Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
HISPOPADIA
OLEH :
KELOMPOK IV
DENPASAR
2019
LAPORAN PENDAHULUAN HIPOSPADIA
A. Definisi
Hipospadia sendiri berasal dari dua kata yaitu “hypo” yang berarti “di bawah” dan
“spadon“ yang berarti keratan yang panjang. Suatu kelainan kelamin bawaan sejak
lahir dimana meatus uretra eksternus terletak di bagian bawah dari penis dan
letaknya lebih kearah pangkal penis dibandingkan normal (Soelarto, 2005).
B. Klasifikasi hipospadia
1. Tipe hipospadia yang lubang uretranya didepan atau di anterior
a. Hipospadia Glandular
b. Hipospadia Subcoronal
2. Tipe hipospadia yang lubang uretranya berada di tengah
a. Hipospadia Mediopenean
b. Hipospadia Peneescrotal
3. Tipe hipospadia yang lubang uretranya berada di belakang atau posterior
a. Hipospadia Perineal
C. Etiologi
Penyebabnya sebenarnya sangat multifaktor dan sampai sekarang belum diketahui
penyebab pasti dari hipospadia. Namun, ada beberapa factor yang oleh para ahli
dianggap paling berpengaruh antara lain :
1. Gangguan dan ketidakseimbangan hormone
Hormone yang dimaksud di sini adalah hormone androgen yang mengatur
organogenesis kelamin (pria). Atau biasa juga karena reseptor hormone
androgennya sendiri di dalam tubuh yang kurang atau tidak ada. Sehingga
walaupun hormone androgen sendiri telah terbentuk cukup akan tetapi apabila
reseptornya tidak ada tetap saja tidak akan memberikan suatu efek yang
semestinya. Atau enzim yang berperan dalam sintesis hormone androgen tidak
mencukupi pun akan berdampak sama.
2. Genetika
Terjadi karena gagalnya sintesis androgen. Hal ini biasanya terjadi karena mutasi
pada gen yang mengode sintesis androgen tersebut sehingga ekspresi dari gen
tersebut tidak terjadi.
3. Lingkungan
Biasanya faktor lingkungan yang menjadi penyebab adalah polutan dan zat yang
bersifat teratogenik yang dapat mengakibatkan mutas
F. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Foto polos abdomen atau KUB (Kidney Ureter Bladder) adalah foto screaning
untuk pemeriksaan kelainan – kelainan urologi
2. Pyelografi Intravena (PIV) atau Intra Venous Pyelografi (IVP) atau dikenal dengan
Intravenous Urografi melalui bahan – bahan kontras radio opak
3. USG Sistem Kemih Kelamin, Prinsip pemeriksaan ultrasonografi adalah
menangkap gelombang bunyi ultra yang dipantulkan oleh organ – organ yang
berbeda kepadatannya, ultrasonografi banyak dipakai untuk mencari kelainan –
kelainan pada ginjal, buli – buli, prostat, testis dan pemeriksaan pada kasus
keganasan
G. PENATALAKSANAAN
Diagnosis hipospadia biasanya jelas pada pemeriksaan inspeksi. Kadang-kadang
hipospadia dapat didiagnosis pada pemeriksaan ultrasound prenatal. Jika tidak
teridentifikasi sebelum kelahiran, maka biasanya dapat teridentifikasi pada
pemeriksaan setelah bayi lahir. Pada orang dewasa yang menderita hipospadia dapat
mengeluhkan kesulitan untuk mengarahkan pancaran urine. Chordee dapat
menyebabkan batang penis melengkung ke ventral yang dapat mengganggu hubungan
seksual. Hipospadia tipe perineal dan penoscrotal menyebabkan penderita harus miksi
dalam posisi duduk, dan hipospadia jenis ini dapat menyebabkan infertilitas.
Beberapa pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan yaitu urethtroscopy dan
cystoscopy untuk memastikan organ-organ seks internal terbentuk secara normal.
Excretory urography dilakukan untuk mendeteksi ada tidaknya abnormalitas
kongenital pada ginjal dan ureter.
Diagnosis bias juga ditegakkan berdasarkan pemeriksaan fisik. Jika
hipospadia terdapat di pangkal penis, mungkin perlu dilakukan pemeriksaan
radiologis untuk memeriksa kelainan bawaan lainnya. Bayi yang menderita
hipospadia sebaiknya tidak disunat. Kulit depan penis dibiarkan untuk digunakan
pada pembedahan. Rangkaian pembedahan biasanya telah selesai dilakukan sebelum
anak mulai sekolah. Pada saat ini, perbaikan hipospadia dianjurkan dilakukan
sebelum anak berumur 18 bulan. Jika tidak diobati, mungkin akan terjadi kesulitan
dalam pelatihan buang air pada anak dan pada saat dewasa nanti, mungkin akan
terjadi gangguan dalam melakukan hubungan seksual.
