Вы находитесь на странице: 1из 21

TINJAUAN TEORI, TINJAUAN TEORI KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN

HISPOPADIA

OLEH :
KELOMPOK IV

1. Made Arya Yunda Cahyani (18C10206)


2. Lelaliana (18C10219)
3. I Made Sari Wira Ada (18C10232)
4. I Gede Widya Saputra (18C10245)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BALI

DENPASAR

2019
LAPORAN PENDAHULUAN HIPOSPADIA

A. Definisi
Hipospadia sendiri berasal dari dua kata yaitu “hypo” yang berarti “di bawah” dan
“spadon“ yang berarti keratan yang panjang. Suatu kelainan kelamin bawaan sejak
lahir dimana meatus uretra eksternus terletak di bagian bawah dari penis dan
letaknya lebih kearah pangkal penis dibandingkan normal (Soelarto, 2005).
B. Klasifikasi hipospadia
1. Tipe hipospadia yang lubang uretranya didepan atau di anterior
a. Hipospadia Glandular
b. Hipospadia Subcoronal
2. Tipe hipospadia yang lubang uretranya berada di tengah
a. Hipospadia Mediopenean
b. Hipospadia Peneescrotal
3. Tipe hipospadia yang lubang uretranya berada di belakang atau posterior
a. Hipospadia Perineal
C. Etiologi
Penyebabnya sebenarnya sangat multifaktor dan sampai sekarang belum diketahui
penyebab pasti dari hipospadia. Namun, ada beberapa factor yang oleh para ahli
dianggap paling berpengaruh antara lain :
1. Gangguan dan ketidakseimbangan hormone
Hormone yang dimaksud di sini adalah hormone androgen yang mengatur
organogenesis kelamin (pria). Atau biasa juga karena reseptor hormone
androgennya sendiri di dalam tubuh yang kurang atau tidak ada. Sehingga
walaupun hormone androgen sendiri telah terbentuk cukup akan tetapi apabila
reseptornya tidak ada tetap saja tidak akan memberikan suatu efek yang
semestinya. Atau enzim yang berperan dalam sintesis hormone androgen tidak
mencukupi pun akan berdampak sama.
2. Genetika
Terjadi karena gagalnya sintesis androgen. Hal ini biasanya terjadi karena mutasi
pada gen yang mengode sintesis androgen tersebut sehingga ekspresi dari gen
tersebut tidak terjadi.
3. Lingkungan
Biasanya faktor lingkungan yang menjadi penyebab adalah polutan dan zat yang
bersifat teratogenik yang dapat mengakibatkan mutas

D. TANDA DAN GEJALA


Gejala dan tanda yang biasanya di timbulkan antara lain :
1. Lubang penis tidak terdapat di ujung penis, tetapi berada di bawah penis.
2. Penis melengkung ke bawah.
3. Penis tampak seperti kerudung karena kelainan pada kulit di depan penis.
4. Ketidakmampuan berkemuh secara adekuat dengan posisi berdiri.
5. Glans penis bentuknya lebih datar dan ada lekukan yang dangkal di bagian
bawah penis yang menyerupai meatus uretra eksternus.
6. Preputium tidak ada dibagian bawah penis, menumpuk di bagian punggung
penis.
7. Adanya chordee, yaitu jaringan fibrosa yang mengelilingi meatus dan
membentang hingga ke glans penis, teraba lebih keras dari jaringan sekitar.
8. Kulit penis bagian bawah sangat tipis.
9. Tunika dartos, fasia buch dan korpus spongiosum tidak ada
10. Dapat timbul tanpa chordee, bila letak meatus pada dasar dari glans penis.
11. Chordee dapat timbul tanpa hipospadia sehingga penis menjadi bengkok
12. Sering disertai undescended testis (testis tidak turun ke kantung skrotum).
13. Kadang disertai kelainan congenital pada ginjal.
14. Ketidaknyamanan anak saat BAK karena adanya tahanan pada ujung uretra
eksterna.

