Вы находитесь на странице: 1из 10

Pendahuluan

Saya seorang expatriat dari Inggris yang telah diberhentikan masa kontrak
saya oleh Philip Morris-Sampoerna* setelah sembilan tahun saya bekerja di
sana. Cara yang dilakukan telah menggoncang keyakinan saya dalam nilai-
nilai dan budaya perusahaan Barat. Tulisan ini dimaksudkan untuk
menjawab pertanyaan-pertanyaan berkenaan masalah tersebut. Jika pun
Philip Morris–Sampoerna dalam hal ini dinyatakan telah bertindak secara
syah menurut hukum, saya persilahkan Anda menilai bagaimana etika
mereka berperilaku.

• Tentang Apa semua itu?


• Apa Latar Belakangnya?
• Apa alasan utama Anda tidak menerima pesangon yang lebih
rendah yang ditawarkan oleh Philip Morris-Sampoerna?
• Apa ada perilaku yang dipertanyakan oleh Philip Morris-
Sampoerna sebelum mereka mengatakan kepada Anda
mengenai pemutusan kerja ?
• Apakah ada perilaku yang dipertanyakan oleh Philip Morris-
Sampoerna selama pengakhiran kerja sebelum Anda masuk ke
jalur perselisihan?
• Apakah ada perilaku Philip Morris-Sampoerna yang
dipertanyakan setelah Anda masuk ke pertikaian hukum?
• Beberapa Pertanyaan Yang Sering Ditanyakan

Tentang Apa semua itu?


Etikanya untuk mendapat perlakuan Philip Morris-Sampoerna yang sama
kepada saya seperti halnya perlakuan terhadap yang lainnya yang telah
diputus masa kontraknya karena adanya akuisisi. Secara hukum tentang
Philip Morris-Sampoerna yang tidak mengacu kepada Undang-undang
Perburuhan Indonesia di dalam kasus saya ini. Selain itu, kini ada
pertanyaan etika yang lebih jauh mengenai prilaku Philip Morris-
Sampoerna. Ada kasus hukum yang masih bergulir, akan tetapi Anda lebih
memahaminya setelah membaca situs ini, masalah-masalah etika yang
timbul menjadi lebih luas.

Apa Latar Belakangnya?


Sampoerna adalah perusahaan rokok swasta terbesar di Indonesia, yang
dibeli oleh Philip Morris pada awal tahun 2005 dan mereka mulai
mengelolanya pada pertengahan tahun 2005. Pada akhir tahun 2005
mereka memberlakukan pengunduran diri dan penghentian kontrak kerja
karena adanya akuisisi, mereka mengikuti cara pengakhiran hubungan
kerja menurut Hukum Perburuhan Indonesia atau lebih baik lagi. Mereka
menginformasikan kepada semua staf bahwa ‘masa bulan madu’ untuk
tindakan ini akan berakhir pada akhir tahun 2005.

1. Saya diberitahu masa kontrak saya lima bulan kemudian, pada


tanggal 30 Mei 2006. Philip Morris menawarkan kepada saya
pemutusan hubungan kerja yang kira-kira sesuai dengan ketentuan
hukum perburuhan di Indonesia bagi seseorang yang
mengundurkan diri bukan seperti seseorang yang diputus masa
kontraknya. Alasan satu-satunya yang diberikan atas pemutusan
masa kontrak saya adalah pembenahan organisasi di departemen
saya dan saya telah menjadi sangat senior karenanya.
Pembenahan ini disebabkan oleh akuisisi dan dimulai 3 bulan
sebelum ‘masa bulan madu’ berakhir.
2. Oleh karena itu, saya memprotes tawaran mereka. Mereka
mengatakan, “jika saya tidak menerima, mereka akan
memberlakukan pesangon yang lebih rendah dari kontrak asli
(tetapi yang lebih panjang) dari tahun 1997. Mereka menganggap
hal ini sebagai kewajiban minimum yang syah. Menyusul saran
hukum, saya mengatakan kepada perusahaan Saya akan
menyerahkan permasalahan ini kepada pertimbangan hukum. Oleh
karena itu, Philip Morris-Sampoerna mengenakan pengakhiran
kontrak hubungan kerja.

