Вы находитесь на странице: 1из 9

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PERIOPERATIF PADA PASIEN DENGAN KATARAK DI


INSTALASI BEDAH SENTRAL RSUD PROF. DR. MARGONO SOEKARJO
PURWOKERTO

A. KONSEP MEDIS
1. Definisi
Katarak adalah kekeruhan lensa mata. Lensa mata yang normal seharusnya bening

dan tembus cahaya. Kekeruhan lensa menyebabkan penglihatan seseorang menjadi

buram (Hendrawati, 2008, h.5)


Katarak adalah suatu keadaan dimana lensa mata yang biasanya bening, transparan

menjadi keruh, sehingga dapat menurunkan tajam/visus penglihatan dan mengurangi

luas lapang pandang (Nugroho, 2011 h.178)


Jadi, berdasarkan pengertian diatas katarak adalah suatu keadaan kekeruhan yang

terjadi pada lensa mata yang dapat menurunkan fungsi penglihatan seseorang dan

penglihatan seseorang menjadi buram.


2. Etiologi
Menurut Nanda NIC NOC (2015, h.150) penyebabnya tidak diketahui. Katarak

biasanya terjadi pada lanjut usia dan bisa diturunkan. Pembentukan katarak

dipercepat oleh factor lingkungan, seperti merokok atau bahan beracun lainnya.

Katarak bisa disebabkan oleh: cedera mata penyakit metabolic (misalnya diabetes)

obat – obatan tertentu (misalnya kortikosteroid).


Menurut Tamsuri (2012, h.56) katarak disebabkan oleh berbagai factor seperti

usia, fisik, kimia, penyakit predisposisi, genetik dan gangguan perkembangan,

infeksi virus dimasa pertumbuhan janin.


Menurut Rahmat,O. (2009, h. 67) penyebab katarak adalah karena factor usia,

kecelakaan, terganggunya metabolism tubuh akibat penyakit berkepanjangan,

bawaan lahir.
3. Klasifikasi
Menurut Ilyas (1999) yang dikutip oleh Tamsuri (2012) klasifikasi Katarak

berdasarkan pada usia yaitu :


a. Katarak Kongenital, yaitu katarak yang sudah terlihat pada usia kurang dari 1

tahun
b. Katarak Juvenil, yaitu katarak yang terjadi sesudah usia 1 tahun
c. Katarak Senil, yaitu katarak yang terjadi setelah usia 50 tahun.

Berdasarkan penyebabnya katarak dapat dibedakan menjadi :

a. Katarak Traumatik, yaitu katarak terjadi akibat rudapaksa atau trauma baik

karena trauma tumpul maupun tajam. Rudapaksa ini dapat mengakibatkan

katarak pada satu mata (katarak monokular). Penyebab katarak ini antara lain

karena radiasi sinar-X, radioaktif, dan benda asing.


b. Katarak Toksika, yaitu katarak yang terjadi akibat adanya pajanan dengan

bahan kimia tertentu, selain itu katarak ini juga terjadi karena penggunaan obat

seperti kortikosteroid dan chlorphomazine.


c. Katarak Komplikata, yaitu katarak akibat gangguan sistemik seperti Diabetes

Mellitus, Hipoparathiroidisme, atau akibat kelainan lokal seperti Uveitis,

Glaukoma, dan Miopia atau proses degenerasi pada satu mata lainnya.

