Вы находитесь на странице: 1из 8

Pendahuluan Oleh sebab itu pencegahan penyakit ini sangat penting dan

Tetanus merupakan penyakit infeksi akut yang perlu mendapat perhatian yang utama. Usaha yang
menunjukkan diri dengan gangguan neuromuskular akut ditempuh mengatasi penyakit ini adalah :
berupa trismus, kekakuan dan kejang otot disebabkan oleh a. Memberikan kekebalan aktif kepada semua orang
eksotosin spesifik dari kuman anaerob Clostridium tetani. b. Melakukan tindakan profilaksis tetanus terhadap orang
Tetanus dapat terjadi sebagai komplikasi luka, baik luka yang luka secara benar dan tepat.
besar maupun kecil, luka nyata maupun luka tersembunyi. c. Mengobati penderita tetanus dengan perawatan
Jenis luka yang mengundang tetanus adalah luka-luka intensif secara multidisipliner.
seperti Vulnus laceratum (luka robek), Vulnus Tetanus dapat terjadi sebagai komplikasi luka, baik luka
punctum (luka tusuk), combustion (luka bakar), fraktur besar maupun luka kecil, luka nyata maupun tersembunyi.
terbuka, otitis media, luka terkontaminasi, luka tali pusat. Tetanus merupakan penyakit akut yang disebabkan oleh
Diyakini bahwa Penyakit tetanus disebabkan kuman Clostridium tetani yang menghasilkan eksotoksin
oleh Clostridium tetani yaitu sejenis kuman gram positif bersifat anaerob. Clostridium tetani merupakan hasil gram
yang dalam keadaan biasa berada dalam bentuk spora dan positif, dan bersifat anaerob.
dalam suasana anaerob berubah menjadi bentuk vegetatif Jenis luka yang mengundang tetanus adalah luka – luka
yang memproduksi eksotoksin antara lain neurotoksin seperti vulnus laceratum (luka robek), vulnus
tetanospasmin dan tetanolysmin. Toksin inilah yang punctum (luka tusuk), combustio (luka bakar), fraktur
menimbulkan gejala – gejala penyakit tetanus. terbuka, otitis media, luka terkontaminasi, luka tali pusat.
Bentuk spora Clostridium tetani terdapat di sekitar kita Masa inkubasi penyakit ini adalah 1 – 54 hari, rata – rata 8
seperti pada tanah, rumput – rumput, kayu, kotoran hari. Semakin lambat debrimen dan penanganan
hewan dan manusia. Kuman ini untuk pertumbuhannya antitoksin, semakin pendek masa inkubasinya dan semakin
membutuhkan suasana anaerob yang akan terjadi apabila buruk pula prognosisnya. Kuman masuk ke dalam luka
luka dengan banyak jaringan nekrotik di dalamnya, atau melalui tanah, debu atau kotoran.
luka dengan pertumbuhan bakteri lain terutama bakteri Terdapat beberapa faktor yang memperburuk prognosis
pembuat nanah seperti Staphyloccus aureus. seperti masa inkubasi yang pendek, stadium penyakit yang
Istilah “ tetanus prone wound ” yaitu luka yang cenderung parahm penderita yang lanjut usia, neonatus, kenaikan
menyebabkan penyakit tetanus antara lain luka dengan suhu yang tinggi, pengobatan yang lambat, adanya
patah tulang terbuka, luka tembus, luka dengan berisi komplikasi seperti status konvulsivus, gagal jantung,
benda asing, terutama pecahan kayu, luka dengan infeksi fraktur vertebra, pneumonia.
pyogenic, luka dengan kerusakan jaringan yang luas, luka Ciri khas kejang pada tetanus yaitu kejang tanpa
bakar luas grade II dan III, luka superfisial yang nyata penurunan kesadaran. Dan awitan penyakit (waktu dari
berkontaminasi dengan tanah atau pupuk kotoran timbulnya gejala pertama sehingga terjadi kejang) adalah
binatang di mana luka itu terlambat lebih dari 4 jam baru 24 – 72 jam.
mendapat topical desinfektansia atau pembersihan secara Patogenesis dan Patofisiologi
bedah, abortus dengan septis, melahirkan dengan Clostridium tetani masuk ke dalam tubuh manusia melalui
pertolongan persalinan yang tidak adekuat, pemotongan luka. Semua jenis luka dapat terinfeksi oleh kuman tetanus
dan perawatan tali pusat tidak adekuat, gigitan binatang seperti luka laserasi, luka tusuk, luka tembak, luka bakar,
dengan banyak jaringan nekrotik, ulserasi kulit dengan luka gigit oleh manusia atau binatang, luka suntikan dan
jaringan nekrotik, segala macam tipe gangrena, operasi sebagainya. Pada 60 % dari pasien tetanus, port
bedah pada saluran cema mulai dari mulut sampai anus, d’entre terdapat didaerah kaki terutama pada luka tusuk.