E. PATOFISIOLOGI DAN PATWAY


Fusi dari garis tengah dari lipatan uretra tidak lengkap terjadi sehingga meatus uretra
terbuka pada sisi ventral dari penis. Ada berbagai derajat kelainan letak meatus ini,
dari yang ringan yaitu sedikit pergeseran pada glans, kemudian disepanjang batang
penis, hingga akhirnya di perineum. Prepusium tidak ada pada sisi ventral dan
menyerupai topi yang menutup sisi dorsal dari glans. Pita jaringan fibrosa yang
dikenal sebagai chordee, pada sisi ventral menyebabkan kurvatura (lengkungan)
ventral dari penis. (Muscari)
Hypospadia terjadi karena tidak lengkapnya perkembangan uretra dalam
utero.Terjadi karena adanya hambatan penutupan uretra penis pada kehamilan
minggu ke 10 sampai minggu ke 14.Gangguan ini terjadi apabila uretra jatuh
menyatu ke midline dan meatus terbuka pada permukaan ventral dari
penis.Propusium bagian ventral kecil dan tampak seperti kap atau menutup.
Hipospadia terjadi karena tidak lengkapnya perkembngan uretra dalam utero.
Hipospadia dimana lubang uretra terletak pada perbatasan penis dan skrotum.
Hipospadia adalah lubang uretra bermuara pada lubang frenum, sedang lubang
frenumnya tidak terbentuk, tempat normalnya meatus urinarius ditandai pada glans
penis sebagai celah buntu.

F. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Foto polos abdomen atau KUB (Kidney Ureter Bladder) adalah foto screaning
untuk pemeriksaan kelainan – kelainan urologi
2. Pyelografi Intravena (PIV) atau Intra Venous Pyelografi (IVP) atau dikenal dengan
Intravenous Urografi melalui bahan – bahan kontras radio opak
3. USG Sistem Kemih Kelamin, Prinsip pemeriksaan ultrasonografi adalah
menangkap gelombang bunyi ultra yang dipantulkan oleh organ – organ yang
berbeda kepadatannya, ultrasonografi banyak dipakai untuk mencari kelainan –
kelainan pada ginjal, buli – buli, prostat, testis dan pemeriksaan pada kasus
keganasan

G. PENATALAKSANAAN
Diagnosis hipospadia biasanya jelas pada pemeriksaan inspeksi. Kadang-kadang
hipospadia dapat didiagnosis pada pemeriksaan ultrasound prenatal. Jika tidak
teridentifikasi sebelum kelahiran, maka biasanya dapat teridentifikasi pada
pemeriksaan setelah bayi lahir. Pada orang dewasa yang menderita hipospadia dapat
mengeluhkan kesulitan untuk mengarahkan pancaran urine. Chordee dapat
menyebabkan batang penis melengkung ke ventral yang dapat mengganggu hubungan
seksual. Hipospadia tipe perineal dan penoscrotal menyebabkan penderita harus miksi
dalam posisi duduk, dan hipospadia jenis ini dapat menyebabkan infertilitas.
Beberapa pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan yaitu urethtroscopy dan
cystoscopy untuk memastikan organ-organ seks internal terbentuk secara normal.
Excretory urography dilakukan untuk mendeteksi ada tidaknya abnormalitas
kongenital pada ginjal dan ureter.
Diagnosis bias juga ditegakkan berdasarkan pemeriksaan fisik. Jika
hipospadia terdapat di pangkal penis, mungkin perlu dilakukan pemeriksaan
radiologis untuk memeriksa kelainan bawaan lainnya. Bayi yang menderita
hipospadia sebaiknya tidak disunat. Kulit depan penis dibiarkan untuk digunakan
pada pembedahan. Rangkaian pembedahan biasanya telah selesai dilakukan sebelum
anak mulai sekolah. Pada saat ini, perbaikan hipospadia dianjurkan dilakukan
sebelum anak berumur 18 bulan. Jika tidak diobati, mungkin akan terjadi kesulitan
dalam pelatihan buang air pada anak dan pada saat dewasa nanti, mungkin akan
terjadi gangguan dalam melakukan hubungan seksual.
Untuk saat ini penanganan hipospadia adalah dengan cara operasi. Tujuan
operasi pada hipospadia adalah agar pasien dapat berkemih dengan normal, bentuk
penis normal dan memungkinkan fungsi seksual yang normal. Hasil pembedahan
yang diharapkan adalah penis yang lurus, simetris dan memiliki meatus uretra
eksternus pada tempat yang seharusnya, yaitu di ujung penis. Ada banyak variasi
teknik diantaranya :
1. Teknik tunneling Sidiq-Chaula dilakukan operasi 2 tahap, yaitu :
a. Tahap pertama eksisi dari chordee dan bisa sekaligus dibuatkan terowongan yang
berepitel pada glans penis. Dilakukan pada usia 1½-2 tahun. Penis diharapkan
lurus, tapi meatus masih pada tempat yang abnormal. Penutupan luka operasi
menggunakan preputium bagian dorsal dan kulit penis.
b. Tahap kedua dilakukan uretroplasti, 6 bulan pasca operasi, saat parut sudah lunak.
Dibuat insisi paralel pada tiap sisi uretra (saluran kemih) sampai ke glans, lalu
dibuat pipa dari kulit dibagian tengah. Setelah uretra terbentuk, luka ditutup
dengan flap dari kulit preputium dibagian sisi yang ditarik ke bawah dan
dipertemukan pada garis tengah. Dikerjakan 6 bulan setelah tahap pertama dengan
harapan bekas luka operasi pertama telah matang.
2. Teknik Horton dan Devine, dilakukan 1 tahap, yaitu :
Dilakukan pada anak lebih besar dengan penis yang sudah cukup besar dan dengan
kelainan hipospadi jenis distal (yang letaknya lebig ke ujung penis). Uretra dibuat
dari flap mukosa dan kulit bagian punggung dan ujung penis dengan pedikel (kaki)
kemudian dipindah ke bawah.
H. Komplikasi
Komplikasi awal yang terjadi adalah perdarahan, infeksi, jahitan yang terlepas,
nekrosis flap dan edema. Komplikasi lanjut yaitu :
1. Stenosis sementara karena edema atau hipertropi scar pada tempat anastomosis.
2. Kebocoran traktus urinaria karena penyembuhan yang lama.
3. Fistula uretrocutaneus
4. Striktur uretra
5. Adanya rambut dalam uretra
WOC

