Вы находитесь на странице: 1из 25

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR

PELACAKAN KIPI
No. Dokumen No.Revisi Tanggal
00
Disiapkan Oleh : Disahkan Oleh :

UNIT P2
IMUNISASI
Management Representative Kepala Puskesmas

I. Pelaksana
 Puskesmas : Kepala Puskesmas dan Koordinator Imunisasi
 Kabupaten/Kota : Seksi Imunisasi Dinkes Kabupaten/Kota
 Provinsi : Seksi Imunisasi Dinkes Kabupaten/Kota
 Pusat (bila diperlukan) : Seksi Imunisasi Kemkes RI dan Komnas PP-KIPI

II. Peralatan
 Formulir KIPI serius
 Formulir Investigasi/Otopsi Verbal

III. Waktu
 Pelacakan dilakukan segera setelah laporan KIPI diterima (baik melalui lisan, SMS,
atau Telepon).
 Pelacakan dilakukan pada :
1. KIPI serius, yaitu setiap KIPI yang menyebabkan kematian, rawat inap atau
perpanjangan rawat inap, kecacatan yang menetap atau signifikan, atau yang
mengancam kehidupan, dan
2. KIPI yang menimbulkan perhatian serius/rumor pada keluarga atau masyarakat
 Pelacakan dapat diulangi beberapa kali sesuai kebutuhan.

IV. Tahapan
a. Pastikan kebenaran informasi laporan KIPI
b. Laporkan informasi KIPI pada pimpinan setempat.
c. Lakukan penilaian untuk menentukan apakah pelacakan diperlukan atau tidak.
d. Bila diperlukan pelacakan, segera lakukan koordinasi dengan tim pelacakan.
e. Lakukan pelacakan segera setelah menerima laporan dengan membawa formulir KIPI
serius dan formulir investigasi.
f. Kumpulkan data umum.
g. Kumpulkan data kejadian penyakit.
h. Kumpulkan data penunjang diagnose penyakit.
i. Kumpulkan data tentang tersangka vaksin.
j. Kumpulkan data tentang sasaran yang mendpatkan imunisasi dari vial yang sama.
k. Kumpulkan data orang lain yang tidak mendapatkan imunisasi dengan penyakit yang
sama.
l. Kumpulkan data masalah medikolegal.
m. Isilah formulir KIPI serius dan formulir investigasi dengan data yang telah terkumpul
n. Lakukan koordinasi dngan Komda PP-KIPI Provinsi untuk menganalisa laporan yang
telah diisi dan menentukan klasifikasi lapangan laporan KIPI tersebut.
o. Membuat kesimpulan hasil pelacakan.
p. Lakukan penilaian pelayanan imunisasi.
q. Buat saran perbaikan untuk kasus karena kesalahan prosedur.
r. Mengirimkan hasil pelacakan tersebut ke Komnas PP-KIPI untuk dilakukan kajian
kausalitas.
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
PELAPORAN KIPI
No. Dokumen No.Revisi Tanggal
00
Disiapkan Oleh : Disahkan Oleh :

UNIT P2
IMUNISASI
Management Representative Kepala Puskesmas

I. Pelaksana
 Puskesmas : Kepala Puskesmas dan Koordinator Imunisasi
 Kabupaten/Kota : Seksi Imunisasi Dinkes Kabupaten/Kota
 Provinsi : Seksi Imunisasi Dinkes Kabupaten/Kota

II. Peralatan
 KIPI non serius :
a. Puskesmas : Formulir KIPI non serius
b. Kabupaten/Kota dan Provinsi : EPI Info
 KIPI serius :
a. Formulir KIPI serius
b. Formulir Investigasi/Otopsi Verbal

III. Waktu
 KIPI non serius : setiap bulan bersamaan dengan waktu pelaporan laporan rutin
cakupan imunisasi.
 KIPI serius : laporan dibuat secepatnya sehingga pelacakan segera dapat dilakukan.
Kurun waktu pelaporan mengacu pada tabel di bawah ini. Pada keadaan tertentu,
laporan satu kasus KIPI dapat dilaporkan beberapa kali sampai didapatkan kesimpulan
akhir.
Jenjang Administrasi Kurun waktu diterimanya laporan
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota 24 jam dari saat penemuan kasus
Dinas Kesehatan Provinsi/Komda PP-KIPI 24-72 jam dari saat penemuan kasus
Sub Direktorat Imunisasi/Komnas PP-KIPI 24 jam-7 hari dari saat penemuan kasus

