Вы находитесь на странице: 1из 64

MAKALAH KELOMPOK

LAPORAN PENDAHULUAN DAN KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


AKUT MIOKARD INFARK (AMI)
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Gawat Darurat
Dosen Pengampu : TIM

Disusun Oleh :
Ahmad Saiful Anwar (17.002)
Aura Hisyi CR (17.015)
Diah Lutfi R (17.020)
Ela Lutfiatul Umah (17.028)
Yusuf Ariadi (17.099)

PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN


AKPER KESDAM IV / DIPONEGORO SEMARANG
2019

i
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji penulis panjatkan kepada Allah SWT, atas


limpahan karunia-Nya sehingga kelompok penulis dapat menyelesaikan tugas
makalah keperawatan kritis dengan sub bab kasus efusi pleura.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan kritis yang
diampu oleh TIM (Ns. Ainnur Rahmanti, M.kep dan Ns. Dwi Mulianda, M.kep)
pada program Diploma III ilmu keperawatan Akademi Keperawatan Kesdam
IV /Diponegoro Semarang. kelompok kami menyadari sepenuhnya bahwa
makalah ini masih banyak kekurangan sehingga kritik dan saran yang membangun
sangat penulis harapkan untuk perbaikan di masa yang akandatang ini.

Semarang, 16 April 2019

Kekompok

ii
DAFTAR ISI

Halaman Judul.................................................................................................. i
Kata pengantar.................................................................................................. ii
Daftar Isi........................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang...................................................................................... 1
B. Tujuan................................................................................................... 3
C. Manfaat................................................................................................. 3
BAB II KONSEP DASAR MEDIS
A. Pengertian............................................................................................. 7
B. Etiologi.................................................................................................7
C. Manifestasi Klinis................................................................................. 10
D. Patofisioogi dan Pathway..................................................................... 14
E. Pemeriksaan Penunjang........................................................................ 15
F. Komplikasi............................................................................................ 16
G. Pentalaksanaan...................................................................................... 17
BAB III KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian............................................................................................. 18
B. Diagnose keperawatan.......................................................................... 22
C. Intervensi keperawatan......................................................................... 22
D. Evaluasi................................................................................................. 27
BAB IV JURNAL KEPERAWATAN............................................................... 28
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan........................................................................................... 42
B. Saran..................................................................................................... 42
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................ 43

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Akut miokard infark (AMI) disebabkan oleh penyumbatan yang tiba-tiba


pada salah satu cabang dari arteri koronaria.Penyumbatan ini dapat meluas dan
mengganggu fungsi jantung dan mengakibatkan nekrosis miokardium. Nekrosis
akan meninggalkan parut atau fibrosis pada miokardium. Penyumbatan arteria
koronaria dapat disebabkan oleh trombosis koronaria (terbentuknya embolus
dalam arteri koronaria), atau terjadinya proses arteroseklerosis pada arteri
koronaria (Baradero, 2008).

Akut miokard infark (AMI) atau yang lebih dikenal dengan serangan
jantung adalah suatu keadaan dimana suplai darah pada suatu bagian jantung
terhenti sehingga sel otot jantung mengalami kematian. Akut miokard sangat
mencemaskan karena sering berupa serangan mendadak, umumnya pada pria usia
35-55 tahun, tanpa ada keluhan sebelumnya (Farissa, 2012).

Penyakit jantung koroner (PJK) atau dikenal dengan Coronary Artery Disease
(CAD) adalah suatu penyakit dengan proses perjalanan penyakit yang cukup
panjang dan terjadi aterosklesrosis di sepanjang pembuluh darah. Pada saat arteri
yang mensuplai miokardium mengalami gangguan, jantung tidak mampu untuk
memompa sejumlah darah secara efektif untuk memenuhi perfusi darah ke organ
vital dan jaringan perifer secara adekuat (Ignatavius & Workman, 2010). Pada saat
oksigenasi dan perfusi mengalami gangguan, pasien akan terancam kematian.
Penyakit jantung koroner meliputi CSA (Chroinic Stable Angina) dan ACS (Acute
Coronary Syndrome) (AHA, 2016).

Tingginya angka mortalitas akibat penyakit jantung disebabkan oleh banyaknya


faktor risiko yang berpengaruh akibat perubahan gaya hidup. Faktor risiko
penyakit jantung seperti PJK meliputi faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi

1
(tidak dapat dikendalikan) seperti riwayat keluarga, umur dan jenis kelamin.
Sedangkan faktor risiko yang dapat dimodifikasi (dapat dikendalikan) yang
memungkinkan dapat dicegah, diobati dan dikontrol seperti tekanan darah tinggi
(hipertensi), merokok, gula darah tinggi (Diabetes Melitus), dislipidemia
(metabolisme lemak yang abnormal), kegemukan (obesitas), kurang aktivitas
fisik, pola makan, konsumsi minuman beralkohol dan stres (Ditjen PP&PL
Kemenkes RI, 2011)

Data World Health Organization (WHO) pada tahun 2016 menunjukkan bahwa
penyakit kardiovaskular merupakan penyebab kematian nomor satu secara global
dengan persentase sebesar 31%, pada tahun 2015 angka kematian akibat penyakit
jantung koroner adalah 20 juta jiwa dan di tahun 2030 mendatang diprediksi akan
meningkat kembali dengan pencapaian angka 23,6 juta jiwa penduduk. (WHO,
2016)

Berdasarkan laporan AHA (American Heart Association) tahun 2015 diperkirakan


bahwa sekitar 83,6 juta penduduk Amerika dewasa menderita penyakit jantung
dan kardiovaskular, dengan jumlah 7,6 juta orang mengalami serangan infark
miokard (Utomo, 2015). Sedangkan dalam hasil survey The Health Survey of
England mengatakan bahwa 3% penduduk usia dewasa telah mengalami infark
miokard dalam 12 bulan terakhir, masingmasing sama dengan 1,4 juta dari
246.000 orang. Sementara itu, sekitar 3% pasien PJK menajalani perawatan di
rumah sakit, yaitu sebesar 284.292 orang. (AHA, 2015)

Di Indonesia salah satu penyebab kematian penduduk adalah penyakit jantung


koroner. Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018
menunjukkan prevalensi PJK di Indonesia sebesar 1,5%. Di Sumatera Barat
prevalensi PJK terjadi peningkatan dari 1.2% di tahun 2013 menjadi 1.9% di
tahun 2018. Data dari Dinas Kesehatan Kota Padang tahun 2017 menyebutkan
144 penduduk kota Padang meninggal akibat penyakit jantung koroner. Setelah
menjalani perawatan di rumah sakit dan PJK dapat terkontrol, maka pasien akan
berusaha secara bertahap untuk kembali ke gaya hidup yang lebih baik serta

2
aktivitas sehari-hari, seperti saat pasien sebelum masuk rumah sakit. Aktivitas dan
kegiatan sehari-hari seperti pengaturan pola makan, kepatuhan dalam program
terapi direncanakan untuk meminimalkan timbulnya kekambuhan yang
diakibatkan oleh kelelahan, dan setiap aktivitas berat yang dapat menimbulkan
dampak buruk bagi pasien harus dihindari. (riskesdas 2018)

Penyakit Jantung Koroner yang disertai penyakit penyerta adalah salah satu
penyebab kematian nomor satu di dunia. Komplikasi penyakit yang disebabkan
seperti hipertensi, Diabetes Melitus, dan ginjal (Calhoun et al., 2012). Sementara
itu terdapat hubungan antara PJK dengan hipertensi, dan DM sangat kuat karena
beberapa kriteria yang sering ada pada pasien PJK yaitu peningkatan tekanan
darah, peningkatan glukosa darah, obesitas dan dislipidemia (Saseen & Carter,
2010). Jika terjadi keadaan kekambuhan pada pasien PJK salah satu dari penyakit
penyerta pada pasien PJK menyebabkan risiko berulang dan memperburuk
kondisi prognosis dari PJK itu sendiri (AHA, 2015).

Sebanyak 478.000 pasien di Indonesia terdiagnosis penyakit jantung koroner


menurut Departemen Kesehatan pada tahun 2013. Prevalensi infark miokard akut
dengan ST-elevasi saat ini meningkat dari 25% ke 40% (Depkes, 2013).