Untuk saat ini penanganan hipospadia adalah dengan cara operasi. Tujuan
operasi pada hipospadia adalah agar pasien dapat berkemih dengan normal, bentuk
penis normal dan memungkinkan fungsi seksual yang normal. Hasil pembedahan
yang diharapkan adalah penis yang lurus, simetris dan memiliki meatus uretra
eksternus pada tempat yang seharusnya, yaitu di ujung penis. Ada banyak variasi
teknik diantaranya :
1. Teknik tunneling Sidiq-Chaula dilakukan operasi 2 tahap, yaitu :
a. Tahap pertama eksisi dari chordee dan bisa sekaligus dibuatkan terowongan yang
berepitel pada glans penis. Dilakukan pada usia 1½-2 tahun. Penis diharapkan
lurus, tapi meatus masih pada tempat yang abnormal. Penutupan luka operasi
menggunakan preputium bagian dorsal dan kulit penis.
b. Tahap kedua dilakukan uretroplasti, 6 bulan pasca operasi, saat parut sudah lunak.
Dibuat insisi paralel pada tiap sisi uretra (saluran kemih) sampai ke glans, lalu
dibuat pipa dari kulit dibagian tengah. Setelah uretra terbentuk, luka ditutup
dengan flap dari kulit preputium dibagian sisi yang ditarik ke bawah dan
dipertemukan pada garis tengah. Dikerjakan 6 bulan setelah tahap pertama dengan
harapan bekas luka operasi pertama telah matang.
2. Teknik Horton dan Devine, dilakukan 1 tahap, yaitu :
Dilakukan pada anak lebih besar dengan penis yang sudah cukup besar dan dengan
kelainan hipospadi jenis distal (yang letaknya lebig ke ujung penis). Uretra dibuat
dari flap mukosa dan kulit bagian punggung dan ujung penis dengan pedikel (kaki)
kemudian dipindah ke bawah.
H. Komplikasi
Komplikasi awal yang terjadi adalah perdarahan, infeksi, jahitan yang terlepas,
nekrosis flap dan edema. Komplikasi lanjut yaitu :
1. Stenosis sementara karena edema atau hipertropi scar pada tempat anastomosis.
2. Kebocoran traktus urinaria karena penyembuhan yang lama.
3. Fistula uretrocutaneus
4. Striktur uretra
5. Adanya rambut dalam uretra
WOC
Gangguan
citra tubuh Gangguan
Pembedahan
eliminasi urin
Pre-OP Post-OP
Kurangnya info
Hospitalisasi Luka insisi Perawatan
mengenai kondisi
bedah luka yang
tidak adekuat
Gangguan (post -op)
Ansietas Nyeri Akut
pola tidur
Resiko
Terputusnya Infeksi
jaringan
Kerusakan
integritas kulit
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
HIPOSPADIA
A. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
1. Identitas
a. Usia
Ditemukan saat lahir
b. Jenis kelamin
hipospadia merupakan anomaly uretra yang paling sering terjadi pada laki-laki
dengan angka kemunculan 1:250 dari kelahiran hidup. (Brough, 2007: 130)
2. Keluhan Utama
Lubang penis tidak terdapat diujung penis, tetapi berada dibawah atau didasar
penis, penis melengkung kebawah, penis tampak seperti berkerudung karena
adanya kelainan pada kulit dengan penis, jika berkemih anak harus
duduk.(Muslihatum, 2010:163)
3. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Penyakit Sekarang
Pada umumnya pasien dengan hipospadia ditemukan adanya lubang kencing
yang tidak pada tempatnya sejak lahir dan tidak diketahui dengan pasti
penyebabnya.
b. Riwayat Penyakit Dahulu
Biasanya pasien dengan hipospadia ditemukan adanya penis yang
melengkung kebawah adanya lubang kencing tidak pada tempatnya sejak
lahir.
c. Riwayat Kongenital
1.Penyebab yang jelas belum diketahui.
2.Dihubungkan dengan penurunan sifat genetik.
3.Lingkungan polutan teratogenik.
4. Riwayat Kehamilan Dan Kelahiran.
Hipospadia terjadi karena adanya hambatan penutupan uretra penis pada
kehamilan minggu ke-10 sampai minggu ke-14.
5. Activity Daily Life
a. Nutrisi
Tidak ada gangguan
b. Eliminasi
anak laki-laki dengan hipospadia akan mengalami kesukaran dalam
mengarahkan aliran urinnya, bergantung pada keparahan anomali, penderita
mungkin perlu mengeluarkan urin dalam posisi duduk. Konstriksi lubang
abnormal menyebabkan obstruksi urin parsial dan disertai oleh peningkatan
insiden ISK
c. Hygiene Personal
d. Dibantu oleh perawat dan keluarga
e. Istirahat dan Tidur
Tidak ada gangguan
6. Pemeriksaan Fisik
a. Sistem kardiovaskuler
Tidak ditemukan kelainan
b. Sistem neurologi
Tidak ditemukan kelainan
c. Sistem pernapasan
Tidak ditemukan kelainan
d. Sistem integument
Tidak ditemukan kelainan
e. Sistem muskuloskletal
Tidak ditemukan kelainan
f. Sistem Perkemihan
1) Palpasi abdomen untuk melihat distensi vesika urinaria atau pembesaran pada
ginjal.