IV. Tahapan
 KIPI Non Serius :
 Puskesmas :
a. Lakukan rekapitulasi laporan KIPI dari setiap tempat pelayanan imunisasi
dengan menggunakan formulir KIPI Non Serius.
b. Laporkan rekapitulasi tersebut ke Kabupaten/Kota setiap tanggal 5 bersamaan
dengan laporan bulanan rutin cakupan imunisasi.
 Kabupaten/Kota :
a. Lakukan rekapitulai laporan KIPI dari setiap Puskesmas.
b. Masukan rekapitulasi tersebut ke dalam program EPI Info.
c. Laporkan ke Provinsi setiap tanggal 10 bersamaan dengan laporan bulanan rutin
cakupan imunisasi.
 Provinsi
a. Lakukan rekapitulasi laporan KIPI dalam EPI Info dari setiap Kabupaten/Kota.
b. Laporkan ke Pusat setiap tanggal 15 bersamaan dengan laporan bulanan rutin
cakupan imunisasi.
c. Bila diperlukan, lakukan analisa dari laporan KIPI yang diterima (misalnya
apabila terdapat perubahan pola KIPI berdasarkan lokasi dan waktu) dan
kemudian laporkan hasil analisa tersebut ke Pusat.
 KIPI Serius :
a. Lakukan laporan sementara via telepon secara berjenjang dalam waktu 24 jam
setelah laporan KIPI serius diterima (mulai dari penerima laporan → Kepala
Puskesmas/Koordinator Imunisasi Puskesmas → Seksi Imunisasi Dinkes
Kabupaten/Kota → Seksi Imunisasi Dinkes Provinsi → Subdit Imunisasi Kemkes
RI).
b. Lakukan pelacakan oleh Tim Pelacakan
c. Lengkapi formulir KIPI serius dan Formulir Investigasi.
d. Lakukan koordinasi dengan Komda PP-KIPI Provinsi untuk menganalisa laporan
yang telah diisi dan menentukan klasifikasi lapangan laporan KIPI tersebut.
e. Membuat kesimpulan hasil pelacakan.
f. Lakukan penilaian pelayanan imunisasi.
g. Mengirinkan laporan hasil pelacakan tersebut ke Subdit Imunisasi Kemkes RI
sebagai bahan kajian kausalitas yang akan dilakukan oleh Komnas PP-KIPI.
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
UMPAN BALIK PELAPORAN KIPI TINGKAT NASIONAL
No. Dokumen No.Revisi Tanggal
00
Disiapkan Oleh : Disahkan Oleh :

UNIT P2
IMUNISASI
Management Representative Kepala Puskesmas

I. Pelaksana
Subdit Imunisasi Kemkes RI

II. Waktu
Setiap enam bulan sekali

III. Tahapan
a. Lakukan rekapitulasi hasil analisa laporan KIPI Non Serius oleh Provinsi dan hasil
audit KIPI serius oleh KOMNAS.
b. Buat analisa kasus berdasarkan klasifikasi lapangan dan kausalitas.
c. Buat analisa kelengkapan laporan.
d. Buat saran perbaikan untuk kasus karena kesalahan prosedur.
e. Buat surat umpan balik berdasarkan hasil analisa tersebut di atas ditujukan ke Kepala
Dinas Kesehatan provinsi yang ditanda tangani oleh Direktur Simkar Kesma.
f. Buat laporan ke Menteri Kesehatan RI berdasarkan hasil analisa tersebut di atas yang
ditanda tangani oelh Direktur Jenderal PP dan PL.
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
PENANGGULANGAN KIPI
No. Dokumen No.Revisi Tanggal
00
Disiapkan Oleh : Disahkan Oleh :

UNIT P2
IMUNISASI
Management Representative Kepala Puskesmas

I. Pelaksana
a. Tenaga medis dan paramedic
b. Kepala Puskesmas

II. Peralatan
a. Peralatan medis sesuai kondisi
b. Surat keterangan rawat dan formulir KIPI untuk Jaminan Perawatan.

III. Waktu
Segera pada saat kasus KIPI terjadi.

IV. Tahapan
a. Siapkan antisipasi penanggulan sesuai permasalahan.
b. Lakukan penanggulangan sesuai permasalahan.
c. Bila kasus tidak dpat ditangani di Puskesmas, siapkan rujukan ke RS Pemerintah atau
RS terdekat.
d. Lakukan rujukan setelah kondisi pasien stabil dan formulir KIPI telah dilengkasi.
e. Bila kasus dapat ditangani, lengkapi formulir ke KIPI.
f. Pulangkan pasien bila kondisi telah stabil.
g. Koordinasikan kasus dengan KOMDA PP-KIPI setempat.

V. Jaminan Pembiayaan :
a. Tentukan apakah pasien memiliki jaminan pembiayaan kesehatan.
b. Bila ada, pembiayaan KIPI mengacu pada jaminan tersebut.
c. Bila tidak ada, lakukan koordinasidengan pengelola program Imunisasi dan Yankes di
Dinas Kabupaten/Kota atau Dinkes Provinsi, agar membuat surat permohonan
jaminan pembiayaan KIPI, yang ditujukan kepada Direktur Bina Upaya kesehatan
Rujukan Kemkes RI, ditembuskan kepada Ka Subdit RSU Publik dan Ka Subdit
Imunisasi.
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
PENANGANAN VAKSIN DALAM KEADAAN BENCANA
TINGKAT PUSKESMAS DAN PUSTU
No. Dokumen No.Revisi Tanggal
00
Disiapkan Oleh : Disahkan Oleh :

UNIT P2
IMUNISASI
Management Representative Kepala Puskesmas

I. Tujuan
Dapat menangani vaksin program imunisasi secara aman bila terjadi bencana (gunung
meletus, banjir, gempa bumi dsb)
Penanggung jawab : Pengelola vaksin program imunisasi.

II. Tahapan
a. Menggunakan lemari es kompresi dengan listrik 24 jam.
 Periksa suhu pada thermometer di lemari es, pastikan masih berada pada +2oC s/d
+8oC.
 Upayakan jangan membuka lemari es selama listrik padam.
 Lemari es yang/diisi cool pack pada saat listrik padam maka akan berfungsi
menahan dingin.
 Hidupkan generator bila ada.
b. Menggunkan lemari es absorpsi dengan listrik 24 jam.
 Periksa suhu pada thermometer di lemari es, pastikan masih berada pada +2oC s/d
+8oC.
 Upayakan jangan membuka lemari es selama listrik padam.
 Bila menggunakan lemari es type RCW 42 EK atay RCW 50 EK pada saat listrik
padam maka akan berfungsi sebagai cool box.
 Leemari es yang/diisi cool pack pada saat listrik padam maka akan berfungsi
menahan dingin.
 Siapkan pengoperasian dengan menggunakan nyala api minyak tanah atau Gas,
pastikan tangki minyak tanah atau volume gas pada lemari es dalam keadaan
cukup.
 Cabut steker lemari es yang menempel pada stop kontak listrik.
 Ikuti petunjuk tata cara mengoperasikan lemari es dengan menggunakan minyak
tanah atau Gas.
Tahapan dari sebuah rencana tindakan untuk kejadian tak terduga/contingency plan

