Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Materi dalam modul ini difokuskan pada hal hal yang dapat dilakukan untuk memenuhi
standar yang dipersyaratkan dalam standar akreditasi nasional. Oleh karenanya
sebelum membahas materi inti maka perlu dilakukan overview terhadap isi standar
akreditasi yang akan dijadikan acuan yaitu SNARS yang diterbitkan oleh KARS.
Isi modul ini akan membahas tentang bagaimana menetapkan prioritas pelayanan dan
indikator mutu yang akan dilakukan evaluasi, agar rumah sakit dapat menyusun program
prioritas. Selain itu juga ada pembahasan tentang Manajemen Data yang diperlukan
untuk mendukung program mutu dan keselamatan pasien, mulai dari bagaimana
pengumpulan data sampai dengan publikasinya. Pembahasan lainnya adalah tentang
bagaimana Sistem Pelaporan Insiden Keselamatan pasien dan proses Manajemen
Risiko dilaksanakan di rumah sakit, termasuk didalamnya adalah penggunaan metode
analisa yang digunakan seperti RCA dan HFMEA serta PDSA.
Diharapkan dengan adanya modul pelatihan yang dipakai dalam pelatihan implementasi
mutu dan keselamatan pasien dalam pemenuhan standar akreditasi ini dapat menjadi
acuan bagi Peserta Latih dalam melakukan peningkatan mutu dan keselamatan pasien
di rumah sakitnya masing masing.
Akhir kata kami sampaikan penghargaan yang setinggi-tingginya dan ucapan terima
kasih kepada Tim Penyusun dan semua pihak yang telah memberikan masukan-
masukan untuk tersusunnya Modul Pelatihan ini. Semoga modul pelatihan ini dapat
memberikan manfaat yang optimal bagi Peserta Latih.
Kata Pengantar
Daftar Isi
Standar Peningkatan Mutu dan Keselamatan Pasien.................................................... 1
Penetapan Pelayanan dan Area Indikator Prioritas..................................................... 28
Manajemen Data..........................................................................................................40
Validasi dan Analisa Data............................................................................................. 50
Upaya Perbaikan dengan Metode PDSA...................................................................... 63
Sistem Pelaporan Insiden Keselamatan Pasien............................................................70
Analisa Akar Masalah (AAM) / Root Cause Analysis (RCA).......................................... 82
Manajemen Risiko........................................................................................................95
MODUL
STANDAR PENINGKATAN MUTU DAN KESELAMATAN PASIEN
I. Deskripsi Singkat
Sangat penting bagi rumah sakit mempunyai program kerja yang mendukung
kesinambungan peningkatan mutu dan keselamatan pasien. Upaya peningkatan mutu
dan keselamatan pasien yang dilakukan harus sesuai dengan standar akreditasi baik
nasional maupun internasional. Dalam hal ini standar yang digunakan difokuskan
pada standar peningkatan mutu dan keselamatan pasien yang dilakukan oleh badan
sertifikasi di Indonesia yaitu Standar Nasional Rumah Sakit milik KARS. Dalam
standar PMKP SNARS edisi 1 ada 19 standar yang harus dipenuhi dengan 80
Elemen Penilaian (EP)nya yang secara garis besar terbagi menjadi 5 fokus area.
Pendekatan yang digunakan komprehensif dan meliputi semua aspek pelayanan,
terdiri dari : Setiap satuan kerja terlibat dalam program peningkatan mutu dan
keselamatan pasien; penggunaan data objektif dan tervalidasi untuk mengukur
seberapa baik proses proses berjalan; penggunaan data yang efektif sebagai
perbandingan untuk fokus program dan bagaimana menerapkan dan
mempertahankan perubahan yang menghasilkan perbaikan.
Agar peningkatan mutu dan keselamatan pasien dapat berjalan baik, maka
Direktur Rumah Sakit, para kepala bidang/divisi, serta kepala unit dan departemen
di rumah sakit :
1. Wajib mendorong pelaksanaan Program Peningkatan Mutu dan
Keselamatan Pasien (PMKP);
2. Berupaya mendorong pelaksanaan budaya mutu dan keselamatan(quality
and safety culture);
3. Secara proaktif melakukan identifikasi dan menurunkan variasi
4. Menggunakan data agar fokus kepada prioritas isu
5. Berupaya menunjukkan perbaikan yang berkelanjutan.
Mutu dan keselamatan sejatinya berakar dari pekerjaan sehari-hari dari seluruh
staf di unit pelayanan seperti staf klinis melakukan asesmen kebutuhan pasien
dan memberikan pelayanan. Standar PMKP ini membantu mereka untuk
memahami bagaimana melakukan peningkatan nyata dalam memberikan asuhan
pasien dan menurunkan risiko.
Secara garis besar fokus area standar peningkatan mutu dan keselamatan
pasien dikelompokan menjadi 5 bagian,yaitu :
1. Pengelolaan kegiatan peningkatan mutu dan keselamatan pasien;
2. Pemilihan, pengumpulan, analisis, dan validasi data indikator mutu;
3. Pelaporan dan analisis insiden keselamatan pasien;
4. Pencapaian dan mempertahankan perbaikan;
5. Manajemen Risiko.
5. Manajemen Risiko
Untuk fokus area terakhir atau kelima ini merupakan standar tentang proses
manajemen risiko yang harus dilakukan oleh rumah sakit, diatur dalam 1 standar
dengan 5 Elemen Penilaian.
Dalam standar ini meminta rumah sakit harus membuat program manajemen
risiko,dengan bukti outputnya adalah Risk Register rumah sakit maupun satuan kerja.
Selain ada risk register, rumah sakit juga harus dapat membuktikan sudah
melakukan analiasa menggunakan metode HFMEA.
C. Referensi
1. Permenkes No.11 Tahun 2017 tentang Keselamatan Pasien
2. Buku Standar Nasional Akreditasi Rumah Sakit Edisi 1,KARS, Tahun 2017
3. Buku Standar Akreditasi Join Commision Internasional untuk Rumah Sakit Edisi
ke 6, JCI tahun 2017
Lampiran :
Standar PMKP 1
Rumah sakit mempunyai Komite/Tim atau bentuk organisasi lainnya yang kompeten
untuk mengelola kegiatan Peningkatan Mutu dan Keselamatan Pasien (PMKP) sesuai
dengan peraturan perundang-undangan.
Komite/tim PMKP dan juga penanggung jawab data di unit kerja perlu mendapat
pelatihan terkait manajemen data rumah sakit, yaitu pengumpulan, analisis, dan rencana
perbaikan. Selain itu, agar komite/tim PMKP dapat melakukan koordinasi dan
pengorganisasian yang baik maka diperlukan pelatihan manajemen komunikasi.
Pelatihan tersebut dapat dilaksanakan di rumah sakit.
Standar PMKP 2
Rumah sakit mempunyai referensi terkini tentang peningkatan mutu dan keselamatan
pasien berdasar atas ilmu pengetahuan dan informasi terkini serta perkembangan konsep
peningkatan mutu dan keselamatan pasien.
Secara rinci referensi dan informasi terkini yang diperlukan rumah sakit dalam
meningkatkan mutu dan keselamatan pasien meliputi:
Standar PMKP 3
Rumah sakit mempunyai program pelatihan peningkatan mutu dan keselamatan pasien
untuk pimpinan rumah sakit serta semua staf yang terlibat dalam pengumpulan, analisis,
dan validasi data mutu.
Standar PMKP 4
Komite/tim PMKP atau bentuk organisasi lain terlibat proses pemilihan prioritas
pengukuran pelayanan klinis yang akan dievaluasi serta melakukan koordinasi dan
integrasi kegiatan pengukuran di seluruh unit di rumah sakit.
Standar PMKP 5
Rumah sakit memilih dan menetapkan prioritas pengukuran mutu pelayanan klinis yang
akan dievaluasi dan indikator-indikator berdasar atas prioritas tersebut.
Standar PMKP 6
Setiap unit kerja di rumah sakit memilih dan menetapkan indikator mutu yang dipergunakan
untuk mengukur mutu unit kerja.
Standar PMKP 7
Pengumpulan data merupakan salah satu kegiatan program peningkatan mutu dan
keselamatan pasien untuk mendukung asuhan pasien serta manajemen rumah sakit lebih
baik.
Standar PMKP 8
Rumah sakit mempunyai regulasi validasi data indikator area klinik yang baru atau
mengalami perubahan dan data yang akan dipublikasikan. Regulasi ini diterapkan
menggunakan proses internal validasi data.
Standar PMKP 9
Rumah sakit menetapkan sistem pelaporan insiden keselamatan pasien baik internal
maupun eksternal.
Rumah sakit perlu menetapkan sistem pelaporan insiden antara lain meliputi :
1. Kebijakan;
2. Alur pelaporan,
3. Formulir pelaporan;
4. Prosedur pelaporan;
Selain laporan internal, rumah sakit juga wajib membuat laporan ke Komite Nasional
Keselamatan Pasien (KNKP) sesuai dengan peraturan perundangan-undangan dan dijamin
keamanannya, bersifat rahasia, anonim (tanpa identitas), serta tidak mudah diakses oleh
yang tidak berhak. Dengan pelaporan ekternal tersebut maka berarti rumah sakit telah ikut
berpartisipasi dalam penyediaan data nasional angka insiden keselamatan pasien,
pembelajaran untuk meningkatkan mutu pelayanan dan keselamatan pasien bagi rumah
sakit lain, dan ditetapkannya langkah-langkah praktis keselamatan pasien untuk rumah sakit
di Indonesia.
Standar PMKP 10
Ada pengukuran dan evaluasi budaya keselamatan pasien.
Standar PMKP 11
Peningkatan mutu dan keselamatan pasien dicapai dan dipertahankan.
V. MANAJEMEN RISIKO
Standar PMKP 12
Elemen penting manajemen risiko adalah analisis risiko, misalnya proses untuk
mengevaluasi near miss (KNC) dan proses berisiko tinggi lainnya karena kegagalan proses
tersebut dapat menyebabkan kejadian sentinel. Satu alat/metode yang dapat menyediakan
analisis proaktif semacam itu terhadap proses kritis dan berisiko tinggi adalah failure mode
effect analysis (analisis efek modus kegagalan). Rumah sakit dapat pula mengidentifikasi
dan menggunakan alat-alat serupa untuk mengidentifikasi dan mengurangi risiko, seperti
hazard vulnerability analysis (analisis kerentanan terhadap bahaya). Untuk menggunakan
alat ini atau alat-alat lainnya yang serupa secara efektif maka direktur rumah sakit harus
mengetahui dan mempelajari pendekatan tersebut, menyepakati daftar proses yang berisiko
tinggi dari segi keselamatan pasien dan staf, kemudian menerapkan alat tersebut pada
proses prioritas risiko. Setelah analisis hasil maka pimpinan rumah sakit mengambil
tindakan untuk mendesain ulang proses proses yang ada atau mengambil tindakan serupa
untuk mengurangi risiko dalam proses-proses yang ada.
Proses pengurangan risiko ini dilaksanakan minimal sekali dalam setahun dan
didokumentasikan pelaksanaannya.
Dalam menerapkan manajemen risiko rumah sakit perlu memperhatikan proses proses
berisiko yang dapat terjadi pada pasien, antara lain meliputi :
Manajemen pengobatan;
Risiko jatuh;
Pengendalian infeksi;
Gizi;
Risiko peralatan; dan
Risiko sebagai akibat kondisi yang sudah lama berlangsung.
I. Deskripsi Singkat
Dalam era pasar bebas dan asas demokrasi yang semakin maju maka
peningkatan mutu pelayanan kesehatan menjadi suatu keharusan yang diprioritaskan
di rumah sakit. Pelayanan kesehatan dikatakan bermutu bila sudah bisa memenuhi
kebutuhan konsumen yang dapat diukur dengan menilai kepuasan pasien atau
keluhan pasien/konsumen. Selain itu disebut pelayanan bermutu juga bila para
pemberi layanan kesehatan dalam melakukan tugasnya menggunakan standar yang
sudah ditetapkan dalam Standar Prosedur dan Standar Profesinya. Pelayanan
dianggap bermutu juga bila sistem manajemen atau proses bisnis menggunakan
sumber daya secara efektif dan efisien dalam memenuhi kebutuhan dan
harapan/keinginan pasien/konsumen.
Dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan pasien dan menjamin
keselamatan pasien maka rumah sakit perlu mempunyai program peningkatan mutu
dan keselamatan pasien (PMKP) yang akan dipakai sebagai acuan dalam memberi
pelayanan yang bermutu. Karena terdapat keterbatasan staf dan sumber daya,maka
tidak semua proses di rumah sakit dapat diukur dan diperbaiki pada saat yang
bersamaan. Oleh karenanya Direktur rumah sakit bersama-sama dengan pelayanan
dan manajemen memilih dan menetapkan pengukuran mutu pelayanan klinis yang
prioritas untuk dilakukan evaluasi. Pengukuran mutu prioritas tersebut dilakukan
menggunakan indikator indikator mutu dan untuk setiap indikator mutu harus dibuat
profil indikatornya. Pemilihan ini didasarkan atas proses yang berimplikasi risiko
tinggi, diberikan dalam volume besar, atau cenderung menimbulkan masalah.