otitis media puralenta. Masa inkubasi penyakit tetanus Infeksi tetanus dapat juga terjadi melalui uterus sesudah
tidak selalu sama tapi pada umumnya 8 – 12 hari, akan persalinan atau abortus provokatus. Pada bayi baru
tetapi dapat juga 2 hari atau beberapa minggu bahkan lahir Clostridium tetani dapat melalui umbilikus setelah tali
beberapa bulan. Bertambah pendek masa inkubasi pusat dipotong tanpa memperhatikan kaidah asepsis
bertambah berat penyakit yang ditimbulkannya. antisepsis. Otitis media atau gigi berlubang dapat dianggap
Penyakit tetanus tidak menimbulkan kekebalan pada sebagai port d’entre, bila pada pasien tetanus tersebut
orang yang telah diserangnya. Angka kematian penderita tidak dijumpai luka yang diperkirakan sebagai tempat
tetanus sangat tinggi sekitar 50 %, angka itu akan masuknya kuman tetanus. Bentuk spora akan berubah
bertambah besar pada rumah sakit yang belum lengkap menjadi bentuk vegetatif bila lingkungannya
peralatan perawatan intensifnya, mungkin lebih rendah memungkinkan untuk perubahan bentuk tersebut dan
pada rumah sakit dengan perawatan intensif yang sudah kemudian mengeluarkan ekotoksin. Kuman tetanusnya
lengkap. sendiri tetap tinggal di daerah luka, tidak ada penyebaran
kuman. Kuman ini membentuk dua macam eksotoksin
yang dihasilkan yaitu tetanolisin dan tetanospasmin. aminobutyric acid (GABA) dan glisin, neurotransmitter
Tetanolisin dalam percobaan dapat menghancurkan sel inhibitor utama, sangat sensitif terhadap tetanospasmin,
darah merah tetapi tidak menimbulkan tetanus secara menyebabkan kegagalan penghambatan refleks respon
langsung melainkan menambah optimal kondisi lokal motorik terhadap rangsangan sensoris. Kekakuan mulai
untuk berkembangnya bakteri. Tetanospasmin terdiri dari pada tempat masuknya kuman atau pada otot masseter
protein yang bersifat toksik terhadap sel saraf. Toksin ini (trismus), pada saat toxin masuk ke sumsum tulang
diabsorbsi oleh end organ saraf di ujung saraf motorik dan belakang terjadi kekakuan yang berat, pada extremitas,
diteruskan melalui saraf sampai sel ganglion dan susunan otot-otot bergari pada dada, perut dan mulai timbul
saraf pusat. Bila telah mencapai susunan saraf pusat dan kejang. Bilamana toksin mencapai korteks serebri,
terikat dengan sel saraf, toksin tersebut tidak dapat menderita akan mulai mengalami kejang umum yang
dinetralkan lagi. Saraf yang terpotong atau berdegenerasi, spontan. Karakteristik dari spasme tetani ialah
lambat menyerap toksin, sedangkan saraf sensorik sama menyebabkan kontraksi umum kejang otot agonis dan
sekali tidak menyerap. antagonis. Racun atau neurotoksin ini pertama kali
menyerang saraf tepi terpendek yang berasal dari system
saraf kranial, dengan gejala awal distorsi wajah dan
punggung serta kekakuan dari otot leher.
Tetanospasmin pada system saraf otonom juga
Tetanus disebabkan neurotoksin (tetanospasmin) verpengaruh, sehingga terjadi gangguan pernapasan,
dari bakteri Gram positif anaerob, Clostridium tetani, metabolism, hemodinamika, hormonal, saluran cerna,
dengan mula-mula 1 hingga 2 minggu saluran kemih, dan neuromuscular. Spasme larynx,
setelah inokulasi bentuk spora ke dalam tubuh yang hipertensi, gangguan irama janjung, hiperflexi,
mengalami cedera/luka (masa inkubasi). Penyakit ini hyperhidrosis merupakan penyulit akibat gangguan saraf
merupakan 1 dari 4 penyakit penting ototnom, yang dulu jarang karena penderita sudah
yang manifestasi klinis utamanya adalah hasil dari meninggal sebelum gejala timbul. Dengan penggunaan
pengaruh kekuatan eksotoksin (tetanus, gas ganggren, diazepam dosis tinggi dan pernapasan mekanik, kejang
dipteri, botulisme). Tempat masuknya kuman penyakit ini dapat diatasi namun gangguan saraf otonom harus
bisa berupa luka yang dalam yang berhubungan dengan dikenali dan di kelola dengan teliti.
kerusakan jaringan lokal, tertanamnya benda asing atau Tetanospasmin adalah toksin yang menyebabkan spasme,
sepsis dengan kontaminasi tanah, lecet yang dangkal dan bekerja pada beberapa level dari susunan syaraf pusat,
kecil atau luka geser yang terkontaminasi tanah, trauma dengan cara :
pada jari tangan atau jari kaki yang berhubungan Toksin menghalangi neuromuscular
dengan patah tulang jari dan luka pada pembedahan dan transmission dengan cara menghambat pelepasan acethyl-
pemotonga tali pusat yang tidak steril. choline dari terminal nerve di otot.
Pada keadaan anaerobik, spora bakteri ini akan Karakteristik spasme dari tetanus terjadi
bergerminasi menjadi sel vegetatif bila dalam lingkungan karena toksin mengganggu fungsi dari refleks synaptik di
yang anaerob, dengan tekanan oksigen jaringan yang spinal cord.
rendah. Selanjutnya, toksin akan diproduksi dan menyebar Kejang pada tetanus, mungkin disebabkan
ke seluruh bagian tubuh melalui peredaran darah dan pengikatan dari toksin oleh cerebral ganglioside.
sistem limpa. Toksin tersebut akan beraktivitas pada Beberapa penderita mengalami gangguan dari Autonomik
tempat-tempat tertentu seperti pusat sistem saraf Nervous System (ANS ) dengan gejala : berkeringat,
termasuk otak. Gejala klinis timbul sebagai dampak hipertensi yang fluktuasi, periodisiti takikhardia, aritmia
eksotoksin pada sinaps ganglion spinal dan neuromuscular jantung, peninggian cathecholamine dalam urine.