Gangguan ketidakseimbangan Genetic dan


hormon lingkungan

Gangguan perkembangan embrio

Aliran urin tidak


Malformasi Kongenital Hipospadia / Epispadia
lancar

Gangguan
citra tubuh Gangguan
Pembedahan
eliminasi urin

Pre-OP Post-OP

Kurangnya info
Hospitalisasi Luka insisi Perawatan
mengenai kondisi
bedah luka yang
tidak adekuat
Gangguan (post -op)
Ansietas Nyeri Akut
pola tidur
Resiko

Terputusnya Infeksi

jaringan

Kerusakan
integritas kulit
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
HIPOSPADIA

A. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
1. Identitas
a. Usia
Ditemukan saat lahir
b. Jenis kelamin
hipospadia merupakan anomaly uretra yang paling sering terjadi pada laki-laki
dengan angka kemunculan 1:250 dari kelahiran hidup. (Brough, 2007: 130)
2. Keluhan Utama
Lubang penis tidak terdapat diujung penis, tetapi berada dibawah atau didasar
penis, penis melengkung kebawah, penis tampak seperti berkerudung karena
adanya kelainan pada kulit dengan penis, jika berkemih anak harus
duduk.(Muslihatum, 2010:163)
3. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Penyakit Sekarang
Pada umumnya pasien dengan hipospadia ditemukan adanya lubang kencing
yang tidak pada tempatnya sejak lahir dan tidak diketahui dengan pasti
penyebabnya.
b. Riwayat Penyakit Dahulu
Biasanya pasien dengan hipospadia ditemukan adanya penis yang
melengkung kebawah adanya lubang kencing tidak pada tempatnya sejak
lahir.
c. Riwayat Kongenital
1.Penyebab yang jelas belum diketahui.
2.Dihubungkan dengan penurunan sifat genetik.
3.Lingkungan polutan teratogenik.
4. Riwayat Kehamilan Dan Kelahiran.
Hipospadia terjadi karena adanya hambatan penutupan uretra penis pada
kehamilan minggu ke-10 sampai minggu ke-14.
5. Activity Daily Life
a. Nutrisi
Tidak ada gangguan
b. Eliminasi
anak laki-laki dengan hipospadia akan mengalami kesukaran dalam
mengarahkan aliran urinnya, bergantung pada keparahan anomali, penderita
mungkin perlu mengeluarkan urin dalam posisi duduk. Konstriksi lubang
abnormal menyebabkan obstruksi urin parsial dan disertai oleh peningkatan
insiden ISK
c. Hygiene Personal
d. Dibantu oleh perawat dan keluarga
e. Istirahat dan Tidur
Tidak ada gangguan
6. Pemeriksaan Fisik
a. Sistem kardiovaskuler
Tidak ditemukan kelainan
b. Sistem neurologi
Tidak ditemukan kelainan
c. Sistem pernapasan
Tidak ditemukan kelainan
d. Sistem integument
Tidak ditemukan kelainan
e. Sistem muskuloskletal
Tidak ditemukan kelainan
f. Sistem Perkemihan
1) Palpasi abdomen untuk melihat distensi vesika urinaria atau pembesaran pada
ginjal.
2) Kaji fungsi perkemihan
3) Dysuria setelah operasi
g. Sistem Reproduksi
1) Adanya lekukan pada ujung penis
2) Melengkungnya penis ke bawah dengan atau tanpa ereksi
3) Terbukanya uretra pada ventral
4) Pengkajian setelah pembedahan : pembengkakan penis, perdarahan, drinage.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN

Pre Operasi
1. Anxietas (anak dan orang tua) berhubungan dengan proses pembedahan
(uretroplasti)
Post Operasi
1. Nyeri berhubungan dengan proses pembedahan
2. Eliminasi urin berhubungan dengan proses pembedahan
3. Citra tubuh berhubungan dengan penyakit dan pembedahan
4. Kerusakan Integritas kulit berhubungan dengan kerusukan lapisan kulit (dermis)
akibat operasi
5. Gangguan pola tidur berhubungan dengan hospitalisasi
6. Resiko Infeksi (traktus urinarius) berhubungan dengan pemasangan kateter
C. INTERVENSI KEPERAWATAN

Diagnosea
No Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Keperawatan
Anxietas (anak dan orang Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama NIC :
1
tua) berhubungan dengan … x … jam diharapkan pasien :
Anxiety Reduction (Penurunan kecemasan )
proses pembedahan
NOC :
(uretroplasti) 1. Gunakan pendekatan yang menenangkan
1. Anxiety self-control 2. Nyatakan dengan jelas harapan terhadap perilaku
2. Anxiety level pasien
3. Coping 3. Jelasakan semua prosedur dan apa yang dirasakan
selama prosedur
Kriteria Hasil:
4. Temani pasien untuk memberikan keamanan dan
1. Keluarga mampu mengidentifikasi dan mengurangi takut
mengungkapkan gejala cemas 5. Dorong keluarga untuk menemani anak
2. Mengidentifikasi, mengungkapkan dan
mampu menunjukkan tehnik untuk control
cemas
3. Mengerti dengan penjelasan yang di
berikan perawat/dokter
4. Postur tubuh, ekspresi wajah, bahasa tubuh
dan tingkat aktivitas menunjukkan
berkurangnya kecemasan.
Nyeri berhubungan dengan Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama NIC :
2
proses pembedahan … x … jam diharapkan pasien :
1. Manajemen Nyeri
NOC :
1. Gali bersama pasien faktor- faktor yang dapat
1. Tingkat nyeri
menurunkan atau memperberat nyeri
Kriteria Hasil : 2. Beri informasi mengenai nyeri seperti penyebab
nyeri, berapa lama nyeri akan dirasakan, dan
1. Tidak ada nyeri yang dilaporkan
antisipasi dari ketikanyamanan akibat prosedur
2. Tidak ada ekspresi wajah nyeri
3. Tanda-tanda vital dalam kisaran 3. Ajarkan teknik non farmakologi (relaksasi) untuk
normal mengurangi nyeri