Penetapan Pelayanan & Indikator Prioritas, Modul Pelatihan PMKP RSF Page 28
2. Membuat penetapan pelayanan dan indikator mutu prioritas :
- Pengisian tabel pemilihan pelayanan dan indikator mutu prioritas
- Pengisian format kamus/profil indikator
Penetapan Pelayanan & Indikator Prioritas, Modul Pelatihan PMKP RSF Page 29
Efektivitas; Efisiensi; Kesinambungan; Keamanan; Kenyamanan, Informasi ;
Ketepatan waktu dan Hubungan antar manusia.
Upaya peningkatan mutu pelayanan kesehatan di setiap rumah sakit
harus menjadi prioritas dalam melaksanakan program kerjanya. Sehingga
program mutu dan keselamatan pasien harus dirancang secara multidisiplin dan
sistematik, dimulai dengan proses penyusunan rencana strategi secara bersama
antara Direksi, Dewan Pengawas dan juga Stake Holder lainnya. Dan dalam
proses pelaksanaannya bila ada ketidak sesuaian maka dilakukan koordinasi
dan diskusi dengan pihak terkait untuk menemukan akar masalah yang ada dan
mencari jalan keluarnya, agar mutu pelayanan rumah sakit tetap menjadi lebih
baik.
Pelayanan di rumah sakit adalah pelayanan yang sangat kompleks,
sehingga dalam proses bisnisnya juga harus didukung dengan program yang
sesuai dengan kebutuhannya. Semua program yang sudah direncanakan dan
dilaksanakan tetap perlu dipantau agar selalu sesuai dengan kaidah mutu dan
keselamatan pasien. Untuk itu rumah sakit harus mempunyai system yang dapat
memantau atau mengukur keberhasilan program yang dilaksanakannya. Namun
karena terdapat keterbatasan sumber daya, maka tidak semua proses di rumah
sakit dapat diukur dan diperbaiki pada saat yang bersamaan. Oleh karena itu,
perlu ditetapkan suatu prioritas pengukuran dan perbaikan di seluruh rumah
sakit agar dapat lebih focus dalam upaya perbaikannya. Prioritas ini meliputi
upaya pengukuran dan perbaikan yang dapat mempengaruhi atau
mencerminkan aktivitas yang terdapat di berbagai unit pelayanan. Dengan
memprioritaskan masalah yang akan diperbaiki diharapkan rumah sakit memiliki
arah atau fokus perbaikan sehingga upaya penanggulangan yang direncanakan
efektif dan memberi dampak yang signifikan dalam mencapai kualitas dan
keselamatan pasien
Penetapan prioritas dilakukan oleh Direktur Rumah Sakit bersama dengan
para pimpinan dan komite/tim peningkatan mutu dan keselamatan pasien,
dengan memperhatikan beberapa pertimbangan : a) Misi Rumah Sakit. b) Data-
data permasalahan yang ada, misalnya komplain pasien, capaian indikator mutu
yang masih rendah, terdapat kejadian tidak diharapkan. c) Terdapat sistem serta
proses yang memperlihatkan variasi penerapan dan hasil yang paling banyak d)
Dampak dari perbaikan misalnya ada perbaikan efisiensi suatu proses klinis
yang kompleks sehingga bisa berdampak pada pengurangan biaya serta sumber
daya yang digunakan dengan perbaikan suatu proses, e) Dampak pada
perbaikan sistem sehingga efek perbaikan dapat terjadi di seluruh rumah sakit, f)
Riset klinik dan program pendidikan profesi kesehatan merupakan prioritas untuk
rumah sakit pendidikan.
Berdasar atas hal tersebut di atas, Direktur Rumah Sakit membuat program
peningkatan mutu pelayanan prioritas dengan mengembangkan standardisasi
proses dan hasil asuhan klinis pelayanan prioritas serta mengembangkan
pengukuran mutu klinis, manajerial, dan penerapan sasaran keselamatan pasien
Penetapan Pelayanan & Indikator Prioritas, Modul Pelatihan PMKP RSF Page 30
Untuk dapat mengukur mutu klinis, manajerial dan penerapan keselamatan
pasien tersebut , maka rumah sakit dapat menggunakan indikator .
Dengan demikian Indikator dapat diartikan sebagai tolok ukur untuk menilai
penampilan dari suatu kegiatan dengan menggunakan instrument. Indikator ini
dapat menjadi acuan dalam membandingkan dengan standar atau nilai yang
diharapkan, atau kepatuhan terhadap Standar. Menurut WHO, indikator adalah
variabel yang digunakan untuk menilai suatu perubahan.
Indikator digerakkan dengan pengumpulan data yang kemudian diolah dan
dianalisa menjadi informasi. Sehingga indikator mutu dapat diartikan sebagai
ukuran mutu dan keselamatan rumah sakit yang digambarkan dari data yang
dikumpulkan.
Sesuai skala prioritas dalam pelayanan yang akan dievaluasi, maka indikator
mutu juga disesuaikan dengan permasalahan yang menjadi prioritas saja.
Dengan demikian, Indikator mutu prioritas dapat diartikan sebagai prioritas
pengukuran yang ditetapkan berdasarkan pada proses yang memiliki risiko tinggi,
diberikan dalam volume besar dan atau cenderung menimbulkan masalah.
Pimpinan RS bertanggung jawab menentukan pilihan terakhir dari indikator
kunci atau indikator prioritas yang digunakan dalam kegiatan peningkatan mutu.
Penetapan Pelayanan & Indikator Prioritas, Modul Pelatihan PMKP RSF Page 31
Proses penetapan prioritas dapat dilakukan sebagai berikut :
Penetapan prioritas adalah suatu proses yang dilakukan oleh
sekelompok orang dengan menggunakan metode tertentu untuk
menentukan urutan prioritas dari yang paling penting sampai yang kurang
penting.
Penetapan prioritas dapat dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif
Cara pemilihan prioritas masalah banyak macamnya. Secara sederhana
dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu Scoring Technique (Metode
Penskoran) dan Non Scoring Technique.
Bila tidak tersedia data, maka cara menetapkan prioritas masalah yang lazim
digunakan adalah dengan teknik non-skoring, yaitu dengan metode Delbeq atau
metode Delphi.
Metode Delbeq
- Adalah metoda kualitatif dimana prioritas masalah penyakit ditentukan
secara kualitatif oleh panel expert.
- Caranya sekelompok pakar diberi informasi tentang masalah penyakit
yang perlu ditetapkan prioritasnya termasuk data kuantitatif yang ada
untuk masing-masing penyakit tersebut.
- Pada metode ini diprioritaskan masalah dilakukan dengan memberikan
bobot yang merupakan nilai maksimum dan berkisar antara 0 sampai 10
dengan kriteria:
Besar masalah yaitu % atau jumlah atau kelompok penduduk
yang ada kemungkinan terkena masalah serta keterlibatan
masyarakat dan instansi terkait.
Kegawatan masalah yaitu tingginya angka morbiditas dan
mortalitas, kecenderungannya dari waktu ke waktu.
Biaya/dana yaitu besar atau jumlah dana yang diperlukan untuk
mengatasi masalah baik dari segi instansi yang bertanggung
jawab terhadap penyelesaian masalah atau dari masyarakat yang
terkena masalah.
Kemudahan yaitu tersediannya tenaga, sarana/peralatan, waktu
serta cara atau metode dan teknologi penyelesaian masalah
seperti tersediannya kebijakan/peraturan, petunjuk pelaksanaan
(juklak), petunjuk teknis (juknis) dan sebagainnya.
Penetapan Pelayanan & Indikator Prioritas, Modul Pelatihan PMKP RSF Page 32
Tabel Skoring Metode Delbeq
Masalah IGD 1 1 2 3 1 2 10 I
Masalah ICU 2 3 1 2 3 1 12 II
Masalah RI 3 2 3 1 2 4 15 III
Masalah IRJ 4 5 6 4 5 3 27 IV
Masalah OK 5 4 5 5 4 6 29 V
Masalah LAB 6 6 4 6 6 5 34 VI
Metode Delphi
- Masalah-masalah didiskusikan oleh sekelompok orang yang mempunyai
keahlian yang sama. Melalui diskusi tersebut akan menghasilkan prioritas
masalah yang disepakati bersama. Pemilihan prioritas masalah dilakukan
melalui pertemuan khusus. Setiap peserta yang sama keahliannya
dimintakan untuk mengemukakan beberapa masalah pokok, masalah
yang paling banyak dikemukakan adalah prioritas masalah yang dicari
- Tidak ada diskusi dalam teknik ini, yaitu untuk menghindari orang yang
dominan mempengaruhi orang lain.
- Menentukan siapa yang seharusnya ikut dalam menentukan peringkat
prioritas tersebut.
- Penentuan peringkat bisa sangat subyektif.
- Cara ini lebih bertujuan mencapai konsensus dari interest yang berbeda
dan tidak untuk menentukan prioritas atas dasar fakta.
- Cara melakukan teknik Delphi :
Identifikasi masalah yang hendak/ perlu diselesaikan
Membuat kuesioner dan menetapkan peserta/para ahli yang dianggap
mengetahui dan menguasai permasalahan
Kuesioner dikirim / diberikan kepada para ahli, kemudian menerima
kembali jawaban kuesioner yang berisikan ide dan alternatif solusi
penyelesaian masalah
Pembentukan tim khusus untuk merangkum seluruh respon yang
muncul dan mengirim kembali hasil rangkuman kepada partisipan
Partisipan menelaah ulang hasil rangkuman, menetapkan skala
prioritas/ memeringkat alternatif solusi yang dianggap terbaik dan
mengembalikan kepada pemimpin kelompok/pembuatan keputusan.
Penetapan Pelayanan & Indikator Prioritas, Modul Pelatihan PMKP RSF Page 33
Teknik skoring dengan Metode BRYANT dilakukan sebagai berikut :
Pemilihan prioritas dilakukan dengan memberikan score (nilai) untuk berbagai
parameter tertentu yang telah ditetapkan.
Parameter yang dimaksud adalah:
a. Prevalensi penyakit (prevalence) atau besarnya masalah
b. Kenaikan atau meningkatnya prevalensi (rate of increase)
c. Keinginan masyarakat untuk menyelesaikan masalah tersebut (degree of
unmeet need)
d. Keuntungan sosial yang diperoleh bila masalah tersebut diatasi (social
benefit)
e. Teknologi yang tersedia dalam mengatasi masalah (technical feasibility)
f. Sumber daya yang tersedia yang dapat dipergunakan untuk mengatasi
masalah (resources availability).
Prevalence 5 5 4 5
Seriousness 5 5 5 5
Manageability 3 4 5 5
Community concern 3 4 5 5
TOTAL SKOR 16 18 19 20
PRIORITAS IV III II I
Metode lain yang bisa digunakan adalah cara non sistematik, sistematik,
serta kombinasi antara metode sistematik berdasarkan bukti dan pendapat para
ahli (expert opinion).
Penetapan Pelayanan & Indikator Prioritas, Modul Pelatihan PMKP RSF Page 34
a. Pendekatan menggunakan metode non sistematik tidak berdasarkan pada
bukti (evidence based), tetapi pengembangan indikator ini tetap bisa
digunakan. Pengembangan metode non sistematik ini relatif cepat dan mudah
karena dikembangkan hanya berdasarkan oleh satu studi kasus, misalnya
kasus terminasi kehamilan pada anak usia 13 tahun. Dari kasus tersebut
maka dapat dikembangkan suatu indikator yang berkaitan dengan
kontrasepsi.
b. Pendekatan metode sistematik dikembangkan atas dasar bukti (evidence
based). Indikator yang dikembangkan berdasarkan bukti ini dapat digunakan
untuk mengurangi morbiditas dan mortalitas, sebagai contoh seluruh pasien
dengan penyakit jantung koroner harus mendapatkan aspirin dosis rendah
(75 mg) kecuali terdapat kontra indikasi. Dalam hal ini berdasarkan hasil
penelitian dikatakan bahwa aspirin memberikan manfaat bagi kesehatan
pasien.
c. Metode yang ketiga yaitu kombinasi antara metode sistematik dan pendapat
para ahli maksudnya yaitu dalam pengembangan indikator berdasarkan
pendapat dari para ahli dan dibutuhkan konsensus untuk menentukan
indikatornya (Campbell et al., 2003).
Konsensus dapat dilakukan dengan berbagai macam cara, yaitu dengan
mengadakan pertemuan para ahli atau menggunakan survey surat. Adapun yang
menggunakan survey surat meliputi: metode Delphi, RAND appropriateness
method, dan iterated concensus rating procedure. Selain itu konsensus juga
dapat dicapai dengan Nominal Group Technique (Campbell et al., 2003 dan
Wollersheim et al., 2007).