Berdasarkan stadium, katarak dibedakan menjadi :

a. Katarak Insipien, merupakan katarak katarak stadium awal yaitu kekeruhan

lensa masih berbentuk bercak-bercak kekeruhan yang tidak teratur. Klien

mengeluh gangguan seperti melihat ganda pada penglihatan satu mata. Pada

stadium ini proses degenerasi belum menyerap cairan sehingga bilik mata

depan memiliki keadaan normal. Iris dalam posisi biasa disertai kekeruhan

ringan pada lensa. Belum terjadi gangguan tajam penglihatan.


b. Katarak Immatur, pada katarak ini lensa mulai menyerap cairan sehingga lensa

agak cembung, menyebabkan terjadinya myopia dan iris terdorong ke depan

serta bilik mata depan menjadi dangkal. Sudut bilik mata depan dapat tertutup

sehingga mungkin timbul glaucoma sekunder.


c. Katarak Matur, merupakan proses degenerasi lanjut lensa. Pada stadium ini

terjadi kekeruhan lensa, tekanan cairan dalam lensa sudah dalam keadaan

seimbang dengan cairan dalam mata sehingga ukuran lensa normal akan

kembali. Tajam penglihatan menurun dan hanya tinggal proyeksi sinar positif.
d. Katarak Hipermatur, pada stadium ini terjadi proses degenerasi lanjut lensa dan

korteks lensa dapat mencair sehingga nucleus tenggelam di dalam korteks

lensa. Pada stadium ini dapat terjadi degenerasi kapsul lensa sehingga bahan

lensa maupun korteks lensa yang cair dapat masuk ke dalam bilik mata depan

sehingga timbul glaucoma fakolitik.


4. Pathofisiologi
Katarak umumnya merupakan penyakit usia lanjut dan pada usia di atas 70 tahun,

dapat diperkirakan adanya katarak dalam berbagai derajat, namun katarak dapat juga

diakibatkan oleh kelainan kongenital, atau penyulit penyakit mata local menahun.

Secara kimiawi pembentukan katarak ditandai oleh berkurangnya ambilan oksigen

dan bertambahnya kandungan air yang kemudian diikuti dengan dehidrasi.

Kandungan natrium dan kalsium bertambah, sedangkan kandungan kalium asam

askorbat, dan protein berkurang. Lensa yang mengalami katarak tidak mengandung

glutation. Usaha yang mempercepat dan memperlambat perubahan kimiawi ini

dengan cara pengobatan belum berhasil, dan penyebab maupun implikasinya tidak

diketahui. Akhir-akhir ini peran radiasi ultravioletsebagai salah satu factor dalam

pembentukan katarak senil, tampak lebih nyata. Penyelidikan epidemiologi


menunjukkan bahwa di daerah-daerah yang sepanjang tahun selalu ada sinar

matahari yang kuat, insiden kataraknya meningkat pada usia 65 tahun atau lebih.

Pada penelitian lebih lanjut, ternyata sinar ultraviolet memang mempunyai efek

terhadap lensa. Pengobatan katarak adalah dengan tindakan pembedahan. Setelah

pembedahan, lensa diganti dengan kacamata afakia, lensa kontak atau lensa tanam

intraokular (Tamsuri, 2012)


5. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis menurut Nanda NIC-NOC (2015) :
a. Penglihatan akan suatu objek benda atau cahaya menjadi kabur, buram.

Bayangan benda terlihat seakan seperti bayangan semu atau seperti asap.
b. Kesulitan melihat ketika malam hari
c. Mata terasa sensitif bila terkena cahaya
d. Bayangan cahaya yang ditangkap seperti sebuah lingkaran.
e. Membutuhkan pasokan cahaya yang cukup terang untuk membaca atau

beraktifitas lainnya.
f. Sering mengganti kacamata atau lensa kontak karena sudah tidak nyaman

menggunakannya.
g. Warna cahaya memudar dan cenderung berubah warna saat melihat, misalnya

cahaya putih yang ditangkap menjadi cahaya kuning. Jika melihat hanya

dengan satu mata, bayangan benda atau cahaya terlihat ganda.