Apa alasan utama Anda tidak menerima pesangon yang lebih rendah
yang ditawarkan oleh Philip Morris-Sampoerna?
Ada dua alasan utama yang membuat saya tidak mau menerima, pertama
alasan etika dan ke dua alasan hukum.
1. Alasan etikanya adalah bahwa mereka memberikan saya alasan dan
motif untuk tidak menerima. Saya diberitahu bahwa pemberhentian masa
kontrak saya disebabkan oleh pembenahan organisasi karena adanya
akuisisi dan dimulai sebelum waktu bulan madu berakhir. Seandainya saya
diberi tahu alasan setelah berakhirnya waktu tersebut, saya tentu akan
menerimanya, meskipun mereka tidak mengikuti aturan hukum yang syah.
Hal ini tidak akan memunculkan keberatan hukum walaupun alasan Philip
Morris–Sampoerna tidak memenuhi ketentuan hukum yang digambarkan di
bawah ini. Akan tetapi, inilah yang merupakan alasan utama saya untuk
tidak menerimanya.
2. Alasan hukumnya memberikan saya kemampuan dan kesempatan.
Saya diberitahukan bahwa karena kontrak saya sudah lama berakhir, kasus
saya jatuh di bawah Undang-undang Perburuhan Indonesia. Philip Morris-
Sampoerna tidak mengatur masa kontrak saya meskipun mereka memiliki
waktu sekitar 12 bulan untuk melakukannya. Dengan menyerahkan kasus
ini ke keputusan hukum saya akan mendapatkan perlakuan yang sama
yang diterima oleh yang lain dengan pemutusan kontrak kerja karena
adanya akuisisi. Kalau saja mereka mematuhi hukum, saya tidak akan
menyerahkan permasalahan ini ke pengadilan dan terpaksa menerimanya.

Apa ada perilaku yang dipertanyakan oleh Philip Morris- Sampoerna


sebelum mereka mengatakan kepada Anda mengenai pemutusan kerja
?
Ada tiga hal utama.

1. Kontrak saya tidak pernah diatur. Saya bergabung dengan


Sampoerna pada tahun 1997 untuk tiga tahun kontrak yang mana
akan dipertimbangkan untuk dinegosiasi ulang setelah 2 tahun
masa kerja memuaskan, hingga menjadi dasar untuk masa
pensiun. Hal ini tidak pernah dilakukan. Manajemen Philip Morris-
Sampoerna memiliki waktu sekitar 12 bulan untuk mengatur
masalah ini.
2. Adanya ketidak sesuaian dalam pengurusan izin kerja. Lebih
ringkasnya, dengan situasi kontrak dan dokumen saya, saya
sepatutnya tidak diperbolehkan mendapatkan izin kerja. Saya tidak
menemukan hal ini sampai upaya pemutusan kontrak.
Perpanjangan izin yang paling baru adalah tahun Mei 2006, jadi
mereka memiliki waktu sekitar 12 bulan untuk mengatur
permasalahan ini.
3. Tampaknya sudah ada rencana untuk menyingkirkan saya jauh
sebelum masa bulan madu Transisi Akuisisi. Memang ini belum
bisa dibuktikan walaupun Saya anggap ini ilegal. Jadi saya
menuturkan kejadian-kejadian besar berikut supaya Anda dapat
menilainya. Dan jika Anda menilai memang telah ada rencana
mohon dipertimbangkan integritas etisnya.
1. Kontrak saya tidak pernah diatur sebagaimana disebutkan
di atas.
2. Pada bulan September 2005, kontrak rumah saya hanya
diperpanjang 1 tahun dari yang normalnya 3 tahun masa
perpanjangan.
3. Hal ini sama dengan Izin Kerja saya yang hanya
diperpanjang 6 bulan dari normalnya satu tahun.
4. Pada bulan November 2005, staf dan asisten terbaik saya
dipindahkan ke departemen lain.
5. Setelah pemutusan masa kontrak saya dia dikembalikan
lagi.
6. Saya dijanjikan karyawan pengganti, tetapi selama 7 bulan
saya tidak menerima pengganti meskipun staff lain akan
cuti hamil.
7. Sejak tahun 2005, saya dikeluarkan dari Tim
Kepemimpinan Sampoerna, suatu kelompok pengendali
strategis.

