Вы находитесь на странице: 1из 40

MAKALAH KEPERAWATAN ANAK

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN BERBAGAI


PENYAKIT YANG LAZIM TERJADI (DIARE, DBD, DAN DHF)

KELAS 2B

OLEH KELOMPOK 1 :

AGUS WIDAYANTI NIM 1714401D329

FIONA AMELIA PUTRI NIM 1714401D338

MEISSY DWI KARTIKA NIM 1714401D347

RAFIQA AGUSTINA NIM 1714401D357

SUSI MEISAROH NIM 1714401D364

PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN TIMUR


AKADEMI KEPERAWATAN
SAMPIT
2019
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, karena berkat rahmat serta
hidayah-Nya akhirnya kami dapat menyelesaikan makalah dengan judul “ASUHAN
KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN BERBAGAI PENYAKIT YANG LAZIM
TERJADI (DIARE, DBD, DAN DHF)” dalam rangka untuk memenuhi tugas mata kuliah
Keperawatan Anak.
Dalam menyelesaikan penyusunan makalah ini tidak terlepas dari bantuan banyak
pihak. Kami menyampaikan ucapan terima kasih yang tak terhingga kepada pihak-pihak yang
telah membantu dalam menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari bahwa pada makalah ini masih terdapat banyak kekurangan
mengingat keterbatasan kemampuan kami. Oleh sebab itu, kami sangat mengharapkan
adanya kritik dan saran yang membangun dari para pembaca sebagai masukan bagi kami.
Akhir kata kami berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada umumnya
dan kami sebagai penulis pada khususnya. Atas segala perhatiannya kami mengucapkan
banyak terima kasih.

Sampit, Mei 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI

HALAMAN

KATA PENGANTAR ................................................................................i

DAFTAR ISI............................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN ..........................................................................1

a. Latar Belakang ...............................................................................1


b. Rumusan Masalah ..........................................................................2
c. Tujuan ............................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN ...........................................................................3

a. Asuhan Keperawatan Pada Anak dengan Penyakit Diare .............3


b. Asuhan Keperawatan Pada Anak dengan Penyakit DBD ............16
c. Asuhan Keperawatan Pada Anak dengan Penyakit DHF ............24

BAB III PENUTUP .................................................................................36

a. Kesimpulan ..................................................................................36
b. Saran ............................................................................................36

DAFTAR PUSTAKA ..............................................................................37

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dewasa ini keperawatan anak telah mengalami pergeseran yang sangat mendasar.
Anak sebagai klien tidak lagi dipandang sebagai miniatur orang dewasa, melainkan
sebagai makhluk unik yang memiliki kebutuhan spesifik dan berbeda dengan orang
dewasa. Dengan demikian juga keluarga, tidak lagi dipandang hanya sebagai pengunjung
bagi anak yang sakit, melainkan sebagai mitra bagi perawat dalam menentukan
kebutuhan anak dan pemenuhannya dalam bentuk pelayanan yang berpusat pada
keluarga. Setiap perawat perlu memahami keperawatan pada anak selalu berpegang pada
prinsip dasar ini.
Penyakit diare atau gastroenteritis merupakan suatu penyakit penting disekitar
masyarakat yang merupakan sebab utama kesakitan dan kematian seseorang terutama
pada anak. Hal ini tercermin banyak orang yang menderita penyakit diare disebabkan
berbagai faktor diantaranya kesehatan lingkungan, hygiene perorangan, keadaan gizi,
faktor sosial ekonomi. Walaupun banyak kasus diare yang mengalami dehidrasi, namun
banyak yang meninggal bila tidak dilakukan tindakan-tindakan yang tepat. (Mansjoer,
2001)
Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu penyakit menular
yang dipengaruhi oleh lingkungan dan perilaku masyarakat. Penyakit demam berdarah
disebut juga Dengue Haemoragic Fever (DHF) karena disertai gejala demam dan
perdarahan. DBD akan menyebabkan kematian sebanyak 5% dan terdapat lebih banyak
didaerah urban dari pada daerah rural (Slamet, 2004). Penyakit ini termasuk kedalam
sepuluh penyebab perawatan dirumah sakit dan kematian pada anak-anak didelapan
negara tropis Asia. Setiap tahun, diperkirakan terdapat 200 juta kasus infeksi dengue
didunia (WHO, 1999)
Kebanyakan orang yang menderita demam berdarah dengue pulih dalam waktu 2
minggu. Namun, untuk orang-orang tertentu dapat berlanjut selama beberapa minggu
hingga berbulan-bulan. Kasus kematian akibat DHF (dengue haemoragic fever) sering
terjadi pada anak-anak. Hal ini disebabkan selain karena kondisi daya tahan anak-anak
tidak sebagus orang dewasa juga karena sistem imun anak-anak belum sempurna.
Penyakit DHF (dengue haemoragic fever) jika tidak mendapatkan perawatan yang
memadai dan gejala klinis yang semakin berat yang mengarahkan pada gangguan

1
pembuluh darah dan gangguan hati dapat mengalami perdarahan hebat, syok dan dapat
menyebabkan kematian. (Hanifah, 2011)

B. Rumusan Masalah
1) Bagaimana asuhan keperawatan pada anak dengan penyakit diare?
2) Bagaimana asuhan keperawatan pada anak dengan penyakit DBD?
3) Bagaimana asuhan keperawatan pada anak dengan penyakit DHF?

C. Tujuan
1) Untuk mengetahui tentang asuhan keperawatan pada anak dengan penyakit diare.
2) Untuk mengetahui tentang asuhan keperawatan pada anak dengan penyakit DBD.
3) Untuk mengetahui tentang asuhan keperawatan pada anak dengan penyakit DHF.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN PENYAKIT DIARE


 KONSEP DIARE
1. PENGERTIAN
Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan jumlah tinja yang lebih
banyak dari biasanya (normal 100-200 cc/jam tinja). Dengan tinja berbentuk cair
/setengah padat, dapat disertai frekuensi yang meningkat. Menurut WHO (1980),
diare adalah buang air besar encer lebih dari 3 x sehari.
Diare didefinisikan sebagai buang air besar lembek atau cair bahkan dapat
berupa air saja yang frekuensinya lebih sering dari biasanya (3 kali atau lebih dalam
sehari) (Depkes RI Ditjen PPM dan PLP, 2002). Diare terbagi 2 berdasarkan mula
dan lamanya , yaitu diare akut dan kronis (Mansjoer,A.1999,501).
Berdasarkan dari pendapat para ahli maka dapat disimpulkan Diare adalah
buang air besar (BAB) yang tidak normal, berbentuk tinja cair disertai lendir atau
darah atau lendir saja, frekuensi lebih tiga kali sehari.
Menurut pedoman MTBS (2000), diare dapat dikelompokkan menjadi :
 Diare akut : terbagi atas diare dengan dehidrasi berat, diare dengan dehidrasi
sedang, diare dengan dehidrasi ringan
 Diare persiten : jika diare berlangsung 14 hari/lebih. Terbagi atas diare persiten
dengan dehidrasi dan persiten tanpa dehidrasi
 Disentri : jika diare berlangsung disertai dengan darah.

2. ETIOLOGI
1) Faktor infeksi : Bakteri ( Shigella, Shalmonella, Vibrio kholera), Virus
(Enterovirus), parasit (cacing), Kandida (Candida Albicans).
2) Faktor parentral : Infeksi dibagian tubuh lain (OMA sering terjadi pada anak-
anak).
3) Faktor malabsorbsi : Karbohidrat, lemak, protein.
4) Faktor makanan : Makanan basi, beracun, terlampau banyak lemak, sayuran
dimasak kurang matang.
5) Faktor Psikologis : Rasa takut, cemas.
6) Obat-obatan : antibiotic.

3
7) Penyakit usus : colitis ulcerative, crohn disease, enterocolitis, obstruksi usus

3. MANIFESTASI KLINIS
Tanda dan gejala anak yang menderita diare, yaitu:
1) Bayi atau anak menjadi cengeng dan gelisah
2) Suhu tubuh meninggi/demam
3) Feces encer, berlendir atau berdarah
4) Warna feces kehijauan akibat bercampur dengan cairan empedu
5) Anus lecet
6) Muntah sebelum dan sesudah diare
7) Anoreksia
8) Gangguan gizi akibat intake makanan kurang
9) Terdapat tanda dan gejala dehidrasi, yaitu penurunan berat badan, turgor kulit
berkurang, mata dan ubun-ubun besar cekung, membran mukosa kering.
10) Sering buang air besar dengan konsistensi tinja cair atau encer
11) Keram abdominal
12) Mual dan muntah
13) Lemah
14) Pucat
15) Perubahan TTV : Nadi dan pernafasan cepat.
16) Menurun atau tidak ada pengeluaran urine

4. PATOFISIOLOGI
Mekanisme dasar yang menyebabkan timbulnya diare ialah:
1) Gangguan osmotic
Adanya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan menyebabkan tekanan
osmotik dalam lumen usus meningkat sehingga terjadi pergeseran air dan
elektroloit ke dalam lumen usus. Isi rongga usus yang berlebihan akan
merangsang usus untuk mengeluarkannya sehingga timbul diare.
2) Gangguan sekresi
Akibat rangsangan tertentu (misalnya toksin) pada dinding usus akan terjadi
peningkatan sekresi, air dan elektrolit ke dalam lumen usus dan selanjutnya
timbul diare kerena peningkatan isi lumen usus.