Prevalensi penyakit jantung koroner di Indonesia tahun 2013 pada usia ≥ 15 tahun
berdasar wawancara terdiagnosis dokter sebesar 0,5 % dan yang berdasarkan
terdiagnosis dokter atau gejala sebesar 1,5 %. Prevalensi penyakit jantung koroner
berdasar jenis kelaminnya, yang didiagnosis dokter atau gejala lebih tinggi pada
perempuan yaitu 0,5% dan 1,5%. Sedangkan pada laki-laki adalah 0,4% dan
1,3%. Prevalensi infark miokard akut tertinggi berada di Nusa Tenggara Timur
(4,4%), diikuti Sulawesi Tengah (3,8%), sedangkan di Jawa Tengah mencapai 0,5
% berdasar wawancara terdiagnosis dokter dan 1,4% diagnosis dokter atau gejala
(Riskesdas, 2013).

Dengan adanya peningkatan kasus gawat darurat setiap tahunnya termasuk


kegawat- daruratan sistem kardiovaskuler dan tuntutan masyarakat akan mutu
layanan maka pelayanan gawat darurat oleh perawat sebagai pelaksana pelayanan

3
kesehatan dalam penanganan kegawat- daruratan ini sangat penting untuk
ditingkatkan dimana tujuan utama pada pertolongan emergency adalah untuk
memberikan asuhan yang akan menguntungkan pasien tersebut sebelum mereka
menerima perawatan definitif (Faridah, 2009).

Salah satu tempat praktek keperawatan profesional adalah unit emergency


yang membantu klien dalam memberikan pelayanan kegawatdaruratan untuk
memper- tahankan hidup, mencegah kondisi menjadi lebih buruk dan
meningkatkan pemulihan. Bantuan kegawatdaruratan ini mencakup banyak organ
penting tubuh antara lain sistem kardiovaskuler dimana masih tingginya angka
kematian akibat serangan penyakit sistem kardiovaskuler ini dan dua pertiganya
meninggal dalam dua jam setelah serangan (Faridah, 2009).

Pasien-pasien yang tiba di Instalasi Gawat Darurat (IGD), harus segera


dievaluasi karena kita berpacu dengan waktu dan bila makin cepat tindakan
reperfusi dilakukan hasilnya akan lebih baik. Tujuannya adalah mencegah
terjadinya infark miokard ataupun membatasi luasnya infark dan memper-
tahankan fungsi jantung. Menurut Virgianti Nur Faridah (2009), bahwa ada
hubungan pengetahuan dan peran perawat sebagai pelaksanan kesehatan dalam
penanganan pasien dengan gangguan sistem kardiovaskuler. Hasil penelitian
menunjukkan ada hubungan pengetahuan dan peran perawat sebagai pelaksana
dengan nilai rho hitung 0,455 dengan taraf signifikasi 0,033.Menurut penelitian
widodo (2010) ada hubungan antara pengetahuan perawat tentang
kegawatdaruratan AMI dengan sikap perawat dalam penanganan pasien
AMI.Berdasarkan hasil perhitungan statistik menunjukkan bahwa pengetahuan
perawat tentang kegawatdaruratan Akut Miokard Infark mempunyai hubungan
yang positif terhadap sikap perawat dalam penanganan pasien Akut Miokard
Infark. (Faridah, 2009).

Studi pendahuluan yang dilakukan di RSUD dr Soehadi Prijonegoro


Sragen, pengetahuan perawat dalam penanganan AMI kurang maksimal,
didapatkan data bahwa terjadi peningkatan yang signifikan pada pasien AMI

4
setiap tahunnya. Pada tahun 2010 angka kejadian pasien AMI 111 dengan angka
kematian 5,4% dan terjadi peningkatan angka kejadian pasien AMI di tahun 2011
yaitu 231 dengan angka kematian 1,73%. Pada tahun 2012 mengalami jumlah
penurunan angka kejadian pasien AMI 34 dengan angka kematian 17,6 %, pada
tahun 2013 angka kejadian pasien AMI 27 dengan jumlah kematian 32%, dan
pada tahun 2014 jumlah pasien ami menglami peningkatan kembali, angka
kejadian pasien AMI 101 dengan angka kematian 7,9%. Jadi jumlah pasien AMI
di RSUD dr Soehadi Prijonegoro Sragen dari tahun 2010 sampel dengan 2014
mengalami peningkatan yang cukup signifikan. (Faridah, 2009).

B. Tujuan

1. Tujuan umum :

Dapat memenuhi tugas kelompok mata kuliah Kritis tentang penyakit efusi
pleura serta agar kelompok penulis dapat memahami hal-hal yang berkaitan
dengan masalah efusi pleura.

2. Tujuan khusus

a. Menjelaskan tentang pengertian AMI


b. Menjelaskan tentang patofisiologi AMI
c. Menjelaskan tentang manifestasi klinis efusi pleura
d. Menjelakan tentang klasifikasi AMI
e. Menjelaskan tetntang pemeriksaan penunjang AMI
f. Menjelaskan tentang penatalaksanaan prahospital AMI
g. Menjelaskan tentang penatalaksanaan intra hospital AMI
h. Menjelaksan tentang Asuhan keperawatan AMI

C. Manfaat

1. Manfaat teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pemahaman mengenai perbedaan
pemberian terapi fibrinolitik dan heparinisasi terhadap perubahan gambaran
ST-elevasi pada penderita infark miokard akut.
2. Manfaat praktis
a. Manfaat bagi penulis

5
1) Untuk menambah pengetahuan, memperdalam, serta memperluas
tentang penyakit infark miokard akut.
2) Sebagai syarat penyelesaian tugas keperawatan mata kuliah gawat
darurat semester IV tingkat IIb.
b. Manfaat bagi rumah sakit
Pembuatan makalah ini dapat digunakan sebagai sumber informasi untuk
meningkatkan mutu pelayanan kesehatan pada penderita infark miokard
akut
c. Manfaat bagi ilmu pegetahuan
Dengan adanya pembuatan makalah ini, diharapkan dapat memberikan
informasi baru mengenai penyakit infark miokard akut, serta memberikan
konstribusi dalam perkembangan ilmu pengetahuan di bidang keperawatan
d. Bagi Pasien
Untuk membantu mengatasi masalah yang timbul pada pasien penderita
AMI serta mengerti tentang hal yang lebih lanjut seperti manifestasi klinik
dan hala hal yang dapat disebabkan karena AMI
e. Bagi Masyarakat
Menyebarluaskan informasi kepada pembaca maupun masyarakat tentang
kondisi AMI

6
BAB II

KAJIAN TEORI

A. PENGERTIAN
Akut miokard infark (AMI) disebabkan oleh penyumbatan yang tiba-tiba pada
salah satu cabang dari arteri koronaria. Penyumbatan ini dapat meluas dan mengganggu
fungsi jantung dan mengakibatkan nekrosis miokardium. Nekrosis akan meninggalkan
parut atau fibrosis pada miokardium. Penyumbatan arteria koronaria dapat disebabkan
oleh thrombosis koronaria (terbentuknya embolus dalam arteri koronaria), atau terjadinya
proses arteroseklerosis pada arteri koronaria (baradero, 2008)
Akut miokard infark (AMI) atau yang lebih dikenal dengan serangan jantung
adalah suatu keadaan dimana suplai darah pada suatu bagian terhenti sehingga sel otot
jantung mengalami kematian. Akut miokard sangat mencemaskan karena sering berupa
serangan mendadak, umumnya pada pria usia 35-55 tahun, tanpa ada keluhan
sebelumnya. (farissa, 2012)
Infark miokard (IM) adalah kematian sel-sel miokardium yang terjadi akibat
kekurangan oksigen berkepanjangan. (Corwin. 2007).
Infark miokard adalah suatu keadaan infark atau nekrosis otot jantung karena
kurangnya suplai darah dan oksigen pada miokard (ketidakseimbangan antara suplai dan
kebutuhan oksigen miokard). (Udjiyanti. 2010)