4. Kolaborasi dalam pemberian analgetik


Eliminasi urin berhubungan
NOC: NIC:
dengan
1.Urinary eliminination Urinary Retention Care
1. Lakukan penilaian kemih yang komperensif
2.Urinary continuence
berfokus pada inkontinesia (misalnya,output
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama
urin,pola berkemih kemih ,fungsi kognitif ,dan
… x … jam diharapkan pasien :
masalah kencing praeksisten)
Kriteria hasil: 2. Memantau penggunaan obat dengan sifat
antikolinergik atau properti alpagonis
1. Kandungan kemih kosong secara penuh
3. Memonitor efek obat obatan yang di resepkan
2. Tidak ada residu urine >100-200 cc
,seperticalcium channel blockers dan
3. Intake cairan dalam rentang normal
antikolinergik
4. Bebas dari ISK
4. Menyediakan pengapusan privasi
5. Titak ada spasme bladder
5. Gunakan kekuatan sugesti dengan menjalankan air
6. Balance cairan seimbang
atau siram toilet
6. Merangsang refleks kandung kemih dengan
menerapkan dingin untuk perut ,membelai tinggi
batin,atau air
7. Sediakan waktu yang cukup untuk pengosongan
kandung kemih ( 10 menit)
8. Gunakan spirit wintergreen di pispot atau urinal
9. Menyediakan manuver crade , yang diperlukan
10. Gunakan double –void teknik
11. Masukan kateter kemih sesuai
12. Anjuran pasien / keluarga untuk merekam output
urin, sesuai
13. Intruksikan cara- cara untuk menghindari
konstipasi atau impaksi tinja
14. Memantau asupan dan keluaran
15. Memantau tingkat distensi kandung kemih dengan
palpasi dan perkusi
16. Membantu dengan toilet secara berkala , sesuai
17. Memasukan pipa ke dalam lubang tubuh untuk
sisa, sesuai
18. Menerapkan kateterisasi intermiten ,sesuai
19. Merujuk ke spesialis kontinesia kemih sesuai
Citra tubuh berhubungan
NOC: NIC:
dengan penyakit dan
pembedahan 1. Body image Body image enhancement
2. Self esteam
1. kaji secara verbal dan non verbal
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama
2. monitor frekuensi mengkritik dirinya
… x … jam diharapkan pasien : 3. jelaskan tentang pengobatan, perawatan, kemajuan
dan prognosis penyakit
Kriteria hasil:
4. dorong klien mengungkapakan perasaanya
1. Body image positif 5. indentifikasi arti pengurangan melalui pemakaian
2. Mampu mengidentifikasi kekuatan personal alat bantu
3. Mendiskripsikan secara fektual perubahan 6. fasilitas kontak dengan individu lain dalam
fungsi tubuh kelompok kecil
4. Mempertahankan interaksi sosial

Gangguan pola tidur


NOC: NIC:
berhubungan dengan
hospitalisasi 1. Anxiety reduction Sleep Enhancemet
2. Comfort level
1. Determinasi efek-efek medikasi terhadap pola tidur
3. Pain level
2. Fasilitas untuk mempertahankan aktivitas sebelum
4. Rest: Extent and Pattern
tidur
5. Sleep: Extent and Pettern
3. Ciptakan lingkungan yang nyaman
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama
4. Diskusikan dengan pasien dan keluarga tentang
… x … jam diharapkan pasien :
teknik tidur pasien
5. Intruksikan untuk memonitor tidur pasien
Kreiteria Hasil:
6. Monitor waktu makan dan minum dengan batas
1. Jumlah jam tidur dalam batas normal 6-8 waktu tidur
jam/hari 7. Monitor/ cacat kebutuhan tidur pasien setiap hari
2. Pola tidur, kualitas dalam batas normal dan jam
3. Perasaan segar sesudah tidur atau istirahat
4. Mampu mengidentifikasi hal-hal yang
meningkatkan tidur
Kerusakan Integritas kulit NOC: NOC:
berhubungan dengan 1. Tissue integrity: skin and mucous Pressure management
kerusukan lapisan kulit 2. Membranes 1. Anjuran pasien untuk mengunakan pakian yang
(dermis) akibat operasi 3. Hemodyalis akses longgar
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 2. Hindari kerutan pada tempat tidur
selama..... pasien tidak mengalami gangguan 3. Jaga kebersihan kulit agar agar tetap persih dan
intergritas kulit dengan kering
Kriteria hasil: 4. Mobilitas pasien (ubah posisi pasien )setiap dua
1. Integritas kulit yang baik bisa jam sekali
dipertahankan (sensasi, elastisitas, 5. Monitor kulit akan adanya kemerahan
temperatur, hidrasi, pigmentasi) tidak ada 6. Oleskan lotion atau miyak / baby oil pada darah
luka/lesi pada kulit yang tertekan
2. Perfusi jaringan baik 7. Monitor aktivitas dan mobilitas pasien
3. Menunjukan pemahaman dalam proses 8. Monitor status nutrisi pasien
perbaikan kulit dan mencegah terjadinya 9. Memandikan pasien dengan sabun dan air hangat
sedera berulang Insision site care
4. Mampu melindungi kulit dan 1. Membersihkan , memantau dan meningkatkan
mempertahakan kelembapan kulit dan proses peyembuhan pada luka yang ditutup
perawatan alami. dengan jahitan, klip dan streples
2. Monitor proses kesembuhan area insisi
3. Monitor tanda dan gejala infeksi pada area
insisi
4. Bersihkan area sekitar jahitan atau streples,
menggunakan lidi kapas steril
5. Gunakan praparat antiseptic , sesuai program
6. Ganti balutan pada interpal waktu yang sesuai
atau biarkan luka tetap terbuka ( tidak
dibalut)sesuai program
Resiko Infeksi (traktus NOC : NIC:
urinarius) berhubungan 1. Immune Status 1. Pertahankan teknik aseptif
dengan pemasangan kateter 2. Knowledge : lnfection 2. Batasi pengunjung bila perlu
Control 3. Cuci tangan sebelum dan sesudah tindakan
3. Risk control keperawatan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 4. Gantik letak Ivperifer dan dressing sesuai dengan
selama..... pasien tidak mengalami infeksi petunjuk umum
dengan 5. Gunakan kateter intermiten untuk menurunkan
Kriteria hasil : infeksi kandung kencing
1. Klien bebas dari tanda dan gejala 6. Monitor tanda dan gejala infeksisistemik dan lokal
Infeksi 7. Ajarkan pasien dan keluarga tanda dan gejala
2. Menunjukan kemampuan untuk infeksi
mencegah timbulnya infeksi 8. Kaji suhu badan pada pasien neutropenia setiap 4
3. Jumlah leukosit dalam batas normal jam
4. Menujukan perilaku hidup sehat 9. Kolaborasi pemberian antibiotik
5. Status imun ,gastrointestinal
,genitourinaria dalam batas nomal
D. IMPLEMENTASI
Implementasi keperawatan adalah pelaksanan rencana keperawatan
oleh perawat dan pasien (Riyadi,2010) Implementasi keperawatan
adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana keperawatan yang
telah disusun pada tahap perencanaan (Setiadi,2012).