4
3) Gangguan motilitas usus
Hiperperistaltik akan menyebabkan berkurangnya kesempatan usus untuk
menyerap makanan sehingga timbul diare. Sebaliknya bila peristaltik usus
menurun akan mengakibatkan bakteri tumbuh berlebihan, selanjutnya dapat
timbul diare pula.
4) Selain itu diare juga dapat terjadi, akibat masuknya mikroorganisme hidup ke
dalam usus setelah berhasil melewati rintangan asam lambung, mikroorganisme
tersebut berkembang biak, kemudian mengeluarkan toksin dan akibat toksin
tersebut terjadi hipersekresi yang selanjutnya akan menimbulkan diare.
Sedangkan akibat dari diare akan terjadi beberapa hal sebagai berikut:
1) Kehilangan air (dehidrasi)
Dehidrasi terjadi karena kehilangan air (output) lebih banyak dari pemasukan
(input), merupakan penyebab terjadinya kematian pada diare.
2) Gangguan keseimbangan asam basa (metabik asidosis)
Hal ini terjadi karena kehilangan Na-bicarbonat bersama tinja. Metabolisme
lemak tidak sempurna sehingga benda kotor tertimbun dalam tubuh, terjadinya
penimbunan asam laktat karena adanya anorexia jaringan. Produk metabolisme
yang bersifat asam meningkat karena tidak dapat dikeluarkan oleh ginjal (terjadi
oliguria/anuria) dan terjadinya pemindahan ion Na dari cairan ekstraseluler
kedalam cairan intraseluler.
3) Hipoglikemia
Hipoglikemia terjadi pada 2-3% anak yang menderita diare, lebih sering pada
anak yang sebelumnya telah menderita KKP. Hal ini terjadi karena adanya
gangguan penyimpanan/penyediaan glikogen dalam hati dan adanya gangguan
absorbsi glukosa. Gejala hipoglikemia akan muncul jika kadar glukosa darah
menurun hingga 40 mg% pada bayi dan 50% pada anak-anak.
4) Gangguan gizi
Terjadinya penurunan berat badan dalam waktu singkat, hal ini disebabkan oleh:
 Makanan sering dihentikan oleh orang tua karena takut diare atau muntah
yang bertambah hebat.
 Walaupun susu diteruskan, sering diberikan dengan pengeluaran dan susu
yang encer ini diberikan terlalu lama.

5
 Makanan yang diberikan sering tidak dapat dicerna dan diabsorbsi dengan
baik karena adanya hiperperistaltik.
5) Gangguan sirkulasi
Sebagai akibat diare dapat terjadi renjatan (shock) hipovolemik, akibatnya
perfusi jaringan berkurang dan terjadi hipoksia, asidosis bertambah berat, dapat
mengakibatkan perdarahan otak, kesadaran menurun dan bila tidak segera diatasi
klien akan meninggal.
5. KOMPLIKASI
Sebagai akibat kehilangan cairan dan elektrolit secara mendadak, dapat terjadi
berbagai macam komplikasi, seperti:
1) Dehidrasi
 Dehidrasi Ringan
Kehilangan cairan 2 – 5 % dari berat badan dengan gambaran klinik turgor
kulit kurang elastis, suara serak, klien belum jatuh pada keadaan syok.
Penatalaksanaan : Berikan cairan 1 jam pertama 25-50 ml/kg bb selanjutnya
125 ml/kg bb/hari
 Dehidrasi Sedang
Kehilangan cairan 5 – 8 % dari berat badan dengan gambaran klinik turgor
kulit jelek, suara serak, presyok nadi cepat dan dalam.
Penatalaksanaan : Berikan cairan 1 jam pertama 50-100 ml/kg bb selanjutnya
125 ml/kg bb/hari
 Dehidrasi Berat
Kehilangan cairan 8 - 10 % dari berat badan dengan gambaran klinik seperti
tanda-tanda dehidrasi sedang ditambah dengan kesadaran menurun, apatis
sampai koma, otot-otot kaku sampai sianosis.
Penatalaksanaan :
 Bayi baru lahir (berat badan 2-3 kg)
Kebutuhan cairan: 250 ml/kg bb/24 jam dengan pemberian cairan 4:1 (
4 glukosa5%+1 NaHCOз 1½%) dengan cara pemberian: 4 jam
pertama 25 ml/kg bb/jam, 20 jam berikutnya 150 ml/kg bb/20 jam.

6
 Bayi berat badan lahir rendah (berat badan < 2 kg)
Kebutuhan cairan: 250 ml/kg bb/24 jam, pemberian cairan adalah 4
glukosa 10% + 1 NaHCOз 1½%, dengan pemberian 4 jam pertama 25
ml/kg bb/jam, 20 jam berikutnya 150 ml/kg bb/20 jam .
 Umur 2-5 tahun (berat badan 3-10kg)
Cara pemberiannya adalah 1 jam pertama 40 ml/kg bb/jam kemudian
dilanjutkan 7 jam berikutnya 12 ml/kg bb/menit dan 16 jam kemudian
125 ml/kg bb.
 Umur 2-5 tahun (berat badan 10-15 kg)
Cara pemberiannya adalah 1 jam pertama 30 ml/kg bb/jam kemudian
dilanjutkan 7 jam berikutnya 10 ml/kg bb/menit dan 16 jam kemudian
125 ml/kg bb.
 Umur 5-10 tahun (berat badan 15-25kg)
Cara pemberiannya adalah 1 jam pertama 20 ml/kg bb/jam kemudian
dilanjutkan 7 jam berikutnya 10 ml/kg bb/menit dan 16 jam kemudian
105 ml/kg bb ( FKUI,1985 ).
2) Renjatan hipovolemik
3) Hipokalemia
4) Hipoglikemia
5) Intoleransi laktosa sekunder
6) Kejang, terutama pada dehidrasi hipertonik
7) Malnutrisi energi protein
6. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
 Riwayat alergi pada obat-obatan atau makanan
 Kultur tinja
 Pemeriksaan elektrolit, BUN, creatinine, dan glukosa.
 Pemeriksaan tinja : pH, leukosit, glukosa, dan adanya darah./
7. PENATALAKSANAAN
 Medis
1) Pemberian cairan.
1. Cairan per oral.
Pada klien dengan dehidrasi ringan dan sedang, cairan diberikan peroral
berupa cairan yang berisikan NaCl dan Na, HCO, K dan Glukosa, untuk

7
Diare akut diatas umur 6 bulan dengan dehidrasi ringan, atau sedang kadar
natrium 50-60 Meq/l dapat dibuat sendiri (mengandung larutan garam dan
gula ) atau air tajin yang diberi gula dengan garam. Hal tersebut diatas
adalah untuk pengobatan dirumah sebelum dibawa kerumah sakit untuk
mencegah dehidrasi lebih lanjut.
2. Cairan parenteral.
Mengenai seberapa banyak cairan yang harus diberikan tergantung dari
berat badan atau ringannya dehidrasi, yang diperhitungkan kehilangan
cairan sesuai dengan umur dan berat badannya.

Jadwal pemberian cairan


1) Belum ada dehidrasi
 Oral: 1 gelas setiap kali anak buang air besar
 Parenteral dibagi rata dalam 24 jam
2) Dehidrasi ringan
 1 jam pertama: 25-50 ml/kgBB peroral atau intragastrik
 Selanjutnya: 125 ml/kgBB/hari
3) Dehidrasi sedang
 1 jam pertama: 50-100ml/kgBB peroral atau intragastrik
 Selanjutnya: 125 ml/kgBB/hari
4) Dehidrasi berat
Jadwal pemberian cairan didasarkan pada umur dan BB anak
2) Diatetik : pemberian makanan dan minuman khusus pada klien dengan tujuan
penyembuhan dan menjaga kesehatan adapun hal yang perlu diperhatikan :
 Memberikan asi.
Memberikan bahan makanan yang mengandung kalori, protein,
vitamin, mineral dan makanan yang bersih.
 Makanan setengah padat (bubur) atau makanan padat (nasi tim) bila
anak tidak mau minum susu.
 Susu khusus yang disesuaikan dengan kelainan yang ditemukan
misalnya susu rendah laktosa atau asam lemak yang berantai sedang
atau tidak jenuh.

8
3) Obat-obatan.
Prinsip pengobatan diare adalah menggantikan cairan yang hilang melalui
tinja dengan atau tanpa muntah, dengan cairan yang mengandung elektrolit
dan glukosa atau karbohidrat lain (gula, air tajin, tepung beras, dll)
 Obat anti sekresi.
 Obat anti spasmolitik.
 Obat pengeras tinja.
 Obat antibiotik.
Pencegahan diare bisa dilakukan dengan mengusahakan lingkungan yang
bersih dan sehat :
1) Usahakan untuk selalu mencuci tangan sebelum menyentuh makanan.
2) Usahakan pula menjaga kebersihan alat-alat makan.
3) Sebaiknya air yang diminum memenuhi kebutuhan sanitasi standar di
lingkungan tempst tinggal. Air dimasak benar-benar mendidih, bersih,
tidak berbau, tidak berwarna dan tidak berasa.
4) Tutup makanan dan minuman yang disediakan di meja.
5) Setiap kali habis pergi usahakan selalu mencuci tangan, kaki, dan muka.
6) Biasakan anak untuk makan di rumah dan tidak jajan di sembarangan
tempat. Kalau bisa membawa makanan sendiri saat ke sekolah.
7) Buatlah sarana sanitasi dasar yang sehat di lingkungan tempat tinggal,
seperti air bersih dan jamban/WC yang memadai.
8) Pembuatan jamban harus sesuai persyaratan sanitasi standar. Misalnya,
jarak antara jamban (juga jamban tetangga) dengan sumur atau sumber air
sedikitnya 10 meter agar air tidak terkontaminasi. Dengan demikian,
warga bisa menggunakan air bersih untuk keperluan sehari-hari, untuk
memasak, mandi, dan sebagainya.

 KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


a) PENGKAJIAN KEPERAWATAN
1. Identitas
Perlu diperhatikan adalah usia. Episode diare terjadi pada 2 tahun pertama
kehidupan. Insiden paling tinggi adalah golongan umur 6-11 bulan.
Kebanyakan kuman usus merangsang kekebalan terhadap infeksi, hal ini
membantu menjelaskan penurunan insidence penyakit pada anak yang lebih
9
besar. Pada umur 2 tahun atau lebih imunitas aktif mulai terbentuk.
Kebanyakan kasus karena infeksi usus asimptomatik dan kuman enteric
menyebar terutama klien tidak menyadari adanya infeksi. Status ekonomi juga
berpengaruh terutama dilihat dari pola makan dan perawatannya .
2. Keluhan Utama
BAB lebih dari 3 kali sehari
3. Riwayat Penyakit Sekarang
BAB warna kuning kehijauan, bercampur lendir dan darah atau lendir saja.
Konsistensi encer, frekuensi lebih dari 3 kali, waktu pengeluaran : 3-5 hari
(diare akut), lebih dari 7 hari ( diare berkepanjangan), lebih dari 14 hari (diare
kronis).
4. Riwayat Penyakit Dahulu
Pernah mengalami diare sebelumnya, pemakian antibiotik atau kortikosteroid
jangka panjang (perubahan candida albicans dari saprofit menjadi parasit),
alergi makanan, ISPA, ISK, OMA campak.
5. Riwayat Nutrisi
Pada anak usia toddler makanan yang diberikan seperti pada orang dewasa,
porsi yang diberikan 3 kali setiap hari dengan tambahan buah dan susu.
kekurangan gizi pada anak usia toddler sangat rentan,. Cara pengelolahan
makanan yang baik, menjaga kebersihan dan sanitasi makanan, kebiasan cuci
tangan,
6. Riwayat Kesehatan Keluarga
Ada salah satu keluarga yang mengalami diare.
7. Riwayat Kesehatan Lingkungan
Penyimpanan makanan pada suhu kamar, kurang menjaga kebersihan,
lingkungan tempat tinggal.
8. Riwayat Pertumbuhan dan perkembangan
a. Pertumbuhan
 Kenaikan BB karena umur 1 –3 tahun berkisar antara 1,5-2,5 kg (rata-
rata 2 kg), PB 6-10 cm (rata-rata 8 cm) pertahun.
 Kenaikan linkar kepala : 12cm ditahun pertama dan 2 cm ditahun
kedua dan seterusnya.
 Tumbuh gigi 8 buah : tambahan gigi susu; geraham pertama dan gigi

10
taring, seluruhnya berjumlah 14 – 16 buah
 Erupsi gigi : geraham perama menusul gigi taring.
b. Perkembangan
Tahap perkembangan Psikoseksual menurut Sigmund Freud:
 Fase anal : Pengeluaran tinja menjadi sumber kepuasan libido, mulai
menunjukan keakuannya, cinta diri sendiri/ egoistic, mulai kenal
dengan tubuhnya, tugas utamanyan adalah latihan kebersihan,
perkembangan bicara dan bahasa (meniru dan mengulang kata
sederhana, hubungan interpersonal, bermain).
Tahap perkembangan psikososial menurut Erik Erikson:
 Autonomy vs Shame and doundt
 Perkembangan keterampilan motorik dan bahasa dipelajari anak
toddler dari lingkungan dan keuntungan yang ia peroleh Dari kemam
puannya untuk mandiri (tak tergantung). Melalui dorongan orang tua
untuk makan, berpakaian, BAB sendiri, jika orang tua terlalu over
protektif menuntut harapan yanag terlalu tinggi maka anak akan merasa
malu dan ragu-ragu seperti juga halnya perasaan tidak mampu yang
dapat berkembang pada diri anak.
 Gerakan kasar dan halus, bacara, bahasa dan kecerdasan, bergaul dan
mandiri : Umur 2-3 tahun :
1. berdiri dengan satu kaki tanpa berpegangan sedikitpun
2. hitungan (GK)
3. Meniru membuat garis lurus (GH)
4. Menyatakan keinginan sedikitnya dengan dua kata (BBK)
5. Melepas pakaian sendiri (BM)
9. Pemeriksaan Fisik
a) pengukuran panjang badan, berat badan menurun, lingkar lengan mengecil,
lingkar kepala, lingkar abdomen membesar,
b) keadaan umum : klien lemah, gelisah, rewel, lesu, kesadaran menurun.
c) Kepala : ubun-ubun tak teraba cekung karena sudah menutup pada anak
umur 1 tahun lebih
d) Mata : cekung, kering, sangat cekung
e) Sistem pencernaan : mukosa mulut kering, distensi abdomen, peristaltic

11
meningkat > 35 x/mnt, nafsu makan menurun, mual muntah, minum normal
atau tidak haus, minum lahap dan kelihatan haus, minum sedikit atau
kelihatan bisa minum
f) Sistem Pernafasan : dispnea, pernafasan cepat > 40 x/mnt karena asidosis
metabolic (kontraksi otot pernafasan)
g) Sistem kardiovaskuler : nadi cepat > 120 x/mnt dan lemah, tensi menurun
pada diare sedang.
h) Sistem integumen : warna kulit pucat, turgor menurun > 2 dt, suhu
0
meningkat > 37,5 C, akral hangat, akral dingin (waspada syok), capillary
refill time memajang > 2 detik, kemerahan pada daerah perianal.
i) Sistem perkemihan : urin produksi oliguria sampai anuria (200-400 ml/ 24
jam ), frekuensi berkurang dari sebelum sakit.
j) Dampak hospitalisasi : semua anak sakit yang MRS bisa mengalami stress
yang berupa perpisahan, kehilangan waktu bermain, terhadap tindakan
invasive respon yang ditunjukan adalah protes, putus asa, dan kemudian
menerima.
10. Pemeriksaan Penunjang
1) Laboratorium :
 feses kultur : Bakteri, virus, parasit, candida
 Serum elektrolit : Hiponatremi, Hipernatremi, hipokalemi
 AGD : asidosis metabolic ( Ph menurun, PO2 meningkat, PCO2
meningkat, HCO3 menurun )
 Faal ginjal : UC meningkat (GGA)
2) Radiologi : mungkin ditemukan bronchopemoni

b) DIAGNOSA KEPERAWATAN
1) Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan
kehilangan cairan skunder terhadap diare.
2) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan diare
atau output berlebihan dan intake yang kurang
3) Resiko peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses infeksi sekunder
terhadap diare
4) Resiko gangguan integritas kulit berhubungan dengan peningkatan frekwensi
diare.

12
5) Kecemasan anak berhubungan dengan tindakan invasive.
6) Perubahan proses keluarga berhubungan dengan krisis situasi, kurang
pengetahuan.

c) INTERVENSI KEPERAWATAN
Diagnosa 1: Gangguan Keseimbangan Cairan Dan Elektrolit Berhubungan
Dengan Kehilangan Cairan Skunder Terhadap Diare
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam
keseimbangan dan elektrolit dipertahankan secara maksimal.
Kriteria hasil :
 Tanda vital dalam batas normal (N: 120-60 x/mnt, S; 36-37,50 c, RR : < 40
x/mnt )
 Turgor elastik , membran mukosa bibir basah, mata tidak cowong, UUB
tidak cekung.
 Konsistensi BAB lembek, frekwensi 1 kali perhari
Intervensi :
1) Pantau tanda dan gejala kekurangan cairan dan elektrolit
2) Beri LRO (larutan rehidrasi oral)
3) Berikan LRO sedikit tapi sering/anjurkan keluarga untuk memberi minum
banyak pada kien, 2-3 lt/hr
4) Setelah rehidrasi berikan diet regular pada anak sesuai toleransi
5) Pantau intake dan output (urin, feses, dan emesis)
6) Timbang berat badan setiap hari
7) Kaji TTV, turgor kulit, membrane mukosa, dan status mental setiap 4 jam
atau sesuai indikasi
8) Hindari masukan cairan jernih seperti jus buah, minuman berkarbonat, dan
gelatin
9) Kolaborasi :
 Pemeriksaan laboratorium serum elektrolit (Na, K,Ca, BUN)
 Cairan parenteral ( IV line ) sesuai dengan umur
 Obat-obatan : (antisekresin, antispasmolitik, antibiotik)
10) Instruksikan keluarga dalam memberikan terapi yang tepat, pemantauan
masukkan dan keluaran, dan mengkaji tanda-tanda dehidrasi.