Untuk menyiapkan kegiatan pemilihan indikator prioritas perlu dibuatkan alur atau
SPO pelaksananaannya. Alur yang dapat digunakan sebagai berikut :
Penetapan Pelayanan & Indikator Prioritas, Modul Pelatihan PMKP RSF Page 35
Gambar 1. Alur Pemilihan Indikator Prioritas
Penetapan Pelayanan & Indikator Prioritas, Modul Pelatihan PMKP RSF Page 36
Contoh Tabel Pemilihan Pelayanan Prioritas
Penetapan Pelayanan & Indikator Prioritas, Modul Pelatihan PMKP RSF Page 37
Prioritas pengukuran mutu pelayanan klinis di rumah sakit. Indikator mutu
yang dipergunakan untuk mengukur mutu di prioritas pengukuran mutu
rumah sakit, sumber data pasti dari unit, dan menjadi indikator mutu unit;
Fokus mengukur hal-hal yang ingin diperbaiki;
Melakukan koordinasi dengan komite medis bila evaluasi penerapan
panduan praktik klinis dan evaluasi kinerja dokter menggunakan indikator
mutu.
Indikator mutu yang sudah dipilih bila sudah tercapai terus menerus selama
setahun, tidak bermanfaat untuk melakukan perbaikan, karena sudah tidak
ada lagi yang perlu diperbaiki, maka sebaiknya diganti dengan indikator
mutu baru.
Penetapan Pelayanan & Indikator Prioritas, Modul Pelatihan PMKP RSF Page 38
Contoh Format Profil Indikator
VII. Referensi
1. Ivancevich, Konopaske and Mattesson, 2008, Organizational Behaviour &
Management
2. Setianingrum, dkk, 2014. Pemecahan Masalah & Pembuatan Keputusan
Organisasi Manajemen Kesehatan, Yogyakarta.
3. Harvey N, Holmes CA. Nominal Group Technique : An Effective Method For
Obtaining Group Consensus. Int J Nurs Pract. 2012;18(2):188-194
Lampiran :
Penetapan Pelayanan & Indikator Prioritas, Modul Pelatihan PMKP RSF Page 39
MODUL
MANAJEMEN DATA
I. Deskripsi Singkat
Informasi merupakan salah satu sumber daya yang sangat berperan bagi
manajemen dalam mengelola suatu organisasi agar dapat mencapai tujuannya.
Informasi diperlukan sebagai bahan pendukung dalam pengambilan keputusan.
Pengambilan keputusan dapat di lakukan pada saat membuat perencanaan,
pengawasan dan juga evaluasi. Oleh karena itu informasi sangat di perlukan oleh
manajemen suatu organisasi termasuk rumah sakit, agar dapat mempertahankan
dan meningkatkan mutu pelayanan dan keselamatan pasien. Dalam mengambil
keputusan harus memperhitungkan segala aspek, sehingga keseimbangan tujuan
bisa tercapai. Dengan informasi yang diperoleh dapat terlihat pokok permasalahan
yang harus diperbaiki sehingga bisa diperoleh solusi untuk mengatasinya.
Informasi merupakan hasil dari transformasi data yang dikumpulkan, dan
untuk melakukan transformasi data agar menjadi informasi yang diperlukan oleh
manajemen setiap level. Untuk transformasi harus melalui suatu proses analisa dan
juga perlu dilakukan identifikasi kebutuhan informasi dari setiap level manajemen
yang bisa diterjemahkan dalam bentuk indikator indikator. Untuk hal tersebut maka
diperlukan pengelolaan data yang diatur dalam sistem manajemen data mulai dari
pengumpulan data sampai dengan publikasinya.
1. Statistik RS
Informasi adalah sesuatu yang diperoleh dari proses yang berawal dari data,
atau dengan kata lain informasi adalah hasil transformasi data yaitu data yang
telah diolah sehingga mempunyai arti dan bermanfaat bagi pengambil keputusan .
Data adalah catatan atas kumpulan fakta, yang merupakan hasil pengukuran
atau pengamatan suatu variabel yang bentuknya dapat berupa angka, kata kata
atau cerita. Perubahan data menjadi informasi ini dilakukan oleh pengolah
informasi, dapat berupa elemen komputer, non komputer atau kombinasi
keduanya.
Data bermanfaat untuk dasar suatu perencanaa, sebagai alat pengendalian dan
juga bisa dpakai dalam melakukan evaluasi hasil kerja. Data dikatakan baik bila
sifatnya objektif, bisa mewakili (Representatif), memiliki kesalahan yang kecil,
diberikan tepat waktu dan selalu relevan.
Proses transformasi dikenal juga sebagai statistik, yaitu suatu prosedur yang
dimulai dari pengumpulan data, pengolahan data, penyajian, serta analisis dan
penyimpulannya yang berupa informasi.
Statistik juga dapat diartikan sebagai angka, artinya gambaran suatu keadaan
yang dituangkan dalam bentuk angka.
Pimpinan rumah sakit perlu memahami dan menguasai statistik karena banyak
data yang tersedia di rumah sakit, baik meliputi hal masukan (input) maupun
keluaran (Output) yang dapat diolah dan dianalisis sehingga bisa disimpulkan
sesuai keperluan pimpinan dalam mengambil keputusan.
Secara umum ada tiga kategori dari sistem informasi untuk rumah sakit yaitu
sistem informasi klinis atau medis, sistem informasi untuk mendukung
operasional administrasi dan sistem informasi untuk perencanaan dan
pengendalian. Sistem informasi klinis biasanya di gunakan untuk membantu
proses audit medik, yaitu menjamin agar standar mutu pelayanan rumah sakit
selalu di penuhi. Sistem informasi administrasi di gunakan untuk memantau
kegiatan – kegiatan penggunaan sumberdaya untuk mendukung pelayanan
medik seperti keuangan, personalia. Dan sistem informasi perencanaan dan
pengendalian biasanya di gunakan untuk membantu proses pembuatan kebijakan
dan hal – hal lain yang bersifat strategis.
Keputusan adalah suatu sikap memilih satu alternatif dari beberapa alternatif,
oleh karena itu adanya sistem informasi akan sangat membantu dalam hal ini.
Bila informasi dapat secara teratur dan sistematik mengikuti struktur organisasi,
dan selalu di perbaharui maka hal tersebut menjadi sarana pengambilan
keputusan yang sangat ampuh . Ada dua klasifikasi keputusan yaitu : keputusan
yang di programkan dan yang tidak di programkan. Keputusan terprogram
bersifat berulang, rutin, dan dengan prosedur pasti . Sedangkan keputusan tidak
terprogram adalah besifat baru, tidak terstruktur dan di buat melalui judgment,
evaluasi dan menentukan masalah.
Oleh karena itu sangat penting bagi pengelola data dan informasi rumah sakit
untuk melakukan identifikasi kebutuhan informasi para pimpinan satuan kerja.
Manajemen data, seperti fungsi manajemen lain, harus berorientasi hasil dan
focus pada pelayanan. Untuk itu manajemen data memiliki tujuan sebagai berikut :
a. Menyediakan informasi akurat dan tepat waktu.
b. Mengembangkan dan mempertahankan satu sistem yang efisien
c. Membantu mendidik pegawai rumah sakit dengan metode yang paling efektif
untuk mengontrol dan mengolah data .
Untuk memenuhi kebutuhan informasi yang sesuai untuk setiap level manajemen,
maka sebelum dilakukan pengumpulan data perlu dilakukan suatu perencanaan
informasi yang benar. Oleh karena itu kegiatan manajemen data yang dapat
dilakukan antara lain sebagai berikut :
a. Perencanaan Kebutuhan Informasi
b. Pengumpulan data
c. Pengolahan data
d. Validasi data
e. Penyajian data
f. Analisa data
g. Pelaporan
h. Publikasi data
Sampling,
adalah cara pengumpulan data bila elemen yang akan di nilai hanya
mengambil beberapa dari suatu populasi, sehingga hasilnya memang
hanya berdasar perkiraan saja (Estimated Value). Bila jumlah populasi
sangat besar maka metode sampling merupakan pilihan, karena untuk ini
tidak memerlukan tenaga dan waktu yang banyak namun hasilnya bisa
dipertanggung jawabkan.
Jumlah Sampel
Tidak ada pedoman atau rumusan yang baku terkait jumlah sampel,
untuk pengukuran jumlah sampel bila mengacu pada rekomendasi JCI,
adalah sebagai berikut :
Untuk jumlah populasi kurang dari 64 : jumlah sampel 100% dari
populasi
Untuk jumlah populasi antara 64-319 : jumlah sampel yang diambil
64
Untuk jumlah populasi antara 320 – 629 : jumlah sampel 20% dari
populasi
Untuk jumlah populasi lebih dari atau sama dengan 630 : jumlah
sampel yang diambil 128
2. Pelaporan Data
Pelaporan adalah suatu kegiatan atau proses penyampaian informasi sebagai
hasil evaluasi terhadap seluruh kegiatan atau aktivitas di rumah sakit dengan
cara membuat rekapitulasi data cakupan maupun data indikator yang telah
ditetapkan atau data lain untuk kemudian diberikan kepada pimpinan lain
sebagai bahan pertimbangan. Selain itu juga perlu diberi informasi kepada
satuan kerja terkait sebagai umpan balik yang diperlukan kepada seluruh
satuan kerja terkait maupun kepada pihak di luar RS, baik secara rutin / berkala
maupun diperlukan pada saat tertentu.
Laporan yang dibuat harus efektif, oleh karenanya laporan harus : relevan,
ringkas, berorientasi pengecualian, akurat, lengkap, tepat waktu, dan singkat.
a. Relevan setiap elemen informasi dalam suatu laporan harus
mendukung keputusan pimpinan, hal-hal yang tidak relevan
memboroskan sumberdaya dan bahkan dapat menjadi dis fungsional .
b. Ringkas adalah laporan yang harus di ringkas sesuai dengan tingkat
manajer dalam hirarki perusahaan. Secara umum, tingkat keringkasan
3. Publikasi Data
Menurut kamus besar bahasa Indonesia arti kata publikasi adalah suatu
pengumuman atau menyiarkan kepada masyarakat atau publik. Namun bisa
juga diartikan sebagai salah satu cara memaparkan atau memberi informasi
terkait data hasil capaian kinerjanya dari satuan kerja dan atau rumah sakit ke
pihak lain bisa internal rumah sakit maupun yang diluar rumah sakit.
Publikasi data bisa disampaikan dengan banyak cara, antara lain:
Untuk internal rumah sakit, dapat dilakukan melalui forum rapat,
pembuatan laporan atau memasang pada papan pengumuman atau di
story board atau dashboard yang ada di satuan kerja masing masing
Untuk eksternal rumah sakit, dapat dilakukan penyiaran melalui
pengiriman laporan atau menggunakan media seperti : website, buletin
atau poster pada saat pameran.
Publikasi data dilakukan secara periodik sesuai kebutuhan, bisa
bulanan ,triwulan, semester atau tahunan. Dan semua data yang akan
dipublikasi khususnya ke eksternal rumah sakit maka data tersebut harus
divalidasi dan mendapat persetujuan dari Pimpinan tertinggi rumah sakit.
3. Kahn MG, et al. A Phragmatic Framework For Single Site & Multisite Data
Quality Assessment in Electronic Health Record Based Clinical Research. Med
Care. 2012
Lampiran :
I. Deskripsi Singkat
Kebutuhan data yang valid dan reliabel sangat diperlukan untuk mendukung hasil
monitoring tentang mutu pelayanan, untuk itu maka kecermatan dalam menyajikan
data sangat diperlukan agar dapat memenuhi hasil analisa yang tepat dan akurat.
Validitas merupakan derajat ketepatan antara data yang terjadi pada obyek yang
diukur dengan data yang dapat dilaporkan oleh pengumpul data. Dengan demikian,
data yang valid adalah data “yang tidak berbeda” antar data yang dilaporkan oleh
pengumpul data dengan data yang sesungguhnya terjadi pada obyek yang diukur.
Kegiatan memvalidasi data merupakan alat penting untuk memahami mutu dari data
mutu dan untuk mencapai tingkat di mana data tersebut cukup meyakinkan bagi para
pembuat keputusan. Validasi data menjadi salah satu langkah penting dalam
pengukuran indikator mutu yang meliputi: pemilihan apa yang harus diukur (indikator
mutu), pemilihan dan pengujian ukuran, pengumpulan data, validasi data dan
penggunaan data untuk perbaikan.
Analisis data berasal dari hasil pengumpulan data. Sebab data yang telah terkumpul,
bila tidak dianalisis hanya menjadi barang yang tidak bermakna, tidak berarti,
menjadi data yang mati, data yang tidak berbunyi. Oleh karena itu, analisis data di
sini berfungsi untuk mamberi arti, makna dan nilai yang terkandung dalam data itu (M.
Kasiram, 2006: 274).