B. PATOFISIOLOGI
Nekrosis miokard akut, hampir selalu terjadi akibat penyumbatan total arteri
koronaria oleh trombus yang terbentuk pada plaque aterosklerosis yang tidak stabil.
Proses terbentuknya plaque ( aterosklerosis ) banyak dipengaruhi oleh berbagai faktor,
terutama kebiasaan hidup yang jelek, antara lain : merokok, makan berlebihan ( obesitas ),
latihan fisik yang kurang, pengaruh psikososial, pada diit rendah serat, asupan natrium,
alcohol.
Dari hal – hal tersebut di atas akan menimbulkan penumpukan lemak yang
berlebihan, sehingga akan terbentuk kolesterol. Bila aktivitas manusia rendah, kolesterol
ini akan menumpuk di dalam lumen arteri koronaria dan terbentuklah plaque
( aterosklerosis ). Plaque ini semakin lama semakin menebal dan bisa sampai menutupi
pembuluh darah koroner, sehingga jantung tidak mendapatkan suplai O2 dan nutrisi, yang

7
hasilnya akan terjadi infark miokard akut, bersamaan dengan itu terjadi perubahan
metabolisme yang bersifat aerob menjadi anaerob. Hasil metabolisme anaerob ini berupa
asam laktat. Dan apabila metabolisme tersebut berlangsung lama maka akan terjadi
penumpukan asam laktat yang apabila terjadi di jantung maka mengakibatkan
peningkatan iskemic jantung yang kemudian akan terjadi nekrosis, di otak mengakibatkan
terganggunya keseimbangan natrium-kalium sehingga terjadilah kejang, dan jika di otot
maka terjadi kelelahan.
Gejala yang paling sering muncul adalah adanya nyeri dada yang hebat. Dan dari
nyeri dada yang hebat tersebut bisa terjadi syok kardiogenik. Hemodinamik mengalami
perubahan yangn menyebabkan berkurangnya curah jantung. Meningkatkan tekanan
ventrikel kiri, retensi air dan garam sehingga dapat menimbulkan kelebihan cairan dalam
tubuh. Perubahan dinamik yang berlangsung lama akan menyebabkan kematian (nekrosis)
pada otot jantung. (Arif Muttaqin. 2009.)

8
Aterosklerosis
Trombosis
Konstriksi arteri koronaria

Aliran darah ke jantung menurun

Oksigen turun

Jaringan Miocard Iskemik

Nekrose lebih dari 30 menit

Supply dan kebutuhan oksigen ke jantung tidak seimbang

Supply Oksigen ke Miocard turun /


hambatan ventilasi spontan

Metabolisme an aerob Seluler hipoksia

Timbunan asam laktat Integritas membran sel berubah


meningkat nyeri

Fatique Cemas Kontraktilitas Resiko


turun penurunan
curah
Intoleransi jantung
aktifitas

COP turun Kegagalan pompa


jantung

Risiko penurunan
perfusi jaringan jantung Gagal jantung

Resiko kelebihan volume cairan


ekstravaskuler

9
C. MANIFESTASI KLINIS
Manifestasi klinik IMA menurut Nurarif (2013), yaitu :
a. Lokasi substernal, rerosternal, dan prekordial.
b. Sifat nyeri : rasa sakit seperti ditekan, terbakar, tertindih benda berat, ditusuk, diperas,
dan diplintir.
c. Nyeri hebat pada dada kiri menyebar ke bahu kiri, leher kiri dan lengan atas kiri.
d. Faktor pencetus : latihan fisik, stress emosi, udara dingin, dan sesudah makan.
e. Gejala yang menyertai : keringat dingin, mual, muntah, sulit bernafas, cemas dan
lemas.
f. Dispnea.

Adapun tanda dan gejala infark miokard (TRIAS) menurut Oman (2008) adalah :
a. Nyeri :
1) Nyeri dada yang terjadi secara mendadak dan terus-menerus tidak mereda,
biasanya diatas region sternal bawah dan abdomen bagian atas, ini merupakan
gejala utama.
2) Keparahan nyeri dapat meningkat secaara menetap sampai nyeri tidak tertahankan
lagi.
3) Nyeri dada serupa dengan angina, tetapi lebih intensif dan menetap (> 30 menit)
4) Nyeri tersebut sangat sakit, seperti tertusuk-tusuk yang dapat menjalar ke bahu
dan terus ke bawah menuju lengan (biasanya lengan kiri).
5) Nyeri mulai secara spontan (tidak terjadi setelah kegiatan atau gangguan
emosional), menetap selama beberapa jam atau hari, dan tidak hilang dengan
bantuan istirahat atau nitrogliserin (NTG).
6) Nyeri dapat menjalar ke arah rahang dan leher.
7) Nyeri sering disertai dengan sesak nafas, pucat, dingin, diaforesis berat, pening
atau kepala terasa melayang dan mual muntah.
8) Pasien dengan diabetes melitus tidak akan mengalami nyeri yang hebat karena
neuropati yang menyertai diabetes dapat mengganggu neuroreseptor
(mengumpulkan pengalaman nyeri).
Menurut Oman (2008), yang mendukung keluhan utama dilakukan dengan
mengajukan serangkaian pertanyaan mengenai nyeri dada pada klien secara
PQRST meliputi :
1) Provoking Incident : nyeri setelah beraktivitas dan tidak berkurang setelah istirahat
dan setelah diberikan nitrogliserin.

10
2) Quality of Pain : seperti apa nyeri yang dirasakan klien. Sifat nyeri dapat seperti
tertekan, diperas atau diremas.
3) Region : Radiation, Relief : lokasi nyeri didaerah substernal atau nyeri diatas
perikardium.penyebaran nyeri sampai meluas hingga ke dada.Dapat terjadi
nyeri dan ketidakmampuan menggerakkan bahu dan tangan.
4) Severity (Scale) of Pain : klien ditanya dengan menggunakan rentang 0-4 atau 0-10
(visual analogue scale-VAS) dan klien akan menilai seberapa berat nyeri yang
dirasakan.Biasanya pada saat angina terjadi, skala nyeri berkisar antara 3-4 (0-
4) atau 7-9 (0-10).
5) Time : biasanya gejala nyeri timbul mendadak.Lama timbulnya umumnya
dikeluhkan > 15 mnt.Nyeri infark oleh miokardium dapat timbul pada waktu
istirahat, nyeri biasanya dirasakan semakin berat (progresif) dan berlangsung
lama.
b. Pemeriksaan Laboratorium
Peningkatan kadar enzim merupakan indikator spesifik untuk IMA, kadar titer enzim-
enzim ini mencerminkan luas IMA.
1. CK (Kreatinin Fosfokinase)
Pada IMA konsentrasi dalam serum meningkat 6-8 jam setelah onset infark,
mencapai puncak setelah 24 jam dan turun kembali dalam waktu 3-4 hari. Enzim
ini juga banyak terdapat pada paru, otot skelet, otak, uterus, sel, pencernaan dan
kelenjar tiroid. Selain pada infark miokard, tingkat abnormalitas tinggi terdapat
pada penyakit otot, kerusakan cerebrovaskular dan setelah latihan otot.
2. SGOT (Serum Glutamic Oxalo-acetic Transaminase)
Terdapat terutama di jantung, otot skelet, otak, hati dan ginjalDilepaskan oleh sel
otot miokard yang rusak atau mati. Meningkat dalam 8-36 jam dan turun kembali
menjadi normal setelah 3-4 hari.
3. LDH (Lactat Dehidrogenase)
Enzim ini terdapat di jantung dan eritrosit dan tidak spesifik. Dapat meninggi bila
ada kerusakan jaringan tubuh. Pada IMA konsentrasi meningkat dalam waktu 24-
48 jam, mencapai puncaknya dalam 3-6 hari dan bisa tetap abnormal 1-3 minggu.
Isoenzimnya lebih spesifik.
Sebagai indikator nekrosis miokard dapat juga dipakai troponin T, suatu kompleks
protein yang terdapat pada filamen tipis otot jantung. Troponin T akan terdeteksi
dalam darah beberapa jam sampai dengan 14 hari setelah nekrosis miokard.
c. EKG