Pada saat itu saya beranggapan bahwa ini adalah ‘sebagai cobaan dalam
menunjukan integritas’. Kesimpulan saya sekarang adalah sebagai suatu
rencana untuk membuat saya mengundurkan diri jika mungkin, tetapi jika
saya tidak mau mengundurkan diri, mereka akan memutuskan kontrak kerja
5 bulan setelah masa bulan madu saat mereka dapat menghindari
pembayaran yang besar sebagai akibat dari akuisisi.

Apakah ada perilaku yang dipertanyakan oleh Philip Morris-


Sampoerna selama pengakhiran kerja sebelum Anda masuk ke jalur
perselisihan?
Dibawah ini digambarkan item-itemnya. Beberapa diantaranya adalah tidak
syah, tetapi untuk semuanya, tolong pertimbangkan integritas etikanya.

1. Dalam sejumlah hal Philip Morris-Sampoerna tidak mengikuti


Undang-undang Perburuhan saat menyangkut pemutusan masa
kontrak saya. Diantaranya mereka seharusnya menyertakan
notulen saat memberitahu saya tentang pemutusan kontrak kerja
dan memberikan saya alasan tertulis. Hal ini mungkin merupakan
permasalahan yang sepele, tetapi sebenarnya merupakan
permasalahan utama sehingga kasus ini mencuat.
2. Mereka telah berusaha mencurangi alasan atas pemutusan kontrak
kerja saya. Pada pertemuan awal, untungnya saya dapat
mencatatnya. Mereka memberikan saya alasan secara lisan
(pembenahan organisasi di departemen saya karena adanya
akuisisi dan dimulai pada tahun 2005) yang menjadi penyebab
pertikaian kami. Saya merujuk hal ini dalam komunikasi selanjutnya
dan perusahaan tidak pernah mempermasalahkannya. Akan tetapi,
mereka mengabaikan permintaan saya baik secara lisan atau
tertulis agar dijawab secara tertulis. Setelah kami masuk ke
pertikaian, mereka memberikan sedikit alasan tertulis ‘pembenahan
di Departemen Pemasaran’.
3. Awalnya manajemen senior mengatakan kepada saya bahwa
pemutusan hubungan kerja merupakan keputusan Depar-temen
Sumber Daya Manusia, Departemen Sumber daya manusia
mengatakan ini Keputusan Manajemen Senior’.
4. Perusahaan terus menerus mengganggu saya untuk menanda
tangani persetujuan pemutusan hubungan kerja asli, termasuk
salah satunya ultimatum di tanda tangani dalam 7 jam.
5. Perusahaan terus menerus mengancam saya dan semua anggota
keluarga saya untuk menyerahkan pasport, izin kerja dan Kartu dari
Kepolisian. Untungnya, atas saran penasehat hukum, saya
mempertahankanya. Akhirnya, saya terpaksa mengganti nomor
selular sopir saya.
6. Dalam tiga versi tentang pemutusan hubungan kerja “ada
kesalahan” yang menyatakan mengurangi jumlah pesangon. Dua
alasan yang sebelum masuk ke pertikaian saya anggap kecil
permasalahannya, yaitu hitungan hari kerja sampai tanggal
pengakhiran dari pada hari kerja terakhir, dan kalkulasi uang jalan
dihitung dari Jakarta ke Bangkok daripada dari Jakarta ke London.
Kesalahan ketiga yang lebih serius terjadi setelah pertikaian mulai.
(lihat seksi berikutnya).
7. Philip Morris-Sampoerna menarik semua buku manual perusahaan
segera setelah mereka memberitahukan masalah pemutusan
kontrak kerja saya. Oleh karena itu, saya tidak bisa mengikuti
atyran yang ditentukan perusahaan dalam menangani
permasalahan seperti ini.