junction serta syaraf autonom. Toksin dari tempat luka Timbulnya kegagalan mekanisme inhibisi yang normal,
menyebar ke motor endplate dan setelah masuk lewat yang menyebabkan meningkatnya aktifitas dari neuron
ganglioside dijalarkan secara intraaxonal ke dalam sel saraf yang mensarafi otot masetter sehingga terjadi trismus.
tepi, kemudian ke kornu anterior sumsum tulang Oleh karena otot masetter adalah otot yang paling sensitif
belakang. Akhirnya menyebar ke SSP. Gejala klinis yang terhadap toksin tetanus tersebut. Stimuli terhadap afferen
ditimbulakan dari eksotoksin terhadap susunan saraf tepi tidak hanya menimbulkan kontraksi yang kuat, tetapi juga
dan pusat tersebut adalah dengan memblok pelepasan dihilangkannya kontraksi agonis dan antagonis sehingga
dari neurotransmiter sehingga terjadi kontraksi otot yang timbul spasme otot yang khas .
tidak terkontrol/ eksitasi terus menerus dan spasme. Ada dua hipotesis tentang cara bekerjanya toksin, yaitu:
Neuron ini menjadi tidak mampu untuk melepaskan
neurotransmitter. Neuron, yang melepaskan gamma
1. Toksin diabsorbsi pada ujung syaraf motorik dari melalui Stadium 4 : kejang spontan
sumbu silindrik dibawa kekornu anterior susunan syaraf Prinsip – prinsip Umum Profilaksis
pusat Pertimbangan individual penderita. Pada setiap
2. Toksin diabsorbsi oleh susunan limfatik, masuk kedalam penderita luka harus ditentukan apakah perlu tindakan
sirkulasi darah arteri kemudian masuk kedalam susunan profilaksis terhadap tetanus dengan mempertimbangkan
syaraf pusat. keadaan / jenis luka, dan riwayat imunisasi.
Akibat dari tetanus adalah rigid paralysis (kehilangan Debridemen. Tanpa memperhatikan status imunisasi.
kemampuan untuk bergerak) pada voluntary muscles (otot Eksisi jaringan yang nekrotik dan benda asing harus
yang geraknya dapat dikontrol), sering disebut lockjaw dikerjakan untuk semua jenis luka.
karena biasanya pertama kali muncul pada otot rahang Imunisasi aktif. Tetanus toksoid (TFT = VST = vaksin serap
dan wajah. Kematian biasanya disebabkan oleh kegagalan tetanus) diberikan dengan dosis sebanyak 0,5 cc IM,
pernafasan dan rasio kematian sangatlah tinggi. diberikan 1 x sebulan selama 3 bulan berturut – turut.
Tanda – tanda dan gejala – gejala klinis DPT (Dephteri Pertusis Tetanus) terutama diberikan pada
Gejala pertama biasanya rasa sakit pada luka, diikuti anak. Diberikan pada usia 2 – 6 bulan dengan dosis
trismus (kaku rahang, sukar membuka mulut lebar – sebesar 0,5 cc IM, 1 x sebulan selama 3 bulan berturut –
lebar), rhisus sardonicus (wajah setan). Kemudian diikuti turut. Booster diberikan pada usia 12 bulan, 1 x 0,5 cc IM,
kaku buduk, kaku otot perut, gaya berjalan khas seperti dan antara umur 5 – 6 tahun 1 x 0,5 cc IM.
robot, sukar menelan, dan laringospasme. Pada keadaan Tetanus toksoid. Imunisasi dasar dengan dosis 0,5 cc IM,
yang lebih berat terjadi epistothonus (posisi cephalic yang diberikan 1 x sebulan selama 3 bulan berturut –
tarsal), di mana pada saat kejang badan penderita turut. Booster (penguat) diberikan 10 tahun kemudian
melengkung dan bila ditelentangkan hanya kepada dan setelah suntikan ketiga imunisasi dasar, selanjutnya setiap
bagian tarsa kaki saja yang menyentuh dasar tempat 10 tahun setelah pmberian booster di atas.
berbaring. Setiap penderita luka harus mendapat tetanus toksoid IM
Dapat terjadi spasme diafragma dan otot – otot pada saat cedera, baik sebagai imunisasi dasar maupun
pernapasan lainnya. Pada saat kejang penderita tetap sebagai booster, kecuali bila penderita telah mendapatkan
dalam keadaan sadar. Suhu tubuh normal hingga booster atau menyelesaikan imunisasi dasar dalam 5
subfebris. Sekujur tubuh berkeringat. tahun, terakhir.
Imunisasi Pasif. ATS (Anti Tetanus Serum), dapat
merupakan antitoksin bovine (asal lembu) maupun
Karakteristik Penyakit antitoksin equine (asal kuda). Dosis yang diberikan untuk
Kejang – kejang bertambah beram selama tiga hari orang dewasa adalah 1500 IU per IM, dan untuk anak
pertama, menetap selama 5 – 7 hari. Setelah 10 hari, adalah 750 IU per IM.
frekuensi kejang mulai berkurang, setelah 2 minggu kejang Human Tetanus Immunoglobuline (asal manusia), terkenal
menghilang. Dan kaku otot hilang paling cepat mulai di pasaran dengan nama Hypertet. Dosis yang diberikan
minggu ke-4. untuk orang dewasa adalah 250 IU per IM (setara dengan
1500 IU ATS), sedang untuk anak – anak adalah 125 IU per
IM. Hypertet diberikan bila penderita alergi terhadap ATS
Stadium Tetanus yang diolah dari hewan.
Berdasarkan gejala klinisnya maka stadium klinis tetanus Pemberian imunisasi pasif tergantung dari sifat luka,
dibagi menjadi stadium klinis pada anak dan stadium klinis kondisi penderita, dan status imunisasi.
pada orang dewasa. Pasien yang belum pernah mendapat imunisasi aktif
Stadium klinis pada anak. Terdiri dari : maupun pasif, merupakan keharusan untuk diimunisasi.