Pastikan seluruh petugas mengetahui peraturan penyimpanan vaksin yang aman dalam
keadaan darurat :
 Vaksin-vaksin Peka Beku. Smpan vaksin pada suhu +2oC sampai +8oC
 Vaksin beku kering yang dikemas bersama pelarut. Simpan vaksin dan pelrut pada suhu
+2oC sampai +8oC
 Vaksin beku kering yang dikemas tanpa pelarut. Simpan vaksin pada suhu +2oC sampai
+8oC. Simpan pelarut pada suhu ruang.
Identifikasi berbagai pilihan untuk kejadian tak terduga (berikut ini 4 buah contoh :)
 Pindahkan vaksin ke tempat penyimpanan dingin jasa pelayanan umum lain.
 Pinjam atau sewa mesin pendingin.
 Pindahkan vaksin ke tempat penyimpanan dingin swasta.
 Dapatkan es dari pembuat es komersial dan simpan dalam cold room atau freezer room,
dalam wadah plastic atau besi. Monitor dengan ketat suhu ruangan dan jaga agar es tetap
terisi sampai diperbaiki. Jangan pernah gunakan dry ice/es kering. Es kering dapat
menurunkan suhu ruangan dingin hingga di bawah 0oC. sebagai tambahan ketika
penguapan terjadi akan mengeluarkan gas karbondioksida. Ini akan timbul dalam cold
room dan dapat mengakibatkan siapapun yang masuk ke dalamnya mati lemas.
Persiapkan dan pertahankan sedikitnya 2 rencana tindakan untuk kejadian tak
terduga berdasarkan pilihan-pilihan di atas.
 Rencana apapun yang anda pilih, pastikan rencana tersebut telah didiskusikan dan
sidetujui seluruh staf anda, dan dengan seluruh bagian yang terlibat.
 Pastikan bahwa rencana tersebut telah tertulis. Simpan salinan/copy rencana tersebut di
tempat penyimpanan vaksin. Pastikan seluruh staf anda mengetahui tempat penyimpanan
salinan/copy rencana tersebut.
 Periksa tempat penyimpanan alternative untuk meyakinkan tempat tersebut dalam kondisi
baik, mempunyai luas yang memadai dan dpat menjaga vaksin pada suhu yang tepat.
Tidak ada alas an memindahkan stok vaksin ke ruangan dingin/cold room lain hanya untuk
mengetahui bahwa seluruh vaksin peka beku akan terpapar suhu beku dan rusak.
 Jangan menunggi sampai timbul keadaan darurat. Lakukan uji coba rencana-rencana
tersebut sebelum mereka diperlukan.
 Siapkan daftar nama, alamat dan nomor telepon yang dapat dihubungi saat keadaan
darurat dan tempelkan salinan/copy daftar tersebut di tempat penyimpanan vaksin. Selalu
perbaharui daftar tersebut.
 Yakinkan bahwa daftar nama yang dapat dihubungi saat darurat dapat dipanggil pada saat
ataupun setelah jam kerja.
Vaksin sebaiknya tidak dipindahkan selama uji coba, namun seluruh prosedur kunci sebaiknya distimulaskan.
RUMUS PERENCANAAN

Data yang dibutuhkan :

1. Jumlah sasaran bayi, anak kelas 1 SD, anak kelas 2-3 SD, WUS
2. Indek Pemakaian vaksin tahun sebelumnya
3. Target cakupan.

Cara perhitungan Indek Pemakaian Vaksin

Indek pemakaian vaksin adalah pemakaian riel setiap jenis vaksin. Cara menghitung IP
adalah dengan cara membagi cakupan dengan jumlah vaksin yang digunakan.

Contoh. Cakupan polio 1 = 50, polio 2 = 45, polio 3 = 45, polio 4 = 40, vaksin yang
digunakan = 30 vial. Maka IP vaksin adalah (50+45+45+40)/30 = 6.

Rumus perhitungan kebutuhan vaksin :


Jumlah infant × target Hep.B
1. Vaksin Hep B = IP vaksin Hep.B

Jumlah infant × target BCG


2. Vaksin BCG = IP vaksin BCG

(jumlah nfant ×target polio 1) +(Surv.Infant ×(target(polio 2+3+4)))


3. Vaksin polio = IP vaksin polio

Jumlah surv.infant ×target (DPT−HB 1+2+3)


4. Vaksin DPT − HB = IP.Vaksin DPT−HB

Jumlah surv.infant ×target campak


5. Vaksin campak = IP vaksin campak

Jumlah anak kelas 1 SD ×target campak SD


6. Vaksin campak SD = IP vaksin campak SD

Jumlah anak kelas 1 SD ×target DT SD


7. Vaksin campak DT = IP vaksin DT SD

Jumlah anak kelas 2−3 SD ×target Td SD


8. Vaksin campak Td = IP vaksin Td SD

Jumlah WUS ×target TT


9. Vaksin campak TT = IP vaksin TT

Keterangan :
Infant adalah keseluruhan bayi yang lahir.
Survifing infant adalah jumlah keseluruhan bayi yang lahir dikurangi dengan kematian
neonatal. Rumus : surv.Infant-(infant x infant Mortality Rate)
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
PENGAMBILAN VAKSIN DAN PELARUT PROGRAM
IMUNISASI KE KABUPATEN/KOTA
No. Dokumen No.Revisi Tanggal
00
Disiapkan Oleh : Disahkan Oleh :