Apakah ada perilaku Philip Morris-Sampoerna yang dipertanyakan


setelah Anda masuk ke pertikaian hukum?
Item-itemnya digambarkan di bawah ini. Catatan bahwa proses
pananganan pertikaian sangat terpisah dari per-masalahan pertikaian itu
sendiri. Undang-undang Perburuhan Indonesia menyatakan bahwa
pertikaian harus diserahkan kepada Komisi Tenaga Kerja Lokal
(DISNAKER) untuk arbitrasi sebelum diserahkan kepada Pengadilan
Hubungan Industri. Juga disebutkan bahwa karyawan tidak diizinkan untuk
bekerja di lain tempat, tetapi perusahaan wajib terus membayar gaji.
Apakah hal ini legal atau tidak, pertimbangkanlah integritas etikanya.

1. Philip Morris-Sampoerna mengimplementasikan apa yang mereka


klaim sebagai pemutusan hubungan kerja minimum yang syah
tetapi termasuk ‘kesalahan’ yang signifikan mengurangi jumlah
pembayaran. Yaitu penghilangan uang pesangon untuk
pengangkutan barang-barang pribadi ke negara asal.
2. Philip Morris-Sampoerna tidak pernah mengirim seorang pun dari
perusahaan, hanya pengacara mereka, ke proses arbitrasi di
Panitia Perselisihan Tenaga Kerja (DISNAKER).
3. Mereka tidak pernah membayar gaji selama masa pertikaian yang
menurut Undang-undang Perburuhan perusahaan wajib
membayarnya.
4. Pengacara perusahaan membuat berbagai upaya untuk menarik
kembali rumah dan mobil, yang seharusnya saya pertahankan
karena saya anggap sebagai bagian gaji. Usaha itu termasuk
intimidasi dalam waktu 48 jam ultimatum. Berlawanan dengan
saran penasehat hukum saya, kami telah mengembalikan ke
duanya. Hal ini karena kami berharap tidak melibatkan pemilik
rumah ketika kontrak sudah habis, dan lagi pula mobil itu sangat
mahal untuk dijalankan.
5. Banyak dari usaha Philip Morris-Sampoerna nampak diarahkan
untuk menghindari kasus yang sedang berlangsung sebelum
menuju Pengadilan Hubungan Industri. Melalui pengacara mereka,
mereka telah berulang-ulang menekan kantor Imigrasi untuk
memaksa mengeluarkan “hanya izin ke luar (EPO)”. Ini termasuk
penyerahan surat Izin Kerja dan meninggalkan negara ini. Saya
tidak bisa mengajukan tuntutan ke Pengadilan Hubungan Kerja
tanpa dokumen asli saya. Saya tidak dapat meneruskan kasus ini
jika timbul kesulitan atau penundaan kedatangan saya kembali ke
Indonesia. Tekanan itu begitu kuat sehingga pengacara saya hanya
dapat mengancam akan menuntutnya ke masalah Pelanggaran
Hak Azazi Manusia jika saya sampai di EPO.
6. Mereka tidak pernah memberitahu saya bahwa mereka
membatalkan asuransi kesehatan keluarga saya. Akibatnya,
keluarga saya tidak diberikan asuransi selama kurang lebih satu
bulan. Dengan kemurahan Tuhan kami tidak mengalami masalah
kesehatan selama masa itu.
7. Saya mengirimkan Permintaan untuk Investigasi sampai pada
tingkat eselon di Altria dan Philip Morriss, tetapi tidak diindahkan.
Permintaan ini saya kirimkan pada tanggal 9 Oktober 2006 dan
pada tanggal 13 mereka berjanji ‘akan melakukannya segera’.
Sejak mulai 3 Desember 2006, saya tidak mendapatkan jawaban
yang lebih jauh.