6. Komplikasi
Menurut Bilotta (2012) komplikasi pada katarak yaitu kehilangan

penglihatan total. Komplikasi pembedahan yang mungkin muncul yaitu penurunan

cairan vitreus, dehisens luka, hilema, glukoma yang menyumbat pupil, ablasio retina,

infeksi. Menurut Tamsuri (2012) risiko komplikasi pascaoperasi yaitu peningkatan

tekanan intraokular yang diperlukan untuk menguatkan kembali beberapa aktivitas

selama periode pascaoperasi dan harus menerangkan hal ini pada klien serta

keluarganya. Aktivitas tersebut dapat terjadi secara tiba-tiba dengan meningkatkan

tekanan intraokular yang ditandai dengan batuk-batuk, bengkokan pada


pinggang, muntah, bersin dan kemerahan pada mata, mual, dan selalu tidur atau

cemas serta lemah pada saat operasi. Terjadinya konstipasi berat, pusing, dan

gejala panas seharusnya ditangani dengan pengobatan yang efektif dan sesuai,

guna menghindari hal-hal yang membahayakan dalam proses pengobatan.


Penyebab kedua komplikasi yang utama yaitu infeksi. Perawat

mengobservasi klien tentang adanya peningkatan kemerahan pada mata, penglihatan

tajam, pengeluaran air, fotofobio. Cairan tersebut dapat berbentuk krim yang

berwarna putih, kering, dan pekat. Jika pada saat observasi, perawat menemukan

adanya warna, kuning hijau pada cairan tersebut, kemungkinan kontak dengan

adanya oftamologis.
Perdarahan juga terjadi pada mata bagian depan dan terjadi setiap hari

setelah dilakukan pembedahan. Darah juga datang akibat insisi, dari iris atau dari

tubuh yang bersilia. Hal ini disebabkan oleh adanya pengeluaran darah dari

intraocular akibat tidak sempurnanya pengobatan hingga melukai jaringan tersebut,

ketidakadekuatan jahitan luka adanya trauma, dan meningkatnya tekanan intraokular.


Sering terjadi banyak kerusakan penglihatan yang mungkin akan terasa

dingin. Kaca lensa mempunyai kapsula pada bagian depannya yang berfungsi untuk

mencegah sinar agar tidak sampai ke retina dan penglihatan kembali gelap. Pada

membran kedua atau katarak kedua, seharusnya sinar diubah agar kembali mencapai

retina. Pembedahan diulangi lagi jika setelah pemeriksaan, ditemukan kegagalan.


Ablasio retina dapat terjadi setelah pembedahan katarak (Jaffe, 1981).

Kejadian atau insidens yang menjadi masalah adalah meningkatnya ekstraksi katarak

intrakapsular yaitu kembalinya bagian belakang kapsula. Hal tersebut bisa

mengakibatkan klien melakukan gerakan secara tiba-tiba, vitreus (sejenis kaca) dapat

bergerak ke depan dan naik menuju ke retina, akibatnya terjadi perubahan struktur.
Gejala yang sering terjadi yaitu ketika melihat adanya bintik / tempat yang gelap,

adanya benda asing yang mengapung, melihat sinar terang atau kabur pada saat

melihat. Oleh karena itu, klien diinstrusikan untuk melaporkan adanya gejala tersebut

guna memperoleh pengobatan mata sesegera mungkin.


7. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Nanda NIC
-
NOC (2015
h.150
)
pemeriksaan penunjang katarak
terdiri atas:
a.
Kartu mata snellen/mesin telebinokuler: mungkin terganggu dengan
kerusakan kornea, lensa, akueus/vitreous humor,
kesalahan refraksi,
penyakit sistem saraf, penglihatan ke retina.
b.
Lapang penglihatan: penurunan mungkin karena massa tumor, karotis,
glukoma.
c.
Pengukuran tonografi: TIO (12
-
25 mmHg)
.
d.
Pengukuran Gonioskopi membedakan sudut terbuka dari sudut tertutup
glukoma
.
e.
Tes provokatif: menentukan adanya/tipe glaukoma
.
f.
Oftalmoskopi: mengkaji struktur internal okuler, atrofi lempeng optik,
papiledema, perdarahan.
g.
Darah lengkap, LED: menunjukkan anemi sistemik/infeksi.
h.
EKG, kolesterol serum, lipid, tes toleransi glukosa: k
ontrol DM
.
8. Penatalaksanaan
Meski telah banyak usaha yang dilakukan untuk memperlambat
progresivitas atau mencegah terjadinya katarak, tatalaksana masih tetap
dengan pembedahan. (Vaughan DG
&
Arif, Mansjoer dikuti
p
dari buku
Nanda NIC
-
NOC, 2015 h
.150
)
.
a.
Pena
talaksanaan Non
-
Bedah
1)
Terapi Penyebab Katarak
Pengontrolan diabetes melitus, menghentikan konsumsi obat
-
obatan
yang bersifat kataraktogenik seperti kartikosteroid, fenotiasin, dan
miotik kuat, menghindari iradiasi (inframerah atau sinar
-
X) dapat
memperlambat atau mencegah terjadinya proses kataraktogenesis.
2)
Memperlambat progresivitas
.
15
3)
Penilaian terhadap perkembangan visus pada katarak insipien dan
imatur
.
a)
Refraksi
D
apat berubah sangat cepat, sehingga harus sering dikoreksi
.
b)
Pengaturan
pencahayaan
P
asien dengan kekeruhan di bagian perifer lensa (area pupil masih
jenuh) dapat diinstrusikan menggunakan pencahayaan yang terang.
Berbeda dengan kekeruhan pada bagian sentral lensa, cahaya
remang yang ditempatkan disamping dan sedikit di belakang kepala
pa
sien akan memberikan hasil terbaik.
c)
Penggunaan kacamata gelap
P
ada pasien dengan kekeruhan lensa dibagian sentral, hal ini akan
memberikan hasil yang baik dan nyaman apabila beraktivitas di
luar ruangan.
d)
Midriatil
Dilatasi pupil akan memberikan efek positi
f pada lataral aksial
dengan kekeruhan yang sedikit. Madriatil seperti fenilefrin 5% atau
tropikamid 1% dapat memberikan penglihatan yang jelas
.
b.
Pembedahan Katarak
Indikasi penatalaksanaan bedah pada kasus katarak mencakup :
1)
Indikasi visus merupakan
indikasi paling sering
.
2)
Indikasi medis
.
3)
Indikasi kosmetik
.
Menurut
Tucker (1998) dikutip oleh
Tamsuri (2012 h
.58)
operasi katarak/pengangkatan melalui bedah terhadap lensa yang telah
mengalami opak akibat perubahan degeneratif senil, trauma atau
penyakit
sistemik (diabetes) atau lensa opak kongenital. Operasi
katarak dibedakan dalam operasi katarak ekstrakapsular dan operasi
katarak intrakapsular.
Operasi katarak ekstrakapsular atau ekstraksi katarak
ekstrakapsular (EKEK) merupakan tindakan pembedahan pada
lensa
16
katarak, yaitu melakukan pengeluaran isi lensa dengan
memecah atau
merobek kapsul lensa anterior sehingga massa lensa dan korteks lensa
dapat keluar melalui robekan tersebut. Operasi katarak intrakapsular
atau ekstraksi katarak intrakapsular (EKIK)
adalah pembedahan
dengan mengeluarkan seluruh lensa bersama kapsul. Pembedahan ini
dilakukan pada zonula zinii yang telah rapuh atau berdegenerasi dan
mudah diputus. Katarak ekstriksi intrakapsular ini tidak boleh
dilakukan atau merupakan kontraindikasi pa
da klien berusia kurang
dari 40 tahun yang masih mempunyai ligamen hialoidea kapsular.
Penyulit yang dapat terjadi pada pembedahan ini antara lain
astigmatisme, glaukoma, uveitis, endofalmitis, dan perdarahan

B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

Вам также может понравиться