Validasi & Analisa Data, Modul Pelatihan PMKP RSUP Fatmawati Page 50
2. Validasi data indikator :
- Pengertian validasi data indikator
- Alur validasi data indikator
- Pelaporan hasil validasi
IV.Bahan Belajar
- Buku Modul Pelatihan
VI.Uraian Materi
A. Analisa Data Indikator
1. Pengertian Analisa Data
Untuk mencapai simpulan dan membuat keputusan maka data harus
digabungkan, dianalisis, dan diubah menjadi informasi yang berguna. Analisis
data melibatkan individu di dalam Komite/tim PMKP yang memahami manajemen
informasi, mempunyai keterampilan dalam metode pengumpulan data, dan
mengetahui cara menggunakan berbagai alat statistik. Hasil analisis data harus
dilaporkan kepada para pimpinan yang bertanggung jawab akan proses atau hasil.
Validasi & Analisa Data, Modul Pelatihan PMKP RSUP Fatmawati Page 51
Kata analysis berasal dari bahasa Greek (Yunani), terdiri dari kata “ana” dan
“lysis“. Ana artinya atas (above), lysis artinya memecahkan atau menghancurkan.
Secara difinitif ialah: ”Analysis is a process of resolving data into its constituent
components to reveal its characteristic elements and structure” Ian Dey (1995: 30)
Agar data bisa dianalisis maka data tersebut harus dipecah dahulu menjadi
bagian-bagian kecil (menurut element atau struktur), kemudian
menggabungkannya bersama untuk memperoleh pemahaman yang baru.
Analisa data merupakan proses paling vital dalam sebuah pengukuran
indikator mutu. Hal ini berdasarkan argumentasi bahwa dalam analisa inilah data
yang diperoleh pengumpul data bisa diterjemahkan menjadi hasil yang sesuai
dengan kaidah ilmiah.Sehingga dalam kegiatan analisis ini perlu bekerja keras,
memiliki daya kreatifitas dan kemampuan intelektual yang tinggi agar mendapat
hasil yang memuaskan.
Dari uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa analisa data :
- adalah kegiatan mengubah data hasil penelitian/survei menjadi informasi yang
dapat digunakan untuk mengambil kesimpulan dan keputusan.
- adalah suatu proses atau rangkaian kegiatan penelaahan, pengelompokan
dan penguraian atas data hingga menghasilkan simpulan simpulan yang
digunakan untuk mendukung perawatan pasien, manajemen rumah sakit dan
program manajemen mutu serta mendukung partisipasi dalam database
eksternal.
Menurut Standar Nasional Akreditasi Rumah Sakit pada PMKP 7.1, tujuan analisis
data adalah dapat membandingkan rumah sakit dalam empat hal:
Dengan rumah sakit tersebut sendiri dari waktu ke waktu, misalnya dari bulan
ke bulan atau dari tahun ke tahun;
Dengan rumah sakit sejenis seperti melalui database referensi;
Dengan standar-standar seperti yang ditentukan oleh badan akreditasi atau
organisasi profesional ataupun standar-standar yang ditentukan oleh undang-
undang atau peraturan;
Dengan praktik-praktik yang diinginkan yang dalam literatur digolongkan
sebagai best practice (praktik terbaik) atau better practice (praktik yang lebih
baik) atau practice guidelines (panduan praktik klinik).
Validasi & Analisa Data, Modul Pelatihan PMKP RSUP Fatmawati Page 52
Analisa data hasil capaian indikator dapat diolah dengan menggunakan alat
statistic berupa tabel untuk merekap data, atau bisa juga dengan menggunakan
grafik seperti :
a. Run Chart bila ingin menunjukan kecenderungan data sepanjang waktu
(trend)
b. Grafik batang bila ingin membandingkan hasil capaian satu dengan yang
lain seperti antar ruang atau antar rumah sakit
c. Pie Chart digunakan untuk menunjukan proporsi data
d. Grafik Pareto digunakan untuk menetukan prioritas pemecahan masalah
Hal yang perlu diperhatikan dalam penggunaan run chart antara lain :
- Harus dibuat pada awal kegiatan dan di update dengan data baru sesuai
kegiatan yang berjalan
- Merupakan grafik yang mengilustrasikan perubahan mutu dari waktu ke
waktu
- Pengukuran dilakukan pada titik tertentu dan dihubungkan dengan garis.
Hal ini akan menghasilkan grafik variasi dari waktu ke waktu, dan
membantu tim melihat apakah perubahan yang terjadi mengarah pada
perbaikan
- Run chart memilik komentar dengan panah yang menunjuk waktu bila ide-
ide perubahan untuk perbaikan yang telah diuji
Contoh :
Validasi & Analisa Data, Modul Pelatihan PMKP RSUP Fatmawati Page 53
b. Analisa dengan Grafik batang / Histogram
Yaitu grafik yang berbentuk persegi panjang yang lebarnya sama dan
dilengkapi dengan skala atau ukuran sesuai data yang bersangkutan. Setiap
batang tidak boleh saling melekat atau menempel dan jarak tiap batang harus
sama. Susunan grafik ini boleh tegak atau mendatar. Kelebihan dari grafik
batang visualisasinya lebih menarik, karena grafik batang menggunakan
gambar 2 dimensi.
Validasi & Analisa Data, Modul Pelatihan PMKP RSUP Fatmawati Page 54
3. Proses pemantauan data indikator mutu
Pemantauan adalah kegiatan yang dilakukan untuk melihat atau memonitor
keberhasilan suatu program yang sudah ditetapkan menggunakan alat ukur
berupa indikator.
Indikator yang digunakan untuk mengukur pencapaian program sasaran strategi
sebagai nilai pencapaian hasil kerja ( kinerja ) bisa meliputi indikator area
manajerial, area klinis dan area keselamatan pasien, baik untuk indikator mutu
maupun indikator kinerja.
Pemantauan terhadap indikator dilakukan secara berkala dan hasil evaluasi
indikator mutu dan keselamatan pasien dilaporkan ke Direktur Utama untuk
mendapat rekomendasi.
Langkah langkan proses pemantauan data indikator adalah sebagai berikut :
Pertama adalah pencatatan data yang diperlukan untuk melakukan
pengukuran indikator, menggunakan formulir pengumpulan data terkait, bila
sudah ada aplikasi dalam komputer maka data indikator di input kedalam
komputer oleh petugas yang diberi tanggung jawab terhadap indikator masing
masing secara tepat waktu sesuai kebutuhan (Harian, Mingguan atau sesaat)
Pembuatan rekapitulasi data oleh petugas yang diberi tanggung jawab setiap
akhir bulan berjalan kedalam formulir terkait, bila sudah ada aplikasi dalam
komputer maka bisa secara otomatis direkapitulasi secara sistem.
Pelaksanaan validasi data hasil rekapitulasi oleh Penangggung Jawab Mutu,
dilakukan secara berkala harian, mingguan atau bulanan tergantung pada
jenis data yang dikumpulkannya sesuai dengan prosedur validasi data
Penandatanganan hasil rekapitulasi oleh Kepala Satuan Kerja bila data yang
divalidasi sudah akurat
Pembuatan laporan pemantauan indikator menggunakan format Laporan
Pemantauan Indikator Mutu, Keselamatan Pasien dan Kinerja oleh Kepala
Satuan Kerja yang mencakup hasil pencapaian bulan berjalan dan juga hasil
perbandingan dengan bulan sebelumnya untuk melihat trend atau
kecenderungan kinerjanya dalam tahun berjalan. Selain dibandingkan untuk
tahun berjalan juga dibandingkan dengan pencapaian tahun sebelumnya
untuk melihat pertumbuhan kinerjanya. Bila memungkinkan dibandingkan pula
dengan standar yang berlaku atau dengan rumah sakit lain yang setara
(Benchmarking data); Selain itu cantumkan pula akar masalah yang
menyebabkan target belum tercapai dan beri rekomendasi untuk perbaikan
sesuai dengan prosedur Upaya Peningkatan mutu menggunakan metode
PDSA
Setelah selesai dilakukan analisa ,maka laporan dikirim kepada Direktur
sebagai hasil evaluasi kinerja rumah sakit.
Validasi & Analisa Data, Modul Pelatihan PMKP RSUP Fatmawati Page 55
B. Validasi Data Indikator
1. Pengertian validasi data indikator
Menurut Azwar (1986) Validitas berasal dari kata validity yang mempunyai
arti sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan
fungsi ukurnya.Sisi lain dari pengertian validitas adalah aspek kecermatan
pengukuran. Suatu alat ukur yang valid tidak hanya mampu menghasilkan data
yang tepat akan tetapi juga harus memberikan gambaran yang cermat mengenai
data tersebut.
Berdasarkan pengertian menurut Bailey di atas, validasi mengandung dua unsur, yaitu:
(1) bahwa instrumen pengukuran adalah mengukur secara aktual konsep dalam
pertanyaan, dan bukan berupa konsep lain; dan
(2) bahwa konsep dapat diukur secara akurat. Dengan demikian, data yang valid
dapat diperoleh melalui alat ukur yang valid (alat ukur yang betul-betul dapat
mengukur objek yang diukur) dan proses pengumpulan data yang benar
(menggunakan teknik pengukuran yang sama oleh dua orang yang berbeda, yaitu
pengumpul data dan validator).
Yang dimaksud validasi data dalam materi ini adalah membandingkan hasil
data yang dikumpulkan oleh pengumpul data (orang pertama) dengan hasil data
yang dikumpulkan oleh validator (orang kedua). Apabila tingkat keakuratannya ±
90%, maka data yang dikumpulkan dapat dikatakan akurat (valid).
Tujuan dilakukan validasi data secara internal, diharapkan dapat diketahui :
Sampai sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu instrumen pengukuran
dalam melakukan fungsi ukurnya.
Apakah pengukuran data dilakukan dengan benar sehingga diperoleh data
yang akurat (valid).
Data dan informasi mutu yang valid yang bisa dijadikan dasar manajemen rumah
sakit untuk mengambil keputusan dalam perencanaan, pelaksanaan,
pemantauan, evaluasi program dan peningkatan kewaspadaan serta respon
terhadap kejadian luar biasa yang cepat dan tepat.
Sesuai dengan Standar Nasional Akreditasi Rumah Sakit (SNARS) edisi 1,
validasi data dilakukan pada kondisi sebagai berikut :
Validasi & Analisa Data, Modul Pelatihan PMKP RSUP Fatmawati Page 56
Suatu ukuran baru diterapkan (khususnya, ukuran klinis yang dimaksudkan
untuk membantu rumah sakit mengevaluasi dan meningkatkan proses atau
hasil klinis yang penting).
Data akan ditampilkan kepada publik lewat situs web rumah sakit atau cara
lain.
Adanya perubahan pada suatu ukuran yang telah dibuat pada suatu ukuran
indikator yang telah ada.
Sumber data berubah, misalnya jika ada bagian dari catatan pasien yang
diubah ke format elektronik sehingga sumber datanya menjadi elektronik dan
kertas; atau
Subjek pengumpulan data berubah, misalnya perubahan dalam rata-rata
umur pasien, perubahan protokol penelitian, penerapan practice guidelines
(pedoman praktik) baru, atau pemakaian teknologi dan metodologi
pengobatan/perawatan baru.
Validasi & Analisa Data, Modul Pelatihan PMKP RSUP Fatmawati Page 57
C. Pembuatan Analisa dan Validasi Data Indikator
Kegiatan validasi data diatur oleh standar akreditasi nasional pada PMKP 8,
dimana validasi harus dilakukan pada kondisi sebagai berikut :
Langkah langkah yang dilakukan untuk memvalidasi data dapat dilakukan sebagai
berikut :
1. Mulai dengan pengumpulan data oleh para penanggung jawab pengumpul
data yang telah ditetapkan oleh masing masing satuan kerja menggunakan
formulir pengumpul data (Check Sheet) secara berkala sesuai kebutuhan
dalam profil indikator (Harian, Mingguan atau Bulan) ;
2. Hasil pengumpulan data dalam dibuat laporannya oleh para pengumpul data
kepada penanggung jawab mutu sebagai ”validator I” oleh setiap hari atau
minggu sesuai kebutuhan sebelum sumber data (Rekam Medis)
dikembalikan ke Instalasi / Bagian Rekam Medis RS.