UNIT P2
IMUNISASI
Management Representative Kepala Puskesmas

Pelaksana : Koordinator Imunisasi


Penanggung Jawab : Kepala Puskesmas

Alat-alat yang dibutuhkan :


1. Coldbox atau vaksin carrier
2. Cool pack / kotak dingin cair
3. Alat pemantau paparan suhu beku (Freeze TagR)
4. Alat pemantau paparan suhu panas (Vaccine Cold Chain Monitor, VCCMR)

Langkah-langkah :
1. Lakukan perhitungan kebutuhan vaksin.
2. Buat surat permintaan vaksin dengan memperhitungkan sisa stok.
3. Hubungi petugas kabupaten/kota tentang rencana pengambilan vaksin.
4. Siapkan coldbox atau vaksin carrier yang dilengkapi dengan coolpack (kotak dingin cair)
agar suhu terjaga antara 2-8oC.
a. Bila yang digunakan coldbox makaa dibutuhkan 12 buah coolpack.
b. Bila yang digunakan vaksin carrier maka dibutuhkan 4 buah coolpack.
5. Siapkan alat transportasi yang memadai.
6. Serahkan surat permintaan vaksin kepada kabupaten/kota dan kemudian cocokan vaksin
yang diserahkan dengan permintaan.
7. Periksa kondisi VVM dan masa kadaluarsa vaksin.
8. Tukarkan coolpack yang dibawa dari puskesmas dengan coolpack yang telah dikondisikan
di kabupaten/kota.
9. Susun coolpack ke dalam coldcox atau vaksin carrier.
10. Masukkan vaksin ke dalam coldbox atau vaksin carrier yang telah terisi coolpack.
11. Vaksin yang sensitive beku diletakkan pada bagian tengah coldbox dan vaksin yang
sensitif panas menempel pada dinding coldbox.
12. Letakan alat pemantai paparan suhu beku pada bagian tengah diantara kotak vaksin dan
VCCM didekat kotak vaksin BCG.
13. Tutup rapat bagian atas coldbox atau vaksin carrier.
14. Selama pejalan ke puskesmas, lindungi vaksin dari paparan sinar matahari langsung.
15. Sesampainya di puskesmas, buku coldbox atau vaksin carrier dan periksa kembali
kondisi VVM dan alat pemantau suhu beku.
16. Isi formulir Vaccine Arrival Resport (VAR).
17. Masukan vaksin ke dalam lemari es.
18. Catat vaksin tersebut (jumlah, jenis, no batch, masa kadaluarsa, kondisi VVM) dalam
buku stok vaksin sebagai penerimaan.

Keterangan
Cara menyusun coolpack
 Dalam coldbox : 6 buah pada bagian dasar dan 6 buah pada bagian atas susunan vaksin.
 Dalam vaksin carrier : 1 buah pada setiap sisi.
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
PENYIMPANAN VAKSIN DAN PELARUT PROGRAM
IMUNISASI TINGKAT PUSKESMAS
No. Dokumen No.Revisi Tanggal
00
Disiapkan Oleh : Disahkan Oleh :

UNIT P2
IMUNISASI
Management Representative Kepala Puskesmas

Pelaksana : Koordinator Imunisasi


Penanggung Jawab : Kepala Puskesmas

Alat-alat yang dibutuhkan :


1. Lemari Es
2. Cool pack / kotak dingin cair
3. Alat pemantau paparan suhu beku (Freeze TagR)
4. Alat pemantau paparan suhu panas (Vaccine Cold Chain Monitor, VCCMR)
5. Thermometer
6. Grafik catatan suhu
7. Petunjuk pembacaan VVM (poster, leaflet)

Langkah-langkah :
1. Pastikan lemari es buka atas dalam kondisi baik dengan ketentuan sebagai berikut :
a. Lemari es pada posisi datar
b. Terlindung dari sinar matahari langsung.
c. Terdapat stabilisator pada setiap lemari es.
d. Satu stop kontak untuk setiap lemari es.
e. Jarak antara lemari es dengan dinding 15-20 cm.
f. Jarak antar lemari es yang satu dengan yang lain 15-20 cm.
g. Tidak terdapat bunga es yang tebal pada evaporator.
2. Letakan grafik catatan suhu pada bagian atas lemari es.
3. Letakan coolpack pada bagian dasar lemari es.
4. Pastikan bahwa semua vaksin berada didalam dus vaksin.
5. Letakan vaksin sesuai dengan sensitifitasnya :
a. Sensitive panas (BCG, Campak dan Polio) dekat evaporator.
b. Sensitif beku (Hepatitis B, DPT-HB, TT, DT dan Td) jauh evaporator.
6. Pelarut disimpan pada suhu ruang terlindung dari sinar matahari langsung.
7. Vaksin dengan masa kadaluarsa pendek atau VVM B diletakan dibagian atas.
8. Beri jarak antar dus vaksin 1-2 cm untuk sirkulasi udara.
9. Letakan 1 buah thermometer pada bagian tengah diantara vaksin.
10. Letakan 1 buah alat pemantau paparan beku diantara vaksin yang sensitif beku.
11. Letakan VCCM pada tempat penyimpanan vaksin BCG.
12. Periksa suhu lemari es 2 kali sehari pagi dan sore (termasuk hari libur) kemudian catat
pada grafik suhu.