2) Kaji fungsi perkemihan
3) Dysuria setelah operasi
g. Sistem Reproduksi
1) Adanya lekukan pada ujung penis
2) Melengkungnya penis ke bawah dengan atau tanpa ereksi
3) Terbukanya uretra pada ventral
4) Pengkajian setelah pembedahan : pembengkakan penis, perdarahan, drinage.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Pre Operasi
1. Anxietas (anak dan orang tua) berhubungan dengan proses pembedahan
(uretroplasti)
Post Operasi
1. Nyeri berhubungan dengan proses pembedahan
2. Eliminasi urin berhubungan dengan proses pembedahan
3. Citra tubuh berhubungan dengan penyakit dan pembedahan
4. Kerusakan Integritas kulit berhubungan dengan kerusukan lapisan kulit (dermis)
akibat operasi
5. Gangguan pola tidur berhubungan dengan hospitalisasi
6. Resiko Infeksi (traktus urinarius) berhubungan dengan pemasangan kateter
C. INTERVENSI KEPERAWATAN
Diagnosea
No Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Keperawatan
Anxietas (anak dan orang Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama NIC :
1
tua) berhubungan dengan … x … jam diharapkan pasien :
Anxiety Reduction (Penurunan kecemasan )
proses pembedahan
NOC :
(uretroplasti) 1. Gunakan pendekatan yang menenangkan
1. Anxiety self-control 2. Nyatakan dengan jelas harapan terhadap perilaku
2. Anxiety level pasien
3. Coping 3. Jelasakan semua prosedur dan apa yang dirasakan
selama prosedur
Kriteria Hasil:
4. Temani pasien untuk memberikan keamanan dan
1. Keluarga mampu mengidentifikasi dan mengurangi takut
mengungkapkan gejala cemas 5. Dorong keluarga untuk menemani anak
2. Mengidentifikasi, mengungkapkan dan
mampu menunjukkan tehnik untuk control
cemas
3. Mengerti dengan penjelasan yang di
berikan perawat/dokter
4. Postur tubuh, ekspresi wajah, bahasa tubuh
dan tingkat aktivitas menunjukkan
berkurangnya kecemasan.
Nyeri berhubungan dengan Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama NIC :
2
proses pembedahan … x … jam diharapkan pasien :
1. Manajemen Nyeri
NOC :
1. Gali bersama pasien faktor- faktor yang dapat
1. Tingkat nyeri
menurunkan atau memperberat nyeri
Kriteria Hasil : 2. Beri informasi mengenai nyeri seperti penyebab
nyeri, berapa lama nyeri akan dirasakan, dan
1. Tidak ada nyeri yang dilaporkan
antisipasi dari ketikanyamanan akibat prosedur
2. Tidak ada ekspresi wajah nyeri
3. Tanda-tanda vital dalam kisaran 3. Ajarkan teknik non farmakologi (relaksasi) untuk
normal mengurangi nyeri
E. EVALUASI
Evaluasi keperawatan adalah mengkaji respon pasien setelah
dilakukan intervensi keperawatan dan mengkaji ulang asuhan
keperawatan yang telah diberikan (Deswani,2009)
Evaluasi keperawatan adalah kegiatan yang terus menerus
dilakukan untuk menentukan apakah rencana keperawatan efektif
dan bagaimana rencana keperawatan dilanjutkan, merevisi rencana
atau menghentikan rencana keperawatan (Nursalam,2009).
Daftar Pustaka
Carpenito, Linda Juall. (2001). Buku saku diagnosa keperawatan, Jakarta : EGC
Price, Sylvia A dan Wilson, Lorraine M. (2005) Pathofisiologi Konsep Klinis Proses
Penyakit, Jakarta : EGC
Rekso Prodjo, Soelarto. (2005) Ilmu Bedah. Jakarta : FKUI
Suriadi dan Yuliani, Rita. (2001). Askep Pada Anak, edisi 1. Jakarta : Fajar Interpretama
Smelzer, Suzane. (2002). Keperawatan Medikal Bedah, edisi 8. Jakarta : EGC
Herdman, T.H. 2015-2017. NANDA Internasional Inc. Diagnosis Keperawatan: definisi &
klasifikasi 2015-2017. Jakarta : EGC
Barbara J. Gruendemann & Billie Fernsebner. (2005). Buku Ajar Keperawatan Perioperatif
Vol. 2. Jakarta: EGC.