Вы находитесь на странице: 1из 7

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Benigna Prostat Hipertropi (BPH) perubahan endokrin berkaitan

dengan proses penuaan yang menyebabkan pembesaran kelenjar dan jaringan

seluler kelenjar prostat. (sarma eko natalia sinaga, 2014)

BPH (Benigna Prostat Hyperplasia) merupakan suatu penyakit

pembesaran pada kelenjar prostat yang biasa terjadi pada laki-laki berusia

lanjut akibat hyperplasia jinak dari sel-sel. kelainan ini terjadi pada laki- laki

usia 40 tahun dan frekuensinya semakin bertambah sesuai dengan

penambahan usia, sehingga pada usia di atas 80 tahun kuran lebih 80% dari

laki-laki yang menderita penyakit benigna prostat hyperplasia. (Aprina, Noven

Ilham yowanda, 2017)

Meskipun penyakit ini bukan suatu kelainan yang mengancam jiwa,

namun penyakit ini merupakan manifestasi klinis dari gangguan saluran

kencing bawah yang dapat mengurangi kualitas hidup penderita.(Riski Novian

Indra Saputra, Dimas Sindhu Wibisono, 2016)

Sampai saat ini penyebab benigna prostat hyperplasia (BPH) belum

diketahui secara pasti, tetapi sangat berkaitan erat dengan proses penuaan yang

mengakibatkan penurunan kadar hormon pria, terutama testosteron. Dalam

kelenjar prostat Hormon Testosteron akan diubah menjadi Dihidrotestosteron

(DHT). DHT inilah yang kemudian secara kronis merangsang kelenjar prostat

sehingga membesar. (Andrew Ruspanah, 2017)


2

Menurut WHO pada tahun 2012, diperkirakan jumlah penderita BPH

(Benigna Prostat Hyperplasia) di dunia adalah sebanyak 30 juta, jumlah ini

tidak termasuk pada kaum wanita, karena BPH terjadi hanya pada kaum pria.

BPH (Benigna Prostat Hyperplasia) menjadi masalah global pada pria usia

lanjut. Pada usia 40 tahun sekitar 40% penderita, usia 60-70 tahun meningkat

menjadi 50% penderita dan usia lebih dari 70 tahun mencapai 90% penderita.

Diperkirakan sebanyak 60% pria usia lebih dari 80 tahun memberikan gejala

Lower Urinary Tract sympstons (LUTS). Di Amerika Serikat, hampir 14 juta

pria menderita BPH (Benigna Prostat Hyperplasia). Di Amerika Serikat

Prevalensi dan kejadian BPH (Benigna Prostat Hyperplasia) terus meningkat

pada tahun 1994-2000 dan tahun 1998-2007. Peningkatan jumlah insiden ini

akan terus berlangsung sampai beberapa dekade mendatang. (Aprina, Noven

Ilham yowanda, 2017)

Di Indonesia kasus BPH merupakan kelainan urologi kedua setelah

batu saluran kemih yang dijumpai di klinik Urologi. Diperkirakan pria

Indonesia yang berusia di atas 50 tahun ditemukan hampir 50% menderita

penyakit ini. Oleh karena itu, jika dilihat dari 200 juta jumlah penduduk

indonesia, maka dapat diperkirakan 100 juta adalah pria, dan kira-kira 5 juta

penduduk adalah berusia 60 tahun ke atas, maka dapat dinyatakan kira-kira 2,5

juta pria Indonesia menderita penyakit benigna prostat hyperplasia (BPH.

(Haryanto & Rihiantoro, 2016)

Menurut survei di Rumah Sakit Provinsi Jawa Barat, berdasarkan pola

penyakit pasien rawat jalan, Umur diatas 60 tahun pada 2003 penyakit BPH

(Benigna Prostat Hipertropi) menempati urutan ke-19 yaitu sebesar 1,37%

(530 orang). (sarma eko natalia sinaga, 2014)


3

jumlah penderita BPH (Benigna Prostat Hipertropi) sebanyak 88 orang

(13,66 %) dari total penderita sebanyak 644 orang dan menduduki urutan

ketiga dari 10 penyakit terbanyak adalah data yang diperoleh dari Medical

Record RSUD Dr. Adjidarmo Rangkasbitung Lebak di Ruang Duku tahun

2012. (sarma eko natalia sinaga, 2014)

Oleh karena itu, diperlukan upaya promotif (peningkatan) dengan cara

memberikan pendidikan kesehatan tentang penyakit, preventif (pencegahan)

yaitu dengan cara memberitahu dan mengajarkan pola hidup yang sehat,

kuratif (pengobatan) yaitu dengan cara menganjurkan klien untuk melakukan

pembedahan atau pengobatan lain, dan rehabilitative (pemulihan) dengan cara

memberikan asuhan keperawatan secara langsung pada penderita BPH

(Benigna Prostat Hipertropi) merupakan peran perawat sebagai tenaga

kesehatan.(sarma eko natalia sinaga, 2014)

Berdasarkan teori, perubahan pola hidup dengan mengurangi minum-

minuman beralkohol, kateterisasi, pemberian obat antimikrobial, dan tindakan

pembedahan adalah penatalaksanaan pada penyakit Benigna Prostat

Hipertropi . (sarma eko natalia sinaga, 2014)

Pembedahan merupakan suatu tindakan pengobatan yang

menggunakan cara invasif dengan membuka dan menampilkan bagian tubuh

yang akan ditangani. Pembukaan bagian tubuh ini umumnya dilakukan dengan

membuat sayatan. Setelah bagian yang akan ditangani ditampilkan,

selanjutnya dilakukan perbaikan yang diakhiri dengan penutupan dan

penjahitan luka. (Aprina, Noven Ilham yowanda, 2017)


4

B. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum

Secara umum tujuan dari penulisan karya tulis ilmiah adalah supaya

penulis mampu melakukan asuhan keperawatan secara komprehensif

dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan pada pasien dengan

gangguan sistem ekresi atau urinaria pada pasien benigna prostat

hyperplasia (BPH).