Beberapa Pertanyaan Yang Sering Ditanyakan

Mengapa Anda harus menunggu 5 bulan sebelum situasi Anda


diketahui secara luas?
Kami berharap bahwa kasus tersebut dapat diselesaikan secara diam-diam
untuk menghindari publisitas negatif bagi Philip Morris-Sampoerna, dimana
saya masih memiliki teman-teman dan mantan kolega yang saya hormati
yang tidak terlibat dalam pertikaian. Sampai sekarang saya masih
berhubungan secara detail tentang kasus ini sampai kepada lingkungan
yang paling dekat ke keluarga sampoerna, penasehat hukum dan
pengacara, berlawanan dengan saran dari pengacara saya.

Bagaimana Undang-undang Perburuhan Indonesia dapat diterapkan


dalam masalah Anda? Bukankan expatriat di Indonesia hanya memiliki
masa kontrak tertentu?
Saya telah bergabung dengan perusahaan itu selama 9 tahun. Saya
bergabung dengan Sampoerna tahun 1997 selama 3 tahun kontrak dan
akan dinegosiasikan kembali setelah 2 tahun pekerjaan saya memuaskan,
sampai sebagai dasar masa pensiun. Tak seorang pun pernah mengalami
hal ini selama 6 tahun saya berada dalam kontrak yang diterlantarkan. Saya
berharap Philip Morris mengatur keadaan ini.

Mengapa Anda berpikir Philip Morris-Sampoerna tidak mengatur


situasi kontrak Anda?
Ada beberapa kemungkinan, namun tak satu pun mencerminkan hal yang
baik dari Philip Morris-Sampoerna.
1. Barangkali hal ini tidak sengaja terabaikan. Hal ini nampak tidak
mungkin untuk perusahaan yang berdisiplin dan telah membuat
perjanjian dengan pemerintah berkenaan dengan karyawan
mereka.
2. Jika ini merupakan keputusan yang disengaja, apapun
penyebabnya, merupakan keputusan untuk tidak patuh.
3. Jika keputusan ini dibuat tahun 2005, berarti merupakan bagian
dari rencana untuk mengurangi pesangon yang perlu mereka
lakukan.
4. Barangkali mereka berharap menghindari diskusi atau negosiasi
mengenai pemahaman ‘sampai pensiun’ dibalik kontrak asli saya.
5. Mungkin mereka berpikir lebih mudah untuk memberhentikan saya
jika kontrak saya sudah habis. Nampaknya mereka menganggap
seperti itu. Dengan tidak adanya kontrak saat ini, semua yang
mereka perlukan untuk diterapkan adalah jangka waktu kontrak
yang sudah habis.

Apakah Anda berusaha menggunakan istilah ‘situasi yang aneh’


mengenai kontrak Anda untuk mendapatkan pesangon lebih besar
dari Philip Morris- Sampoerna?
Apa yang seharusnya mereka bayar di bawah Undang-undang Perburuhan
Indonesia juga merupakan prinsip yang diterapkan kepada semua staf yang
kontrak kerjanya diputus karena Philip Morris mengakuisisi Sampoerna.
Pemutusan kontrak kerja saya merupakan konsekuensi atas akuisisi
tersebut. Jadi, saya menggunakan istilah ‘situasi yang aneh’ untuk mencari
perlakuan pemutusan hubungan kerja yang sama dengan yang lainnya.
Q. Bukankah istilah perlakuan pemutusan kontrak kerja tahun 2005
menurut Undang-undang Perburuhan Indonesia hanya berlaku bagi staf
warganegara Indonesia? Wasn’t the 2005 treatment of redundancies
according to Indonesian Labour Law only intended for local Indonesian staff

1. Tidak, prinsip ini (dan lebih baik) diterapkan baik bagi staf
warga negara Indonesia maupun staf expatriat Singapura,
terlepas dari pemberian hak yang syah.