11
Perubahan EKG yang terjadi pada fase awal adanya gelombang T tinggi dan
simetris. Setelah ini terdapat elevasi segmen ST. Perubahan yang terjadi kemudian
ialah adanya gelombang Q/QS yang menandakan adanya nekrosis. Nekrosis miokard
dilihat dari 12 lead EKG. Selama fase awal miokard infark akut, EKG pasien yang
mengalami oklusi total arteri koroner menunjukkan elevasi segmen ST. Kemudian
gambaran EKG berupa elevasi segmen ST akan berkembang menjadi gelombang Q.
Sebagian kecil berkembang menjadi gelombang non-Q. Ketika trombus tidak
menyebabkan oklusi total, maka tidak terjadi elevasi segmen ST. Pasien dengan
gambaran EKG tanpa elevasi segmen ST digolongkan ke dalam unstable angina atau
Non STEMI.
Infark yang menunjukkan abnormalitas gelombang Q disebut infark gelombang Q.
Pada sebagian kasus infark miokard, hasil rekaman EKG tidak menunjukkan
gelombang Q abnormal. Hal ini dapat terjadi pada infark miokard dengan daerah
nekrotik kecil atau tersebar. Gelombang Q dikatakan abnormal jika durasinya ≥ 0,04
detik. Namun hal ini tidak berlaku untuk gelombang Q di lead III, aVR, dan V1,
karena normalnya gelombang Q di lead ini lebar dan dalam.
Pada injury miokard, area yang terlibat tidak berdepolarisasi secara sempurna.
Area tersebut lebih positif dibandingkan daerah yang normal pada akhir proses
depolarisasi. Jika elektroda diletakkan di daerah ini, maka potensial yang positif akan
terekam dalam bentuk elevasi segmen ST. Jika elektroda diletakkan di daerah sehat
yang berseberangan dengan area injury, maka terekam potensial yang negatif dan
ditunjukkan dalam bentuk ST depresi. ST depresi juga terjadi pada injury
subendokard, dimana elektroda dipisahkan dari daerah injury oleh daerah normal.
Vektor ST bergerak menjauhi elektroda, yang menyebabkan gambaran ST depresi.
Iskemik miokard memperlambat proses repolarisasi. Area iskemik menjadi lebih
negatif dibandingkan area yang sehat pada masa repolarisasi. Vektor T bergerak
menjauhi daerah iskemik. Elektroda yang terletak di daerah iskemik merekam gerakan
ini sebagai gelombang T negatif. Iskemia subendokard tidak mengubah arah
gambaran gelombang T, mengingat proses repolarisasi secara normal bergerak dari
epikard ke arah endokard. Karena potensial elektrik dihasilkan repolarisasi
subendokardium terhambat, maka gelombang T terekam sangat tinggi.

Trias Diagnostik pada Infark Miokardium


GEJALA UMUM GEJALA KHAS

Riwayat nyeri dada a. Lokasi nyeri dada dibagian dada depan (bawah Strenum)
12
yang khas dengan atau tanpa penjalaran, kadang berupa nyeri dagu,
leher atau seperti sakit gigi, penderita tidak bisa menunjuk
lokasi nyeri dengan satu jari, tetapi ditunjukkan dengan
telapak tangan.
b. Kualitas nyeri, rasa berat seperti ditekan atau rasa panas
seperti terbakar.
c. Lama nyeri bisa lebih dari 15-30 menit.
d. Nyeri dapat menjalar ke dagu, leher, lengan kiri,
punggung, dan epigastrium.
e. Kadang disertai gejala penyerta berupa keringat dingin,
mual, berdebar atau sesak. Sering didapatkan factor
pencetus berupa aktivitas fisik, emosional, stes dan dingin.
f. Nyeri tidak hilang dengan istirahat atau dengan pemberian
nitrogliserin sublingual.

Adanya perubahan a. Gelombang Q (signifikan infark) atau Q patologis


EKG b. Segmen ST (elevasi)
c. Gelombang T (meninggi atau menurun)
Perubahan EKG pada AMI, Inversi gelombang T (kiri),
elevasi segmen ST (tengah), gelombang Q yang menonjol
(kanan). Gelombang Q menunjukkan nekrosis
miokardium dan bersifat irreversible. Perubahan pada
segmen ST dan gelombang T diakibatkan karena iskemia
dan akan menghilang sesudah jangka waktu tertentu.

Kenaikan enzim otot a. CKMB merupakan enzim yang spesifik sebagai penanda
jantung terjadinya kerusakan pada otot jantung, enzim ini
meningkat 6-10 jam setelah nyeri dada dan kembali
normal dalam 48-72 jam.
b. Walaupun kurang spesifik, pemeriksaan Aspartate Amino
Transferase (AST) dapat membantu bila penderita dating
ke RS sesudah hari ke-3 dan nyeri dada atau laktat

13
dehydrogenase (LDH) akan meningkat sesudah hari ke-4
dan menjadi normal sesudah hari ke -10.

(Arif Muttaqin, 2009)

C. KLASIFIKASI
a. Infark Miokard Akut Subendokardial.
Terjadi akibat aliran darah subendokardial yang relative menurun dalam waktu lama
sebagai akibat perubahan derajat penyempitan arteri koroner atau dicetuskan oleh
kondisi-kondisi hipotensi, perdarahan dan hipoksia. Derajat nekrosis dapat bertambah
bila disertai peningkatan kebutuhan oksigen miokard, misalnya akibat takikardi atau
hipertrofi ventrikel
b. Infark Miokard Akut Transmural.
Trombosis sering terjadi di daerah yang mengalami penyempitan arteriosklerotik
misalnya perdarahan dalam plaque arteriosklerotik dengan hematom intramural,
spasme yang umumnya terjadi ditempat arterosklerotik dan emboli koroner.
Klasifikasi fungsional secara klinis penderita AMI menurut Killip dan Kimball adalah :
a. AMI dengan tak ada gagal jantung
b. AMI dengan agal jantung, dimana ditemukan tanda-tanda bendungan vena paru
maupun sistemik, termasuk disini adanya ronki basal, gallop protodiastolik,
peningkatan vena juguralis, dan gambaran bendungan pada foto toraks.
c. AMI dengan gagal jantung berat, dimana terdapat edema paru.
d. AMI dengan renjatan kardiogenik, dimana tekanan darah menurun lebih rendah dari
pada 90 mmHg disertai tanda-tanda perfusi organ dan perifer yang menurun seperti
kacau mental, sianosis, dan oliguria.
(Sjaifoellah, 1993:261)

D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. EKG
1. Segmen ST elevasi abnormal menunjukkan adanya injuri miokard.
2. Gelombang T inverse (arrow head) menunjukkan adanya iskemia miokard.
3. Q patologis menunjukkan adanya nekrosis miokard.
b. Radiologi
1. Thorax rontgen : menilai kardiomegali (dilatasi sekunder) karena gagal

14
jantung kongensif.
2. Echocardiogram : menilai struktur dan fungsi abnormal otot dan katub
jantung.
3. Radioactive isotope : menilai area iskemia serta non-perfusi koroner dan
miokard.
c. Laboratorium
1. Leukositosis (10.000-20.000 mm3) muncul hari kedua setelah serangan infark
karena inflamasi.
2. Sendimentasi meningkat pada hari ke 2-3 setelah serangan yang menunjukkan
adanya inflamasi.
3. CPK (Creatinin Phospokinase) > 50 u/L
4. CK-MB (Creatinin Kinase-MB) > 10 u/L
5. LDH (Lactate Dehydrogenase) > 240 u/L
6. SGOP (Serum Glutamic Oxalo Transaminase) > 18u/L
7. Cardiac Tropinin : positif
d. Tes fungsi ginjal
Peningkatan kadar BUN (Blood Urea Nitrogen) dan kreatinin karena penurunan laju
filtrasi glumelurus terjadi akibat penurunan curah jantung.
e. Analisa Gas Darah
Menilai oksigenasi jaringan (hipoksia) dan perubahan keseimbangan asam-basa darah.
f. Kadar elektrolit
Menilai abnormalitas kadar natrium, kalium, atau kalsium yang membahayakan
kontraksi otot jantung. (Wawan Juni Udjianti, 2010)

