikenal anak muda
dengan kata LDR ( Long Distance Relationship ) tapi hal itu tidak membuat kita berdua saling
bertengkar atau apapun itu,aku bersyukur memiliki dia yang sangat baik,pengertian dan
penyayang,aku berkata seperti itu karna 6 tahun lebih adalah waktu cukup bagiku untuk
mengenal diri nya sebelum kita di persatuhkan Tuhan. Setelah selesai kuliah rencananya kita
berdua akan menikah, namun setelah dibicarakan maka rencana menikahpun ditunda dulu.

“Dek, lebih baik kamu kerja dulu kan baru selesai kuliah dan belum memberikan tanda terima
kasih pada orangtua dan paman yang sudah membantu sampai selesai kuliah”, kata pacarku.
“ benar juga yach?”

setelah di pikir pikir ada benarnya juga apa yang dikatakan pacarku. Akupun mencoba
memasukan lamaran di salah satu RS Swasta yang ada diternate kebetulan aku lulusan D3
keperawatan dan Puji Tuhan aku diterima bekerja di RS tersebut. Walaupun sedikit aku sudah
bisa mengirimkan uang buat ibuku dari hasil jerih payahku. aku tau seorang ibu tidak memintah
balas budi bagi anaknya, yang dia inginkan hanyalah yang terbaik untuk anaknya,namun sebagai
anak aku berusaha menjadi anak yang taklupa bagaimana pengorbanan ibuku seorang diri untuk
menyekolahkan aku dan adiku. Genap satu tahun aku bekerja di RS tersebut,dan akhirnya aku
dan pacarku memutuskan untuk meresmikan hubungan kita kejenjang yang lebih serius yaitu
untuk menikah. Hal yang paling berkesan menjadi seorang istri prajurit yaitu ketika pada masa
pengajuan nikah. Banyak tes tes yang harus di lewati dan untuk memikirkan hal itu kadang
membuat stress sendiri.

“kak,nanti apa saja yang akan di tanyakan? “ tanyaku pada calon suamiku.

“tentang pengetahuan umum,tes mental,tes kesehatan,nanti jangan lupa pancasila dan undang
undang dasar dihafal lagi” jawab calon suamiku.

Makin gugup saja dengarnya, tapi puji Tuhan semua tes berjalan lancar. Dan yang terakhir
menghadap Komandan kesatuan.ada satu kata arahan yang selalu aku ingat yaitu” dalam setiap
keluarga pasti ada yang nama nya masalah tapi berusahalah menyelesaikan dengan tenang,jika
mempunyai masalah besar janganlah di buat lebih besar tapi dibicarakanlah dan berusaha
membuat masalah itu jadi kecil,dan jika masalah itu hanyalah masalah kecil maka berusahalah
menghilangkannya”. Terimakasih Komandan arahannya selalu aku ingat. jika ada masalah dalam
keluarga kecilku aku selalu ingat arahan komandan dan menerapkan hal itu.

Tanggal 23 November 2013 kita di persatukan TUHAN untuk selamanya dan berjanji untuk
selalu menerima dalam suka maupun duka dan dalam untung maupun malang. Menjadi seorang
istri Tentara adalah pilihan dan setiap pilihan itu pasti diikuti oleh resiko,akupun sudah tau apa
saja yang menjadi resiko dari seorang istri tentara,salah satunya di tinggal pergi demi penugasan.
Aku menerima dengan lapang dada dan mengerti bahwa ditinggal bertugas itu adalah bagian dari
kehidupan sebagai seorang istri tentara. Walaupun sering sebelum penugasan tiba, terjadi sedikit
krisis kepercayaan antara suami istri. hal itu adalah hal yang wajar sebagai manusia,anggaplah
itu sebagai bumbu dari perjalanan rumah tangga. Komunikasi yang intens, rasa saling percaya
dan yang utama adalah Doa,yang mampu melumpuhkan rasa curiga.

Setelah menikah suamiku menanyakan kalau masih mau atau tidak untuk melanjutkan kuliah S1
keperawatan,awalnya aku senang sekali karna suamiku ternyata begitu memikirkan tentang
pendidikanku,namun selain itu juga aku berfikir bagaimana nantinya suamiku saat ditinggal
sendiri,karena aku akan melanjutkan kuliah di manado (SULUT) maunya kuliah di ternate di
tempat suami bertugas tapi saat ini belum ada S1 keperawatan. Setelah dibicarakan berdua
akhirnya aku memutuskan untuk melanjutkan S1 di manado,kebetulan juga belum di berikan
kepercayaan dari Tuhan untuk memiliki momongan. Banyak yang mengatakan kesempatan iren
kamu melanjutkan kuliah karna nantinya kalau sudah punya anak pasti akan bertambah yang
diurus, akupun hanya tersenyum dan menjawab iya. Kita berduapun meresakan masa masa
dimana pacaran dulu, kembali hubungan jarak jauh dan bermodalkan kepercayaan.Selama kuliah
berjalan disaat ada libur aku menyempatkan ke ternate untuk melihat suami. Dan puji Tuhan
akupun selesai melanjutkan kuliah S1.