Bagaimana Anda bisa mengatakan pemutusan kontrak kerja Anda


merupakan konsekuensi atas akuisisi ketika akuisisi ini dilaksanakan
12 bulan setelah Philip Morris mulai menjalankan Sampoerna dan 5
bulan setelah mereka mengakhiri ‘masa bulan madu’ untuk
pengunduran diri dan pemutusan kontrak kerja?
Karena alasannya adalah pemutusan kontrak kerja saya, Philip Morris-
Sampoerna hanya memberikan pembenahaan organisasi 3 bulan sebelum
berakhirnya bulan madu. Jika alasan itu digunakan mulai setelah masa
bulan madu, saya tidak perlu mengajukannya ke pengadilan, meskipun
berhak untuk melakukan hal tersebut.

Apakah Anda telah melakukan kesalahan selama bekerja di Philip


Morris-Sampoerna?
Tidak, sejauh yang saya tahu tidak pernah. Saya telah bertanya ke banyak
orang dengan pertanyaan yang sama dan tak seorang pun dari mereka
mengetahui ada pekerjaan yang salah dari saya. Saya tidak pernah
melakukan catatan indisipliner apapun. Tidak ada kelakuan yang tidak
senonoh yang saya lakukan. Silakan saja, Anda bebas bertanya pada
siapapun mengenai etika profesionalisme saya.
Tentunya Philip Morris-Sampoerna bertindak dengan syah meskipun
dianggap tidak etis?
Saya menyerahkan hal ini kepada penilaian hukum karena saran hukum
yang kuat bahwa mereka tidak mematuhi ketentuan hukum dalam masalah
ini. Saya sudah diberitahu bahwa karena ketidakteraturan kontrak tersebut,
kasus saya jatuh di bawah Undang-undang Perburuhan Indonesia.

Berapa banyak uang yang dipermasalahkan di sini?


Menurut Undang-undang Perburuhan Indonesia, yang saya pahami bahwa
saya berhak atas pesangon pemutusan hubungan kerja sekitar 18 bulan
gaji. Philip Morris-Sampoerna awalnya menawarkan sekitar 9 bulan gaji
setelah saya memprotes dan memperjuangkan hal ini, saya diberikan 3
bulan gaji.

Mengapa orang Indonesia harus peduli? Bukankah ini urusan


perusahaan asing yang kaya dan orang asing yang kaya pula
memperebutkan uang?
Philip Morris-Sampoerna, dengan membeli Sampoerna, menjadi
perusahaan banyak karyawan Indonesia. Dan dewasa ini setiap orang
menghisap Dji Sam Soe atau A Mild, ujung-ujungnya keuntungannya
pindah ke Amerika. Kasus ini merupakan jendela mengenai perilaku Philip
Morris terhadap masalah ketenagakerjaan di Indonesia, yang tentunya
akan mempengaruhi banyak orang Indonesia. Dan, tentu saja, Saya tidak
akan menjadi kaya jika Philip Morris memenangi kasus ini.

Apakah kasus ini merupakan usaha Philip Morris untuk menguji


sejauh mana mereka dapat menekan karyawan melawan janji yang
dibuat dengan pemerintah saat mereka membeli Sampoerna?
Kami berpikir ini nampaknya tidak lebih dari sekadar eksekusi yang janggal
untuk mengurangi biaya atas karyawan yang telah mengabdi lama serta
tidak di inginkan kembali. Gagasan itu bukan tidak legal, tetapi kejanggalan
lah yang timbul dalam pelaksanaan. Jika mereka memberikan saya jangka
kontrak yang pasti, saya tidak perlu mempermasalahkannya ke dalam
kasus hukum. Tentunya, karena ini bukan tidak legal, bagaimana hal ini
menjadi itikad dan pedoman bagi Philip Morris-Sampoerna di masa
mendatang?