JANGAN ADA BARANG LAIN SELAIN VAKSIN DIDALAM LEMARI ES

VAKSIN YANG RUSAK ATAU KADALUARSA JANGAN DISIMPAN


DALAM LEMARI ES
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
PENDISTRIBUSIAN VAKSIN KE PELAYANAN
LUAR GEDUNG
No. Dokumen No.Revisi Tanggal
00
Disiapkan Oleh : Disahkan Oleh :

UNIT P2
IMUNISASI
Management Representative Kepala Puskesmas

Pelaksana : Koordinator Imunisasi


Penanggung Jawab : Kepala Puskesmas

Alat-alat yang dibutuhkan :


1. Vaksin Carrier
2. Cool pack / kotak dingin cair
3. Alat pemantau paparan suhu beku (Freeze TagR)
4. Catatan stok vaksin

Langkah-langkah :
1. Pelarut yang akan digunakan disimpan dalam lemari es sehari sebelumnya.
2. Siapkan vaksin dan pelarutnya sesuai kebutuhan berdasarkan sasaran dan jadwal
pelayanan.
3. Pastikan kondisi VVM vaksin A atau B, dan belum melewati masa kadaluarsa.
4. Catat vaksin dan pelarut tersebut didalam buku stok vaksin sebagai pengeluaran.
5. Letakan coolpack pada setiap sisi vaksin carrier.
6. Masukan vaksin dan pelarut ke dalam vaksin carrier.
7. Letakan vaksin sesuai dengan sensitifitasnya :
a. Vaksin sensitif panas (BCG, Polio dan Campak) ditempatkan pada bagian pinggir
menempel pada cool pack.
b. Vaksin sensitive beku (Hepatitis B, DPT-HB, TT, DT dan Td) serta pelarut
ditempatkan pada bagian tengah vaksin carrier.
8. Letakan 1 buah alat pemantau paparan suhu beku diantara vaksin sensitif beku.
9. Letakan spon pada bagian atas vaksin carrier
10. Tutup rapat vaksin carrier.
11. Hindari vaksin carrier dari paparan sinar matahari langsung selama perjalanan ketempat
pelayanan.
12. Periksa kembali kondisi VVM dan alat pemantau paparan suhu beku setelah sampai
ditempat pelayanan.

JANGAN MENGGUNAKAN COLDPACK (KOTAK DINGIN


BEKU/BATU ES) DIDALAM VAKSIN CARRIER
TABEL TEKNIS PEMBERIAN IMUNISASI

Vaksin BCG Hepatitis B DTP-HB Campak Polio TT/DT/Td


Tempat Lengan Lengan
Paha tengah Lengan kiri
Suntika kanan Paha Mulut kiri/kanan
luar atas
n atas luar atas
Intra
Ditets ke
Cara Intra Muskular
Intracut Inta Muskular dalam
Penyunt Muskular Subcutan (IM) atau
an (IC) (IM) mulut
ikan (IM) subkutan
(oral)
dalam
Dosis 0,05 ml 0,5 ml 0,5 ml 0,5 ml 2 tetes 0,5 ml
10 mm,
25 mm,
ukuran
ukuran 23
Ukuran 26 25 mm, 25 mm,
Uniject (untuk -
Jarum (untuk ukuran 23 ukuran 23
oplos→5
oplos
ml)
→2 ml)
Serbuk Serbuk
Jenis Cair Cair Cair Cair
Kering Kering

Gambar
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
PENDISTRIBUSIAN VAKSIN KE PELAYANAN
LUAR GEDUNG
No. Dokumen No.Revisi Tanggal
00
Disiapkan Oleh : Disahkan Oleh :

UNIT P2
IMUNISASI
Management Representative Kepala Puskesmas

Pelaksana : Vaksinator (bidan desa dan perawat)


Penanggung Jawab : Kepala Puskesmas

Alat dan bahan :


1. Alat transportasi dan kelengkapannya
2. Buku kuning/buku kohort bayi dan kohort ibu.
3. Alat tulis
4. Vaccie carrier dan cool pack
5. ADS 0,05 ml, 0,5 ml, 5 ml dan safety box