E. PENATALAKSANAAN PRAHOSPITAL
Penatalaksanaan prahospital pada kasus AMI diawali dengan pengkajian yang
dilakukan untuk menentukan masalah yang mengancam nyawa, harus mengkaji dengan
cepat apa yang terjadi di lokasi kejadian. Paramedik mungkin harus melihat apabila sudah
ditemukan luka tikaman, luka trauma benda lainnya, maka harus segera ditangani,
penilaian awal dilakukan prosedur ABC jika ada indikasi. Jika korban tidak berespon,
maka segera buka dan bersihkan jalan napas.
1. Airway
Dengan kontrol tulang belakang. Membuka jalan napas menggunakan
teknik ‘head tilt chin lift’ atau menengadahkan kepala dan mengangkat dagu, periksa
15
adakah benda asing yang dapat mengakibatkan tertutupnya jalan napas. Muntahan,
makanan, darah atau benda asing lainnya.
2. Breathing
Dengan ventilasi yang adekuat. Memeriksa pernapasan dengan menggunakan cara
‘lihat-dengar-rasakan’ tidak lebih dari 10 detik untuk memastikan apakah ada napas
atau tidak. Selanjutnya lakukan pemeriksaan status respirasi korban (kecepatan, ritme
dan adekuat tidaknya pernapasan).
3. Circulation
Dengan kontrol perdarahan hebat. Jika pernapasan korban tersengal-sengal dan
tidak adekuat, maka bantuan napas dapat dilakukan. Jika tidak ada tanda-tanda
sirkulasi, lakukan resusitasi jantung paru segera. Rasio kompresi dada dan bantuan
napas dalam RJP adalah 30 : 2 (30 kali kompresi dada dan 2 kali bantuan napas).
(Hudak & Gallo, 2001).

F. PENATALAKSANAAN INTRAHOSPITAL
a. Skrinning pemeriksaan rontgen
Foto rontgen torak tegak berguna untuk menyingkirkan kemungkinan hemo atau
pneumotoraks atau untuk menemukan adanya udara intraperitonium. Serta rontgen
abdomen sambil tidur (supine) untuk menentukan jalan peluru atau adanya udara
retroperitoneum.
b. IVP atau Urogram Excretory dan CT Scanning
Ini di lakukan untuk mengetauhi jenis cedera ginjal yang ada.
c. Uretrografi.
Di lakukan untuk mengetauhi adanya rupture uretra.
d. Sistografi
Ini digunakan untuk mengetauhi ada tidaknya cedera pada kandung kencing,
contohnya pada :
- fraktur pelvis
- trauma non-penetrasi
1. Penanganan pada trauma benda tumpul di rumah sakit :
a. Pengambilan contoh darah dan urine

16
Darah di ambil dari salah satu vena permukaan untuk pemeriksaan laboratorium
rutin, dan juga untuk pemeriksaan laboratorium khusus seperti pemeriksaan darah
lengkap, potasium, glukosa, amilase.
b. Pemeriksaan rontgen
Pemeriksaan rongten servikal lateral, toraks anteroposterior dan pelvis adalah
pemeriksaan yang harus di lakukan pada penderita dengan multi trauma, mungkin
berguna untuk mengetahui udara ekstraluminal di retroperitoneum atau udara
bebas di bawah diafragma, yang keduanya memerlukan laparotomi segera.
c. Study kontras urologi dan gastrointestinal
Dilakukan pada cedera yang meliputi daerah duodenum, kolon ascendens atau
decendens dan dubur (Hudak & Gallo, 2001).

17
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN
Nova I, 2015
Pengkajian Primer
a. Circulation
- Nadi lemah, tidak teratur.
- Capillary refill.
- Takikardi.
- TD meningkat / menurun.
- Edema.
- Gelisah.
- Akral dingin.
- Kulit pucat, sianosis.
- Output urine menurun.
b. Airways
- Sumbatan atau penumpukan secret.
- Wheezing atau krekles.
- Kepatenan jalan nafas.
c. Breathing
- Sesak dengan aktifitas ringan atau istirahat.
- RR lebih dari 24 kali/menit, irama ireguler dangkal.
- Ronchi, krekles.
- Ekspansi dada tidak penuh.
- Penggunaan otot bantu nafas.
d. Disability
Status mental : Tingkat kesadaran secara kualitatif dengan Glascow Coma Scale
(GCS) dan secara kwantitatif yaitu Compos mentis : Sadar sepenuhnya, dapat
menjawab semua pertanyaan tentang keadaan sekelilingnya. Apatis : keadaan
kesadaran yang segan untuk berhubungan dengan kehidupan sekitarnya, sikapnya
acuh tak acuh. Somnolen : keadaan kesadaran yang mau tidur saja. Dapat
dibangunkan dengan rangsang nyeri, tetapi jatuh tidur lagi. Delirium : keadaan
kacau motorik yang sangat, memberontak, berteriak-teriak, dan tidak sadar
terhadap orang lain, tempat, dan waktu. Sopor/semi koma : keadaan kesadaran
yang menyerupai koma,reaksi hanya dapat ditimbulkan dengan rangsang nyeri.
Koma : keadaan kesadaran yang hilang sama sekali dan tidak dapat dibangunkan
dengan rangsang apapun.
e. Exposure
Keadaan kulit, seperti turgor / kelainan pada kulit dsn keadaan ketidaknyamanan
(nyeri) dengan pengkajian PQRST.

Pengkajian Sekunder
18
a. AMPLE
- Alergi : Riwayat pasien tentang alergi yang dimungkinkan pemicu terjadinya
penyakitnya.
- Medikasi : Berisi tentang pengobatan terakhir yang diminum sebelum sakit terjadi
(Pengobatan rutin maupun accidental).
- Past Illness : Penyakit terakhir yang diderita klien, yang dimungkinkan menjadi
penyebab atau pemicu terjadinya sakit sekarang.
- Last Meal : Makanan terakhir yang dimakan klien.
- Environment/ Event : Pengkajian environment digunakan jika pasien dengan
kasus Non Trauma dan Event untuk pasien Trauma.
b. Pemeriksaan Fisik
- Aktifitas
Data Subyektif :
 Kelemahan.
 Kelelahan.
 Tidak dapat tidur.
 Pola hidup menetap.
 Jadwal olah raga tidak teratur.
Data Obyektif :
 Takikardi.
 Dispnea pada istirahat atau aktifitas.
- Sirkulasi
Data Subyektif : riwayat IMA sebelumnya, penyakit arteri koroner, masalah
tekanan darah, diabetes mellitus.
Data Obyektif :
Tekanan darah : Dapat normal / naik / turun, perubahan postural dicatat dari tidur
sampai duduk atau berdiri.
 Nadi : Dapat normal, penuh atau tidak kuat atau lemah / kuat kualitasnya
dengan pengisian kapiler lambat, tidak teratus (disritmia).
 Bunyi jantung : Bunyi jantung ekstra : S3 atau S4 mungkin menunjukkan
gagal jantung atau penurunan kontraktilits atau komplain ventrikel.
 Murmur
Bila ada menunjukkan gagal katup atau disfungsi otot jantung :
 Friksi ; dicurigai Perikarditis.
 Irama jantung dapat teratur atau tidak teratur.
 Edema : Distensi vena juguler, edema dependent , perifer, edema
umum,krekles mungkin ada dengan gagal jantung atau ventrikel.
 Warna : Pucat atau sianosis, kuku datar , pada membran mukossa atau bibir.
- Integritas ego
Data Subyektif : menyangkal gejala penting atau adanya kondisi takut mati,
perasaan ajal sudah dekat, marah pada penyakit atau perawatan, khawatir tentang
keuangan, kerja, keluarga.

19
Data Obyektif : menoleh, menyangkal, cemas, kurang kontak mata, gelisah,
marah, perilaku menyerang, focus pada diri sendiri, koma nyeri.
- Eliminasi
Data Obyektif : normal, bunyi usus menurun.
- Makanan atau cairan
Data Subyektif : mual, anoreksia, bersendawa, nyeri ulu hati atau terbakar.
Data Obyektif : penurunan turgor kulit, kulit kering, berkeringat, muntah,
perubahan berat badan.
- Hygiene
Data Subyektif atau Data Obyektif : Kesulitan melakukan tugas perawatan.
- Neurosensori
Data Subyektif : pusing, berdenyut selama tidur atau saat bangun (duduk atau
istrahat).
Data Obyektif : perubahan mental, kelemahan.
- Nyeri atau ketidaknyamanan
Data Subyektif :
 Nyeri dada yang timbulnya mendadak (dapat atau tidak berhubungan dengan
aktifitas), tidak hilang dengan istirahat atau nitrogliserin (meskipun
kebanyakan nyeri dalam dan viseral).
 Lokasi : Tipikal pada dada anterior, substernal , prekordial, dapat menyebar ke
tangan, rahang, wajah. Tidak tertentu lokasinya seperti epigastrium, siku,
rahang, abdomen, punggung, leher.
 Kualitas : “Crushing ”, menyempit, berat, menetap, tertekan, seperti dapat
dilihat.
 Intensitas : Biasanya 10 (pada skala 1 -10), mungkin pengalaman nyeri paling
buruk yang pernah dialami.
 Catatan : nyeri mungkin tidak ada pada pasien pasca operasi, diabetes
mellitus, hipertensi, lansia.