13
Diagnosa 2 : Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
tidak adekuatnya intake dan out put
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan perawatan selama dirumah di RS kebutuhan
nutrisi terpenuhi.
Kriteria :
 Nafsu makan meningkat
 BB meningkat atau normal sesuai umur
Intervensi :
1) Diskusikan dan jelaskan tentang pembatasan diet (makanan berserat tinggi,
berlemak dan air terlalu panas atau dingin)
2) Ciptakan lingkungan yang bersih, jauh dari bau yang tak sedap atau sampah,
sajikan makanan dalam keadaan hangat
3) Berikan jam istirahat (tidur) serta kurangi kegiatan yang berlebihan
4) Observasi dan catat respos terhadap pemberian makan
5) Kolaborasi dengan tim kesehatan lain :
 terapi gizi : Diet TKTP rendah serat, susu
 obat-obatan atau vitamin ( A)
6) Instruksikan keluarga dalam memberikan diet yang tepat

Diagnosa 3 : Resiko Peningkatan Suhu Tubuh Berhubungan Dengan Proses


Infeksi Dampak Sekunder Dari Diare
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan perawatan selama 3x 24 jam tidak terjadi
peningkatan suhu tubuh
Kriteria hasil :
 suhu tubuh dalam batas normal ( 36-37,5 C)
 Tidak terdapat tanda infeksi (rubur, dolor, kalor, tumor, fungtio leasa)
Intervensi :
1) Monitor suhu tubuh setiap 2 jam
2) Berikan kompres hangat
3) Kolaborasi pemberian antipirektik

Diagnosa 4 : Resiko Gangguan Integritas Kulit Perianal Berhubungan Dengan


Peningkatan Frekwensi BAB (Diare)
Tujuan : Setelah Dilakukan tindakan keperawatan selama di rumah sakit
integritas kulit tidak terganggu

14
Kriteria hasil :
 Tidak terjadi iritasi : kemerahan, lecet, kebersihan terjaga
 Keluarga mampu mendemontrasikan perawatan perianal dengan baik dan
benar
Intervensi :
1) Diskusikan dan jelaskan pentingnya menjaga tempat tidur
2) Demontrasikan serta libatkan keluarga dalam merawat perianal (bila basah
dan mengganti pakaian bawah serta alasnya)
3) Atur posisi tidur atau duduk dengan selang waktu 2-3 jam
Diagnosa 5 : Kecemasan Anak Berhubungan Dengan Tindakan Invasive
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan perawatan selama di rumah sakit, klien
mampu beradaptasi
Kriteria hasil :
 Mau menerima tindakan perawatan
 klien tampak tenang dan tidak rewel
Intervensi :
1) Libatkan keluarga dalam melakukan tindakan perawatan
2) Hindari persepsi yang salah pada perawat dan RS
3) Berikan pujian jika klien mau diberikan tindakan perawatan dan pengobatan
4) Lakukan kontak sesering mungkin dan lakukan komunikasi baik verbal
maupun non verbal (sentuhan, belaian dll)
5) Berikan mainan sebagai rangsang sensori anak.

Diagnosa 6 : Perubahan Proses Keluarga Berhubungan Dengan Krisis


Situasi, Kurang Pengetahuan.
Tujuan : Keluarga memahami tentangg penyakit anaknya dan pengobatannya
serta mampu memberikan perawatan.
Kriteria hasil :
 Keluarga menunjukkan kemampuan untuk merawat anak, khususnya di rumah.
Intervensi :
1) Berikan informasi pada keluarga tentang penyakit anak dan tindakan
terapeutik
2) Bantu keluarga dalam memberikan rasa nyaman dan dukungan pada anak.

15
3) Izinkan anggota keluarga untuk berpartisipasi dalam perawatan anak sebanyak
yang mereka inginkan
4) Instruksikan keluarga mengenai pencegahan
5) Atur perawatan kesehaan pascahospitalisasi
6) Rujuk keluarga pada lembaga perawatan kesehatan komunitas

B. ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN PENYAKIT DBD


 KONSEP DBD
1. PENGERTIAN
Penyakit demam berdarah dengue atau yang disingkat sebagai DBD adalah
suatu penyakit yang disebabkan oleh virus dengue yang dibawa oleh nyamuk aedes
aegypti betina lewat air liur gigitan saat menghisap darah manusia. Pada DBD
terjadi perembesan plasma yang ditandai oleh hemokonsentrasi (peningkatan
hematokrit) atau penumpukan cairan di rongga tubuh.
DHF adalah suatu infeksi arbovirus akut yang masuk ke dalam tubuh melalui
gigitan nyamuk spesies aides. Penyakit ini sering menyerang anak, remaja, dan
dewasa yang ditandai dengan demam, nyeri otot dan sendi. Demam Berdarah
Dengue sering disebut pula Dengue Haemoragic Fever ( DHF ).
Dengue Haemorhagic Fever (DHF) adalah penyakit yang disebabkan oleh
virus dengue sejenis virus yang tergolong arbovirus dan masuk kedalam tubuh
penderita melalui gigitan nyamuk aedes aegepty.
2. ETIOLOGI
Penyakit Demam Berdarah (DBD) adalah penyakit menular berbahaya yang
disebabkan oleh virus , menyebabkan gangguan pada pembuluh darah kapiler dan
sistem pembekuan darah sehingga mengakibatkan perdarahan, dapat menimbulkan
kematian , penyebab penyakit adalah virus yang menggangu pembuluh darah kapiler
dan pada sistem pembekuan darah, sehingga mengakibatkan perdarahan-
perdarahan.
3. KLASIFIKASI
DBD derajat I : Demam disertai gejala tidak khas, dan satu-satunya manifestasi
perdarahan ialah uji torniquet positif.
DBD derajat II : Seperti derajat I, disertai perdarahan spontan di kulit atau
perdarahan lain.

16
DBD derajat III : Terdapat kegagalan sirkulasi (nadi cepat dan lembut, tekanan
nadi menurun ( < 20 mmHg) atau hipotensi, sianosis disekitar mulut, kulit dingin
dan lembab, dan anak tampak gelisah.
DBD derajat IV : Syok berat (profound shock): nadi tidak dapat diraba, dan tekanan
darah tidak dapat diukur.
4. MANIFESTASI KLINIS
 Meningkatnya suhu tubuh
 Nyeri pada otot seluruh tubuh
 Nyeri kepala menyeluruh atau berpusat pada supra orbita, retroorbita
 Suara serak
 Batuk
 Epistaksis
 Disuria
 Nafsu makan menurun
 Muntah
 Petekie
 Ekimosis
 Melena
5. PATOFISIOLOGI
Virus akan masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk aedes aegypty.
Pertama-tama yang terjadi adalah viremia yang mengakibatkan penderita mengalami
demam, sakit kepala, mual, nyeri otot, pegal-pegal diseluruh tubuh, ruam atau
bintik-bintik merah pada kulit (petekie), hyperemia tenggorokan dan hal lain yang
mungkin terjadi seperti pembesaran kelenjar getah bening, pembesaran hati
(hepatomegali) dan pembesaran limpa (splenomegali).
Kemudian virus akan bereaksi dengan antibody dan terbentuklah kompleks
virus-antibody. Dalam sirkulasi akan mengaktivasi system komplemen. Akibat
aktivasi c3 dan c5 akan dilepas c3a dan c5a, dua peptida yang berdaya untuk
melepaskan histamine dan merupakan mediator kuat sebagai factor meningkatnya
permeabilitas dinding kapiler pembuluh darah yang mengakibatkan terjadinya
perembesan plasma ke ruang ekstra seluler.
Perembesan plasma ke ruang ekstra seluler mengakibatkan berkurangnya
volume plasma, terjadi hipotensi, hemokonsentrasi, dan hipoproteinemia serta efusi

17
dan renjatan (syok).Hemokonsentrasi (peningkatan hematokrit > 20 %)
menunjukkan atau menggambarkan adanya kebocoran (perembesan) plasma
sehingga nilai hematokrit menjadi penting untuk patokan pemberian cairan
intravena. Terjadinya trobositopenia, menurunnya fungsi trombosit dan menurunnya
faktor koagulasi (protombin dan fibrinogen) merupakan faktor penyebab terjadinya
perdarahan hebat , terutama perdarahan saluran gastrointestinal pada dhf.
Adanya kebocoran plasma ke daerah ekstra vaskuler dibuktikan dengan
ditemukannya cairan yang tertimbun dalam rongga serosa yaitu rongga peritoneum,
pleura, dan pericard yang pada otopsi ternyata melebihi cairan yang diberikan
melalui infus. Setelah pemberian cairan intravena, peningkatan jumlah trombosit
menunjukkan kebocoran plasma telah teratasi, sehingga pemberian cairan intravena
harus dikurangi kecepatan dan jumlahnya untuk mencegah terjadinya edema paru
dan gagal jantung, sebaliknya jika tidak mendapatkan cairan yang cukup, penderita
akan mengalami kekurangan cairan yang dapat mengakibatkan kondisi yang buruk
bahkan bisa mengalami renjatan. Jika renjatan atau hipovolemik berlangsung lama
akan timbul anoksia jaringan, metabolik asidosis dan kematian apabila tidak segera
diatasi dengan baik. Gangguan hemostasis pada dhf menyangkut 3 faktor yaitu :
perubahan vaskuler, trombositopenia dan gangguan koagulasi.
Setelah virus dengue masuk ke dalam tubuh, pasien akan mengalami keluhan
dan gejala karena viremia, seperti demam, sakit kepala, mual, nyeri otot, pegal
seluruh badan, hiperemi ditenggorokan, timbulnya ruam dan kelainan yang mungkin
muncul pada system retikuloendotelial seperti pembesaran kelenjar-kelenjar getah
bening, hati dan limpa. Ruam pada dhf disebabkan karena kongesti pembuluh darah
dibawah kulit.
Fenomena patofisiologi utama yang menentukan berat penyakit dhf ialah
meningginya permeabilitas dinding kapiler karena pelepasan zat anafilaktosin,
histamin dan serotonin serta aktivasi system kalikreain yang berakibat ekstravasasi
cairan intravaskuler.Hal ini berakibat berkurangnya volume plasma, terjadinya
hipotensi, hemokonsentrasi, hipoproteinemia, efusi dan renjatan.
Adanya kebocoran plasma ke daerah ekstravaskuler ibuktikan dengan
ditemukannya cairan dalam rongga serosa, yaitu dalam rongga peritoneum, pleura
dan perikard. Renjatan hipovolemik yang terjadi sebagai akibat kehilangan plasma,
bila tidak segera teratasi akan terjadi anoxia jaringan, asidosis metabolic dan
kematian. Sebab lain kematian pada dhf adalah perdarahan hebat. Perdarahan