Langkah-langkahnya :
1. Sehari sebelum pelayanan, pastikan kepada kader bahwa semua ssaran sudah mendapatkan
informasi dan kesiapan pelaksanaan posyandu.
2. 30 menit sebelum ke posyandu, pastikan semua vaksin dan logistic (termasuk anafilaktik
kit) dalam kondisi VVM A/B dan tidak kadaluarsa, jumlah sesuai sasaran serta siap untuk
dibawa.
3. Jangan lupa membawa surat tugas dan buku pencatatan hasil imunisasi (buku kuning).
4. Pastikan kesiapan kendaraan yang akan digunakan ke posyandu.
5. Kemas semua peralatan dengan baik di kendaraan.
6. Setiba di posyandu, letakan semua logistic ditempat yang aman.
7. Vaksin carrier harus diletakan pada meja yang tidak terpapar sinar matahari langsung,
disebelahnya diletakan alat suntik, kapas, air hangat, format pencatatan dan anafilaktik kit.
Letakan safety box dan plastic sampah dibawah meja.
8. Cuci tangan dengan sabun setiap akan memberikan imunisasi.
9. Lakukan skrinning setiap sasaran meliputi umur, riwayat imunisasi sebelumnya, KIPI
yang pernah dialami, riwayat penyakit, keadaan kesehatan saat ini.
10. Tentukan dan informasikan kepada orang tuanya jenis dan manfaat imunisasi yang akan
diberikan saat ini.
11. Ambil vaksin yang akan diberikan dan pastikan kondisi VVM A/B, tidak beku dan tidak
kadaluarsa.
12. Untuk imunisasi oral, ambil alat penetes, keluarkan dari plastic kemasan, buang kemasan
ke dalam plastic sampah.
13. Ambil alat suntik, pastikan bahwa tidak kadaluarsa, keluarkan dari plastic kemasan.
Buang kemasan ke dalam plastic sampah.
14. Buka tutup jarum suntik, buang tutup jarum suntik ke dalam plastic sampah.
15. Untuk vaksin yang membutuhkan pelarutan, larutkan vaksin sesuai dengan SOP
Persiapan Vaksin.
16. Tusukan jarum suntik ke dalam botol vaksin pastikan ujung jarum selalu berada didalam
cairan vaksin, sedot vaksin sesuai dengan dosis yang dibutuhkan.
17. Apabila terdapat gelembung pad alat suntik, atau kelebihan dosis, buang gelembung atau
kelebihan dosis yang ada tanpa mencabut jarum dari botol.
18. Lepaskan alat suntik dari botol vaksin.
19. Bersihkan lokasi penyuntikan dengan kapas, tunggu hingga kering.
20. Berikan vaksin sesuai dengan SOP cara pemberian vaksin.
21. Buang langsung alat suntik yang telah digunakan tanpa menutupnya (non recaping) ke
dalam safety box.
22. Berikan informasi kepada orang tua tentang kapan kunjungan berikutnya, dan
kemungkinan efek samping yang akan dialami oleh anak sesudah imunisasi serta cara
penanggulangannya.
23. Beritahu orang tua agar menunggu sekitar 30 menit di posyandu untuk memantau
kemungkinan terjadinya efek samping.
24. Catat hasil imunisasi sesuai dengan kolom yang tersedia pada buku kohort bayi/ibu/buku
kuning.
25. Pastikan limbah bukan tajam dimasukan ke dalam kantong plastic.
26. Cuci tangan dengan sabun setiap selesai pemberian imunisasi.
27. Setelah selesai semua pelayanan, lakukan evaluasi kegiatan bersama kader dengan
tahapan :
a. Hitung jumlah sasaran yang dating untuk tiap jenis vaksin yang diberikan.
b. Bandingkan dengan data target sasaran pada bulan ini, diskusikan dengan kader
kemungkinan penyebab ketidakhadiran sasaran.
c. Susun rencana tindak lanjut termasuk bagaimana memotivasi sasaran yang tidak
hadir.
28. Bawa pulang sisa logistic yang belum digunakan dan limbah ke puskesmas.
29. Setiba di puskesmas, simpan kembali vaksin di dalam lemari es pada tempat yang terpish
atau diberi tanda.
30. Catatan hasil imunisasi dan pemakaian logistic diserahkan kepada coordinator imunisasi.
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
PENDISTRIBUSIAN VAKSIN KE PELAYANAN
LUAR GEDUNG
No. Dokumen No.Revisi Tanggal
00
Disiapkan Oleh : Disahkan Oleh :

UNIT P2
IMUNISASI
Management Representative Kepala Puskesmas

Pelaksana : Vaksinator (bidan desa dan perawat)


Penanggung Jawab : Kepala Puskesmas

Alat dan bahan :


1. Buku bantu/buku kuning/buku kohort bayi
2. Alat tulis
3. Vaccien carrier dan safety box
4. ADS 0,05 ml, 0,5 ml, dan 5 ml
5. Vaksin dan pelarut, anafilaktik kit
6. Sabun, kapas, kantong plastic dan air bersih.

Langkah-langkahnya :
1. Sehari sebelum pelayanan, masukan pelarut dan cool pack ke dalam lemari es.
2. 30 menit sebelum pelayanan imunisasi, pastikan semua vaksin dan logistic (termasuk
anafilaktik kit) dalam kondisi VVM A/B dan tidak kadaluarsa.
3. Siapkan buku pencatatan hasil imunisasi (buku kohort bayi/ibu).
4. Ambil vaksin dan pelarut dari lemari es sesuai dengan perkiraan kebutuhan dan masukan
ke dalam vaccine carrier yang telah berisi cool pack.
5. Vaccine carrier harus diletakan pada meja yang tidak terpapar sinar matahari langsung,
disebelahnya diletakan alat suntik, kapas, air hangat, format pencatatan dan anafilaktik kit.
Leakan safety box dan plastic sampah dibawah meja.
6. Cuci tangan dengan sabun setiap akan memberikan imunisasi.
7. Lakukan skrining setiap sasaran meliputi umur, riwayat imunisasi sebelumnya, KIPI yang
pernah dialami, riwayat penyakit, keadaan kesehatan saat ini.
8. Tentukan dan informasikan kepada orang tuanya jenis dan manfaat imunisasi yang akan
diberikan saat ini.
9. Ambil vaksin yang akan diberikan dan pastikan kondisi VVM A/B tidak beku dan tidak
kadaluarsa, serta tulis tanggal dan waktu pertama kali digunakan.
10. Untuk imunisasi oral, ambil alat penetes, keluarkan dari plastic kemasan, buang kemasan
kedalam plastic sampah.
11. Ambil alat suntik, pastikan bahwa tidak kadaluarsa, keluarkan dari plastic kemasan,
buang kemasan ke dalam plastic sampah.
12. Buka tutup jarum suntik, buang tutup jarum suntik ke dalam plastic sampah.
13. Untuk vaksin yang membutuhkan pelarutan, larutkan vaksin sesuai dengan SOP
Persiapan Vaksin.
14. Tusukan jarum suntik ke dalam botol vaksin pastikan ujung jarum selalu berada didalam
cairan vaksin, sedot vaksin sesuai dengan dosis yang dibutuhkan.
15. Apabila terdapat gelembung pad alat suntik, atau kelebihan dosis, buang gelembung atau
kelebihan dosis yang ada tanpa mencabut jarum dari botol.
16. Lepaskan alat suntik dari botol vaksin.
17. Bersihkan lokasi penyuntikan dengan kapas, tunggu hingga kering.
18. Berikan vaksin sesuai dengan SOP cara pemberian vaksin.
19. Buang langsung alat suntik yang telah digunakan tanpa menutupnya (non recaping) ke
dalam safety box.
20. Berikan informasi kepada orang tua tentang kapan kunjungan berikutnya, dan
kemungkinan efek samping yang akan dialami oleh anak sesudah imunisasi serta cara
penanggulangannya.
21. Beritahu orang tua agar menunggu sekitar 30 menit di posyandu untuk memantau
kemungkinan terjadinya efek samping.
22. Catat hasil imunisasi sesuai dengan kolom yang tersedia pada buku kohort bayi/ibu/buku
kuning.
23. Pastikan limbah bukan tajam dimasukan ke dalam kantong plastic.
24. Cuci tangan dengan sabun setiap selesai pemberian imunisasi.
25. Vaksin sisa dn yang belum digunakan disimpan kembali di dalam lemari es pada tempat
yang terpisah dan diberi tanda.
26. Catatan hasil imunisasi dan pemakaian logistic diserahkan kepada koordinator imunisasi.
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
PENANGANAN VAKSIN BILA LISTRIK PADAM
No. Dokumen No.Revisi Tanggal
00
Disiapkan Oleh : Disahkan Oleh :