- Pernafasan:
Data Subyektif :
 Dispnea tanpa atau dengan kerja.
 Dispnea nocturnal.
 Batuk dengan atau tanpa produksi sputum.
 Riwayat merokok, penyakit pernafasan kronis.
Data Obyektif :
 Peningkatan frekuensi pernafasan.
 Nafas sesak / kuat.
 Pucat, sianosis.
 Bunyi nafas (bersih, krekles, mengi), sputum.
- Interaksi social
Data Subyektif :
 Stress.

20
 Kesulitan koping dengan stressor yang ada misal : penyakit, perawatan di RS.
Data Obyektif :
 Kesulitan istirahat dengan tenang.
 Respon terlalu emosi (marah terus-menerus, takut).
 Menarik diri.
(Nova I, 2015)

B. Diagnosa keperawatan

a. Supply Oksigen ke Miocard turun / hambatan ventilasi spontan berhubungan dengan


keletihan otot pernapasan (00033)

b. Risiko penurunan perfusi jaringan jantung berhubungan dengan spasme arteri coroner
(00200)

c. Risiko penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan frekuensi jantung


(00240)

C. Intervensi keperawatan

No Diagnosa Tujuan dan kriteria Hasil intervensi


Dx keperawatan
1. Supply Oksigen 1. status pernafasan : ventilasi 1. manajemen jalan nafas
ke Miocard (0403) (3140)
- klien dpat menstabilkan
turun / hambatan
frekuensi & irama - Buka jalan nafas dengana
ventilasi spontan
pernafasannya (040301) & teknik chin lift atau jaw
berhubungan
(040302) thrust, sebagaimana
dengan keletihan
- klien dapat memaksimalkan mestinya,
otot pernapasan
penggunaan otot bantu nafas
(00033) - Posisikan pasien untuk
(040309)
- taktil fremitus tidak terlihat memaksimalkan ventilasi
Definisi :
saat klien bernapas (040317)
ketidakmampuan - klien tidak mengalami - Identifikasi keburuhan

21
memulai dan / gangguan ekspirasi (040332) aktual/potensial pasien
2. keparahan respirasi asidosis
atau untuk memasukkan alat
akut (0604)
mempertahankan membuka jalan nafas.
- peningkatan tekanan parsial
pernapasan yang
serum karbondioksida arteri - Lakukan fisioterapi dada
adekuat untuk
(060403) sebagaimana
menyokong - penurunan tekanan serum
mestinyabuang secret
kehidupan karbondioksida arteri parsial
dengan memotifasi pasien
(060404)
- peningkatan frekuensi untuk melakukan batuk

jantung apical (060406) untuk menyedot lendir


- klien tidak mengalami kejang
- Motivasi pasien untuk
otot (060410)
bernapas pelan, dalam,
berputar dan batuk.

- Instruksikan bagaimana
agar bisa melakukan batuk
efektif.

2. monitor pernafasan (3350)

- monitor kecepatan, irama,


kedalaman dan kesulitan
bernapas.

- monitor suara nafas


tambahan seperti ngorok atau
mengi

- palpasi kesimetrisan
ekspansi paru

- monitor kelelahan otot-otot


difragma dg pergerakan
parasoksikal

3. manajemen ventilasi

22
mekanik : non invasive (3302)
- monitor apakah terdapat
gagal nafas
- mulai pengkajian tubuh
secara menyeluruh dan setiap
pergantian caregiver
- tempatkan klien pada posisi
semi fowler
- berikan perlindungan pada
wajah jika diperlukan untuk
mencegah kerusakan pada
kulit
- monitor efektifitas ventilasi
mekanik terhadap status
fisiologis dan psikologis klien.

2. Risiko penurunan 1. Perfusi jaringan (0422) 1. Manajemen jalan nafas


- aliran darah melalui pembuluh
perfusi jaringan (3140)
darah jantung (042206) 2. Perawatan jantung (4040)
jantung
- aliran darah melalui pembuluh
berhubungan - Secara rutin mengecek baik
perifer (042209)
dengan spasme secara fisik dan psikologi
arteri coroner sesuai dengan kebijakan tiap
(00200) agen / penyedia layanan

Definisi : rentan - Pastikan tingkat aktivitas


terhadap pasien yang tidak
penurunan membahayakan curah
sirkulasi jantung jantung atau memprovokasi
(koroner), yang serangan jantung
dapay
- Monitor EKG adakah
mengganggu
perubahan segmen ST,
kesehatan.
sebagaimana mestinya

- Monitor TTV secara rutin

- Catat tanda dan gejala

23
penurunan curah jantung.

- Instruksikan pasien tentang


pentingnya untuk segera
melporkan bila merasa nyeri.

C. Perawatan sirkulasi :
insufiensi arteri (4062)

- Tentukan indeks ankle


brachial (nkle brachial
index) dengan tepat

- Evaluasi edema dan denyut


jantung

- Inspeksi kulit untuk adanya


luka pada arteri / kerusakan
jaringan

- Tempatkan ujung kaki dan


tangan dalam posisi
tergantung dengan tepat.

- Monitor jumlah cairan yang


masuk dan yang keluar

- Pelihara hidrasi yg memadai


untuk menurunkan
kekentalan darah

3 Risiko penurunan 1. keefektivan pompa jantung 1. manajemen jalan nafas


curah jantung (0400) (3140)
- klien menunjukkan tekanan 2. perawatan jantung (4040)
berhubungan
3. Pengaturan hemodinamik
darah sistol & diastol pada
dengan perubahan
(4150)
angka normal (040001) &
frekuensi jantung - lakukan penilaian
(040019)
(00240) komprehensif terhadap status
- denyut jantung apical normal
hemodinamik (memriksa
(04002)
24
Definisi : rentan - jantung tidak mengalami tekanan darah, denyut jantung,
terhadap ketidak pelebaran ukuran / normal denyut nadi, tekanan vena
adekuatan volume (04007) jugularis, vena sentral, atrium
- terabanya distensi vena leher
jantung, kanan kiri dan ventrikel)
(04009) - berikan pemeriksaan fisik
memompa darah
- tidak terdengar suara jantung
berkala pada populasi berisiko
untuk memenuhi
abnormal (040011)
(mis : px gagal jantung)
kebutuhan 2. status sirkulasi (0401)
- kurangi kecemasan dg
- tekanan nadi klien tidak
metabolisme
memberikan informasi yg
mengalami abnormal (040103)
tubuh, yang dapat
- saturasi oksigen dalam angka akurat & perbaiki setiap
mengganggu
normal 94%-100% (040137) kesalahpahaman.
kesehatan. - capillary refill <2 detik 4. pemberian obat (2300)
- Ikuti prosedur lima benar
(040115)
- wajah klien tidak pucat dalam pemberian obat
- Catat alergi yang dialami
(040154)
klien sebelum peberian obat
dan tahan obat-obatan jika
diperlukan
- Catat tanggal kadaluwarsa
obat yang tertera pada
wadah obat
- Perhatikan rute obat

D. Evaluasi Keperawatan

1. Supply Oksigen ke Miocard turun / hambatan ventilasi spontan berhubungan


dengan keletihan otot pernapasan (00033)

Klien tidak mengalami gangguan / kurang oksigen yang menuju ke jantung

2. Risiko penurunan perfusi jaringan jantung berhubungan dengan spasme arteri


coroner (00200)

kerusakan struktuaral seperti aneurisma ventrikel dan kerusakan septum setelah


dilakukan intervensi$ tanda vital dalam rentang normal klien dapat mentoleransi
aktivitas tak ada edema dan asites serta tak ada penurunan kesadaran

25
3. Risiko penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan frekuensi jantung
(00240)

kerusakan otot jantung penyempitan / penyumbatan pembuluh darah arteri


koronaria setelah di lakukanintervensi klien mampu mendemonstrasikan
status sirkulasi mendemonstrasikan kemampuan kogniti dan menunjukkan fungsi
sensori motori kranial yang utuh.

