Вы находитесь на странице: 1из 6

Keterpaduan dan Keberlanjutan Pengelolaan Sumberdaya Air di Indonesia

Marina Abriani Butudoka 1)


1)
Program Studi Teknik Sipil Universitas Muhammadiyah Sorong
Jln. Pendidikan No 27 Kota Sorong
Emaill : mabutu1984soq@gmail.com

I. Pendahuluan
Ada tiga fenomena penting yang perlu dicermati dalam kaitan dengan pengelolaan
sumberdaya air di Indonesia. Pertama, adalah permintaan terhadap air dari berbagai sector
kehidupan cenderung semakin meningkat. Perkembangan permukiman di wilayah perkotaan,
perkembangan industri, pertambangan, dan peningkatan permintaan terhadap energi listrik
telah meningkatkan permintaan terhadap air. Peningkatan permintaan ini pada sejumlah
daerah telah menimbulkan “kelangkaan” sehingga timbul kompetisi dan konflik dalam
pengaloksian terutama diantara penggunaan untuk pertanian (sebagai sector pengguna
terbesar) dengan sector non pertanian.
Kedua, penurunan kondisi sumberdaya air itu sendiri. Peningkatan permintaan dan
terjadinya kelangkaan air diikuti pula oleh penurunan kondisi sumberdaya air dalam bentuk
kerusakan daerah tengkapan dan pencemaran air sehingga terjadi kekeringan dimusim
kemarau dan kebanjiran dimusim hujan.
Ketiga, “krisis” pengelolaan yang ditandai oleh “keidak mampuan” kerangka
kebijakan, kerangka hukum, kerangka kelembagaan, dan kapasitas sumberdaya manusia,
dalam menyikapi fenomena pertama dan kedua diatas.
Ketiga fenomena tersebut mengindikasikan semakin meningkatnya kompleksitas pengelolaan
sumberdaya air sehingga diperlukan adanya keterpaduan dalam pengelolaan dan pembaharuan
kebijakan. Dalam kaitan ini pemerintah Indonesia sudah melakukan upaya pembaharuan
kebijakan pengelolaan sumberdaya air. Makalah ini mencoba menyilau aspek keterpaduan
dalam kebijakan baru, terutama dalam rancangan undang-undang (RUU) sumeberdaya air
yang sudah dipersiapkan. Pada bagian awal dari makalah ini akan disajikan pengertian dan
prinsip-prinsip pengelolaan terpada sumberdaya air (integrated water resources management –
IWRM) .
II. Pembahasan
1. Pengertian dan Prinsip-Prinsip Pengelolaan Sumberdaya Air Terpadu (IWRM)

1
Pengelolaan sumberdaya air secara terpadu adalah suatu proses yang
mengedepankan pembangunan dan pengelolaan sumberdaya terkait lainnya secara
terkoordinasi dalam rangka
memaksimalkan resultan ekonomi dan kesejahteraan sosial secara adil tanpa mengorbankan
kelanjutan (sustainability) ekosistem yang vital.
Prinsip-prinsip pengelolaan air secara terpadu ini dikembangkan sebagai respon
terhadap pola pengelolaan sumberdaya air yang diterapkan selama ini yang cenderung
terpisah-pisah sehingga menimbulkan berbagai persoalan seperti banjir, intrusi air laut karena
pengambilan air tanah yang berlebihan, pencemaran, dan sebagainya. Keterpaduan ini
mencakup dua komponen besar, yaitu keterpaduan pada system alam dan keterpaduan pada
sistem manusia.
Pada komponen system alam (natural system), setidaknya ada enam aspek
keterpaduan yang diperlukan, yaitu:
1) Keterpaduan berbagai kepentingan yang berkaitan dengan air diantaranya daerah hulu dan
hilir;
2) Keterpaduan diantara pengelolaan kuantitas dan kualitas;
3) Keterpaduan diantara pengelolaan air permukaan dan air bawah tanah;
4) Keterpaduan diantara penggunaan lahan dan pengelolaan air (berkaitan dengan siklus
hidrologi);
5) Keterpaduan diantara pengelolaan “green water” (air yang digunakan untuk
evapotranspirasi) dan “blue water” (air yang mengalir di sungai atau air di akuifer);
6) Keterpaduan diantara pengelolaan air tawar dengan pengelolaan daerah pantai.
Pada komponen system manusia (human system) setidaknya ada empat aspek
keterpaduan yang diperlukan, yaitu:
1) Keterpaduan antara sector dalam pembuatan kebijakan nasional (cross-sectorral integration
in national policy development). Kebijakan sumberdaya air perlulah terintregasi baik
dengan kebijakan pembangunan ekonomi, sosial, maupun kebijakan pembangunan
sektoral. Sebaliknya kebijakan ekonomi dan social perlulah memperhitungkan
implikasinya terhadap sumberdaya air;
2) Keterpaduan semua stakeholders dalam perencanaan dan pengambilan keputusan,
Keterpaduan dalam aspek ini merupakan elemen kunci dalam menciptakan keseimbangan
dan keberlanjutan penggunaan air. Realitasnya adalah bahwa masing-masing stakeholders
mempunyai kepentingan yang berbeda dan sering bertentangan (konflik) satu sama lain;