UNIT P2
IMUNISASI
Management Representative Kepala Puskesmas

Tujuan : Dapat menangani vaksin program imunisasi secara aman bila


listrik padam.
Penanggung jawab : pengelola vaksin program imunisasi

Tahapan :
a. Jangan membuka pintu lemari/freezer yang berisi vaksin.
b. Periksa suhu pada termometer, pastikan suhu di lemari es antara +2°c s/d +8°c dan suhu
freezer diantara -15°c s/d -25°c
c. Hidupkan generator bila ada.
d. Bila tidak ada generator, siapkan kotak dingin cair/beku secukupnya.
e. Apabila suhu lemari es sudah mendekati +8°c masukan kotak dingin cair kedalam lemari
es yang berisi vaksin TD, TT, HB, DT-HB, campak dan BCG.
f. Apabila suhu freezer sudah mendekati 0°c masukan kotak dingin beku kedalam freezer
yang berisi vaksin volio.
g. Tindakan ini hanya berlaku selama 2 x 24 jam.
h. Selanjutnya setelah 2 x 24 jam selamtkan vaksin dengan mengirim ke puskesmas atau
kabupaten/kota terdekat yang dapat menampung.
i. Carilah informasi berapa lama listrik akan kembali normal.
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
TEKNIK PENGELOLAAN LIMBAH MEDIS IMUNISASI
No. Dokumen No.Revisi Tanggal
00
Disiapkan Oleh : Disahkan Oleh :

UNIT P2
IMUNISASI
Management Representative Kepala Puskesmas

Pelaksana : Koordinator Imunisasi


Penanggung Jawab : Kepala Puskesmas

1. Penanganan Limbah Menggunakan Safety Box


a) setelah melakukan penyuntikan masukan ADS bekas tanpa melakukan penutupan
kembali recapping) kedalam safety box.
b) setelah safety box berisi maximal 3⁄4 bagian, tutup dan kirim safety box ke sarana
pemusnahan limbah medis yang memiliki incinerator dengan suhu dengan pembakaran
suhu minimal 1000°C.
c) apabila tidak memiliki incinerator dapat ditanam didalam sumur galian yang kedap air
(silo). Teknis pembuatan sumur yang kedap air dapat dilihat pada pedoman
penyelenggaraan imunisasi.

2. Penanganan Limbah Menggunakan Needle Cutter


a) setelah selesai melakukan penyuntikan patahkan jarum dengan neddle cutter.
b) masukkan potongan jarum yang terkumpul pada wadah neddle cutter kedalam neddle
pit. neddle merupakan lubang yang terbuat dari beton atau pipa PVC. teknis pembuatan
neddle pit dapat dilihat pada pedoman penyelenggaraan imunisasi.
c) masukan bagian plastik dari alat suntik kedalam safety box.
d) setelah safety box berisi maximal 3⁄4 bagian, tutup dan kirim safety box ke sarana
pemusnahan limbah medis yang memiliki incinerator dengan suhu dengan pembakaran
suhu minimal 1000°C.

3. Dengan Neddle Burner Atau Neddle Destroyer


a) setelah selesai melakukan penyuntikan hancurkan jarum dengan neddle burner atau
neddle destroyer.
b) masukan bagian plastik dari alat suntik kedalam safety box.
c) setelah safety box berisi maximal 3⁄4 bagian, tutup dan kirim safety box ke sarana
pemusnahan limbah medis yang memiliki incinerator dengan suhu dengan pembakaran
suhu minimal 1000°C.
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
PENCAIRAN BUNGA ES (DEFROSTING)
No. Dokumen No.Revisi Tanggal
00
Disiapkan Oleh : Disahkan Oleh :

UNIT P2
IMUNISASI
Management Representative Kepala Puskesmas

Pelaksana : Koordinator Imunisasi


Penaggung Jawab : Kepala Puskesmas
Alat Dan Bahan : Lap kering, vaksin carrier atau cold box, cool pack

Langkah-langkah pencairan bunga es :


a. Pencairan bunga es dilakukan minimal 1 bulan sekali atau ketika bunga es mencapai
ketebalan 0,5 cm.
b. Sehari sebelum pencairan bunga es, kondisikan cool pack (kotak dingin cair) vaksin
carrier atau cold box.
c. Pindahkan vaksin kedalam vaksin carrier atau cool box yang telah berisi cold pack.
d. (kotak dingin carrier) sesuai dengan SOP penyimpanan vaksin
e. Cabut steker untuk melakukkan defrosting.
f. Biarkan bunga es mencair sendiri atau siram dengan air hangat.
g. Setelah bunga es mencair, keringkan bagian dalam lemari es termasuk evaporator dengan
lap kering.
h. Pasangkan kembali steker dan tunggu suhu suhu stabil 2 - 8°C tanpa merubah posisi
thermostat.
i. Setelah suhu mencapai 2 - 8°C susun kembali vaksin kedalam lemari es sesuai dengan
sop penyimpanan vaksin.
j. Catat kegiatan pemeliharaan bulanan pada kartu pemeliharaan lemari es.