26
BAB IV

JURNAL KEPERAWATAN

PENGETAHUAN PERAWAT DALAM PENANGANAN PASIEN GAWAT


DARURAT DENGAN GANGGUAN SISTEM KARDIOVASKULER AMI
DI RSUD DR SOEHA DI PRIJONEGORO SRAGEN
Ahmat Mujiono1), Wahyu Rima Agustin2), Rufaida Nur Fitriana3)

1) Mahasiswa PRODI S- 1 Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta


2) Dosen PRODI S-1 Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta
3) Dosen PRODI S-1 Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta
ABSTRAK

Akut Miokard Infark (AMI) adalah suatu keadaan dimana suplai darah pada suatu bagian
jantung terhenti sehingga sel otot jantung mengalami kematian.AMI menjadi penyebab kematian
utama sehingga pengetahuan perawat tentang penanganan AMI dapat mengurangi angka
kematian.Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengetahuan perawat dalam penanganan pasien
gawat darurat dengan AMI di IGD RSUD Dr. Soehadi Prijonegoro Sragen.
Metode penelitianinimenggunakanpenelitian kualitatif dengan pendekatan
fenomenologi.Sampel penelitian ini perawat IGD RSUD berjumlah 3 orang, diambil dengan teknik
purposive sampling, dihentikan saat data tersaturasi.Analisis data dengan metode collaizi.
Hasil penelitian didapatkan 6 tema: 1) tindakan keperawatan pada pasien AMI, 2) hasil
pengkajian pada pasien AMI, 3) landasan dalam perumusan diagnosa keperawatan, 4) intervensi
keperawatan, 5) prinsip tindakan keperawatan, 6) komponen evaluasi pada pasien AMI.
Kesimpulandalampenelitian bahwa pengetahuan perawat dalam penanganan pasien gawat
darurat AMI dengan melakukan pengkajian, melakukan perumusan diagnosa berdasarkan landasan,
melakukan intervensi dengan prinsip tindakan keperawatan serta melakukan evaluasi sesuai
komponen evaluasi.
Kata Kunci: Pengetahuan, Perawat IGD, Penanganan AMI, Daftar
pustaka: 36 (2008-2015)

27
BACHELOR PROGRAM IN NURSING SCIENCE
KUSUMA HUSADA HEALTH SCIENCE COLLEGE OF SURAKARTA
2015

Ahmat Mujiono

B. Nurses’ Knowledge in the Treatment of Emergency Patients


with AMI Cardiovascular System Disorder at Dr Soehadi Prijonegoro
Local General Hospital of Sragen

ABSTRACT

Acute Myocardial Infarction (AMI) occurs when blood flow stops to parts of the heart
causing damage to the heart muscle. AMI becomes a major cause of death so that nurses’
knowledge of the treatment of AMI may reduce mortality. The objective of this research is to
investigate the nurses’ knowledge in the treatment of emergency patients with AMI at emergency
department of Dr. Soehadi Prijonegoro Local General Hospital of Sragen.

This research used the qualitative method with phenomenological approach. The samples
of research were 3 nurses of Emergency Department of Dr. Soehadi Prijonegoro Local General
Hospital. They were taken by using the purposive sampling technique. The data of research were
analyzed by using the Collaizi method.

The result of this research shows 6 themes, namely: (1) nursing action on AMI patients,
(2) study result on the AMI patients, (3) foundation in the formulation of nursing diagnosis, (4)
nursing intervention, (5) principle of nursing intervention, and (6) evaluation’s components on the
AMI patients.

Thus, the nurses’ knowledge in the treatment of AMI emergency patients can be done by
doing the study, formulating the diagnosis based on the foundation, intervening with the principle of
nursing intervention, and conducting evaluation based on the evaluation’s components.

Keywords:Knowledge, nurses of Emergency Department, AMI Treatment,

References: 36 (2008-2015)

29
30
1. PENDAHUL (Baradero, di Amerika 2008). Terhitung
UAN 2008). Serikat.Dilaporka sebanyak
Akut Akut n setiap tahunnya 7.200.000
miokard infark miokard infark terdapat sekitar (12,2%)
(AMI) (AMI) atau 476.124 kematian kematian terjadi
disebabkan oleh yang lebih yang disebabkan akibat penyakit
penyumbatan dikenal dengan oleh serangan ini di seluruh
yang tiba-tiba serangan jantung. Pada dunia. Penyakit
pada salah satu jantung adalah tahun 1999 ini adalah
cabang dari suatu keadaan diperkirakan penyebab utama
arteri dimana suplai 1.100.000 warga kematian pada
koronaria.Penyu darah pada Amerika orang dewasa di
mbatan ini dapat suatu bagian mengalami mana- mana.
meluas dan jantung terhenti serangan jantung, AMI adalah
mengganggu sehingga sel 650.000 serangan penyebab
fungsi jantung otot jantung pertama kali dan kematian nomor
dan mengalami 450.000 serangan dua pada negara
mengakibatkan kematian. Akut ulangan. berpenghasilan
nekrosis miokard sangat Penduduk dengan rendah, dengan
miokardium. mencemaskan pendidikan rendah angka mortalitas
Nekrosis akan karena sering ternyata lebih 2.470.000 (9,4%)
meninggalkan berupa serangan besar angka (WHO,
parut atau mendadak, kejadiannya 2008).
fibrosis pada umumnya pada dikarenakan Satu juta
miokardium. pria usia 35-55 ketidak-
Penyumbatan tahun, tanpa ada patuhaannya orang di

arteria koronaria keluhan dalam melakukan


Amerika Serikat
dapat disebabkan sebelumnya pengobatan dan
diperkirakan
oleh trombosis (Farissa, 2012). rehabilitasi secara
menderita akut
koronaria AMI teratur
(terbentuknya menempati (Muhammad,
embolus dalam peringkat 2011).Menurut
arteri koronaria), pertama sebagai laporan WHO,
atau terjadinya penyebab pada tahun 2004,
proses kematian penyakit AMI
arteroseklerosis merupakan
pada arteri penyebab
koronaria kematian utama di
dunia (WHO,