E. EVALUASI
Evaluasi keperawatan adalah mengkaji respon pasien setelah
dilakukan intervensi keperawatan dan mengkaji ulang asuhan
keperawatan yang telah diberikan (Deswani,2009)
Evaluasi keperawatan adalah kegiatan yang terus menerus
dilakukan untuk menentukan apakah rencana keperawatan efektif
dan bagaimana rencana keperawatan dilanjutkan, merevisi rencana
atau menghentikan rencana keperawatan (Nursalam,2009).
Daftar Pustaka

Carpenito, Linda Juall. (2001). Buku saku diagnosa keperawatan, Jakarta : EGC
Price, Sylvia A dan Wilson, Lorraine M. (2005) Pathofisiologi Konsep Klinis Proses
Penyakit, Jakarta : EGC
Rekso Prodjo, Soelarto. (2005) Ilmu Bedah. Jakarta : FKUI
Suriadi dan Yuliani, Rita. (2001). Askep Pada Anak, edisi 1. Jakarta : Fajar Interpretama
Smelzer, Suzane. (2002). Keperawatan Medikal Bedah, edisi 8. Jakarta : EGC
Herdman, T.H. 2015-2017. NANDA Internasional Inc. Diagnosis Keperawatan: definisi &
klasifikasi 2015-2017. Jakarta : EGC
Barbara J. Gruendemann & Billie Fernsebner. (2005). Buku Ajar Keperawatan Perioperatif
Vol. 2. Jakarta: EGC.