Stadium 1, dengan gejala klinis berupa trisnus (3 cm) Pemberian imunisasi secara IM, jangan sekali – kali secara
belum ada kejang rangsang, dan belum ada kejang IV.
spontan. Kerugian hypertet adalah harganya yang mahal, sedangkan
Stadium 2, dengan gejala klinis berupa trismus (3 cm), keuntungannya pemberiannya tanpa didahului tes
kejang rangsang, dan belum ada kejang spontan. sensitivitas.
Stadium 3, dengan gejala klinis berupa trismus (1 cm), Tindakan profilaksis
kejang rangsang, dan kejang spontan.
Mendapat IA yang
Stadium klinis pada orang dewasa. Terdiri dari : Belum IA lengkap
Stadium 1 : trisnus atau
Stadium 2 : opisthotonus Jenis Luka sebagian 1–5 5– > 10
Stadium 3 : kejang rangsang
mencegah keadaan anaerob. Bila perlu di sekitar luka
tahu 10 tahu
dapat disuntikan ATS.
n tahu n
Pemberian antibiotika. Obat pilihannya adalah Penisilin,
n
dosis yang diberikan untuk orang dewasa adalah sebesar
Mulai atau 1,2 juta IU/8 jam IM, selama 5 hari, sedang untuk anak –
melengka anak adalah sebesar 50.000 IU/kg BB/hari, dilanjutkan
pi IA toks. hingga 3 hari bebas panas.
0,5 cc Bila penderita alergi terhadap penisilin, dapat diberikan
Ringan, hingga Toks. Toks. tetrasiklin. Dosis pemberian tetrasiklin pada orang dewasa
bersih lengkap - 0,5 cc 0,5 cc adalah 4 x 500 mg/hari, dibagi dalam 4 dosis.
Pengobatan dengan antibiotika ditujukan untuk bentuk
ATS vegetatif clostridium tetani, jadi sebagai pengobatan
Berat, ATS 1500 1500 radikal, yaitu untuk membunuh kuman tetanus yang masih
bersih, atau IU IU ada dalam tubuh, sehingga tidak ada lagi sumber
cenderung Toks. 0,5 Toks. Toks. Toks. eksotoksin.
tetanus cc 0,5 cc 0,5 cc 0,5 cc ATS atau HTIG ditujukan untuk mencegah eksotoksin
berikatan dengan susunan saraf pusat (eksotoksin yang
ATS 1500 berikatan dengan susunan saraf pusat akan menyebabkan
Cenderung IU ATS kejang, dan sekali melekat maka ATS / HTIG tak dapat
tetanus, Toks. 0,5 1500 menetralkannya. Untuk mencegah terbentuknya
debrimen cc IU eksotoksin baru maka sumbernya yaitu
terlambat, Hingga Toks. Toks. kuman clostridium tetani harus dilumpuhkan, dengan
m atau lengkap Toks. 0,5 cc 0,5 cc antibiotik.
tidak bersih ABT 0,5 cc ABT ABT Penaggulangan Kejang. Dahulu dilakukan isolasi karena
Keterangan : suara dan cahaya dapat menimbulkan serangan kejang.
ATS 1500 IU setara dengan HTIG (Humane Tetanus Saat ini prinsip isolasi sudah ditinggalkan, karena dengan
Immunoglobuline) 250 IU. pemberian anti kejang yang memadai maka kejang dapat
Pada anak – anak dosis ATS = dosis dewasa dicegah.
IA = Imunisasi aktif (dengan toksoid) Dosis Orang
Toks = Toksoid (vaksin serap tetanus) Jenis Obat Dosis Anak – anak Dewasa
ABT = antibiotika dosis tinggi yang sesuai untuk
Clostridium tetani Mula – mula 60 –
100 mg IM,
Penatalaksanaan tetanus
kemudian 6 x 30 mg
Terdiri atas : per oral.
1. Pemberian antitoksin tetanus Fenobarbital Maksimum 200 3 x 100 mg
2. Penatalaksanaan luka (Luminal) mg/hari IM
3. Pemberian antibiotika
4. Penanggulangan kejang 4 – 6 mg/kg
5. Perawatan penunjang BB/hari, mula –
6. Pencegahan komplikasi Klorpromazin mula IM, kemudian
(Largactil) per oral 3 x 25 mg IM
Pemberian antitoksin tetanus. Pemberian serum dalam
dosis terapetik untuk ATS bagi orang dewasa adalah Mula – mula 0,5 – 1
sebesar 10.000 – 20.000 IU IM dan untuk anak – anak mg/kg BB IM,
sebesar 10.000 IU IM, untuk hypertet bagi orang dewasa kemudian per oral
adalah sebesar 300 IU – 6000 IU IM dan bagi anak – anak 1,5 – 4 mg/kg
sebesar 3000 IU IM. Pemberian antitoksin dosis terapetik Diazepam BB/hari, dibagi
selama 2 – 5 hari berturut – turut. (Valium) dalam 6 dosis 3 x 10 mg IM
Penatalaksanaan luka. Eksisi dan debridemen luka yang
3 x 500 –
dicurigai harus segera dikerjakan 1 jam setelah terapi sera
100 mg per
(pemberian antitoksin tetanus). Jika memungkinkan dicuci Klorhidrat - rectal
dengan perhydrol. Luka dibiarkan terbuka untuk
Bila kejang belum juga teratasi, dapat digunakan pelemas
otot (muscle relaxant) ditambah alat bantu pernapasan
(ventilator). Cara ini hanya dilakukan di ruang perawatan Penderita yang hipersensitif terhadap ATS Hewan. Pada
khusus (ICU = Intesive Care Unit) dan di bawah penderita ini terdapat 3 kemungkinan, yaitu : (1)
pengawasan seorang ahli anestesi. pemberian hypertet (HTIG), (2) pemberian ATS hewan
Perawatan penunjang. Yaitu dengan tirah baring, diet per secara desensitisasi (cara Bedreska), (3) ATS tidak
sonde, dengan asupan sebesar 200 kalori / hari untuk diberikan.