Bukankah hal yang bodoh melawan organisasi yang kaya dan


berpengaruh seperti Philip Morris-Sampoerna?
Ya, jika Anda menganggap dasarnya saja. Hal ini dirasa penting, saya
terdorong untuk berjuang dalam memperoleh yang hak dan terhormat di
atas garis dasar tersebut. Selanjutnya, kasus saya ini mungkin membawa
implikasi bagi mereka yang masih bekerja di Philip Morris-Sampoerna. Jadi
saya beranggapan sebagai hal yang berharga untuk diperjuangkan,
meskipun saya mungkin kalah di pengadilan.

Pernahkan Anda berusaha menyelesaikan masalah ini dengan


negosiasi?
Kami menyerahkannya ke Dinas Tenaga Kerja DISNAKER (Komisi
Ketenagakerjaan di Jakarta) untuk arbitrasi. Ini merupakan proses yang
sangat bijaksana karena negosiasi diharapkan akan terjadi. Akan tetapi,
Philip Morris- Sampoerna tidak pernah mengirimkan staf mereka satu pun
mengenai permasalahan ini, hanya pengecara. Yang ditunjuk. Bagaimana
itikad mereka dalam menangani masalah ketenaga-kerjaan di masa
mendatang?

DISNAKER (Dinas Tenaga kerja di Jakarta) menyalahkan Anda.


Mengapa Anda tidak menerima rekomendasi tersebut?
Saya tahu dari pengacara saya bahwa pertimbangan DISNAKER dalam
beberapa hal ‘sangat aneh’ sama sekali tidak tidak peduli mengenai
Undang-undang Ketenagakerjaan dan permasalahan-permasalahannya,
yang kami telah mempelajarinya dari DISNAKER & DEPNAKER (Komisi
Ketenagakerjaan Nasional) sendiri.

Apakah Anda takut ‘pengaruh yang berlebihan’ digunakan untuk


melawan Anda?
Tentu saja ya. Kami sebenarnya mencurigai hal ini telah terjadi dan saya
telah mengajukan permintaan untuk investigasi kasus ini secara umum.
Permintaan ini saya tujukan sampai pada eselon tertinggi dari Philip Morris-
Sampoerna, (Altria, PMI-Lausanne, PMI Hongkong) pada tanggal 9 Oktober
2006. Tanggal 13 Oktober mereka menjanjikan untuk melakukan
‘penyelidikan segera’, tetapi tidak dilaksanakan hingga pada tanggal 3
Desember.

Apakah Anda sudah menghubungi Konsulat Inggris?


Ya, saya sampaikan kepada mereka bahwa saya akan mengajukan ke
pengadilan dan sudah dua kali saya meminta apakah mereka dapat
membantu saya tetap tinggal di Indonesia untuk mengikuti kasus ini. Posisi
mereka tetap saja bahwa mereka tidak bisa men-campuri pertikaian pribadi
atau mencampuri kegiatan kantor keimigrasian Indonesia. Seorang wakil
konsulat sekali mengirimkan faksimili yang berisi pemberitahuan yang
menurut saya sangat membantu.

Apa yang Anda lakukan ketika Anda berada di Philip Morris-


Sampoerna? What did you do while you were at Philip-Morris-
Sampoerna?
Ringkasannya diberikan di bawah ini.