18
umumnya dihubungkan dengan trombositopenia, gangguan fungsi trombosit dan
kelainan fungsi trombosit.
Fungsi agregasi trombosit menurun mungkin disebabkan proses imunologis
terbukti dengan terdapatnya kompleks imun dalam peredaran darah. Kelainan
system koagulasi disebabkan diantaranya oleh kerusakan hati yang fungsinya
memang tebukti terganggu oleh aktifasi system koagulasi.Masalah terjadi tidaknya
dic pada dhf/ dss, terutama pada pasien dengan perdarahan hebat.
6. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a) Pemeriksaan Laboratorium :
1) Trombosit menurun
2) Hematokrit meningkat 20% atau lebih
3) Leukosit menurun pada hari kedua dan ketiga
4) Kadar albumin menurun dan bersifat sementara
5) Hipoproteinemia( Protein darah rendah )
6) Hiponatremia( NA rendah )
b) Pemeriksaan Radiologi
Pada foto thorax( pada DHF grade III/ IV dan sebagian besar grade II) di
dapatkan efusi pleura
7. TERAPI DAN PENGOBATAN
Belum atau tanpa renjatan:
1) Grade I dan II :
a. Oral ad libitum atau
b. Infus cairan Ringer Laktat dengan dosis 75 ml/Kg BB/hari untuk anak
dengan BB < 10 kg atau 50 ml/Kg BB/hari untuk anak dengan BB < 10 kg
bersama-sama diberikan minuman oralit, air buah atau susu secukupnya.
Untuk kasus yang menunjukkan gejala dehidrasi disarankan minum
sebnyak-banyaknya dan sesering mungkin.

Apabila anak tidak suka minum sama sekali sebaiknya jumlah cairan infus
yang harus diberikan sesuai dengan kebutuhan cairan penderita dalam kurun
waktu 24 jam yang diestimasikan sebagai berikut :
 100 ml/Kg BB/24 jam, untuk anak dengan BB < 25 Kg
 75 ml/KgBB/24 jam, untuk anak dengan BB 26-30 kg
 60 ml/KgBB/24 jam, untuk anak dengan BB 31-40 kg

19
 50 ml/KgBB/24 jam, untuk anak dengan BB 41-50 kg
 Obat-obatan lain : antibiotika apabila ada infeksi lain, antipiretik untuk anti
panas, darah 15 cc/kgBB/hari perdarahan hebat.
2) Grade III
a. Berikan infus Ringer Laktat 20 mL/KgBB/1 jam
Apabila menunjukkan perbaikan (tensi terukur lebih dari 80 mmHg dan
nadi teraba dengan frekuensi kurang dari 120/mnt dan akral hangat)
lanjutkan dengan Ringer Laktat 10 mL/KgBB/1jam. Jika nadi dan tensi
stabil lanjutkan infus tersebut dengan jumlah cairan dihitung berdasarkan
kebutuhan cairan dalam kurun waktu 24 jam dikurangi cairan yang sudah
masuk dibagi dengan sisa waktu ( 24 jam dikurangi waktu yang dipakai
untuk mengatasi renjatan ). Perhitungan kebutuhan cairan dalam 24 jm
diperhitungkan sebagai berikut :
 100 mL/Kg BB/24 jam untuk anak dengan BB < 25 Kg
 75 mL/Kg BB/24 jam untuk anak dng berat badan 26-30 Kg.
 60 mL/Kg BB/24 jam untuk anak dengan BB 31-40 Kg.
 50 mL/Kg BB/24 jam untuk anak dengan BB 41-50 Kg.
b. Apabila satu jam setelah pemakaian cairan RL 20 mL/Kg BB/1 jam keadaan
tensi masih terukur kurang dari 80 mmHg dan andi cepat lemah, akral
dingin maka penderita tersebut memperoleh plasma atau plasma ekspander (
dextran L atau yang lainnya ) sebanyak 10 mL/ Kg BB/ 1 jam dan dapat
diulang maksimal 30 mL/Kg BB dalam kurun waktu 24 jam. Jika keadaan
umum membai dilanjutkan cairan RL sebanyk kebutuhan cairan selama 24
jam dikurangi cairan yang sudah masuk dibagi sisa waktu setelah dapat
mengatasi renjatan.
c. Apabila satu jam setelah pemberian cairan Ringer Laktat 10 mL/Kg BB/ 1
jam keadaan tensi menurun lagi, tetapi masih terukur kurang 80 mmHg dan
nadi cepat lemah, akral dingin maka penderita tersebut harus memperoleh
plasma atau plasma ekspander (dextran L atau lainnya) sebanyak 10 Ml/Kg
BB/ 1 jam. Dan dapat diulang maksimal 30 mg/Kg BB dalam kurun waktu
24 jam.

20
 KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
a) PENGKAJIAN KEPERAWATAN
1) Identitas
DBD merupakan penyakit daerah tropis yang sering menyebabkan
kematian anak, remaja dan dewasa (Effendy, 1995).
2) Keluhan Utama
Pasien mengeluh panas, sakit kepala, lemah, nyeri ulu hati, mual dan nafsu
makan menurun.
3) Riwayat penyakit sekarang
Riwayat kesehatan menunjukkan adanya sakit kepala, nyeri otot, pegal
seluruh tubuh, sakit pada waktu menelan, lemah, panas, mual, dan nafsu
makan menurun.
4) Riwayat penyakit terdahulu
Tidak ada penyakit yang diderita secara specific.
5) Riwayat penyakit keluarga
Riwayat adanya penyakit DBD pada anggota keluarga yang lain sangat
menentukan, karena penyakit DBD adalah penyakit yang bisa ditularkan
melalui gigitan nyamuk aides aigepty.
6) Riwayat Kesehatan Lingkungan
Biasanya lingkungan kurang bersih, banyak genangan air bersih seperti
kaleng bekas, ban bekas, tempat air minum burung yang jarang diganti
airnya, bak mandi jarang dibersihkan.
Pengkajian Per Sistem
1) Sistem Pernapasan
Sesak, perdarahan melalui hidung, pernapasan dangkal, epistaksis,
pergerakan dada simetris, perkusi sonor, pada auskultasi terdengar ronchi,
krakles.
2) Sistem Persyarafan
Pada grade III pasien gelisah dan terjadi penurunan kesadaran serta pada
grade IV dapat terjadi DSS.
3) Sistem Cardiovaskuler
Pada grade I dapat terjadi hemokonsentrasi, uji tourniquet positif,
trombositipeni, pada grade III dapat terjadi kegagalan sirkulasi, nadi cepat,

21
lemah, hipotensi, cyanosis sekitar mulut, hidung dan jari-jari, pada grade
IV nadi tidak teraba dan tekanan darah tak dapat diukur.
4) Sistem Pencernaan
Selaput mukosa kering, kesulitan menelan, nyeri tekan pada epigastrik,
pembesarn limpa, pembesaran hati, abdomen teregang, penurunan nafsu
makan, mual, muntah, nyeri saat menelan, dapat hematemesis, melena.
5) Sistem perkemihan
Produksi urine menurun, kadang kurang dari 30 cc/jam, akan
mengungkapkan nyeri sat kencing, kencing berwarna merah.
6) Sistem Integumen.
Terjadi peningkatan suhu tubuh, kulit kering, pada grade I terdapat positif
pada uji tourniquet, terjadi pethike, pada grade III dapat terjadi perdarahan
spontan pada kulit.
b) DIAGNOSA KEPERAWATAN
1) Hipertermi b/d proses infeksi virus dengue
2) Risiko terjadi syok hypovolemik berhubungan dengan kurangnya volume
cairan tubuh.
3) Risiko gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh b/d intake nutrisi yang tidak adekuat akibat mual dan nafsu makan
yang menurun.
4) Kurangnya volume cairan tubuh berhubungan dengan peningkatan
permeabilitas dinding plasma.

c) INTERVENSI
Diagnosa I : Hipertermie berhubungan dengan proses infeksi virus dengue
Tujuan : Suhu tubuh normal
Kriteria hasil :
o Suhu tubuh antara 36 – 37
o Nyeri otot hilang
Intervensi :
1) Beri kompres air dingin
2) Berikan / anjurkan pasien untuk banyak minum 1500-2000 cc/hari ( sesuai
toleransi )
3) Anjurkan pasien untuk menggunakan pakaian yang tipis dan mudah