Bulan agustus aku bergabung dengan ibu ibu yang ada di asrama karna sebelumnya aku sama
suami belum masuk Rumah Dinas kita masih tinggal di salah satu rumah kontrakan. Bergabung
disini artinya aku mulai tinggal dalam lingkungan asrama dan mulai belajar apa saja kegiatan
kegiatan yang ada dalam asrama,karna aku masih ibu baru akupun minta arahan dari ibu ibu
senior, di saat memperkenalakan diri di depan ibu ketua dan ibu ibu lainnya awalnya aku
gugup,wajar saja sebagai manusia ada rasa gugup.

Mohon ijin ibu, karena baru bergabung dalam kegiatan yang ada di JALASENASTRI sebagai
ibu baru masih banyak yang harus dipelajari,Mohon arahan dan bimbingan, jika ada salah harap
langsung ditegur untuk kebaikan dan untuk menjadi lebih baik. Aku sadar saat ini aku bukan
hanya membawa nama pribadiku iren saja,tapi sejak menikah aku sudah membawa nama
suamiku. ibu nico, nama itu yang akan selalu aku jaga,menjaga nama baik suamiku. Banyak
yang aku dapatkan sejak menjadi ibu Jalasenastri. Ilmu, pengalaman,pembelajaran,serta yang
terpenting adalah keluarga baru,semua itu aku dapatkan disini. Terutama hidup diasrama ternyata
sangat menyenangkan walaupun tak semuanya menyenangkan karena banyak suku yang berbeda
beda jadinya pelan pelan aku harus belajar beradaptasi baik dari bahasa ataupun pribadi orang itu
sendiri. Tinggal diasrama aku lebih tau arti dari kata senasib sepenanggungan dengan sesama ibu
ibu jalasenastri. Senasib dalam arti sama sama sedang ditinggal tugas oleh suami.

“Tetap semagat ya ibu ibu”

Selama berada diasrama aku mulai mengikuti setiap kegiatan salah satunya olaraga volly,jujur
saja aku tidak bisa main volly tapi pelan pelan aku belajar dan sekarang walaupun belum lincah
tapi setidaknya aku sudah ada kemajuan sedikit dan sudah mulai berani masuk lapangan untuk
main sama ibu ibu yang lain nya.

“Maaf ya ibu ibu kalau aku ambil bolanya lain kali salah”, kata itu yang selalu kuucapkan
sebelum masuk lapangan main sama sama.

“iya nda apa apa ibu nico,kan sama sama belajar “ jawab salah seorang ibu.

Aku sangat senang karena ibu ibu yang ada di asrama saling mendukung satu dengan yang
lainnya. Selain itu juga aku memiliki tetangga yang baik baik. Sangat penting bisa membawa diri
dan menjalani hubungan yang baik dengan tetangga,ibu ibu di asrama dan dengan sesama istri
istri prajurit. Cara kita membawa diri dengan baik,sopan dan saling menghargai adalah satu
bukti bahwa kita juga menjaga nama baik suami, itu yang selalu aku tanamkan dalam diriku
karena aku ingin menjadi kebanggan buat suamiku dan berusaha jadi yang terbaik buat dirinya.

Selama di asrama aku hanya berdua saja sama suami,karena kita belum diberikan momongan.
Dan disaat yang membuat sedih kalau suami berangkat tugas,terasa sangat sepih karena
sendirian,awalnya sering nangis kalau ditinggal tapi sekarang tidak lagi (agak cenggeng sich
sebenarnya,maaf ya ).

“Saat ditinggal suami waktu terasa begitu lama berjalan,ibarat menunggu sehari bagaikan
seminggu”, kedengarannya agak lebay sich tapi kenyataaan yang aku rasakan seperti itu.

Namun balik lagi harus ingat peran istri seorang prajurit TNI harus menunjang tugas dan
tanggung jawab suami sebagai seorang prajurit TNI. Menjadi seorang istri prajurit haruslah
selalu siap mental dan mandiri. Kata mandiri adalah kata yang selalu ibuku pesan dan masih
teringak jelas kata kata yang menjadi pedomanku.

“Nak, ketika kamu jatuh, jatuhlah! Tapi ketika harus terbangun, bangunlah sendiri. Itu artinya
kamu harus mandiri”.

Kita harus siap untuk berbagai resiko menyangkut profesi suami. Termasuk menjadi yang
kesekiaan karena harus berbagi cinta dengan Negara. Jadi istri TNI itu harus kuat, tidak boleh
cengeng , harus bisa menjaga diri, nama baik keluarga,nama baik suami dan nama baik kesatuan.

Dari : Istri Kopda Nicodemus Matwan

Jalasenastri Ternate

Вам также может понравиться