3. Selanjutnya, dilakukan pemeriksaan data oleh penanggung jawab mutu
menggunakan sumber data dan formulir pengumpul data yang sama yang
digunakan oleh Penanggung Jawab Pengumpul Data;
4. Kemudian, dilakukan penilaian / pemeriksaan ulang oleh validator I /
penanggung jawab mutu terhadap catatan pada rekam medis pasien untuk
setiap sampel atau populasi yang telah dinilai oleh penanggung jawab
pengumpul data. Dari hasil pemeriksaan yang dilakukan terdapat 2 (dua)
kesimpulan yaitu variabel yang diperiksa pada data sama / cocok atau tidak,
dan diisikan ke formulir pengumpulan data validasi sebagai berikut :
- bila sama / cocok, maka diberikan pemberian tanda tertentu, misal dengan
memberikan tanda ”centang” (√) pada data yang diperiksa
- bila data tidak sesuai maka dilakukan perbaikan oleh Penanggung Jawab
Mutu;
5. Bila seluruh populasi / sampel yang ada telah telah Pemberian tanda tangan
oleh Penanggung Jawab Mutu pada Kolom Validator 1 yang ada dalam
formulir pengumpul data sebagai tanda pengesahan bahwa data sudah valid;
6. Penyusunan hasil capaian indikator yang dipantau oleh Penanggung Jawab
Mutu secara berkala sesuai periode pelaporan yang harus dilakukan ;
Validasi & Analisa Data, Modul Pelatihan PMKP RSUP Fatmawati Page 58
7. Penyampaian laporan hasil capaian indikator kepada Kepala Satuan Kerja
oleh Penanggung Jawab Mutu untuk meminta pengesahan hasil capaian
indikator yang akan dilaporkan kepada Direktur terkait ;
8. Pengiriman Laporan Hasil Capaian Indikator oleh Kepala Satuan Kerja
kepada Komite Mutu atau Tim Mutu dan keselamatan pasien setiap akhir
bulan;
9. Pengumpulan data ulang oleh Validator II menggunakan sumber data,
metode dan formulir pengumpul data yang sama dengan yang digunakan
oleh Pengumpul data awal maupun Validator I,bila data masih dianggap
meragukan tetapi dengan jumlah sampel sesuai yang sudah ditetapkan;
10. Pemberian tanda tangan Validator II pada kolom Validator yang sudah
ditentukan dalam formulir pengumpulan data ,setelah selesai melakukan
pengumpulan data yang diperlukan;
11. Penghitungan angka capaian indikator yang dipantau oleh Validator II
menggunakan formula yang sama sesuai dalam kamus indikator yang sudah
ditetapkan;
12. Pembandingan hasil capaian indikator yang dilakukan oleh Validator I
dengan hasil capaian dari Validator II, dengan cara menghitung tingkat
akurasi data yaitu jumlah elemen data yang tidak sama dibagi dengan
jumlah seluruh data yang diperiksa dikali 100%. Dinyatakan valid bila hasil
perhitungan adalah lebih atau sama dengan 90%. Bila ada catatan ketidak
sesuaian data, maka perlu dilakukan tindakan perbaikan;
13. Pengambilan sampel baru dilakukan setelah selesai tindakan korektif untuk
memastikan tindakan validasi menghasilkan tingkat akurasi data yang
diinginkan;
14. Penghitungan kembali hasil penilaian yang dilakukan oleh Validator dua
kemudian memberi tandatangan sebagai bukti telah selesai
melakukanvalidasi data;
VII. Referensi
Lampiran :
Validasi & Analisa Data, Modul Pelatihan PMKP RSUP Fatmawati Page 59
Contoh Format Laporan Pemantauan Indikator Mutu
Validasi & Analisa Data, Modul Pelatihan PMKP RSUP Fatmawati Page 60
Contoh Format Proses Validasi Data Indikator Mutu
Validasi & Analisa Data, Modul Pelatihan PMKP RSUP Fatmawati Page 61
Contoh Format Laporan Validasi Versi KARS
1 Judul Indikator
2 Numerator
3 Denominator
4 Sumber Data
5 Capaian Indikator
8 Metode Validasi
9 Hasil Validasi
10 Hasil Analisa
11 Kesimpulan
Validasi & Analisa Data, Modul Pelatihan PMKP RSUP Fatmawati Page 62
MODUL
UPAYA PERBAIKAN DENGAN METODE PDSA
I. DESKRIPSI SINGKAT
Peningkatan mutu dan keselamatan pasien yang telah dicapai perlu ditingkatkan
terus menerus dan dipertahankan.Salah satu prinsip dalam mutu adalah pengendalian
mutu (Quality Control). Pengendalian mutu merupakan suatu pemikiran dasar untuk
menilai hasil yang ingin dicapai dalam pelaksanaan proses kegiatan produk atau jasa
untuk mewujudkan mutu produk atau jasa yang berkesinambungan dalam konteks
memenuhi kebutuhan atau kepuasan pelanggan. Kendali mutu berfungsi untuk
menjaga agar suatu sistem tetap efektif dalam memadukan pengembangan mutu,
memelihara mutu dan memperbaiki mutu produk atau jasa yang dihasilkan, sehingga
pelayanan yang diberikan dapat berada pada tingkat yang paling ekonomis dan pada
akhirnya pelanggan tetap terpuaskan (A. Al-Assaf, 2009; Prihantoro, 2012).
Tahap pengendalian mutu ini dilakukan berdasarkan informasi dari analisis data
yang telah dimonitor. Informasi dapat mengidentifikasi potensi perbaikan atau untuk
mengurangi atau mencegah kejadian yang merugikan. Data pengukuran yang rutin
dan data penilaian intensif memberikan kontribusi untuk pemahaman dimana
perbaikan harus direncanakan dan diprioritas apa yang harus diberikan untuk
peningkatan/perbaikan.
Untuk melaksanakan pengendalian mutu ini maka penting adanya kerjasama dan
keterpaduan dalam memberikan pelayanan dengan pengendalian pada siklus (cycle).
Khusus untuk perbaikan yang direncanakan khususnya di area/ daerah prioritas
pengumpulan data yang sudah diidentifikasi oleh pimpinan rumah sakit. Rencana
perbaikan harus dilakukan secara tepat dan terus menerus hingga mencapai target
yang direncanakan dan dipertahankan. telah berkembang metode PDSA sebagai
salah satu tools untuk menyelesaikan masalah kesehatan atau meningkatkan kualitas
mutu kesehatan.
Upaya Perbaikan dengan Metode PDSA, Modul Pelatihan PMKP RSUP Fatmawati Page 63
IV. Bahan Belajar
- Buku Modul Pelatihan
Upaya Perbaikan dengan Metode PDSA, Modul Pelatihan PMKP RSUP Fatmawati Page 64
Artinya merencanakan SASARAN (GOAL=TUJUAN) dan PROSES apa yang
dibutuhkan untuk menentukan hasil yang sesuai dengan SPESIFIKASI tujuan
yang ditetapkan. PLAN ini harus diterjemahkan secara detil dan per sub-sistem.
2. DO, Melaksanakan.
Pada tahap ini sudah mulai melakukan uji coba atau langkah-langkah perubahan
yang telah direncanakan.
Artinya MELAKUKAN perencanaan PROSES yang telah ditetapkan sebelumnya.
Ukuran-ukuran proses ini juga telah ditetapkan dalam tahap PLAN. Dalam
konsep DO ini kita harus benar-benar menghindari penundaan, semakin kita
menunda pekerjaan maka waktu kita semakin terbuang dan yang pasti pekerjaan
akan bertambah banyak..
Implementasi proses. Dalam langkah ini, yaitu melaksanakan rencana yang
telah disusun sebelumnya dan memantau proses pelaksanaan dalam skala
kecil (proyek uji coba).
Mengacu pada penerapan dan pelaksanaan aktivitas yang direncanakan.
3. STUDY, Analisis.
Yaitu mempelajari dan mengevaluasi data sebelum dan setelah perubahan serta
merefleksikan apa yang telah dipelajari.
Artinya melakukan evaluasi terhadap SASARAN dan PROSES serta melaporkan
apa saja hasilnya. Kita mengecek kembali apa yang sudah kita kerjakan,
sudahkah sesuai dengan standar yang ada atau masih ada kekurangan.
Memantau dan mengevaluasi proses dan hasil terhadap sasaran dan
spesifikasi dan melaporkan hasilnya
Dalam pengecekan ada dua hal yang perlu diperhatikan, yaitu memantau dan
mengevaluasi proses dan hasil terhadap sasaran dan spesifikasi.
Upaya Perbaikan dengan Metode PDSA, Modul Pelatihan PMKP RSUP Fatmawati Page 65
4. ACT, Tindak lanjut.
Tahap ini adalah tahap merencanakan siklus perubahan berikutnya atau
implementasi penuh/dipertahankan.
Artinya melakukan evaluasi total terhadap hasil SASARAN dan PROSES dan
menindaklanjuti dengan perbaikan-perbaikan. Jika ternyata apa yang telah kita
kerjakan masih ada yang kurang atau belum sempurna, segera melakukan action
untuk memperbaikinya. Proses ACT ini sangat penting artinya sebelum kita
melangkah lebih jauh ke proses perbaikan selanjutnya.
Menindaklanjuti hasil untuk membuat perbaikan yang diperlukan. Ini berarti
juga meninjau seluruh langkah dan memodifikasi proses untuk
memperbaikinya sebelum implementasi berikutnya.
Menindaklanjuti hasil berarti melakukan standarisasi perubahan,
seperti mempertimbangkan area mana saja yang mungkin diterapkan,
merevisi proses yang sudah diperbaiki, melakukan modifikasi standar,
prosedur dan kebijakan yang ada, mengkomunikasikan kepada seluruh staf,
pelanggan dan suplier atas perubahan yang dilakukan apabila diperlukan,
mengembangkan rencana yang jelas, dan mendokumentasikan proyek.
Selain itu, juga perlu memonitor perubahan dengan melakukan pengukuran
dan pengendalian proses secara teratur.
8 LANGKAH
8 LANGKAH
1 Menentukan Tema &
Judul
2 Menetapkan Target
5 Pelaksanaan
Perencanaan perbaikan
6 Penilaian/Evaluasi
8 Sosialisasi/diseminasi
Upaya Perbaikan dengan Metode PDSA, Modul Pelatihan PMKP RSUP Fatmawati Page 66
Dalam langkah ini perlu dilengkapi data data terkait tema dan juga ditulis alasan
pemilihan tema berdasarkan aspekpelayanan jasa, harapan dan kepuasan
pelanggan.
Langkah 6. Penilaian/Evaluasi
Pada tahap ini kita melakukan penilaian hasil uji coba dengan melihat data sebelum
dan setelah dilakukan perubahan, serta merefleksikan apa yang telah dipelajari
dengan cara observasi dan survey.
Hal yang dinilai adalah : Cost Benefitdari hasil perbaikan.Apabila masih
menemukan kelemahan-kelemahan, maka disusunlah rencana perbaikan untuk
Upaya Perbaikan dengan Metode PDSA, Modul Pelatihan PMKP RSUP Fatmawati Page 67
dilaksanakan selanjutnya. Jika gagal, maka cari pelaksanaan lain, namun jika
berhasil, dilakukan pada skala besar diseluruh rumah sakit.
VII. Referensi
1. Swensen SJ, et al, The Business Case for Health Case Quality Improvement
2. Bailey, Kenneth D. 1987, Methods of Social Research, 3rd ed. London: Free Press.
3. Joint Commission International. 2012, Joint Commission International
Accreditation Standard for Hospitals (including Standards for Academic
Medical Center Hospitals), 4 th Ed, USA.
4. Kementerian Kesehatan RI. 2011, Standar Akreditasi Rumah Sakit, Jakarta.
5. Silalahi, Ulber. 2010, Metode Penelitian Sosial, Edisi 2. PT Refika Aditama:
Jakarta
Upaya Perbaikan dengan Metode PDSA, Modul Pelatihan PMKP RSUP Fatmawati Page 68
Lampiran
1. Contoh Kertas Kerja PDSA
Upaya Perbaikan dengan Metode PDSA, Modul Pelatihan PMKP RSUP Fatmawati Page 69
MODUL
SISTEM PELAPORAN INSIDEN KESELAMATAN PASIEN
I. Deskripsi Singkat
Keselamatan Pasien (Patient Safety) Rumah Sakit adalah suatu sistem dimana
Rumah Sakit membuat asuhan kepada pasien lebih aman, yaitu meliputi:
Assesment/Pengkajian Risiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan
dengan resiko pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari
insiden dan tindak lanjutnya serta implementasi solusi untuk meminimalkan
timbulnya risiko. Dengan dijalankannya sistem tersebut diharapkan dapat mencegah
terjadinya cidera yang disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu
tindakan atau tidak melakukan tindakan yang seharusnya
Pelaporan insiden adalah proses membuat laporan secara tertulis setiap kondisi
yang terjadi yang tidak diharapkan terkait dengan asuhan pelayanan pada
pasien.Dengan berjalannya sistem pelaporan insiden diharapkan dapat menurunkan
angka insiden dan selain itu juga dapat untuk memperbaiki sistem dalam rangka
meningkatkan keselamatan pasien dan pelaporan ini juga tidak untuk menyalahkan
orang (non blaming). Pelaporan yang harus dilakukan oleh rumah sakit bila terjadi
insiden adalah secara internal juga eksternal .
Jenis insiden yang dilaporkan bisa berupa Kejadian Potensi Cidera
(KPC),Kejadian Nyaris Cidera (KNC),Kejadian Tidak Cidera (KTC),Kejadian Tidak
Diharapkan (KTD) dan Sentinel. Selain jenis insiden dilaporkan pula grading
risikonya yang diperoleh dengan melakukan penilaian terhadap kemungkinan dan
dampak dari insiden yang terjadi.