orang dewasa, dan sebesar 100 kalori/kg BB/hari untuk Desensitisasi cara Bedreskad
anak – anak, bersihkan jalan nafas secara teratur, berikan Adalah pemberian ATS pada penderita yang hipersensitif
cairan infus dan oksigen, awasi dengan seksama tanda – terhadap penyuntikan langsung, tetapi tidak dapat diberi
tanda vital (seperti kesadaran, keadaan umum, tekanan HTIG karena suatu hal. Dalam hal ini wajib memberikan
darah, denyut nadi, kecepatan pernapasan), trisnus ATS dengan pertimbangan kemungkinan terjadinya
(diukur dengan cm setiap hari), asupan / keluaran tetanus pada luka besar. Pada cara Bedreska ini,
(pemasukan dan pengeluaran cairan), temperatur, pengawasan dilakukan bertahap. Bila timbul reaksi hebat,
elektrolit (bila fasilitas pemeriksaan memungkinkan), pemberian tidak boleh diteruskan.
konsultasikan ke bagian lain bila perlu. Cara pemberiannya sebagai berikut :
Pencegahan komplikasi. Mencegah anoksia otak dengan 1. 0,1 cc serum + 0,9 cc akuades atau NaC1 0,9 %
(1) pemberian antikejang, sekaligus mencegah disuntikkan secara subkutanm tunggulah selama 30 menit.
laringospasme, (2) jalan napas yang memadai, bila perlu 2. Sesudahnya, suntikkan 0,5 cc serum + 0,5 cc serum
lakukan intubasi (pemasangan tuba endotrakheal) atau +0,5 cc akuades atau NaC1 0,9 % secara subkutan,
lakukan trakheotomi berencana, (3) pemberian oksigen. tunggulah 30 menit. Perhatikan reaksi. Bila tampak tanda
Mencegah pneumonia dengan membersihkan jalan napas – tanda penderita hipersensitif (tanda profromalsyok
yang teratur, pengaturan posisi penderita berbaring, anafilaktik), hentikan pemberian, dan berikan antihistamin
pemberian antibiotika. Mencegah fraktur vertebra dengan serta kortikosteroid. Rawat penderita sesuai keadaannya.
pemberian antikejang yang memadai. 3. Bila tidak ada reaksi berarti setelah 30 menit sisa
Komplikasi serum dapat disuntikkan secara intramuskuler.
Komplikasi yang mungkin timbul adalah Desensitisasi ini bertahan selama 2 – 3 minggu, jadi bila
: pneumonia, terutama karena aspirasi : asfiksi, terutama keesokan harinya atau hari – hari berikutnya (dalam masa
pada saat kejang, status konvulsivus, fraktur 2 – 3 minggu tersebut) perlu dilakukan suntikan ulangan,
vertebra, akibat kejang. maka cara Bersredka tak perlu diiulangi. Pada cara
Beberapa pertimbangan Besredka, sebaiknya perlengkapan P3K yaitu obat yag
Pengobatan dengan ATS hingga saat ini belum jelas diperlukan untuk menanggulangi syok anafilaktik tetap
hasilnya, karena itu ada ahli yang menggunakan dan ada tersedia.
yang tidak menggunakannya. Bila digunakan, A. Memberikan kekebalan aktif kepada semua orang
keberatannya adalah mengenai harga, tetapi bila Yang dimaksud dengan semua orang di sini mulai dari bayi
digunakanpun tidak berbahaya kecuali pada penderita sampai orang tua berumur puluhan tahun, bahkan bayi
yang hipersensitif. Kemampuan perlindungan ATS ini sebelum lahirpun sudah harus diberi kekebalan melalui ibu
hanya berlangsung selama 2 – 3 minggu saja. yang sedang hamil.
Tes Sinsitivitas terhadap ATS Pokoknya semua penduduk haruslah sudah mempunyai
Dilakukan untuk mengetahui apakah seorang penderita kekebalan terhadap tetanus. Caranya dengan
tahan terhadap ATS hewan atau tidak. Untuk melakukan menyuntikkan toksoid tetanus (dimurnikan) = vaccin serap
tes tersebut ada dua cara yaitu tes kulit (skin test dan tes tetanus = tetanus toxoidum punficatum sebanyak 0,5 cc
mata / eye test). intra muskuler.