2
3) Keterpaduan diantara pengelolaan air dan air limbah. Aspek penting disini adalah
bagaimana air limbah bias menjadi penambahan yang bermanfaat terhadap aliran air atau
suplai air. Tanpa pengelolaan yang terkoordinasi aliran air kimbah akan mencemari air
tawar dan mengurangi suplai efektif yang tersedia.
Dalam rangka mewujudkan pengelolaan sumberdaya air secara terpadu (IWRM) ada
tiga kriteria utama yang dijadikan acuan, yaitu:
1) Efisiensi ekonomi. Dengan meningkatnya kelangkaan air dan sumberdaya keuangan,
dan sifat
sumberdaya air yang tersedia secara terbatas dan mudah tercemar, serta semakin
meningkatnya
permintaan maka efisiensi ekonomi penggunaan air sudah harus menjadi perhatian;
2) Keadilan. Air adalah salah satu kebutuhan dasar kehidupan, oleh sebab itu maka semua
orang perlu mempunyai akses terhadap air yang mencukupi baik secara kuantitas maupun
kualitas untuk mempertahankan kehidupannya;
3) Keberlanjutan (sustainablility) lingkungan dan ekologi. Penggunaan sumberdaya air
haruslah dilakukan sedemikian rupa sehingga tidak mengorbankan kepentingan generasi
yang akan datang terhadap air.
Ketiga kriteria tersebut perlulah mendapat perhatian secara berimbang. Dalam kaitan
ini maka ada beberapa elemen penting dan kerangka dan pendekatan IWRM, Yaitu:
1) Lingkungan yang memungkinkan (enabling environment) dalam bentuk kebijakan
nasional, peraturan perundang-undangan, dan informasi tentang stakeholder pengelolaan
sumberdaya air;
2) Peran kelembagaan (institusional roles) pemerintah dan stakeholders pada berbagai
tingkatan;
3) Instrumen-instrumen pengelolaan (managemen instruments) untuk pengaturan yang efektif
(seperti regulasi pada berbagai tingkatan dari pusat sampai kedaerah), untuk monitoring,
dan untuk penegakan aturan yang memungkinkan pengambil keputusan untuk membuat
pilihan diantara alternatif pilihan yang tersedia.
2. Kecenderungan dan Isu Pengelolaan Terpadu Sumberdaya Air di Indonesia
Ada beberapa kecenderungan dan isu pokok pengelolaan terpadu sumberdaya air perlu
menjadi perhatian dalam kaitan dengan pengelolaan yang berkelanjutan, yaitu:
Pertama, tanggung jawab pengelolaan dan perlindungan sumberdaya air yang terbagi
(fragmented) diantara berbagai instansi pemerintah. Masing-masingnya mempunyai prioritas
sendiri dalam pengelolaan sumberdaya air. Isunya disini adalah membangun sebuah kerangka

3
koordinasi antar instansi pemerintah dan diatas itu diantara semua pihak yang berkepentingan
(stakeholders).
Kedua, sebagian besar air (sekitar 85%) digunakan untuk irigasi dengan efisiensi
pengaliran yang rendah (sekitar 40%). Disamping itu, secara ekonomi nilai air untuk
penggunaan ini rendah. Ketika permintaan air dari sector lain semakin meningkat maka
cenderung terjadi relokasi air dari kegiatan pertanian ke kegiatan non-pertaian. Disini timbul
isu dan persoaolan jaminan air bagi petani yang merupakan kelompok yang lemah dalam
masyarakat.
Ketiga, pengelolaan sumberdaya air di Indonesia bias sisi penyediaan (supply) yang
ditandai oleh perlakuan terhadap air sebagai sumberdaya yang ketersediaannya tidak terbatas,
peran pemerintah yang dominan dalam penyediaan pelayanan air dengan beban biaya yang
relative rendah (gratis sama sekali) terhadap pengguna, dan pendekatan kontruksi untuk
menjawab kelangkaan supply dan kecenderungan penilaian efisiensi dari sudut pandang
teknis. Isunya adalah bagaimana merubah orientasi pengelolaan dari sisi penyediaan (suplly)
ke sisi permintaan (demand). Prinsip Pengelolaan pada strategi sisi permintaan menekannkan
pada mempengaruhi perilaku pengguna dalam memakai air dengan mengembangkan
organisasi pengelolaan yang menagani kedua aspek tersebut secara bersamaan (tiodak hanay
sisi penyediaan saja).
Keempat, organisasi pengelolaan belum berkembang untuk menjawab tantangan yang
ada dan jika organisasi sudah ada otonomi organisasi ini masih rendah sehingga sebagian
besar keputusan masih dibuat secara tersentralisasi. Isu penting dalam kaitan ini adalah
keterlibatan semua pihak yang berkepentingan (stakeholders) dalam pengambilan keputusan
yang berkaitan dengan berbagai aspek pengelolaan sumberdaya air.
Kelima, konservasi daerah tangkapan air dan isi keadilan dalm hubungan hulu dengan
hilir. Konservasi daerah tangkapan air adalah salah satu aspek penting dalam pengelolaan
sumberdaya air yang berkelanjutan. Tetapi, perhatian terhadp aspek konservasi ini
kelihatannya belum cukup memadai yang ditandai dengan terjadinya kekeringan dan
kebanjiran. Disamping itu aspek keadilan distribusi manfaat dan biaya diantara masyarakat
yang tinggal didaerah hulu yang diharapkan melakukan konservasi dan masyarakat di bagian
hilir yang menikmati hasil kegiatan konservasi belum banyak mendapat perhatian.
Keenam, isu peningkatan kapasitas untuk melaksanakan pengelolaan sumberdaya air
yang berkelanjutan. Pengelolaan yang bersifat sektoral selama ini juga diikuti dengan
pengembangan kapasitas yang sifatnya sektoral. Pengelolaan sumberdaya air yang
berkelanjutan mensyaratkan diaplikasikannya prinsip-prinsip pengelolaan terpadu