Sistem Pelaporan Insiden Keselamatan Pasien, Modul Pelatihan PMKP RSUP Fatmawati Page 70
IV. Bahan Belajar
- Buku Standar Akreditasi SNARS Edisi 1
- Buku Modul Pelatihan
- Peraturan dan Perundang Undangan terkait Mutu dan Keselamatan Pasien
V. Langkah langkah Kegiatan Pembelajaran
a. Memberi penjelasan metode pembelajaran yaitu pemaparan materi sistem
pelaporan insiden keselamatan pasiendisampaikan sesuai dengan pokok bahasan,
pertanyaan dapat dilakukan setiap fasilitator selesai menyampaikan materi di
setiap sub pokok bahasan.
b. Menyampaikan materi sesuai dengan sub pokok bahasan dengan panduan
powerpoint yang ada dilayar dan memberi beberapa tambahan penjelasan yang
diperlukan
c. Memberi kesempatan kepada peserta latih untuk bertanya disetiap akhir
penyampaian sub pokok bahasan
d. Menunjuk peserta latih untuk menjawab pertanyaan yang diberikan fasilitator
e. Membuat rangkuman ulang seluruh materi yang sudah diberikan
f. Melakukan latihan grading risiko dengan melakukan penilaian dampak dan
kemungkinan dari contoh kasus yang diberikan oleh Fasilitator secara
berkelompok
g. Melakukan latihan membuat laporan insiden internal rumah sakit, dengan contoh
kasus yang diberikan oleh Fasilitator menggunakan formulir laporan insiden
keselamatan pasien internal secara individu
h. Melakukan latihan mengirim laporan insiden keselamatan pasien eksternal ke
KNKP secara online menggunakan perangkat computer yang sudah disiapkan
oleh Fasilitator.
Sistem Pelaporan Insiden Keselamatan Pasien, Modul Pelatihan PMKP RSUP Fatmawati Page 71
Rumah sakit wajib untuk melakukan pencatatan dan pelaporan insiden yang
meliputi kejadian tidak diharapkan (KTD), kejadian nyaris cedera (KNC) dan
kejadian sentinel.Pelaporan insiden dilakukan secara internal dan eksternal.
Dalam lingkup rumah sakit, unit kerjakeselamatan pasien rumah sakit melakukan
pencatatan kegiatan yang telah dilakukan dan membuat laporan kegiatan kepada
Direktur rumah sakit.
Sistem Pelaporan Insiden Keselamatan Pasien, Modul Pelatihan PMKP RSUP Fatmawati Page 72
Grade hijau, maka dilakukan investigasi sederhana oleh satuan
kerja dalam waktu maksimal 2minggu
Grade kuning, maka dilakukan investigasi secara komprehensif
dengan menggunakan metode Analisis Akar masalah/Root Cause
Analysis (RCA) oleh Komite / TimKeselamatan Pasien dalam
waktu maksimal 45 hari
Grade merah, sama seperti grade kuning dilakukaninvestigasi
secara komprehensif komprehensif menggunakan metode
Analisis Akar masalah/ Root Cause Analysis (RCA) oleh Komite /
Tim Keselamatan Pasien dalam waktu maksimal 45 hari.
f. Bila grade biru dan hijau maka setelah satuan kerja selesai melakukan
investigasi sederhana, laporan hasil investigasi dan laporan insiden
dilaporkan ke Komite/ Tim Keselamatan Pasien paling lambat 2x24 jam
setelah kejadian insiden, namun bila investigasi belum selesai maka
laporan insiden bisa dilaporkan terlebih dahulu sedangkan untuk laporan
investigasi dapat diberikan paling lambat 1-2 minggu.
g. Setiap laporan yang diterima oleh Komite/Tim Keselamatan Pasien perlu
dilakukan penilaian kembali (Regrading) untuk memastikan ketepatan
grading risiko dari insiden yang dilaporkan
h. Untuk grade Kuning/Merah, akan dilakukan investigasi oleh Tim RCA
dengan melakukan Analisis Akar Masalah / Root Cause Analysis (RCA)
i. Setelah RCA selesai dilakukan kemudiandibuat laporan denganmemberi
rekomendasi untuk perbaikan serta “Pembelajaran” berupa : Petunjuk /
“Safety alert” untuk mencegah kejadian yang sama terulang kembali
j. Hasil RCA, rekomendasi dan rencana kerja dilaporkan kepada Direktur,
yang kemudian melaporkan kepada Dewan Pengawas
k. Rekomendasi untuk “Perbaikan dan Pembelajaran”diberikan umpan balik
kepada satuan kerja terkait serta sosialisasi kepada seluruh satuan kerja
di rumah sakit
l. Satuan kerja membuat analisa kejadian di satuan kerjanya masing-
masing
m. Monitoring dan Evaluasi Perbaikan oleh Komite / Tim Keselamatan
Pasien
n. Laporan hasil Investigasi sederhana/analisis akar masalah/RCA yang
sudah ada rekomendasi dan solusi oleh Komite/Tim Keselamatan Pasien
dikirimkan ke KNKP secara online dengan melakukan entri data (e-
reporting) melalui website resmi KNKP.
Sistem Pelaporan Insiden Keselamatan Pasien, Modul Pelatihan PMKP RSUP Fatmawati Page 73
3. Penilaian dampak klinis
Untuk bisa menetapkan grade risiko dari suatu insiden maka perlu dilakukan
penilaian untuk dampak nya.
Dampak (Concequences) adalah penilaian seberapa berat akibat yang
dialami pasien akibat insiden yang terjadi, yang dinilai mulai dari tidak ada
cedera sampai meninggal dengan pemberian skor 1 sampai 5 seperti dalam
tabel dibawah ini.
Cidera ringan
2 Minor • Dapat diatasi dengan pertolongan pertama, misal :
luka lecet
• Dapat diatasi dengan P3K
Cidera Sedang
3 Moderate • Berkurangnya fungsi motorik/sensorik/psikologis
atau intelektual secara reversibel dan tidak, misal :
luka robek
• berhubungan dengan penyakit yang mendasarinya
• Setiap kasus yang memperpanjang perawatan
Cidera Luas/berat
4 Major Kehilangan fungsi utama permanen ( motorik, sensorik,
psikologis, intelektua)/irreversibel, tidak berhubungan
dengan penyakit yang mendasarinya, misal : cacat,
lumpuh
4. Penilaian probabilitas/frekuensi
Selain menilai akibat atau dampak yang terjadi, untuk bisa menilai grade
risiko juga perlu dinilai frekuensi atau probabilitasnya.
Probabilitas / Frekuensi / Likehood : adalah penilaian seberapa sering insiden
tersebut terjadi,yang diberi skor 1 sampai 5 seperti dalam tabel dibawah ini.
Skor Frekuensi Kejadian aktual
1 Sangat Jarang Dapat terjadi dalam lebih dari 5 tahun
2 Jarang Dapat terjadi dalam 2- 5 tahun
3 Mungkin Dapat terjadi tiap 1-2 tahun
4 Sering Dapat terjadi beberapa kali dalam setahun
5 Sangat Sering Terjadi dalam minggu / bulan
Sistem Pelaporan Insiden Keselamatan Pasien, Modul Pelatihan PMKP RSUP Fatmawati Page 74
5. Matriks grading risiko
Matriks grading risiko adalah suatu metode analisa secara kualitatif untuk
menentukan derajat risiko suatu insiden berdasarkan dampak dan frekuensi/
probabilitasnya.
Penentuan derajat risiko dinilai dengan skor Risiko, yang diperoleh dari hasil
perkalian Dampak dan Frekuensi / Probabilitas .Dan derajat risiko ini
digambarkan dalam bentuk warna yang disebut sebagi pita warna yang terdiri
dari empat warna yaitu biru, hijau, kuning dan merah.
Pita warna dalam matriks grading risiko ini berfungsi untuk menentukan
prioritas dan tindakan yang akan dilakukan untuk mencari akar masalah yang
mendasari terjadinya insiden
Pita biru : Dapat diatasi dengan prosedur rutin, dilakukan Investigasi
sederhana
Pita hijau : Manajer/ pimpinan klinik harus menilai dampak terhadap
biaya mengatasi risiko dengan supervisi dan dilakukan
Investigasi sederhana
Pita kuning : Dilakukan RCA dan dimonitoring oleh Direktur
Pita merah : Dilaporkan segera ke Direktur utama dan lakukan RCA
Sistem Pelaporan Insiden Keselamatan Pasien, Modul Pelatihan PMKP RSUP Fatmawati Page 75
6. Jenis Insiden
a. Kejadian Potensial Cidera (KPC): yaitu suatu kondisi yang sangat
berpotensi untuk menimbulkan cidera, namun belum menyebabkan
terjadinya insiden
b. Kejadian Nyaris Cidera (KNC): yaitu bila sudah terjadi insiden namun
belum sampai terpapar ke pasien
c. Kejadian Tidak Cidera (KTC): yaitu terjadinya insiden yang sudah
terpapar ke pasien, tetapi tidak timbul cidera
d. Kejadian Tidak Diharapkan (KTD): yaitu terjadinya insiden yang
mengakibatkan cidera pada pasien
e. Kejadian Sentinel (Sentinel Event): yaitu suatu kejadian tak terduga
yang berakibat pada kematian atau luka fisik atau psikologis yang serius.
Cidera fisik yang serius secara khusus mencakup kehilangan anggota atau
fungsi tubuh.
Pemilihan kata “sentinel” terkait pada keseriusan cidera yang terjadi
(misalnya Amputasi pada kaki yang salah dsb) sehingga pencarian fakta
terhadap kejadian ini mengungkapkan adanya masalah yang serius pada
kebijakan dan prosedur yang berlaku.
7. Contoh-contoh insiden
Yang termasuk KPC yang dapat dilaporkan antara lain :
a) Kondisi alat yang tidak siap pakai
b) Kondisi ratio beban kerja dengan jumlah perawat tidak sesuai
c) Ruangan OK terlalu dingin
d) Stagnasi di IGD
e) Ratio jumlah alat dengan beban kerja yang tidak sesuai
f) Alat-alat atau sarana prasarana yang tidak dilakukan pemeliharaan
secara berkala
Sistem Pelaporan Insiden Keselamatan Pasien, Modul Pelatihan PMKP RSUP Fatmawati Page 76
KTD yang bisa dilaporkan antara lain :
a) Reaksi Transfusi yang signifikan yang terjadi di rumah sakit
b) Kesalahan obat yang signifikan
c) Kesalahan medis (medical error) yang signifikan
d) Ketidak cocokan yang besar antara pre dan post operasi
e) Kejadian yang tidak diharapkan akibat pemberian sedasi moderat atau
dalam anestesi
f) Pembatalan operasi setelah pasien dipersiapkan untuk operasi (puasa)
g) Efek samping obat
h) Kejadian luar biasa (MRSA)
Sistem Pelaporan Insiden Keselamatan Pasien, Modul Pelatihan PMKP RSUP Fatmawati Page 77
II. Rincian Kejadian
1. Tanggal dan waktu insiden : diisi sesuai tanggal dan waktu terjadinya
insiden
2. Insiden : diisi kejadian yang menimpa pasien, misalnya pasien jatuh,
salah identifikasi pasien, salah pemberian obat, salah dosis obat, salah
bagian yang dioperasi, dll
3. Grading Risiko Kejadian : diisi dengan menetapkan warnaMerah,
Kuning, Hijau atau Biru sesuai dengan hasil Analisa dari Matrik Grading
4. Kronologis insiden : diisi dengan membuat ringkasan singkat insiden
mulai saat sebelum kejadian sampai terjadi insiden, lokasi insiden, apa
yang terjadi, jam berapa, siapa yang terlibat dalam insiden, apa yang
dilakukan oleh petugas, dan informasi penting lain yang dianggap
penting. Kronologis harus sesuai kejadian yang sebenarnya bukan
pendapat / asumsi pelapor
5. Jenis Insiden : diisi sesuai dengankejadian yang terpapar atau tidaknya
pada pasien:
Kejadian Nyaris Cidera/KNC ( Near miss)
Kejadian Tidak Cidera/KTC ( No Harm)
Kejadian Tidak Diharapkan/KTD (Adverse Event)
Sentinel (Sentinel Event)
6. Pelapor Insiden adalah : orang pertama yang melaporkan insiden, pilih
petugas yang pertama kali menemukan insiden (karyawan
(Dokter/Perawat/Petugas Lainnya), Pasien, Keluarga/Pendamping
Pasien, Pengunjung, Lain-lain (sebutkan)
7. Insiden menyangkut pasien : pilih posisi pasien sebagai pasien rawat
inap, rawat jalan, IGD atau lainnya
8. Insiden terjadi pada pasien ( sesuai kasus penyakit/spesialisasi)
Pasien dirawat oleh spesialisasi ? (pilih salah satu)
Bila kasus penyakit/spesialisasi lebih dari satu, pilih salah satu yang
menyebabkan insiden
Misal : pasien dengan gastritis kronis dirawat oleh dokter spesialis
penyakit dalam, dikonsulkan ke dokter spesialis bedah dengan
suspect appendicitis. Saat appendectomy terjadi insiden, tertinggal
kassa, maka penanggung jawab kasus adalah dokter spesialis bedah
Bila dirawat oleh dokter umum isi lain-lain: umum
9. Tempat Insiden : Lokasi kejadian diisi dengan tempat dimana insiden
pertama kali terjadi dan diidentifikasi oleh petugas
10. Unit terkait yang menyebabkan insiden diisi dengan satuan kerja yang
menyebabkan insiden. Contoh : Pasien meninggal di ICU beberapa
jam paska operasi di IBS akibat perdarahan yang tidak teratasi
dengan baik. Maka ditulis lokasi kejadian di ICU, unit penyebab
insiden Instalasi Bedah Sentral.