Catatan :
1. Penyebab cepat terjadinya bunga es sering buka tutup, karet sel tidak rapat, setting
termostat terlalu rendah.
2. Bunga es tidak dapat menghambat system pendinginan, boros listrik, mengurangi massa
pakai lemari es.
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
PEMELIHARAAN LEMARI ES
No. Dokumen No.Revisi Tanggal
00
Disiapkan Oleh : Disahkan Oleh :

UNIT P2
IMUNISASI
Management Representative Kepala Puskesmas

Pelaksana : Koordinator Imunisasi


Penaggung Jawab : Kepala Puskesmas

Cara melakukan pemeliharaan lemari es


1. Pemeliharaan Harian
a. Lakukan pengecekan suhu dengan termometer atau alat pemantau suhu digital setiap
pagi dan sore, termasuk hari libur.
b. Periksa apakah terjadi bunga es dan periksa ketebalan bunga es. apabila bunga es lebih
dari 0,5 cm lakukan defrosting (pencairan bunga es) SOP pencairan bunga es
(defrosting)
c. Lakukan pencatatn langsung setelah pengecekkan suhu pada kartu pencatatan suhu
setiap harinya pagi dan sore.

2. Pemeliharaan Mingguan
a. Periksa steker jangan sampai kendur, bila kendur kencangkan baut dengan obeng.
b. Perhatikan adanya tanda-tanda stekerhangus dengan melihat perubahan warna pada
steker, jika itu terjadi gantilah steker dengan yang baru.
c. Sebelum membersihkan badan lemari es cabut steker terlebih dahulu agar tidak terjadi
konsleting.
d. Bersihkan seluruh badan lemari es dengan menggunakan lap basah, kuas yang
lembut/spon busa atau sabun
e. Keringkan kembali badan lemari es dengan lap kering
f. Selama membersihkan badan lemari es, jangan membuka pintu lemari es untuk
menjaga suhu tetap 2 - 8°C.
g. Colokkan kembali steker setelah selesai.
h. Catat kegiatan pemeliharaan mingguan pada kartu pemeliharaan lemari es

3. Pemeliharaan Bulanan
a. sehari sebelum pemeliharaan bulanan, kondisikan kembali cold pack (kotak dingin cair)
vaksin carrier atau cold box.
b. pindahkan vaksin kedalam vaksin carrier atau cold box yang telah berisi cold pack
(kotak dingin cair) sesuai SOP penyimpanan vaksin.
c. cabut steker untuk melakukan defrosting sesuai dengan SOP defrosting.
d. Lakukan pembersihan kondensor, pada model terbuka gunakan sikat yang lembut atau
dengan tekanan udara, pada model tertutup tidak perlu dilakukan pembersihan.
e. periksa kerapatan pintu dengan selembar kertas, bila kertas sulit ditarik berarti karet
pintu masih baik, sebaliknya bila kertas mudah ditarik berarti karet sudah mengeras,
dan beri bedak.
f. bila ditemukan baut mengendur pada engsel pintu, kencangkan dengan obeng.
g. colokan kembali steker stelah selesai.
i. setelah suhu mencapai 2 - 8°C, susun kembali vaksin kedalam lemari es sesuai dengan
SOP penyimpanan vaksin.
j. Catat kegiatan pemeliharaan bulanan pada kartu pemeliharaan lemari es.
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
PENANGANAN VAKSIN BILA LISTRIK
PADAM TINGKAT KABUPATEN/KOTA
No. Dokumen No.Revisi Tanggal
00
Disiapkan Oleh : Disahkan Oleh :

UNIT P2
IMUNISASI
Management Representative Kepala Puskesmas

Tujuan :
Dapat menangani vaksin program imunisasi secara aman bila listrik padam
Penanggung jawab : Pengelola Vaksin Program imunisasi

Tahapan :
a. Menggunakan lemari es kompresi dengan listrik 24 jam
 periksa suhu pada thermometer dilemari es, pastikan masih berada pada + 2°C s/d
+8°C.
 upayakan jangan membuka lemari es saat listrik padam.
 lemari es yang diisi cool pack pada saat listrik padam akan berfungsi menahan dingin.
 hidupkan generator bila ada.
b. Menggunakan lemari es absorbs dengan listrik 24 jam
 Periksa suhu pada thermometer di lemari es selama listrik padam.
 upayakan jangan membuka lemari es saat listrik padam.
 bila menggunakan lemari es type RCW 42 EK atau RCW 50 EK pada saat listrik
padam maka akan berfungsi sebagai cool box.
 lemari es yang diisi cool pack pada saat listrik padam akan berfungsi menahan dingin.
 siapkan pengoperasian dengan menggunakan nyala api minyak tanah atau gas, pastikan
tangki minyak tanah atau volume gas pada lemari es dalam keadaan cukup.
 cabut steker lemari es yang menempel pada stop kontak listrik.
 Ikuti petunjuk tata cara mengoperasikan lemari es dengan menggunakan minyak tanah
atau gas.

Вам также может понравиться