4
sumberdaya air. Aplikasi prinsip-prinsip pengelolaan terpadu sumberdaya air menghendaki
pengetahuan dn ketrampilan teknis yang berbeda sama sekali dengan pengelolaan yang
terfragmentasi dan sektoral. Oleh sebab itu upaya peningkatan kapasitas dalam kerangka
pengelolaan terpadu merupakan salah satu elemen pokok pengelolaan sumberdaya air yang
berkelanjutan.
3. Arah Pengelolaan Terpadu dan Berkelanjutan Sumberdaya Air di Indonesia
Dalam upaya merespon isu dan tantangan pengelolaan sumberdaya air tersebut
pemerintah Indonesia sekarang sedang melaksanakan pembaharuan kebijakan pengelolaan
sumberdaya air. Secara garis besarnya agenda yang tercakup dalam upaya pembaharuan
kebijaksanaan ini, yaitu:
(1) membentuk wadah nasional sumberdaya air (badan air nasional, atau dengan nama
lainnya);
(2) merumuskan kebijaksanaan sumberdaya air nasional;
(3) menyesuaikan undang-undang dan peraturan pemerintah (termasuk peraturan daerah);
(4) memperkuat sistem koordinasi kelembagaan sumberdaya air baik pada tingkat propinsi
maupun pada tingkat wilayah sungai;
(5) membentuk kerangka sistem informasi dan jaringan data sumberdaya air;
(6) menyelenggarakan korporatisasi pengelolaan wilayah sungai;
(7) mempersiapkan kerangka kerja untuk alokasi air yang adil dan efisien, dan mekanisme
hak guna air untuk air permukaan dan air tanah;
(8) membentuk kerangka peraturan yang efektif dan dapat dijalankan untuk pengendalian
pencemaran air dan pengelolaan kualitas air;
(9) merevisi kebijaksanaan, kelembagaan, dan peraturan untuk meningkatkan manajemen
irigasi.
Beberapa tanggapan terhadap RUU Sumberdaya Air tersebut yang dibuat berdasarkan
prinsip-prinsip pengelolaan sumberdaya air terpadu, kecenderungan dan isu pengelolaan
sumberdaya air di Indonesia yaitu:
(1) isu keterpaduan (Pasal 10 dan Pasal 59),
(2) isu kuatnya pertarungan antar sector terutama yang menyangkut air tanah (Pasal 11 dan
PasaI12),
(3) isu keadilan hulu dan hilir (Bab III dan Bab V),
(4) isu polluters pay principle (Pasal 22, Ayat 3),
(5) isu izin vs. hak guna (pakai dan usaha) ( Pasal 43 danPasal 80 ),
(6) isu jaminan air untuk petani ( Pasal 47),

5
(7) isu kelembagaan (Iihat Pasal 62),
(8) isu privatisasi pengelolaan dan penyediaan pelayanan (Iihat Pasal 40 dan Pasal 46),
(9) isu pemberdayaan (Bab IX dengan pasal-pasalnya),
(10) isu konsep one river, one plan and one coordinated management (Pasal 86, Ayat 3) .
III. Penutup
Pengelolaan sumberdaya air secara terpadu adalah suatu proses yang
mengedepankan pembangunan dan pengelolaan sumberdaya terkait lainnya secara
terkoordinasi dalam rangka memaksimalkan jumlah ekonomi dan kesejahteraan sosial secara
adil tanpa mengorbankan kelanjutan
(sustainability) ekosistem yang vital. Keterpaduan antara beberapa komponen harus saling
terkait dalam rangka mewujudkan pengelolaan sumberdaya air secara terpadu.

Daftar Pustaka
1. Helmi, (2003). Aspek Pengelolaan Terpadu Sumberdaya Air (Integrated Water Resources
Management - IWRM) dalam Pebaharuan Kebijakan Menuju Pengelolaan Sumberdaya
Air yang Berkelanjutan di Indonesia.
2. Hadad Nadia, (2003). Kebijakan Sektor Sumberdaya Air Indonesia.
3. Sigit Arif, (2001). Pembangunan Berkelanjutan dalam Pengelolaan Sumber Daya Air

Вам также может понравиться