11. Akibat Insiden Terhadap Pasien : diisi dampak dari kondisi pasien
kematian
cidera irreversible/cidera berat : kehilangan fungsi motorik, sensorik
atau psikologi secara permanen misal lumpuh, cacat.
Sistem Pelaporan Insiden Keselamatan Pasien, Modul Pelatihan PMKP RSUP Fatmawati Page 78
cidera reversible/cidera sedang : kehilangan fungsi motorik,sensorik
atau psikologi tidak permanen misal luka robek
tidak ada cidera, tidak ada luka
12. Tindakan Yang Dilakukan Segera Setelah Kejadian (maksimal 200
character) ceritakan penanganan segera yang langsung dilakukan
terhadap pasien oleh petugas kesehatan / yang menemukan insiden
Tindakan Dilakukan oleh : diisi petugas kesehatan / siapapun yang
melakukan tindakan segera terhadap pasien (Tim, Dokter,
Perawat,Petugas lainnya). Penjelasan tindakan yang telah dilakukan
pada unit kerja tersebut untuk mencegah terulangnya kejadian yang
sama.
13. Apakah Kejadian Yang Sama Terjadi pada unit kerja lain : diisi bila
ada kejadian insiden yang sama pada satuan kerja lainnya
14. Tipe Insiden, untuk mengisi tipe insiden, harus melakukan analisis dan
investigasi sederhana terlebih dahulu. Insiden terdiri dari tipe insiden
dan subtype insiden
15. Sub Tipe Insiden, dalam pengisian sub tipe insiden, penyebab
langsung atau akar penyebab dapat menggunakan Faktor Kontributor
16. Sub Komponen, Akar Penyebab Masalah diisi penyebab yang
melatarbelakangi penyebab langsung (underlying cause)
17. Rekomendasi / solusi bisa dibagi atas jangka pendek, menengah dan
jangka panjang.
Isi kolom nama pembuat laporan, paraf dan tanggal lapor diketahui oleh
nama penerima laporan, paraf dan tanggal terima.
Sistem Pelaporan Insiden Keselamatan Pasien, Modul Pelatihan PMKP RSUP Fatmawati Page 79
Cara mengisi laporan insiden ekternal:
1. Setiap insiden keselamatan pasien, yang dilaporkan secara online ke Komite
Nasional Keselamatan pasien Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan
dengan cara menginput data dalam ” Formulir Laporan Insiden Keselamatan
Pasien on line”
2. Mengisi Data Pasien dengan cara mengisi dan mengklik:
- Umur pasien
- Jenis Kelamin : Laki/Perempuan
- Penanggung Biaya Pasien : BPJS, Asuransi Swasta, Pribadi, Lainnya
- Tanggal Masuk RS : diklik tanggal masuk pasien ke rumah sakit
3. Mengisi Rincian Kejadian
- Tanggal insiden : diklik tanggal kejadian insiden terhadap pasien
- Insiden : diisi kejadian yang menimpa pasien
- Grading Risiko : diklik warna/grading risiko berdasarkan frekuensi dan
dampak klinis ( red zone, yellow zone, green zone, blue zone )
4. Kronologis insiden (maksimal 200 character) : diisi kronologis kejadian yang
menimpa pasien, ceritakan kronologi secara berurutan dari waktu ke waktu
dengan rinci dan jelas.
5. Jenis Insiden : di klik berdasarkan tingkat kondisi terpapar atau tidaknya
pasien :
(Kejadian Nyaris Cidera/KNC, Kejadian Tidak Cidera/KTC, Kejadian Tidak
Diharapkan/KTD, Sentinel )
6. Pelapor Insiden : diklik petugas yang pertama kali menemukan insiden
(Karyawan (Dokter/Perawat/Petugas Lainnya), Pasien, Keluarga/Pendamping
Pasien, Pengunjung, Lain-lain)
7. Insiden menyangkut pasien : diklik sesuai kasus penyakit / spesialisasinya
8. Tempat insiden : diisi dengan tempat dimana insiden pertama kali terjadi dan
diidentifikasi oleh petugas
9. Insiden Terjadi Pada Pasien : diisi jenis penyakit yang diderita oleh pasien
10. Akibat Insiden Terhadap Pasien : diklik dampak dari kondisi pasien
( Kematian, Cidera irreversibel/cidera berat, Cidera reversibel/cidera sedang,
Cidera ringan, Tidak ada cidera)
11. Tindakan Yang Dilakukan Segera Setelah Kejadian (maksimal 200 character )
diisi penanganan segera yang langsung dilakukan terhadap pasien oleh
petugas kesehatan / yang menemukan insiden
Tindakan Dilakukan oleh diisi petugas kesehatan / siapapun yang melakukan
tindakan segera terhadap pasien : (Tim, Dokter, Perawat,Petugas lainnya)
12. Apakah Kejadian Yang Sama Terjadi pada unit kerja lain : diisi bila ada
kejadian insiden yang sama pada satuan kerja lainnya
13. Tipe Insiden : diisi berdasarkan analisis dan investigasi terlebih dahulu
kemudian di klik pada tipe :
Administrasi klinis
Prosedur klinis
Dokumentasi
Infeksi nosokomial (hospital Assosiated Infection)
Medikasi/cairan infus
Transfusi darah/Produk darah
Nutrisi
Sistem Pelaporan Insiden Keselamatan Pasien, Modul Pelatihan PMKP RSUP Fatmawati Page 80
Oksigen/gas/uap
Alat /perlengkapan medis
Perilaku
Jatuh
Kecelakaan
Infrastruktur/bangunan/perlengkapan
Resource/manajemen organisasi
Laboratorium/patologi
14. Sub Tipe Insiden : akan terpampang itemnya bila sudah mengklik tipe insiden
15. Analisa Penyebab Insiden : diklik menggunakan panduan tabel Faktor
Kontributor,komponen dan subkomponen lalu diklik salah satu faktor di bawah
ini: (Faktor eksternal/di luar RS, Faktor organisasi dan manajemen, Faktor
lingkungan kerja, Faktor tim, Faktor petugas/staf, Faktor tugas, Faktor pasien,
Faktor komunikasi). Bila mengklik salah satu item diatas maka secara
otomatis akan keluar komponen dan sub komponennya
16. Akar Penyebab masalah (maksimal 200 character), diisi sesuai dengan hasil
analisa insiden menggunakan analisa akar masalah
17. Rekomendasi/solusi (maksimal 200 character), diisi berdasarkan
rekomendasi sesuai dengan prosedur yang berlaku di rumah sakit
18. Karena sudah dikembangkan pengelolaan sistem pelaporan insiden secara
elektronik (e-reporting) informasi tentang e-reporting bisa menghubungi :
Sekretariat KNKP
Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan
d/a Jl.H.R. Rasuna Said Blok x5 kavling 4-9 kotak pos 3097.1196
Jakarta 12950
Telepon / fax : ( 021)5274915
Surat elektronik : subdit.rspendidikan@gmail.com
V. Referensi
1. Permenkes No.11 Tahun 2017 tentang Keselamatan Pasien
2. Buku Standar Nasional Akreditasi Rumah Sakit Edisi 1,KARS, Tahun 2017
3. Buku Standar Akreditasi Join Commision Internasional untuk Rumah Sakit Edisi
ke 6, JCI tahun 2017
Lampiran :
Sistem Pelaporan Insiden Keselamatan Pasien, Modul Pelatihan PMKP RSUP Fatmawati Page 81
MODUL
ANALISA AKAR MASALAH (AAM) / ROOT CAUSE ANALYSIS (RCA)
I. Deskripsi Singkat
Setiap kejadian tidak diharapkan yang masuk kategori sentinel harus dikelola
dengan baik untuk dijadikan proses pembelajaran. Pengelolaan Kejadian Sentinel
adalah suatu kegiatan yang dilakukan secara Tim untuk mengkaji suatu insiden
dengan mencari akar penyebab dari kejadian yang tidak diharapkan yang berakibat
kematian atau cacat permanen, menggunakan metode Root Cause Analysis (RCA),
dan kemudian dibuat usulan rencana perbaikan dalam laporannya disertai
rekomendasi yang harus dilakukan.
Analisa akar masalah (Root Cause Analysis / RCA) adalah sebuah pendekatan
secara sistematik yang sangat berguna untuk mencari akar masalah dari suatu
insiden yang telah terjadi. Menemukan akar masalah merupakan kata kunci. Sebab,
tanpa mengetahui akar masalahnya, suatu insiden tidak dapat ditanggulangi dengan
tepat, yang berakibat pada berulangnya kejadian insiden tersebut dikemudian hari.
Proses ini mencakup tinjauan dokumen dan wawancara pihak pihak yang terlibat
dalam kejadian. Dengan memetakan kronologis dan membuat analisis informasi
mencari akar penyebab membantu memberi solusi perbaikan. Mengukur hasil
intervensi yang sudah dilakukan juga harus direncanakan agar RCA sukses.
Root Cause Analysis (RCA), Modul Pelatihan PMKP RSUP Fatmawati Page 82
b. Menyampaikan materi sesuai dengan pokok bahasan dengan panduan
powerpoint yang ada dilayar dan memberi beberapa tambahan penjelasan yang
diperlukan
c. Memberi kesempatan kepada peserta latih untuk bertanya disetiap akhir
penyampaian pokok bahasan
d. Menunjuk peserta latih untuk menjawab pertanyaan yang diberikan fasilitator
e. Membuat rangkuman ulang seluruh materi yang sudah diberikan
f. Melakukan latihan analisis akar masalah dengan diberikan contoh kasus, dibagi
menjadi 4 kelompok, setelah berdiskusi masing masing akan memaparkan hasil
analisisnya dengan batasan waktu masing masing 10 menit. Untuk ini dibutuhkan
papan flipchart, kertas ,spidol dan fleksi note.
g. Melakukan praktek pelaporan RCA, dilakukan secara bersamaan saat melakukan
analisis akar masalah.
Root Cause Analysis (RCA), Modul Pelatihan PMKP RSUP Fatmawati Page 83
a. Identifikasi dan Rumusan masalah Insiden
Karena tidak semua Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) dilakukan analisis
akar masalah maka perlu dilakukan penilaian kembali setiap laporan insiden yang
diterima dengan menggunakan grading risiko. Hanya insiden yang masuk
kategori sentinel saja yang dilakukan prosedur RCA lengkap. Sementara insiden
lain tetap dilakukan analisa menggunakan prinsip-prinsip RCA tetapi tidak seluruh
urutan prosedur lengkap RCA dilakukan.
Dalam tahap ini komite mutu atau tim mutu keselamatan pasien mereviu
dokumen klinis yang ada untuk mengetahui apa insiden yang terjadi, siapa saja
yang terlibat, kapan terjadinya dan mengapa bisa terjadi, kemudian dibuat
rumusan masalahnya.
c. Mengumpulkan Data
Langkah selanjutnya setelah terbentuk tim adalah menyusun rencana kerja tim
dan mulai melakukan pengumpulan data. Dalam melakukan pengumpulan data
tidak boleh menggunakan asumsi, kesan, atau tafsiran.
Sumber data yang dicari dapat diperoleh dari:
Kajian dokumen : Catatan Rekam Medis, dokumen regulasi
Wawancara : orang yang terlibat , saksi
Observasi : kunjungan ke lokasi kejadian , peralatan yang digunakan .
Catatan Rekam Medis , wawancara dan observasi ke lokasi kejadian diperlukan
untuk melengkapi fakta yang terjadi. Sementara itu dokumen regulasi (Kebijakan
dan Prosedur internal organisasi ,Peraturan atau Perundang-undangan , standard
mutu dan referensi ilmiah terkini diperlukan sebagai kontrol atau pembanding
untuk melihat kesenjangan (gap) yang terjadi antara fakta yang terjadi dengan
yang seharusnya dilakukan.
d. Memetakan Informasi
Setelah seluruh data terkumpul, dibuat kronologis sesuai dengan catatan
RM ,hasil wawancara dan juga observasi dilokasi kejadian. Seluruh data disusun
menurut urutan kejadiannya, dalam bentuk narasi,Tabular Timelines dan juga
Time Person Grid . Tabular time lines adalah bentuk tabel matriks dengan
variable tanggal dan waktu pada kolom dan pada row mencakup uraian kejadian,
informasi tambahan, good practice dan masalah (gap). Dan untuk time person
grid bentuk tabel sama dengan tabular time lines namun ditambah dengan nama
orang yang terlibat.
Root Cause Analysis (RCA), Modul Pelatihan PMKP RSUP Fatmawati Page 84
e. Identifikasi Care Management Problem ( Critical Event)
Pada langkah ini adalah tahap awal analisa masalah, buat identifikasi dan
tetapkan prioritas masalah, fokus pada masalah-masalah utama saja
Identifikasi masalah ini sangat penting, dan hanya dapat dilakukan oleh orang
yang memahami proses yang standard (yang seharusnya terjadi). Caranya
adalah dengan meneliti seluruh urutan informasi untuk mencari tahu apakah
kejadian-kejadian tersebut terjadi sudah sesuai dengan seharusnya atau tidak.