2. Tujuan Khusus

a. Mengkaji pasien dengan diagnosa medis benigna prostat hyperplasia

(BPH).

b. Merumuskan diagnosa keperawatan pada pasien dengan penyakit

benigna prostat hyperplasia (BPH).

c. Merencanakan asuhan keperawatan pada pasien dengan diagnosa medis

benigna prostat hyperplasia (BPH).

d. Melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien dengan diagnosa medis

benigna prostat hyperplasia (BPH).

e. Mengevaluasi pasien dengan diagnosa medis benigna prostat

hyperplasia (BPH).

f. Mendokumentasikan asuhan keperawatan pada pasien dengan diagnosa

medis benigna prostat hyperplasia (BPH).

C. Metode Penulisan dan Teknik Pengumpulan Data

Metode penulisan dan teknik pengumpulan data yang penulis

lakukan adalah sebagai berikut :


5

1. Metode Penulisan

Metode penulisan karya tulis yang dipergunakan oleh penulis adalah

metode deskritif yang berbentuk studi kasus.

2. Teknik Pengumpulan Data

Adapun teknik pengumpulan data yang dipergunakan yaitu dengan cara :

a. Wawancara

Yaitu melakukan wawancara dengan klien, keluarga dan

tim kesehatan lainnya sehingga data yang diperoleh lebih akurat.

b. Observasi Langsung

Yaitu pengamatan langsung pada klien, dengan

menggunakan teknik inspeksi, palpasi, auskultasi, dan perkusi.

c. Studi Dokumentasi

Yaitu sebagian data diperoleh penulis dari dokumentasi

klien diruangan, seperti catatan medis dan hasil laboratorium.

d. Studi Kepustakaan

Yaitu mencari bahan – bahan berupa teori yang diperlukan

untuk menunjang materi penulisan.

e. Partisipasi Aktif

Yaitu kegiatan penulis dalam melakukan tindakan secara

langsung terhadap klien.

D. Sistematika Penulisan

Untuk memberikan gambaran yang jelas dalam penyusunan

karya tulis ini, maka penulis menggunakan sistematika sebagai berikut :

BAB I : Pendahuluan
6

Bab ini berisi tentang latar belakang masalah, tujuan penulisan,

metode dan teknik penulisan dan sistematika penulisan.

BAB II : Tinjaun Teoritis

Bab ini membahas tentang konsep dasar dan proses keperawatan

serta teori pada klien dengan post operasi sectio caesarea.

BAB III : Tinjauan Kasus dan Pembahasan

Bab ini membahas tentang tinjauan kasus yang memuat

pelaksanaan asuhan keperawatan dengan pendekatan proses keperawatan

yang meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi,

implementasi dan evaluasi.

Bab ini membahas tentang pembahasan yang memuat kesenjangan

kesenjangan yang ditemukan dan perbandingan antara pendekatan

teoritis dan pelayanan langsung pada kasus.

BAB IV : Simpulan dan Saran

Bab ini memuat tentang simpulan setelah melaksanakan kegiatan

asuhan keperawatan dan saran untuk perbaikan.


7

DAFTAR PUSTAKA

Andrew Ruspanah, J. T. M. (2017). hubungan usia, obesitas dan riwayat penyakit

diabetes mellitus dengan kejadian benign prostate hyperplasia (bph) derajat iv di

rsud dr. m. haulussy ambon periode 2012-2014. Life Science Journal, 10(1), 141–

151. https://doi.org/10.3969/j.issn.1002-3550.2012.07.026

Aprina, Noven Ilham yowanda, S. (2017). Relaksasi Progresif terhadap Intensitas Nyeri

Post Operasi BPH (Benigna Prostat Hyperplasia). Jurnal Kesehatan, 8(2), 289–295.

https://doi.org/10.26630/jk.v8i2.505

Haryanto, H., & Rihiantoro, T. (2016). Disfungsi Ereksi Pada Penderita Benign Prostate

Hyperplasia (Bph) Di Rumah Sakit Kota Bandar Lampung. Jurnal Keperawatan,

XII(2), 286–294. Retrieved from

http://webcache.googleusercontent.com/search?q=cache:TR3_iSvNfoUJ:poltekkes-

tjk.ac.id/ejurnal/index.php/JKEP/article/view/612/561+&cd=1&hl=id&ct=clnk&gl=

id

Riski Novian Indra Saputra, Dimas Sindhu Wibisono, F. W. (2016). kejadian batu saluran

kemih pada pasien benign prostate hyperplasia (bph) periode januari 2013-desember

2015 di rsup dr. kariadi semarang. JURNAL KEDOKTERAN, 5(4), 1650–1661.

sarma eko natalia sinaga, dian harumawati putri. (2014). Asuhan Keperawatan Tn.”A”

Dengan Gangguan Sistem Perkemihan: Post Operasi Prostatektomy. Jurnal

Obstretika Scientia, 2(2), 178–191. https://doi.org/10.1007/s00330-009-1635-8

Вам также может понравиться