Tes kulit. Sering dilakukan (lebih disukai dari pada tes Untuk immunisasi dasar 3 kali berturut – turut dengan
mata). Caranya yaitu 0,1 cc serum diencerkan dengan interval antara suntikan pertama dengan kedua 4 – 6
akuades atau cairan NaC1 0,9 % menjadi 1 cc. Suntikkan minggu, antara kedua dengan ketiga 6 bulan. Immunisasi
0,1 cc dari larutan yang telah diencerkan tadi pada lengan dasar sudah boleh dimulai waktu anak berumur sekitar 4
bawah sebelah voler secara intrakutan, tunggulah selama bulan yang dapat diberikan bersama vaksin diphteri,
15 menit. Reaksi positif (penderita hipersensitif terhadap pertusis dalam bentuk vaksin DTP atau DT atau diberikan
serum) bila terjadi infiltrat / indurasi dengan diameter terpisah – pisah. Kalau seseorang belum pernah
lebih besar dari 10 mm (1 cm), yang dapat disertai rasa mendapatkannya maka imunisasi dasar dapat dilakukan
panas dan gatal. kapan saja sepanjang hidupnya, dengan dosis dan interval
Tes mata. Caranya yaitu dengan meneteskan 1 tetes yang sama seperti di atas. Seseorang yang telah mendapat
cairan serum pada mata, tunggulah 15 menit. Reaksi immunisasi dasar lengkap (3 kali suntikan) maka dalam
positif bila mata merah dan bengkak. jangka waktu 10 tahun setelah suntikan terakhir,
kandungan antitoksin tetanus dalam serum darahnya 3. Pemberian antitoksin tetanus
berada di atas garis perlindungan minimal (=minimum 4. Pemberian antibiotika dan identifikasi catatan medis
protective level) yaitu garis 0,01 i.u/ml, jadi orang itu emergency
dianggap sudah terlindung terhadap tetanus. 1. Pemberian vaksin tetanus
Setelah suntikan pertama kali timbul rangsangan terhadap Pemberian ini ditujukan sebagai booster terhadap pasien
tubuh untuk membentuk antitoksin tetanus. Dia terdapat yang luka yang telah mendapat vaksinasi tetanus
dalam serum setelah 7 hari suntikan pertama, kemudian sebelumnya, tujuannya untuk menaikkan titer antitoksin
titernya menarik dan pada hari ke-28. Kalau pada hari ke- dan akan memberikan perlindungan yang efektif dalam
28 itu diberikan suntikan kedua, titernya akan menanjak jangka waktu yang lama.
terus dan akan mencapai 1,0 i.u pada hari ke 60 yaitu jauh Pemberian vaksin tetanus pada saat luka terhadap pasien
di atas garis proteksi minimal walau kemudian ada yang sama sekali belum pernah divaksinasi terhadap
penurunan, diperkirakan titer itu akan tetap berada di atas tetanus, tidaklah dapat menjamin perlindungan terhadap
garis proteksi minimal selama 5 tahun. Bila suntikan tetanus, karena untuk mendapatkan antitoksin dalam
ketiga diberikan 6 bulan sesudah suntikan kedua, titernya serum sampai di garis proteksi minimal dibutuhkan waktu
jauh lebih tinggi, walau kemudian akan ada penurunan, 2 – 3 minggu, sedangkan masa inkubasi tetanus ada yang
tetapi tetap berada di atas garis proteksi minimal sampai lebih cepat. Dalam hal inilah diperlukan pemberian
10 tahun, bahkan 15 – 20 tahun yang didapatkan pada 85 antitoksin (immunisasi pasif) bersamaan dengan
– 95 % personil perang dunia kedua. pemberian toksodi tetanus tadi.
2. Perawatan luka secaa bedah yang benar
Walau demikian untuk proteksi terhadap penyakit perlu Pencegahan secara bedah ini bertujuan untuk membuang
dilakukan suntikan booster setiap 5 tahun paling lambat clostridium tetani yang berkontak dengan luka, membuang
10 tahun atau setiap seseorang luka di mana diperkirakan jaringan yang tidak vital lagi untuk mencegah suasana
titer antitoksin tetanus dalam serumnya sudah mulai anaerob, dan sebaik mungkin melakukan rekonstruksi luka
menurun walau masih di atas garis proteksi minimal sehingga terjadi suasana aerob. Untuk mencapai maksud
terutama untuk luka yang disebut “ tetanus prona wound tersebut diperlukan :
”. Pemberian booster akan menaikkan titer antitoksin 1. Luka dirawat secepat mungkin
berlipat ganda jumlahnya. (lihat Gambar 2) 2. Teknik aseptik dengan memakai sarung tangan steril,
Ada istilah proteksi persial terhadap tetanus, maksudnya mencuci kulit sekitar luka dengan cairan yang cukup
ialah : sebelum tindakan bedah.
a. Orang – orang yang telah mendapat suntikan vaksin 3. Menutup luka dengan kasa steril waktu mencuci luka
tetanus sebanyak 3 kali, tetapi suntikan terakhir sudah tadi.
lebih dari 10 tahun. 4. Cahaya haruslah cukup agar secara cermat
b. Orang – orang yang telah mendapat vaksin tetanus 2 mengidentifikasi jaringan yang vital seperti saraf dan
kali dan waktunya telah lebih dari 5 tahun. pembuluh darah.
c. Orang – orang yang mendapat suntikan hanya 1 kali 5. Instrumen harus lengkap, pembantu cukup agar
saja. penarikan jaringan secara halus untuk mencegah
Perlu dijelaskan bahwa toksin tetanus (dimumikan) tidak kerusakan jaringan yang lebih besar.
akan menimbulkan reaksi hipersensitif terhadap orang 6. Perdarahan dikontrol dengan instrumen yang tepat
yang disuntik, karena itu dapat diberikan berulang kali, dan benang yang cukup kecil agar jaringan nekrotik
sangat jarang ada reaksi allergi, kalaupun ada reaksinya minimum yang tinggal di dalam luka.
ringan saja. 7. Jaringan diperlukan secara halus agar jaringan
Kepada semua dokter dan petugas kesehatan bertanggung menambah jaringan nekrotik dalam luka.
jawab untuk memberikan vaksinasi tetanus terhadap 8. Diberikan secara komplit dengan memakai pisau untuk
anggota masyarakat yang berada di bawah salah seorang meratakan pinggir luka yang compang – camping,
anggotanya menderita tetanus maka pertama – tama mengangkat jaringan yang sudah diragukan vitalitasnya,
salah dalam hal ini adalah dokter perusahaan tersebut, mengangkat benda asing sampai tidak ada yang tertinggal.