Вам также может понравиться

  • Askep Osteoporosis Tugas
    Askep Osteoporosis Tugas
    Документ22 страницы
    Askep Osteoporosis Tugas
    Yunda Cahyani
    Оценок пока нет
  • Cerita Fiksi Dan Non Fiksi
    Cerita Fiksi Dan Non Fiksi
    Документ3 страницы
    Cerita Fiksi Dan Non Fiksi
    Yunda Cahyani
    Оценок пока нет
  • Cerita Fiksi Dan Non Fiksi
    Cerita Fiksi Dan Non Fiksi
    Документ3 страницы
    Cerita Fiksi Dan Non Fiksi
    Yunda Cahyani
    Оценок пока нет
  • Wunga
    Wunga
    Документ15 страниц
    Wunga
    Alfred Wunga
    Оценок пока нет
  • Bab I Pendahuluan
    Bab I Pendahuluan
    Документ12 страниц
    Bab I Pendahuluan
    Yunda Cahyani
    Оценок пока нет
  • Fix Form Askep Mater
    Fix Form Askep Mater
    Документ86 страниц
    Fix Form Askep Mater
    Kim Yoon Jae
    Оценок пока нет
  • Contoh SP Bi
    Contoh SP Bi
    Документ15 страниц
    Contoh SP Bi
    Yunda Cahyani
    Оценок пока нет
  • Contoh LP Bi
    Contoh LP Bi
    Документ10 страниц
    Contoh LP Bi
    Yunda Cahyani
    Оценок пока нет
  • Askep Osteoporosis Tugas
    Askep Osteoporosis Tugas
    Документ22 страницы
    Askep Osteoporosis Tugas
    Yunda Cahyani
    Оценок пока нет
  • Makala Gizi Dan Diet d3 Keperawatan
    Makala Gizi Dan Diet d3 Keperawatan
    Документ21 страница
    Makala Gizi Dan Diet d3 Keperawatan
    Yunda Cahyani
    Оценок пока нет
  • LP PDA
    LP PDA
    Документ13 страниц
    LP PDA
    keperawatan11111
    100% (1)
  • Cover
    Cover
    Документ1 страница
    Cover
    Yunda Cahyani
    Оценок пока нет
  • Pathway CA Cerviks
    Pathway CA Cerviks
    Документ2 страницы
    Pathway CA Cerviks
    Yunda Cahyani
    Оценок пока нет
  • Trend Masalah Kesehatan Fixxx
    Trend Masalah Kesehatan Fixxx
    Документ34 страницы
    Trend Masalah Kesehatan Fixxx
    Yunda Cahyani
    Оценок пока нет
  • LAPORAN OKSIGENASI
    LAPORAN OKSIGENASI
    Документ266 страниц
    LAPORAN OKSIGENASI
    Yunda Cahyani
    Оценок пока нет
  • LAPORAN OKSIGENASI
    LAPORAN OKSIGENASI
    Документ266 страниц
    LAPORAN OKSIGENASI
    Yunda Cahyani
    Оценок пока нет
  • LAPORAN OKSIGENASI
    LAPORAN OKSIGENASI
    Документ266 страниц
    LAPORAN OKSIGENASI
    Yunda Cahyani
    Оценок пока нет
  • Pathway DM New
    Pathway DM New
    Документ1 страница
    Pathway DM New
    Yunda Cahyani
    Оценок пока нет
  • Hepatitis
    Hepatitis
    Документ31 страница
    Hepatitis
    Yunda Cahyani
    Оценок пока нет
  • Desinfeksi dan Pencegahan Infeksi
    Desinfeksi dan Pencegahan Infeksi
    Документ10 страниц
    Desinfeksi dan Pencegahan Infeksi
    Yunda Cahyani
    Оценок пока нет
  • MAKALAH Konsep Kep. Paliatif
    MAKALAH Konsep Kep. Paliatif
    Документ11 страниц
    MAKALAH Konsep Kep. Paliatif
    Emmy Putri W
    Оценок пока нет
  • LP Hepatitis
    LP Hepatitis
    Документ30 страниц
    LP Hepatitis
    Yunda Cahyani
    Оценок пока нет
  • Surat LamaranSLTA
    Surat LamaranSLTA
    Документ1 страница
    Surat LamaranSLTA
    Yunda Cahyani
    Оценок пока нет
  • Contoh Artikel Non Ilmiah
    Contoh Artikel Non Ilmiah
    Документ3 страницы
    Contoh Artikel Non Ilmiah
    Yunda Cahyani
    80% (5)
  • Format Askep KMB
    Format Askep KMB
    Документ7 страниц
    Format Askep KMB
    Yunda Cahyani
    Оценок пока нет
  • Askep Stroke
    Askep Stroke
    Документ13 страниц
    Askep Stroke
    Yunda Cahyani
    Оценок пока нет
  • Format Askep KMB
    Format Askep KMB
    Документ7 страниц
    Format Askep KMB
    Yunda Cahyani
    Оценок пока нет
  • ASKEP KMB New
    ASKEP KMB New
    Документ16 страниц
    ASKEP KMB New
    Yunda Cahyani
    Оценок пока нет
  • Laporan Praktik UPT Pusdalops
    Laporan Praktik UPT Pusdalops
    Документ8 страниц
    Laporan Praktik UPT Pusdalops
    Yunda Cahyani
    Оценок пока нет