22
menyerap keringat
4) Observasi intake dan output, tanda vital ( suhu, nadi, tekanan darah ) tiap 3
jam sekali atau lebih sering.
5) Kolaborasi : pemberian cairan intravena dan pemberian obat sesuai
program.
Diagnosa II : Risiko terjadi syok hypovolemik berhubungan dengan
kurangnya volume cairan tubuh.
Tujuan: Tidak terjadi syok hipovolemik
Kriteria : Tanda Vital dalam batas normal
Intervensi :
1) Monitor keadaan umum pasien
2) Observasi vital sign setiap 3 jam atau lebih
3) Jelaskan pada pasien dan keluarga tanda perdarahan, dan segera laporkan
jika terjadi perdarahan
4) Kolaborasi : Pemberian cairan intravena.
5) Kolaborasi : pemeriksaan : HB, PCV, trombo
DiagnosaIII : Resiko gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake nutrisi yang tidak adekuat
akibat mual dan nafsu makan yang menurun.
Tujuan : Tidak terjadi gangguan kebutuhan nutrisi
Kriteria:
o Tidak ada tanda-tanda malnutrisi
o Menunjukkan berat badan yang seimbang.
Intervensi :
1) Kaji riwayat nutrisi, termasuk makanan yang disukai
2) Observasi dan catat masukan makanan pasien
3) Timbang BB tiap hari (bila memungkinkan )
4) Berikan makanan sedikit namun sering dan atau makan diantara waktu
makan
5) Berikan dan Bantu oral hygiene.
6) Hindari makanan yang merangsang dan mengandung gas.
Diagnosa IV : Kurangnya volume cairan tubuh berhubungan dengan
peningkatan permeabilitas dinding plasma.
Tujuan : Tidak terjadi devisit voume cairan

23
Kriteria :
o Input dan output seimbang
o Vital sign dalam batas normal
o Tidak ada tanda presyok
o Akral hangat
o Capilarry refill < 3 detik
Intervensi :
1) Awasi vital sign tiap 3 jam/lebih sering
2) Observasi capillary Refill
3) Observasi intake dan output. Catat warna urine / konsentrasi, BJ
4) Anjurkan untuk minum 1500-2000 ml /hari ( sesuai toleransi )
5) Kolaborasi : Pemberian cairan intravena

C. ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN PENYAKIT DHF


 KONSEP DHF
1. PENGERTIAN
Dengue haemorhagic fever (DHF) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus
dengue sejenis virus yang tergolong arbovirus dan masuk kedalam tubuh penderita
melalui gigitan nyamuk aedes aegypty (Nursalam, dkk. 2008)
Dengue haemorhagic fever (DHF) adalah penyakit yang terdapat pada anak
dan orang dewasa dengan gejala utama demam, nyeri otot dan nyeri sendi yang
disertai ruam atau tanpa ruam. DHF sejenis virus yang tergolong arbo virus dan
masuk kedalam tubuh penderita melalui gigitan nyamuk aedes aegypty (betina)
(Hidayat, 2006)
Dengue haemorhagic fever (DHF) adalah suatu penyakit akut yang
disebabkan oleh virus yang ditularkan oleh nyamuk aedes aegypty (Suriadi. 2010)
DHF adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue (arbovirus) yang masuk
kedalam tubuh melalui gigitan nyamuk aedes aegypti. (Suryady,2001,hal 57)
Dari beberapa pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa dengue
haemorhagic fever (DHF) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue
sejenis virus yang tergolong arbovirus dan masuk kedalam tubuh penderita
melalui gigitan nyamuk aedes aegypty yang terdapat pada anak dan orang dewasa
dengan gejala utama demam, nyeri otot dan nyeri sendi yang disertai ruam atau
tanpa ruam.
24
2. ETIOLOGI
Dengue haemoragic Fever (DHF) disebabkan oleh arbovirus (Arthopodborn
Virus) dan ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes Aegepthy. Virus Nyamuk
aedes aegypti berbentuk batang, stabil pada suhu 370 C. Adapun ciri-ciri nyamuk
penyebar demam berdarah menurut (Nursalam ,2008) adalah :
1) Badan kecil,warna hitam dengan bintik-bintik putih
2) Hidup didalam dan sekitar rumah
3) Menggigit dan menghisap darah pada waktu siang hari
4) Senang hinggap pada pakaian yang bergantung didalam kamar
5) Bersarang dan bertelur digenangan air jernih didalam dan sekitar rumah
seperti bak mandi, tempayan vas bunga.
3. KLASIFIKASI
Berdasarkan standar WHO (2002), DHF dibagi menjadi empat derajat sebagai
berikut:
1) Derajat I : Demam disertai gejala klinis lain atau perdarahan spontan, uji
turniket positif, trombositopeni dan hemokonsentrasi.
2) Derajat II : Seperti derajat I namun di sertai perdarahan spontan di kulitdan
atau perdarahan lain.
3) Derajat III : Di temukan kegagalan sirkulasi darah dengan adanya nadi cepat
dan lemah, tekanan darah menurun disertai kulit dingin, lembab dan gelisah.
4) Derajat IV : Renjatan berat dengan nadi tidak teratur dan tekanan darah yang
tidak dapat diukur.
4. MANIFESTASI KLINIS
Menurut Nursalam, 2008 tanda dan gejala penyakit DHF antara lain
1) Demam tinggi selama 5 – 7 hari
2) Mual, muntah, tidak ada nafsu makan, diare, konstipasi.
3) Perdarahan terutama perdarahan bawah kulit, ptechie, echymosis, hematoma.
4) Epistaksis, hematemisis, melena, hematuri.
5) Nyeri otot, tulang sendi, abdoment, dan ulu hati.
6) Sakit kepala.
7) Pembengkakan sekitar mata.
8) Pembesaran hati, limpa, dan kelenjar getah bening.
9) Tanda-tanda renjatan (sianosis, kulit lembab dan dingin, tekanan darah
menurun, gelisah, capillary refill lebih dari dua detik, nadi cepat dan lemah).

25
5. PATOFISIOLOGI
Virus dengue masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk aedes aegypty
dimana virus tersebut akan masuk ke dalam aliran darah, maka terjadilah viremia
(virus masuk ke dalam aliran darah). Kemudian akan bereaksi dengan antibody
dan terbentuklah kompleks virus antibody yang tinggi akibatnya terjadilah
peningkatan permeabilitas pembuluh darah karena reaksi imunologik. Virus yang
masuk ke dalam pembuluh darah dan menyebabkan peradangan pada pembuluh
darah vaskuler atau terjadi vaskulitis yang mana akan menurunkan jumlah
trombosit (trombositopenia) dan factor koagulasi merupakan factor terjadi
perdarahan hebat. Keadaan ini mengkibatkan plasma merembes (kebocoran
plasma) keluar dari pembuluh darah sehingga darah mengental, aliran darah
menjadi lambat sehingga organ tubuh tidak cukup mendapatkan darah dan terjadi
hipoksia jaringan.
Pada keadaan hipoksia akan terjadi metabolisme anaerob, hipoksia dan
asidosis jaringan yang akan mengakibatkan kerusakan jaringan dan bila kerusakan
jaringan semakin berat akan menimbulkan gangguan fungsi organ vital seperti
jantung, paru-paru sehingga mengakibatkan hipotensi, hemokonsentrasi,
hipoproteinemia, efusi pleura, syok dan dapat mengakibatkan kematian. Jika virus
masuk ke dalam sistem gastrointestinal maka tidak jarang klien mengeluh mual,
muntah dan anoreksia.
Bila virus menyerang organ hepar, maka virus dengue tersebut menganggu
sistem kerja hepar, dimana salah satunya adalah tempat sintesis dan osidasi lemak.
Namun, karena hati terserang virus dengue maka hati tidak dapat memecahkan
asam lemak tersebut menjadi bahan keton, sehingga menyebabkan pembesaran
hepar atau hepatomegali, dimana pembesaran hepar ini akan menekan abdomen
dan menyebabkan distensi abdomen. Bila virus bereaksi dengan antbody maka
mengaktivasi sistem koplemen atau melepaskan histamine dan merupakan
mediator factor meningginya permeabilitas dinding pembuluh darah atau
terjadinya demam dimana dapat terjadi DHF dengan derajat I,II,III, dan IV.

