Вы находитесь на странице: 1из 5

https://books.google.co.id/books?

id=dkbthPHt9EcC&printsec=frontcover&hl=id&source=gbs_g
e_summary_r&cad=0#v=onepage&q&f=false
Gayatri. 2011. Women's Giude (buku cerdas untuk perempuan aktif). Jakarta:
GagasMedia.
Lembaga riset digital marketing Emarketer memperkirakan pada 2018 jumlah pengguna aktif
smartphone di Indonesia lebih dari 100 juta orang. Dengan jumlah sebesar itu, Indonesia akan
menjadi negara dengan pengguna aktif smartphone terbesar keempat di dunia setelah Cina, India,
dan Amerika.
https://www.kominfo.go.id/content/detail/6095/indonesia-raksasa-teknologi-digital-
asia/0/sorotan_media Indonesia Raksasa Teknologi Digital Asia

Depdiknas. (2007). Pedoman Pengembangan Bidang Seni di Taman Kanakkanak.


Jakarta.
Depdiknas. (2007). Pedoman Pengembangan Fisik/Motorik di Taman Kanakkanak.
Jakarta.
Departemen Kesehatan RI & Ikatan Dokter Anak Indonesia. (2005) Pedoman Pelaksanaan
Stimulasi, Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang Anak di Tingkat Pelayanan Dasar.
Jakarta: Depkes RI dan IDAI
Depkes RI, 2005. Pedoman Pelaksanaan Stimulasi,Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang
Anak di Tingkat Pelayanan Kesehatan Dasar. Jakarta.

Perkembangan motorik yang lambat dapat disebabkan oleh beberapa hal. Salah satu
penyebab gangguan perkembangan motorik adalah kelainan tonus otot atau penyakit
neuromuskular. Anak dengan serebral palsi dapat mengalami keterbatasan
perkembangan motorik sebagai akibat spastisitas, athetosis, ataksia, atau hipotonia.
Kelainan sumsum tulang belakang seperti spina bifida juga dapat menyebabkan
keterlambatan perkembangan motorik. Penyakit neuromuscular sepeti muscular distrofi
memperlihatkan keterlambatan dalam kemampuan berjalan. Namun, tidak selamanya
gangguan perkembangan motorik selalu didasari adanya penyakit tersebut. Faktor
lingkungan serta kepribadian anak juga dapat mempengaruhi keterlambatan dalam
perkembangan motorik. Anak yang tidak mempunyai kesempatan untuk belajar seperti
sering digendong atau diletakkan di baby walker dapat mengalami keterlambatan dalam
mencapai kemampuan motorik.
http://eprints.uny.ac.id/4226/2/deteksi_dini_gangguan_tumbang.pdf
Atien Nur Chamidah
v AN Chamidah - Jurnal Pendidikan Khusus, 2009 - eprints.uny.ac.id

Latar belakang
Di Indonesia jumlah
balita pada tahun 2012 sebanyak ± 31,8 juta jiwa dari jumlah penduduk 250 juta jiwa atau
sebesar 12,72% (BKKBN dalam Departemen Kesehatan RI, 2013). Menurut Depkes RI, 2006
bahwa 16% balita Indonesia mengalami gangguan perkembangan, baik perkembangan motorik
halus dan kasar, gangguan pendengaran, kecerdasan kurang dan keterlambatan bicara.
(PDF) Aplikasi Deteksi Dini Tumbuh Kembang Anak Usia Nol Hingga Enam Tahun Berbasis
Android. Available from:
https://www.researchgate.net/publication/313835650_Aplikasi_Deteksi_Dini_Tumbuh_Kemba
ng_Anak_Usia_Nol_Hingga_Enam_Tahun_Berbasis_Android [accessed Sep 08 2018].

pengenalan gadget terhadap anak saat ini bahkan sudah dimulai


merambah pada usia yang lebih dini. Tidak sedikit orang tua yang memperkenalkan gadget pada
anaknya mulai dari usia balita. Banyak orang tua beranggapan bahwa permainan dan fitur-fitur
menarik lainnya di dalam gadget membuat anak lebih anteng, sehingga mengurangi perilaku rewel.
Dengan ke-anteng-an tersebut, orang tua pun menjadi lebih bebas untuk melakukan aktivitasnya
sendiri.
Bab 3 :
file:///C:/Users/SITI/Downloads/kupdf.net_kpsp-depkes%20(1).pdf