1. Pada saat Philip Morris mengambil alih, saya


mengepalai dan menjalankan 2 departemen,
Market Intelligence mengabdi pada Sampoerna
International, Product Development dan New
Business Development, dan Market Information
Service menangani semua Penelitian Pasar Lokal
dan Informasi Pasar.
2. Pekerjaan Saya adalah menjamin informasi pasar
yang kontekstual dan ringkas.
3. Saya berusaha dan memprioritaskan pelatihan
staf.
4. Saya bekerja dalam menjamin informasi pasar
dapat berorientasi pada bisnis.
5. Saya membuat sistem untuk feedback pasar lokal.
6. Saya membuat sebuah sistem untuk
mengidentifikasi dan memprioritaskan pasar baru.
7. Saya bekerja melewati Krisis Moneter dan
Jatuhnya Suharto. Saya hanyalah satu-satunya
expatriat yang tinggal di negara ini selama
kerusuhan itu berlangsung.
8. Saya mengelola banyak proyek penelitian pasar
yang besar, termasuk di beberapa negara.
9. Saya sudah bersama dengan perusahaan itu sejak
bulan Juni 1997.

Apa yang dirasakan oleh keluarga Anda dalam situasi ini? How does
your family feel about this situation?
Saya telah menikah selama 18 tahun dengan wanita Indonesia yang selalu
menghisap Dji Sam Soe. Ia telah berganti merek. Ia sangat khawatir bahwa
Philip Morris-Sampoerna akan bertindak keji. Anak perempuan saya yang
berusia 13 tahun , yang sekarang harus diperjalanan 2 jam dari rumah ke
sekolah, dia katakan bahwa tidak ada masalah selama kami masih tetap
bersama-sama. Mereka berdua sekarang memiliki pendapat yang buruk
mengenai Amerika.

Bagaimana Perasaan Anda mengenai keadaan ini?


Sangat kecewa dan shok. Episode ini, baik yang telah dilakukan maupun
bagimana melakukannya, telah mengguncang keyakinan saya tentang
budaya perusahaan Barat, yang saya pikir telah berubah untuk lebih baik.

Apakah yang Anda harapkan yang ingin Anda capai dengan


meneruskan kasus ini?
Jelas penyelesaian yang adil atas kasus saya. Akan tetapi, sekearang,
Philip Morris-Sampoerna diamati dengan sangat cermat untuk memastikan
bahwa mereka benar-benar mengikuti prinsip-prinsip Philip Morris –Altria
(dan bagus), di Indonesi

Apa rencana Anda?


Saya kira tidak mungkin bagi saya untuk melakukan pekerjaan ful time di
Indonesia karena umur saya ini, khususnya dan kekayaan dan pengaruh
dari Philip Morris-Sampoerna di sini. Prioritas saya adalah untuk mencari
jalan menyekolahkan anak saya ke universitas, jadi saya harus mencari
sedikit kontrak kerja. Akan tetapi, saya mungkin harus menyediakan waktu
untuk membangun situs ini.

Hubungi saya.
Di bawah ini email dan Hp. Saya. Akan tetapi, berhati-hatilah terhadap hal-
hal berikut ini.
Selama masa pertikaian ini, sejak hari pertama, hal-hal yang aneh telah
terjadi baik pada email dan SMS saya. Pesan-pesan yang sampai ke luar
masuk, sesuatu cara yang saya miliki adalah memverifikasi email. Ini
mungkin berasal dari mereka yang simpati kepada perusahaan, mungkin
juga berasal dari staf USG yang sangat benci, masalah ISP atau virus
microsoft. Akan tetapi, jika Anda mengirimkan email kepada saya;

1. Jangan anggap pesan Anda telah sampai sebelum saya menelpon


balik Anda.
2. Mungkin lebih baik dipertimbangkan bahwa surat-surat Anda akan
dibaca orang lain dari pada saya.
3. Jika Anda khawatir mengenai hal ini, hubungi saya melalui pihak ke
tiga.

nikfincher@gmail.com
Handphone; (tetapi tolong SMS dulu/kirimkan pesan sebelum menelpon);
+62-81-61-999-869
7 jam setelah waktu Waktu Inggris (GMT).

Вам также может понравиться