mengapa dia lalai memberikan kekebalan aktif terhadap 3. Pemberian antitoksin tetanus
anggota yang menjadi tanggung jawabnya. Antitoksin tetanus pada dasarnya ada 2
B. Melakukan profilaksi tetanus terhadap orang yang a. Heterologous antitoksin
luka secara benar dan tepat b. Tetanus immun Globulin (human)
Ada 4 faktor yang perlu diperhatikan : Heterologous antitoksin (ATS) diambil dari serum kuda
1. Pemberian vaksin tetanus yang telah divaksinasikan sebelumnya. Jadi mengandung
2. Perawatan luka secara bedah yang benar protein kuda (protein asing) dan pemberian kedua dan
seterusnya menimbulkan reaksi sensitivity yang hebat 1. Sudah pernahkah pasien mendapat immunisasi
sampai dapat terjadi anafilaktik shock. Oleh sebab itu aktif terhadap tetanus ?
sebelum pemberian perlu ditest lebih dahulu. 2. Kalau sudah pernah kapan didapatkan ?
Tetanus Immun Globulin (human) 3. Adakah reaksi terhadap tetanus toksoid itu ?
Diambil dari serum manusia. Dalam perdagangan 4. Perlukah orang itu diberikan antitoksin ?
bermacam – macam nama seperti Hu-Tet, Hyper-Tet, 5. Pemberian antibiotika penicilin atau tetrasiklin
Homo-Tet dan sebagainya. Jenis ini jarang sekali selama 5 hari.
menimbulkan reaksi hipersensitivity, kalau ada sangat INDIKASI IMMUNISASI
ringan antitoksin diberikan harus dengan indikasi yang
LUKA BERSIH LUKA KOTOR
jelas.
Indikasi pemberian antitoksin tetanus adalah : DATA Tetanus Tetanus Tetanus Tetanus
1. Luka yang kotor atau tetanus proma wound yang VAKSINASI Toksoid Antitoksin Toksoid Atoksin
terjadi pada orang yang belum pernah mendapat
immunisasi aktif, atau orang itu dengan proteksi tetanus Tidak
pernah
persial. mendapat
2. Pengobatan pasien dengan tetanus. vaksinasi
Dosis pemberian tetanus immuno-globulin (human) untuk atau tidak
profilaksis adalah : diketahui Ya Tidak Ya Ya

- Orang dewasa Satu kali


: 250 u – 500 u mendapat
- Anak di atas 10 tahun : 250 u vaksinasi
- Anak 5 – 10 tahun : tetanus Ya Tidak Ya Ya

125 u Dua kali


- Anak di bawh\ag 5 tahun : 75 u mendapat
Tetanus immuno-globulin (human) ini bertahan dalam vaksinasi
darah selama 1 bulan. Untuk pengobatan penderita tetanus Ya Tidak Ya Ya

tetanus diberikan dosis 3000 – 6000 unit intra muskuler Tiga kali
pada otot gluteus, sebagian diinfitrasikan sekitar luka. mendapat
Antitoksin serum kuda (ATS) diberikan bila human vaksinasi
antitoksin tidak ada, dosisnya untuk profilaksis 1500 – tetanus Tidak/Ya Tidak Tidak/Ya Tidak/Ya
3000 unit bagi orang dewasa, anak – anak sesuai umur. C. Mengobati penderita tetanus dengan perawatan
ATS bertahan dalam darah 7 – 14 hari. Untuk pengobatan intensif secara multidisipliner. Setelah D/ ditegakkan
penderita tetanus dosis ATS adalah 20.000 – 40.000 unit. ditentukan klasifikasi penyakit apakah ringan, sedang atau
Antitoksin untuk profilaksis diberikan secara simultan berat. Klasifikasi ini sebagai dasar untuk menentukan
dengan vaksin tetanus tetapi dengan spuit dan jarum yang pegangan klinik dan penangan pernafasan dan
berbeda, juga tempat penyuntikan harus berbeda, kardiovaskuler sebagai komplikasi penyakit ini. Tetanus
gunanya agar jaringan terjadi aglutinasi antara keduanya. ringan ditangani secara konservatif, tetanus sedang dan
Grafik titer antitoksin dalam serum sesudah pemberian berat di tangani dengan intubasi endotrakheal dan / atau
toksoid saja, antitoksin saja, toksoid dan antitoksin secara trekhostomi selama pemberian positif pressure ventilasi.
simultan. Segera setelah diagnosa ditegakkan pasien dibawa ke
4. ruangan intensif di mana personelnya telah trampil
Pemberian menangani problem pernafasan dan resusitasi jantung.
antibiotika Diberikan obat – obat untuk mencegah kejang, diberikan
dan antitoksin tetanus, sebaiknya tetano immun globutin
identifikasi (human), bila terpaksa baru diberikan ATS.