Untuk memastikan hal ini, diperlukan berbagai dokumen seperti: Kebijakan dan
prosedur internal organisasi, peraturan atau perundang-undangan, standard mutu,
referensi ilmiah terkini, dan lain-lain.
Jika ditemukan ketidaksesuaian dengan kebijakan, prosedur, standard,
referensi ilmiah terkini, itulah yang disebut sebagai masalah (Critical Event).
Setelah masalah teridentifikasi, barulah kita lakukan prioritas masalah. Masalah-
masalah kecil yang tidak penting dan tidak berpengaruh besar pada terjadinya
insiden kita singkirkan, dan kita focus pada masalah-masalah utama.
Dalam hal ini dapat menggunakan tools analisa perubahan, yaitu metode
analisa yang cukup sederhana untuk menganalisa proses yang tidak bekerja
sesuai rencana. Jadi metode ini bisa membantu membandingkan apakah proses
berjalan efektif atau gagal. Apa yang berubah sehingga menimbulkan kejadian
atau event.
Root Cause Analysis (RCA), Modul Pelatihan PMKP RSUP Fatmawati Page 85
Karena tanpa persetujuan pemimpin, rekomendasi tak dapat dieksekusi dan
dilaksanakan.
VII. Referensi
1. Charles R, et al. How to Perform A Root Cause Analysis for Workup & Future
Prevention of Medical Error. : A Review. Patient Safety Surg. 2016.
3. Richard JC, Root Cause Analysis In Health Care,Tools and Technique, Join
Commision Resources ,Jon Commision International,Fourth edition,2014
Lampiran :
Root Cause Analysis (RCA), Modul Pelatihan PMKP RSUP Fatmawati Page 86
LANGKAH 1 DAN 2
IDENTIFIKASI INSIDEN DAN TENTUKAN TIM
INSIDEN :
TIM
KETUA :
2. ………………………… 5. ………………………………….
3. ………………………… 6. ………………………………….
LANGKAH 3
KUMPULKAN DATA DAN INFORMASI
Observasi Langsung :
2. ………………… 5. …………………..
3. ………………… 6. …………………..
1. …………………………………………………
2. …………………………………………………
3. …………………………………………………
4. …………………………………………………
5. …………………………………………………
Root Cause Analysis (RCA), Modul Pelatihan PMKP RSUP Fatmawati Page 87
LANGKAH 4
PEMETAAN KRONOLOGI KEJADIAN
KEJADIAN
INFORMASI
TAMBAHAN
GOOD
PRACTICE
MASALAH
PELAYANAN
LANGKAH 4
PEMETAAN KRONOLOGI KEJADIAN
FORM TIME PERSON GRID
Root Cause Analysis (RCA), Modul Pelatihan PMKP RSUP Fatmawati Page 88
LANGKAH 5
IDENTIFIKASI CMP
FORM MASALAH/ CARE MANAGEMENT PROBLEM (CMP)
LANGKAH 6
ANALISIS INFORMASI
FORM TEKNIK (5) MENGAPA (5 WHY)
MASALAH
Mengapa
Mengapa
Mengapa
Mengapa
Mengapa
Root Cause Analysis (RCA), Modul Pelatihan PMKP RSUP Fatmawati Page 89
FORM ANALISIS PERUBAHAN
Root Cause Analysis (RCA), Modul Pelatihan PMKP RSUP Fatmawati Page 90
LANGKAH 7
FORM REKOMENDASI DAN RENCANA TINDAKAN
Root Cause Analysis (RCA), Modul Pelatihan PMKP RSUP Fatmawati Page 91
ANALISIS INFORMASI
FORM FAKTOR KONTRIBUTOR, KOMPONEN & SUB KOMPONEN DALAM INVESTIGASI INSIDEN KLINIS
1. EKSTERNAL/ Luar RS
a. Regulator dan Ekonomi
b. Peraturan & Kebijakan DepKes
c. Peraturan Nasional
d. Hub. Dg Organisasi Lain
2. ORGANISASI DAN MANAJEMEN Organisasi & Manajemen Struktur Organisasi, Pengawasan, Jenjang Pengambilan Keputusan
Kebijakan, Standar dan Tujuan & Misi, Penyusunan Fx manajemen, Kontrak servis, sumber keuangan, pelayanan
Tujuan informasi, kebijakan diklat, Prosedur & kebijakan, Fas dan perlengkapan, Manajemen
Risiko, manajemen K3, Quality Improvement
SDM Ketersediaan, Tingkat pendidikan & ketrampilan staf yg berbeda, beban kerja yg optimal
3. FAKTOR LINGK. KERJA Disain dan bangunan Manajemen Pemeliharaan, penilaian ergonomik, fungsionalitas
Peralatan/ Sarana/ Malfungsi alat, Ketidaktersediaan, manajemen Pemeliharaan, Fungsionalitas, Disain &
Prasarana penggunaan serta maintenance alat
Root Cause Analysis (RCA), Modul Pelatihan PMKP RSUP Fatmawati Page 92
FAKTOR KONTRIBUTOR KOMPONEN SUB KOMPONEN
4. FAKTOR TIM Supervisi & Konsultasi a. Adanya kemauan staf yunior berkomunikasi
b. Cepat tanggap
Root Cause Analysis (RCA), Modul Pelatihan PMKP RSUP Fatmawati Page 93
FAKTOR KONTRIBUTOR KOMPONEN SUB KOMPONEN
Personal a. Kepribadian
b. Bahasa
c. Kondisi Sosial
d. Keluarga
8. FAKTOR KOMUNIKASI Komunikasi Verbal a. Komunikasi antar staf junior dan senior
b. Komunikasi antar profesi
c. Komunikasi antar staf dan pasien
d. Komunikasi antar Unit departemen
Root Cause Analysis (RCA), Modul Pelatihan PMKP RSUP Fatmawati Page 94
MODUL
MANAJEMEN RISIKO
I. Deskripsi Singkat
Pelaksanaan manajemen risiko haruslah menjadi bagian integral dari
pelaksanaan sistem manajemen organisasi. Proses manajemen risiko Ini merupakan
salah satu langkah yang dapat dilakukan untuk terciptanya perbaikan berkelanjutan
(continuous improvement). Proses manajemen risiko juga sering dikaitkan dengan
proses pengambilan keputusan dalam sebuah organisasi.
Manajemen risiko dapat diterapkan di setiap level di organisasi, baik di level
strategis maupun level operasional. Manajemen risiko juga dapat diterapkan pada
proyek yang spesifik, untuk membantu proses pengambilan keputusan ataupun
untuk pengelolaan daerah dengan risiko yang spesifik
Ruang Lingkup proses Manajemen Risiko adalah sebagai berikut :Penentuan
konteks kegiatan yang akan dikelola risikonya, Identifikasi risiko, Analisis risiko,
Evaluasi risiko, Pengendalian risiko, Pemantauan dan telaah ulang, Koordinasi dan
komunikasi.
Manajemen risiko dapat memberikan manfaat optimal jika diterapkan sejak
awal kegiatan. Sejumlah langkah perlu dilakukan agar implementasi sistem
manajemen risiko dapat berjalan secara efektif pada sebuah organisasi.
II. TujuanPembelajaran
1. Tujuan Pembelajaran Umum :
Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu menjelaskan manajemen risiko dan
membuat daftar risiko (Risk Register)
b. Identifikasi Risiko
Pada tahap ini mengidentifikasi risiko apa saja yang dapat mempengaruhi
pencapaian sasaran organisasi, dan terhadap risiko yang akan dikelola.
Identifikasi harus dilakukan terhadap semua risiko, baik yang berada didalam
ataupun diluar organisasi yang dapat menimbulkan ancaman sistem kesehatan ,
organisasi rumah sakit , unit pelayanan rumah sakit atau pasien
Tujuannya adalah untuk menyusun daftar risiko secara komprehensif dari
kejadian-kejadian yang dapat berdampak pada setiap elemen kegiatan. Perlu
juga dilakukan pencatatan terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi risiko
yang ada secara rinci sehingga menggambarkan proses yang terjadi. Pada
dasarnya tahap ini memberikan eksplorasi gambaran permasalahan yang
sedang dihadapi. Tahap ini nantinya akan memberikan besaran konsekuensi
yang dapat terjadi. Konsekuensi merupakan salah satu variabel penting untuk
penentuan level risiko nantinya. Identifikasi risiko memerlukan pemahaman
yang mendalam dari para eksekutif layanan kesehatan terhadap komponen-
komponen berikut :
Sumber risiko atau bahaya yang berpotensi menimbulkan kerugian;
Insiden yang terjadi dan dampaknya pada rumah sakit atau stakeholder
internal / eksternal;
Identifikasi konsekuensi, hasil dan dampak klinis risiko atau insiden di
Rumah
Sakit atau pihak-pihak yang berkepentingan dengan pelayanan rumah
sakit.
Faktor kontributor (apa dan mengapa) terhadap terjadinya risiko klinis
atau bahaya dan insiden yang terjadi;
Kapan dan di mana risiko klinis atau bahaya dapat terjadi.
Identifikasi adalah elemen yang penting dalam manajemen risiko karena risiko
tidak akan efektif ditangani bila tidak dilakukan identifikasi. Untuk
mengidentifikasi potensi risiko dapat menggunakan berbagai informasi baik
secara reaktif maupun proaktif.
c. Analisis Risiko
Tujuan dari analisis risiko adalah untuk membedakan risiko minor yang dapat
diterima dari risiko mayor, dan untuk menyediakan data untuk membantu evaluasi
dan penanganan risiko. Analisis risiko termasuk pertimbangan dari sumber risiko,
dan konsekuensinya. Faktor yang mempengaruhi konsekuensi dapat
teridentifikasi. Risiko dianalisis dengan mempertimbangkan estimasi
konsekuensi dan perhitungan terhadap program pengendalian yang selama ini
sudah dijalankan. Analisis pendahuluan dapat dibuat untuk mendapatkan
gambaran seluruh risiko yang ada. Kemudian disusun urutan risiko yang ada.
Risiko-risiko yang kecil untuk sementara diabaikan dulu. Prioritas diberikan
kepada risiko-risiko yang cukup signifikan dapat menimbulkan kerugian.
Konsekuensi dan probabilitas adalah kombinasi/ gabungan untuk
memperlihatkan level risiko. Berbagai metode bisa digunakan untuk menghitung
konsekuensi dan probabilitas, diantaranya dengan menggunakan metode statistik.
Metode lain yang juga bisa digunakan jika data terdahulu tidak tersedia,
dengan melakukan ekstrapolasi data-data sekunder secara umum dari lembaga-
lembaga. Kemudian dibuat estimasi/ perkiraan secara subyektif,metode ini
disebut metode penentuan dengan professional judgement. Hasilnya dapat
memberikan gambaran secara umum mengenai level risiko yang ada.
Sumber informasi yang dapat digunakan untuk menghitung konsekuensi
diantaranya adalah:
Catatan-catatan terdahulu.
Pengalaman kejadian yang relevan.
Kebiasaan-kebiasaan yang ada di industri dan pengalaman-pengalaman
pengendaliannya.
Literatur-literatur yang beredar dan relevan.
Marketing test dan penelitian pasar.
Percobaan-percobaan dan prototipe.
Model ekonomi, teknik, maupun model yang lain.
Spesialis dan pendapat-pendapat para pakar.
e. Pengendalian Risiko.
Pengendalian risiko meliputi identifikasi alternatif -alternatif pengendalian risiko,
analisis pilihan-pilihan yang ada, rencana pengendalian dan pelaksanaan
pengendalian.
1. Identifikasi Alternatif-Alternatif Pengendalian Risiko
Proses pengendalian risiko dengan melakukan identifikasi alternatif-alternatif
pengendalian yang dapat dilakukan sebagai berikut :
VII. Referensi
1. Barbara Streimelweger, Human Factor Based Risk Managemen to Improve
Patient Safety : Geneve 28 Juni 2016
2. Carrol RL, et al. Enterprise Risk Management : A Framework for Success.
Chicaho, IL : American society for Health Risk management, 2014. Accessed
Nov 25, 2016. http://www.ashrm.org/resouces/patient safety-portal/pdfs/ERM-
White Paper-29-14 FINAL.pdf
3. The Australian Council on Healthcare Standards (ACHS) ,Risk Management and
Quality Improvement Handbook, July 2013 , Produced by Copies available from
the ACHS website: www.achs.org.au/
4. Simon Mills,DR, WHO (2010), WHO GUIDELINE ON QUALITY RISK
MANAGEMENT, United Kingdom
Lampiran :
a. Lembar Format Daftar Risiko (Risk Register)
b. Lembar Format HFMEA
Judul Proses
Tanggal Dimulai
Tanggal Selesai
STRUKTUR TIM
Ketua
Fasilitator
Notulis
Anggota