26
6. KOMPLIKASI
Adapun komplikasi dari penyakit Dengue Hemoragic Fever menurut
( Hidayat Alimul , 2008) diantaranya:
1) Ensepalopati
Sebagai komplikasi syok yang berkepanjangan dengan perdarahan dan
kemungkinan dapat disebabkan oleh thrombosis pembuluh darah ke otak.
2) Syok (renjatan)
Karena ketidakseimbangan cairan dan elektrolit sehingga dapat terjadi syok
hipovolemik.
3) Efusi Pleura
Adanya edema paru akibat pemberian cairan yang berlebihan dengan tanda
pasien akan mengalami distress pernafasan.
4) Perdarahan intravaskuler menyeluruh.
7. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
(Nursalam, 2008)
1) Darah lengkap : hemokonsentrasi (hematokrit meningkat 20 % atau lebih),
trombositopenia (100.000/mm3 atau kurang)
2) Serologi : uji HI (hemoagutination inhibition test).
3) Rontgen thoraks : effusi pleura
8. PENATALAKSANAAN MEDIS
1. Terapi
a. DHF tanpa rejatan
Pada pasien dengan demam tinggi , anoreksia dan sering muntah
menyebabkan pasien dehidrasi dan haus, beri pasien minum 1,5 sampai 2
liter dalam 24 jam. Dapat diberikan teh manis, sirup, susu dan bila mau
lebih baik diberikan oralit. Apabila hiperpireksia diberikan obat anti piretik
dan kompres air biasa.Jika terjadi kejang, beri luminal atau anti konvulsan
lainnya. Luminal diberikan dengan dosis anak umur kurang dari 1 tahun 50
mg/ IM , anak lebih dari 1 tahun 75 mg. Jika 15 menit kejang belum
berhenti luminal diberikan lagi dengan dosis 3mg / kg BB. Anak diatas satu
tahun diberikan 50 mg dan dibawah satu tahun diberikan 30 mg, dengan
memperhatikan adanya depresi fungsi vital. Infus diberikan pada pasien
tanpa ranjatan apabila pasien terus menerus muntah , tidak dapat diberikan

27
minum sehingga mengancam terjadinya dehidrasi dan hematocrit yang
cenderung meningkat.
b. Pasien yang mengalami rajatan (syok) harus segera dipasang infus sebagai
pengganti cairan yang hilang akibat kebocoran plasma. Cairan yang
diberikan biasanya Ringer Laktat. Jika pemberian cairan tersebut tidak ada
respon maka dapat diberikan plasma atau plasma akspander, banyaknya 20
sampai 30 ml/kg BB.
Pada pasien rajatan berat pemberian infus diguyur dengan cara membuka
klem infus tetapi biasanya vena-vena telah kolaps sehingga kecepatan
tetesan tidak mencapai yang diharapkan, maka untuk mengatasinya
dimasukkan cairan secara paksa dengan spuit dimasukkan cairan sebanyak
200 ml, lalu diguyur.
2. Tindakan Medis yang bertujuan untuk pengobatan
Keadaan dehidrasi dapat timbul akibat demam tinggi, anoreksia, dan muntah.
Jenis minuman yang diajurkan adalah jus buah, the manis, sirup, susu, serta
larutan oralit. Apabila cairan oralit tidak dapat dipertahankan maka cairan IV
perlu diberikan. Jumlah cairan yang diberikan tergantung dari derajat dehidrasi
dan kehilangan elektrolit, dianjurkan cairan dextrose 5% di dalam 1/3 larutan
NaCl 0,9%. Bila terdapat asidosis dianjurkan pemberian NaCl 0,9 % +dextrose
¾ bagian natrium bikarbonat.
Kebutuhan cairan diberikan 200 ml/kg BB , diberikan secepat mungkin dalam
waktu 1-2 jam dan pada jam berikutnya harus sesuai dengan tanda vital, jadar
hematocrit, dan jumlah volume urine. Untuk menurunkan suhu tubuh menjadi
kurang dari 39°C perlu diberikan anti piretik seperti paracetamol dengan dosis
10-15 mg/kg BB/hari. Apabila pasien tampak gelisah, dapat diberkan sedative
untuk menenangkan pasien seperti kloral hidrat yang diberikan peroral/ perektal
dengan dosis 12,5-50 mg/kg BB (tidak melebihi 1 gram) . Pemberian antibiotic
yang berguna dalam mencegah infeksi seperti Kalmoxcilin, Ampisilin, sesuai
dengan dosis yang ditemukan.
Terapi O2 2 liter /menit harus diberikan pada semua pasien syok.Tranfusi
darah dapat diberikan pada penderita yang mempunyai keadaan perdarahan
nyata, dimaksudkan untuk menaikkan konsentrasi sel darah merah.Hal yang
diperlukan yaitu memantau tanda-tanda vital yang harus dicatat selama 15

28
sampai 30 menit atau lebih sering dan disertai pencatatan jumlah dan frekuensi
diuresis.

 KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


a) PENGKAJIAN KEPERAWATAN
1. Identitas pasien
Nama, umur (pada DHF paling sering menyerang anak-anak dengan usia
kurang dari 15 tahun) , jenis kelamin, alamat, pendidikan, nama orang tua,
pendidikan orang tua, dan pekerjaan orang tua.
2. Keluhan utama
Alasan/keluhan yang menonjol pada pasien DHF untuk datang kerumah
sakit adalah panas tinggi dan anak lemah
3. Riwayat penyakit sekarang
Didapatkan adanya keluhan panas mendadak yang disertai menggigil dan
saat demam kesadaran composmetis.Turunnya panas terjadi antara hari ke-3
dan ke-7 dan anak semakin lemah. Kadang-kadang disertai keluhan batuk
pilek, nyeri telan, mual, muntah, anoreksia, diare atau konstipasi, sakit
kepala, nyeri otot, dan persendian, nyeri ulu hati, dan pergerakan bola mata
terasa pegal, serta adanya manifestasi perdarahan pada kult , gusi (grade III.
IV) , melena atau hematemesis.
4. Riwayat penyakit yang pernah diderita
Penyakit apa saja yang pernah diderita. Pada DHF anak biasanya mengalami
serangan ulangan DHF dengan tipe virus lain.
5. Riwayat Imunisasi
Apabila anak mempunyai kekebalan yang baik, maka kemungkinan akan
timbulnya koplikasi dapat dihindarkan.
6. Riwayat Gizi
Status gizi anak DHF dapat bervariasi. Semua anak dengan status gizi baik
maupun buruk dapat beresiko , apabila terdapat factor predisposisinya. Anak
yang menderita DHF sering mengalami keluhan mual, muntah dan tidak
nafsu makan.Apabila kondisi berlanjut dan tidak disertai dengan pemenuhan
nutrisi yang mencukupi, maka anak dapat mengalami penurunan berat badan
sehingga status gizinya berkurang.

29
7. Kondisi Lingkungan
Sering terjadi di daerah yang padat penduduknya dan lingkungan yang
kurang bersih ( seperti air yang menggenang atau gantungan baju dikamar)
8. Pola Kebiasaan
a. Nutrisi dan metabolisme : frekuensi, jenis, pantanganm nafsu makan
berkurang dan menurun,
b. Eliminasi alvi (buang air besar) : kadang-kadang anak yang mengalami
diare atau konstipasi. Sementara DHF pada grade IV sering terjadi
hematuria.
c. Tidur dan istirahat: anak sering mengalami kurang tidur karena
mengalami sakit atau nyeri otot dan persendian sehingga kuantitas dan
kualitas tidur maupun istirahatnya berkurang.
d. Kebersihan: upaya keluarga untuk menjaga kebersihan diri dan
lingkungan cenderung kurang terutama untuk membersihkan tempat
sarang nyamuk aedes aedypty.
e. Perilaku dan tanggapan bila ada keluarga yang sakit serta upaya untuk
menajga kesehatan.
9. Pemeriksaan fisik, meliputi inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi dari
ujung rambut sampai ujung kaki. Berdasarkan tingkatan DHF, keadaan anak
adalah sebagai berikut :
a. Grade I : kesadaran composmetis , keadaan umum lemah, tanda-tanda
vital dan andi elmah.
b. Grade II : kesadaran composmetis, keadaan umum lemah, ada
perdarahan spontan ptechiae, perdarahan gusi dan telinga, serta nadi
lemah, kecil, dan tidak teratur
c. Grade III : kesadaran apatis, somnolen, keadaan umum lemah,
nadi lemah, kecil dan tidak teratur, serta takanan darah menurun.
d. Grade IV : kesadaran coma, tanda-tanda vital: nadi tidak teraba,
tekanan darah tidak teratur, pernafasan tidak teratur, ekstremitas dingin.
berkeringat dan kulit tampak biru.
10. Sistem Integumen
a. Adanya ptechiae pada kulit, turgor kulit menurun, dan muncl keringat
dingin, dan lembab
b. Kuku sianosis atau tidak

30
c. Kepala dan leher : kepala terasa nyeri, muka tampak kemerahan karena
demam (flusy). mata anemis, hidung kadang mengalami perdarahan
(epitaksis) pada grade II,III. IV. Pada mulut didapatkan bahwa mukosa
mulut kering , terjadi perdarahan gusi, dan nyeri telan. Sementara
tenggorokan mengalami hyperemia pharing dan terjadi perdarahan
ditelinga (pada grade II,III,IV).
d. Dada : bentuk simetris dan kadang-kadang terasa sesak. Pada poto
thorak terdapat cairan yang tertimbun pada paru sebelah kanan (efusi
pleura), rales +, ronchi +, yang biasanya terdapat pada grade III dan IV.
e. Abdomen mengalami nyeri tekan, pembesaran hati (hepatomegaly) dan
asites
f. Ekstremitas : dingin serta terjadi nyeri otot sendi dan tulang.
11. Pemeriksaan laboratorium
Pada pemeriksaan darah pasien DHF akan dijumpai :
a. HB dan PVC meningkat (≥20%)
b. Trombositopenia (≤ 100.000/ ml)
c. Leukopenia ( mungkin normal atau lekositosis)
d. Ig. D dengue positif
e. Hasil pemeriksaan kimia darah menunjukkan hipoproteinemia,
hipokloremia, dan hiponatremia
f. Ureum dan pH darah mungkin meningkat
g. Asidosis metabolic : pCO2 <35-40 mmHg dan HCO3 rendah
h. SGOT /SGPT mungkin meningkat./////////////////////////
b) DIAGNOSA KEPERAWATAN
(Doengoes, E Marilyn. 2000)
1) Kekurangan volume cairan berhubungan dengan peningkatan permeabilitas
kapiler, perdarahan, muntah dan demam.
2) Hipertemia berhubungan dengan proses penyakit (virus dalam
darah/viremia).
3) Gangguan pemenuhan kubutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan anoreksia.
4) Resiko tinggi terjadinya perdarahan berhubungan dengan trombositopenia.
5) Gangguan aktivitas sehari-hari berhubungan dengan kondisi tubuh yang
lemah.