Pemberian : catatan Debridement luka dilakukan 1 – 2 jam setelah pemberian
1. Toksoid saja medis antitoksin, guna mencegah bertambah banyak neurotoksin
2. Antitoksin saja emergency tetanospasmin yang lepas dan terikat pada susunan saraf
3. Toksoid dan Pasien pusat. Perlu diingat bahwa neurotoksin tetanospasmin
antitoksin dengan luka yang telah terikat pada susunan saraf pusat tidak dapat
haruslah dinetralisir lagi.
ditanyakan dan dicatat : Pemberian antibiotika, menjaga pernafasan, penanganan
kardiovaskuler, perawatan, lancarnya pasage usus,
penanganan metabolisme dan makan. Beberapa buku Mardjono, mahar. Neurologi Klinis Dasar. Dian
masih menyatakan perawatan penderita dalam kamar Rakyat, Jakarta:2004. 322.
gelap. Sebetulnya halnitu lebih banyak ruginya daripada http://emedicine.medscape.com/article/786414
untung, bagaimana perawatan yang benar dapat -overview
dilaksanakan dalam kamar yang gelap di man harus BUKU Ajar Ilmu Bedah . De Jong dkk. Ed 2 ,
memasang alat dan pengawasan yang ketat. Jakarta, 2004
Apakah penderita perlu dirawat dalam kamar isolasi ?
Sebetulnya tidak perlu karena spora ada di mana – mana 9.3.2 PRINSIP PERAWATAN LUKA
sekitar kita, bukan luka penderita tetanus itu. Jelas Tujuan dari peraawatan luka adalah untuk menghentikan
penangan penderita harus multidisipliner. perdarahan, mencegah infeksi, menilai kerusakan yang
 Pemberian Antibiotika. Obat pilihannya adalah terjadi pada struktur yang terkena dan untuk
penisilin, dosis yang diberikan untuk orang dewasa menyembuhkan luka.
adalah sebesar 1,2 juta IU/8 jam IM, selama 5 hari, Menghentikan perdarahan
sedng untuk anak-anak adalah sebesar 50.000 o Tekanan langsung pada luka akan menghentikan
IU/KgB/hari, dilanjutkan hingga 3 hari bebas panas. perdarahan (lihat gambar di bawah).
Sebelumnya dilakukan skin test dan di observasi o Perdarahan pada anggota badan dapat diatasi dalam
dengan baik. Bila penderita alergi terhadap waktu yang singkat (< 10 menit) dengan menggunakan
penisilin, dapat diberikan tetrasiklin. Dosis manset sfigmomanometer yang dipasang pada bagian
pemberian tetrasiklin pada orang dewasa adalah proksimal pembuluh arteri.
4×500 mg/hari, sedangkan untuk anak-anak adalaho Penggunaan torniket yang terlalu lama bisa merusak
40 mg/KgBB/hari, dibagi dalam 4 dosis. Begitupun ekstremitas.
Metronidazol 3 x 1 gram IV. o
5. Penanggulangan kejang. Dahulu dilakukan isolasi  Mencegah infeksi
karena suara dan cahaya dapat menimbulkan serangan o Membersihkan luka merupakan faktor yang paling penting
kejang. Saat ini prinsip isolasi sudah ditinggalkan, karena dalam pencegahan infeksi luka. Sebagian besar luka
dengan pemberian anti kejang yang memadai maka kejang terkontaminasi saat pertama datang. Luka tersebut dapat
dapat dicegah. Pemberian midazolam 2-3 mg / jam. Dan mengandung darah beku, kotoran, jaringan mati atau
Diazepam 0,2-0,5 mg/kg BB diberikan bila terjadi kejang rusak dan mungkin benda asing.
secara IV. o Bersihkan kulit sekitar luka secara menyeluruh dengan
 Perawatan penunjang. Yaitu dengan tirah baring; sabun dan air atau larutan antiseptik. Air dan larutan
diet per sonde, dengan asupan sebesar 2000 antiseptik harus dituangkan ke dalam luka.
kalori/hari untuk orang dewasa, dan sebesar 100 o Setelah memberikan anestesi lokal, periksa hati-hati
kalori/KgBB/hari untuk anak-anak; bersihkan jalan apakah ada benda asing dan bersihkan jaringan yang mati.
nafas secara teratur;berikan cairan infus dan Pastikan kerusakan apa yang terjadi. Luka besar
oksigen;awasi dengan seksama tanda-tanda vital. memerlukan anestesi umum.
 Pencegahan komplikasi. Mencegah anoksia otak o Antibiotik biasanya tidak diperlukan jika luka dibersihkan
dengan pemberian anti kejang, sekaligus mencegah dengan hati-hati. Namun demikian, beberapa luka tetap
laringospasme, jalan nafas yang memadai, bila harus diobati dengan antibiotik, yaitu:
perlu lakukan intubasi atau lakukan trakeotomi  Luka yang lebih dari 12 jam (luka ini biasanya telah
berencana, pemberian oksigen. Mencegah terinfeksi).
pneumonia dengan membersihkan jalan nafas yang Luka tembus ke dalam jaringan (vulnus pungtum), harus
teratur, pengaturan posisi penderita berbaring, disayat/dilebarkan untuk membunuh bakteri anaerob.
pemberian antibiotika. Mencegah fraktur vertebra  Profilaksis tetanus
dengan pemberian antikejang yang memadai. o Jika belum divaksinasi tetanus, beri ATS dan TT. Pemberian
DAFTAR PUSTAKA ATS efektif bila diberikan sebelum 24 jam luka
Sumiardi Karakata, Bob Bachsinar; Bedah Minor,o Jika telah mendapatkan vaksinasi tetanus, beri ulangan TT
edisi 2,J akarta : Hipokrates,1995 jika sudah waktunya.
Ismael Chairul ; Pencegahan dan Pengelolaan  Menutup luka
Tetanus dalam bidang bedah : UNPAD, 2000 o Jika luka terjadi kurang dari sehari dan telah dibersihkan
Hendarwanto. llmu Penyakit Dalam, jilid 1, dengan seksama, luka dapat benar-benar ditutup/dijahit
Balai Penerbit FK UI, Jakarta: 2001, 49- 51. (penutupan luka primer).
o

Вам также может понравиться