http://www.depkes.go.id/development/site/jkn/index.php?cid=1141&id=119%-anak-yang-
mengikuti-sdidtk-mengalami-kelainan-tumbuh-kembang.html
11,9% ANAK YANG MENGIKUTI SDIDTK MENGALAMI KELAINAN TUMBUH KEMBANG
Dipublikasikan Pada : MON, 19 JUL 2010, Dibaca : 12.245 Kali
Berdasarkan hasil pelayanan Stimulasi Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang (SDIDTK) pada 500
anak dari lima Wilayah DKI Jakarta, ditemukan, 57 anak (11,9%) mengalami kelainan tumbuh kembang.
Kelainan tumbuh kembang yang paling banyak yaitu delayed development (pertumbuhan yang
terlambat) 22 anak, kemudian 14 anak mengalami global delayed development, 10 anak gizi kurang, 7
anak Microcephali, dan 7 anak yang tidak mengalami kenaikan berat badan dalam beberapa bulan
terakhir. Pelayanan SDIDTK dilakukan tanggal 13-15 Juli 2010 di Aula Gedung Kemenkes dan Gedung
Smesco Jakarta, dalam rangkaian memperingati Hari Anak Nasional 23 Juli 2010.

Hal tersebut disampaikan dr. Hj. Fatni Sulani, DTM&H, Msi, Direktur Bina Kesehatan Anak Ditjen Bina
Kesehatan Masyarakat pada temu media di gedung Kemenkes, 16 Juli 2010, di Jakarta.
Bab 2
2.1 Deteksi Gangguan Perkembangan Anak
Untuk menilai perkembangan anak banyak instrumen yang dapat digunakan. Salah
satu instrumen skrining yang digunakan untuk menilai perkembangan anak adalah
Kuesioner Pra-Skrining Perkembangan atau KPSP. KPSP merupakan alat untuk
mengetahui perkembangan anak mulai umur 3 bulan, minimal tiap 3 bulan sampai umur 2
tahun minimal tiap 6 bulan umur 2 - 6 thn. Tujuan skrining / pemeriksaan perkembangan
anak menggunakan KPSP adalah untuk mengetahui perkembangan anak normal atau ada
penyimpangan.
Jadwal skrining / pemeriksaan KPSP adalah pada umur 3, 6, 9, 12, 15, 18, 21,
24, 30,36, 42, 48, 54, 60, 66 dan 72 bulan. Jika anak belum mencapai umur
skrining tersebut, minta ibu dating kembali pada umur skrining yang terdekat untuk
pemeriksaan rutin. Misalnya bayi umur 7 bulan, diminta datang kembali untuk
skrining pada umur 9 bulan. Apabila orang tua datang dengan keluhan anaknya
mempunyai masalah tumbuh kembang sedangkan umur anak bukan umur
skrining maka pemeriksaan menggunakan KPSP untuk umur skrining terdekat.
Interpretasi hasil KPSP :
Hitunglah berapa jawaban Ya.
o Jawaban Ya : Bila ibu/pengasuh anak menjawab: anak bisa atau
pernah atau sering atau kadang-kadang
melakukannya.
o Jawaban Tidak : Bila ibu/pengasuh anak menjawab: anak belum
pernah melakukan atau tidak pernah atau
ibu/pengasuh anak tidak tahu.
Jumlah jawaban Ya
o 9 atau 10, perkembangan anak sesuai dengan tahap
perkembangannya (S)
o 7 atau 8, perkembangan anak meragukan (M)
o 6 atau kurang, kemungkinan ada penyimpangan (P)
Untuk jawaban “Tidak”, perlu dirinci jumlah jawaban tidak menurut jenis
keterlambatan (gerak kasar, gerak halus, bicara dan bahasa, sosialisasi
dan kemandirian)ang lebih muda.
Cara menggunakan KPSP menurut Departemen Kesehatan RI tahun 2005, yaitu:
Pada waktu pengecekan (skrining) anak harus dibawa.
Umur anak dihitung dalam bulan. Bila umur anak lebih dari 16 hari dibulatkan menjadi 1
bulan. Contohnya: anak berumur 2 bulan 15 hari, maka dibulatkan menjadi berumur 2
bulan. c. Memilih KPSP yang sesuai dengan umur anak. d. KPSP terdiri dari 2 macam
pertanyaan, yaitu:
Pertanyaan yang dijawab oleh ibu atau pengasuh anak. Contohnya: “Dapatkah bayi
makan kue sendiri?” b. Melaksanakan tugas yang tertulis pada KPSP, dilakukan oleh
petugas, ibu, atau kader. Contoh: “Pada posisi bayi terlentang, pergelangan tangan bayi
ditarik secara perlahan ke posisi duduk.” e. Membaca dulu pertanyaan-pertanyaan yang
ada dengan jelas. f. Pertanyaan dijawab berurutan satu per satu. g. Setiap pertanyaan
hanya mempunyai satu jawaban Ya atau Tidak. h. Teliti kembali semua pertanyaan dan
jawaban.

Вам также может понравиться