31
6) Resiko tinggi syok hipovolemik berhubungan dengan kurangnya volume
cairan tubuh akibat perdarahan.
7) Kurang pengetahuan tenang proses penyakit, diet, perawatan
c) INTERVENSI KEPERAWATAN
(E, Marylin, 2000)
1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan peningkatan
permeabilitas kapiler, perdarahan, muntah dan demam.
Tujuan : Gangguan volume cairan tubuh dapat teratasi
Kriteria Hasil :
o volume cairan perlahan-lahan teratasi,
o tidak muntah – muntah lagi
o Mukosa bibir kembali normal
Intervensi :
Mandiri :
a. Kaji tanda-tanda vital paling sedikit setiap 4 jam
b. Monitor tanda-tanda meningkatnya kekurangan cairan: turgor kulit tidak
elastis, ubun-ubun cekung , produksi urine menurun
c. Observasi dan catat intake dan output cairan
d. Berikan hidrasi yanga adekuat sesuai dengan kebutuhan tubuh
e. Memonitor nilai laboratorium : elektrolit darah, BJ urine, dan serum
albumin
f. Monitor dan catat berat badan
g. Monitor tanda syok hipovolemik, baringkan pasien terlentang tanpa
bantal
h. Pasang infus dan berikan cairan intravena jika terjadi perdarahan
2. Hipertemia (suhu naik) berhubungan dengan proses penyakit
(viremia/virus).
Tujuan : Hipertemia dapat teratasi
Kriteria Hasil :
o Suhu tubuh dalam batas normal (36-370 C).
o Mukosa lembab t idak ada sianosis atau purpura
Intervensi
Mandiri :
a. Kaji saat timbulnya demam

32
b. Observasi tanda-tanda vital: suhu, nadi, tensi, pernafasan setiap 3 jam
atau lebih sering.
c. Anjurkan klien untuk banyak minum ± 2,5 liter/24 jam dan jelaskan
manfaatnya bagi klien.
d. Lakukan “Tepid Water Sponge”
e. Anjurkan untuk tidak memakai selimut dan pakaian yang tebal.
Kolaborasi :
f. Berikan terapi cairan IVFD dan obat antipiretik.
3. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh berhubungandengan anoreksia.
Tujuan :Anoreksia dan kebutuhan nutrisi dapat teratasi.
Kriteria Hasil :
o Berat badan stabil dalam batas normal.
o Tidak ada mual dan muntah.
Intervensi
Mandiri :
a. Kaji mual, sakit menelan, dan muntah yang dialami oleh pasien.
b. Kaji cara/bagaimana makanan dihidangkan
c. Berikan makanan yang mudah ditelan seperti bubur, tim, dan
hidangkan saat masih hangat.
d. Jelaskan manfaat makanan/nutrisi bagi klien terutama saat klien sakit.
e. Berikan umpan balik positif pada saat klien mau berusaha
menghabiskan makanan.
f. Catat jumlah/porsi makan yang dihabiskan oleh klien setiap hari.
g. Lakukan oral hygiene dengan menggunakan sikat gigi yang lunak.
h. Timbang berat badan setiap hari
Kolaborasi :
i. Bererikan obat-obatan antasida (anti emetik) sesuai program/instruksi
dokter.
j. Kolaborasi dengan ahli gizi dalam pemberian diit yang tepat.
4. Resiko tinggi terjadinya perdarahan berhubungan dengan
trombositopenia.
Tujuan : Perdarahan tidak terjadi.
Kriteria Hasil :

33
o Tanda-tanda vital normal.
o Jumlah trombosit klien meningkat.
o Tidak terjadi epitaksis, melena, dan hemotemesis.
Intervensi.
Mandiri :
a. Monitor tanda-tanda perdarahan dan trombosit yang disertai dengan
tanda-tanda klinis.
b. Anjurkan klien untuk banyak istirahat.
c. Berikan penyelasan pada keluerga untuk segera melaporkan jika ada
tanda-tanda perdarahan.
d. Antisipasi terjadinya perdarahan dengan menggunakan sikat gigi
lunak, memberikan tekanan pada area tubuh setiap kali selesai
pengambilan darah.
5. Gangguan aktivitas sehari-hari berhubungan dengan kondisi tubuh
yang lemah.
Tujuan : Aktivitas sehari-hari klien kembali normal.
Kriteria Hasil :
o Keadaan umum membaik
o Kebutuhan sehari-hari terpenuhi seperti: makan, minum, dan
personal hyiene (mandi, menggosok gigi, dan bershampoo).
Intervensi.
Mandiri :
a. Kaji kebutuhan klien.
b. Kaji hal-hal yang mampu dilakukan klien berhubungan dengan
kelemahan fisiknya.
c. Bantu klien memenuhi kebutuhan aktivitas sehari-hari klien sesuai
tingkat keterbatasan klien seperti mandi, makan, dan eliminasi.
6. Resiko tinggi syok hipovolemik berhibungan dengan kurangnya
volume cairan tubuh akibat perdarahan.
Tujuan : Tidak terjadi syok hipovolemik.
Kriteria Hasil :
o Tanda-tanda vital dalam batas normal.
o Keadaan umum baik.
o Syok hipovolemik tidak terjadi.

34
Intervensi.
Mandiri :
a. Monitor keadaan umum kilen.
b. Observasi tanda-tanda vital tiap 2-4 jam.
c. Monitor tanda-tanda perdarahan.
d. Anjurkan keluarga/klien untuk segera melapor jika ada tanda-tanda
perdarahan.
e. Segera puasakan jika terjadi perdarahan saluran pencernaan.
f. Perhatikan keluhan klien seperti pusing, lemah, ekstremitas dingin,
sesak nafas.
Kolaborasi :
g. Berikan therapi cairan intra vena jika terjadi perdarahan/.
h. Cek Hb, Ht, Trombosit (sito)
i. Berikan trasfusi sesuai instruksi dokter..
7. Kurang pengetahuan tentang proses penyakit, diit, perawatan, dan
obat-obatan pasien berhubungan dengan kurangnya informasi.
Tujuan : Pengetahuan klien bertambah.
Kriteria Hasil :
o Pengetahuan klien/Keliarga tentang proses penyakit, diit,perawatan
dan obat penderita DHF meningkat dan klien/keluarga mampu
menjelasakan kembali.
Intervensi
Mandiri :
a. Kaji tingkat pengetahuan klien/keluarga tentang penyakit DHF.
b. Kaji latar belakang pendidikan klien dan keluarga.
c. Jelaskan tentang proses penyakit,diit, perawatan, obat-obatan pada klien
dengan bahasa yang mudah dimengerti.
d. Berikan kesempatan pada klien/keluarga untuk bertanya sesuai dengan
penyakit yang dialami.
e. Gunakan leaflet atau gambar-gambar dalam bentuk penjelasan.

35
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan dari pendapat para ahli maka dapat disimpulkan Diare adalah buang
air besar (BAB) yang tidak normal, berbentuk tinja cair disertai lendir atau darah atau
lendir saja, frekuensi lebih tiga kali sehari.
Penyakit demam berdarah dengue atau yang disingkat sebagai DBD adalah suatu
penyakit yang disebabkan oleh virus dengue yang dibawa oleh nyamuk aedes aegypti
betina lewat air liur gigitan saat menghisap darah manusia. Pada DBD terjadi
perembesan plasma yang ditandai oleh hemokonsentrasi (peningkatan hematokrit) atau
penumpukan cairan di rongga tubuh.
Dari beberapa pengertian dapat disimpulkan bahwa dengue haemorhagic fever
(DHF) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue sejenis virus yang tergolong
arbovirus dan masuk kedalam tubuh penderita melalui gigitan nyamuk aedes aegypty
yang terdapat pada anak dan orang dewasa dengan gejala utama demam, nyeri otot dan
nyeri sendi yang disertai ruam atau tanpa ruam.
B. Saran
Penyusunan makalah ini masih jauh dari kata sempurna, oleh karena itu penulis
membuka saran dan kritik dari pembaca untuk memperbaiki penyusunan makalah
berikutnya.

36
DAFTAR PUSTAKA

https://www.academia.edu/11323701/ASKEP_diare_anak (diakses tanggal 7 Mei 2019 Jam


20:40)

https://www.academia.edu/7725567/ASUHAN_KEPERAWATAN_KLIEN_DEMAM_BER
DARAH_DENGUE_DBD_Diagnosis (diakses tanggal 7 Mei 2019 Jam 20:42)

https://www.academia.edu/5807546/ASUHAN_KEPERAWATAN_ANAK_dbd (diakses
tanggal 7 Mei 2019 Jam 20:44)

https://www.academia.edu/8374355/askep_DHF (diakses tanggal 7 Mei 2019 Jam 20:46)

37

Вам также может понравиться