31
32
miokard infark tahun 1995 2010. Laporan peningkatan
tiap tahunnya
meningkat Profil Kesehatan kasus gawat
dan
menjadi 19%. Kota Semarang darurat setiap
300.000 orang
Sensus nasional tahun 2010 tahunnya
meninggal
tahun 2001 menunjukkan termasuk
karena akut
menunjukkan bahwa kejadian kegawat-
miokard infark
bahwa kematian penyakit jantung daruratan sistem
sebelum sampai
karena penyakit dan pembuluh kardiovaskuler
ke rumah
kardiovaskuler darah sebanyak dan tuntutan
sakit.Penyakit
termasuk 96.957 kasus dan masyarakat akan
jantung
penyakit jantung sebanyak 1.847 mutu layanan
cenderung
koroner adalah (2%) kasus maka pelayanan
meningkat
sebesar 26,4% merupakan kasus gawat darurat
sebagai
(Farissa, 2012). akut miokard oleh perawat
penyebab
Pada bulan infark. Penyakit sebagai
kematian di
Agustus sampai jantung dan pelaksana
Indonesia.Data
dengan pembuluh darah pelayanan
Survey
Desember 2002, merupakan kesehatan dalam
Kesehatan
terdapat 92 penyakit tidak penanganan
Rumah Tangga
pasien AMI menular yang kegawat-
(SKRT) tahun
yang datang ke menjadi penyebab daruratan ini
1996
Instalasi Gawat utama kematian sangat penting
menunjukkan
Darurat Rumah dan selama untuk
bahwa proporsi
Sakit Pusat periode tahun ditingkatkan
penyakit ini
Jantung 2005 sampai dimana tujuan
meningkat dari
Nasional dengan tahun utama pada
tahun ke tahun
Harapan Kita. 2010 telah terjadi pertolongan
sebagai
Data Dinas kematian emergency
penyebab
Kesehatan sebanyak 2.941 adalah untuk
kematian. Pada
provinsi Jawa kasus dan memberikan
tahun 1975
Tengah tahun sebanyak 414 asuhan yang
kematian akibat
2006 didapatkan kasus (14%) akan
penyakit jantung
kasus AMI 7,32 diantaranya menguntungkan
hanya 5,9%,
per 1.000 disebabkan oleh pasien
tahun 1981
penduduk. Pada akut miokard
meningkat
tahun infark (Farissa,
sampai dengan
2012).
9,1%, tahun
Dengan
1986 melonjak
adanya
menjadi 16% dan
33
34
tersebut sebelum meninggal pengetahuan dan Akut Miokard
mereka dalam dua jam peran perawat Infark
menerima setelah serangan sebagai mempunyai
perawatan (Faridah, 2009). pelaksanan hubungan yang
definitif Pasien- kesehatan dalam positif terhadap
(Faridah, 2009). pasien yang tiba penanganan sikap perawat
Salah satu di Instalasi pasien dengan dalam
tempat praktek Gawat Darurat gangguan sistem penanganan
keperawatan (IGD), harus kardiovaskuler. pasien Akut
profesional segera Hasil penelitian Miokard Infark.
adalah unit dievaluasi menunjukkan ada Studi
emergency yang karena kita hubungan pendahuluan
membantu klien berpacu dengan pengetahuan dan yang dilakukan
dalam waktu dan bila peran perawat di RSUD dr
memberikan makin cepat sebagai pelaksana Soehadi
pelayanan tindakan dengan nilai rho Prijonegoro
kegawatdarurata reperfusi hitung 0,455 Sragen,
n untuk memper- dilakukan dengan taraf pengetahuan
tahankan hidup, hasilnya akan signifikasi perawat dalam
mencegah lebih baik. 0,033.Menurut penanganan AMI
kondisi menjadi Tujuannya penelitian widodo kurang
lebih buruk dan adalah (2010) ada maksimal,
meningkatkan mencegah hubungan antara didapatkan data
pemulihan. terjadinya infark pengetahuan bahwa terjadi
Bantuan miokard perawat tentang peningkatan
kegawatdarurata ataupun kegawatdaruratan yang signifikan
n ini mencakup membatasi AMI dengan pada pasien AMI
banyak organ luasnya infark sikap perawat setiap tahunnya.
penting tubuh dan memper- dalam Pada tahun 2010
antara lain sistem tahankan fungsi penanganan angka
kardiovaskuler jantung. pasien
dimana masih Menurut AMI.Berdasarkan
tingginya angka Virgianti Nur hasil perhitungan
kematian akibat Faridah (2009), statistik
serangan bahwa ada menunjukkan
penyakit sistem hubungan bahwa
kardiovaskuler pengetahuan
ini dan dua perawat tentang
pertiganya kegawatdaruratan

35
36
kejadian pasien Sragen dari dan pelayanan digunakan pada
AMI 111 dengan tahun 2010 penelitian ini
keperawatan
angka kematian sampel dengan ialah wawancara
yang lebih
5,4% dan terjadi 2014 mengalami mendalam dan
profesional di
peningkatan peningkatan
observasi.Anali
masa mendatang.
angka kejadian yang cukup
2. METODOLO sis data dengan
pasien AMI di signifikan.
GI metode
tahun 2011 yaitu Berdasarka
PENELITIAN
231 dengan n fenomena collaizi.
Penelitian
angka kematian yang terjadi di
ini dilakukan di 3. HASIL DAN
1,73%. Pada RSUD dr PEMBAHASAN
IGD RSUD Dr
tahun 2012 Soehadi
Soehadi Pengetahua
mengalami Prijonegoro
Prijonegoro n perawat dalam
jumlah Sragenpeneliti
Sragen yang penanganan
penurunan angka merasa tertarik
dilaksanakan pada pasien gawat
kejadian pasien untuk
bulan 22 darurat dengan
AMI 34 dengan mengetahui
Desember sampai gangguan sistem
angka kematian lebih lanjut
dengan bulan 22 kardiovaskuler
17,6 %, pada tentang
januari 2015.Jenis AMI di ruang
tahun 2013 pengetahuan
penelitian yang
angka kejadian perawat dalam IGD RSUD Dr.
digunakan adalah
pasien AMI 27 menangani Soehadi
penelitian
dengan jumlah pasien kegawat- Prijonegoro
kualitatif diambil
kematian 32%, daruratan sistem Sragen
dengan teknik
dan pada tahun kardiovaskuler diperoleh data
purposive
2014 jumlah AMI yang melalui
sampling meng-
pasien ami bekerja pada wawancara dan
gunakan
menglami IGD Sragen dokumentasi
pendekatan
peningkatan untuk dapat kepada 3
fenomenologi.Pen
kembali, angka mewujudkan informan. Hasil
eliti
kejadian pasien pelayanan yang
menggunakan penelitian
AMI bermutu
3 Informan dari mengenai
101 dengan
pengetahuan
angka kematian
IGD RSUD dr
perawat dalam
7,9%. Jadi Soehadi
menangani
jumlah pasien Prijonegoro
pasien dengan
AMI di RSUD dr Sragen.Teknik
gangguan sistem
Soehadi pengum-pulan
kardiovaskuler
Prijonegoro data yang
37
AMI di IGD
RSUD Dr
Soehadi
Prijonegoro
Sragen

38
39
( Sargowo,
didapatkan 6 pada pasien Pengkajian
AMI dengan 2007). riwayat
tema: 1)
Tindakan menanyakan dilanjutkan
keperawatan riwayat dengan
dalam penyakit pemeriksaan
melakukan dahulu pasien, fisik dan
pengkajian pada melakukan evaluasi
pasien AMI, 2) rekam irama
Hasil pengkajian jantung serta
pemeriksaan
pada pasien mengkaji TTV
diagnostik.Berd
AMI, 3) pasien untuk
asarkan
Landasan dalam mengetahui

perumusan kondisi jantug


data, rencana
diagnosa pasien.

keperawatan Setiap
penatalaksanaa
pada pasien pasien yang
n
AMI, 4) datang dengan
dikembangkan
Intervensi pada awalnya
keluhan
keperawatan untuk fase
pada pasien nyeri akut.Setelah
AMI, 5) Prinsip dadamemerluk pasien stabil,
tindakan an diagnosis riwayat yang
keperawatan yang cepat lebih
pada pasien dan akurat. komprehensif
AMI, 6) Konfirmasi diperoleh.Infor
Komponen dan masi tentang
evaluasi pada identifikasi faktor resiko,
pasien AMI. adanya infark penyakit

a. Tindakan miokard akut jantung dan


(IMA) adalah pembedahan
keperawata
hal yang sebelumnya,
n dalam
mendasar, dan riwayat
melakukan karena penyakit
pengkajian berkaitan penting untuk
pada pasien dengan didapatkan.
penempatan Informasi ini
AMI
dan perawatan akan
Melakukan
pasien secara bermanfaat
pengkajian
tepat dalam
40
memandu pada pasien
penyuluhan AMI
pasien,
rehabilitasi
jantung, dan
perawatan di
rumah. Merekam
EKG 12-sadapan
adalah inti dalam
alur keputusan
untuk diagnosis
dan terapi pasien
(Patricia, et all.
2011).

b. Hasil
pengkajian
pada pasien
AMI
Pengkajian
pada pasien
AMI
kebanyakan
terdapat keluhan
nyeri dada dan
menjalar sampai
punggung,
adanya keluhan
sesak nafas serta
terdapat
kelainan
gelombang
EKG dengan
muncul ST
elevasi.Hal
yang paling
sering
dikeluhkan

41
42
adalah adanya sampai missal mengeluh
ketidak- takikardia. pasien kesakitan dari
nyamanan atau Depresi raut wajah
nyeri segmen ST tampak
dada.Pasien dari 1 sampai meringis
sering 2 mm atau menahan nyeri.
menggambarka lebih selama Dalam
n sensasi durasi 0,08 mendiagnosis
tersebut seperti detik dapat AMI didasar-
“seseorang mengindikasik kan atas
duduk di atas an iskemia didapatkannya
saya”.Nyeri miokar- dium. dua atau lebih
subternal dapat Pada EKG, dari 3 kriteria
menyebar ke tanda utama yaitu: adanya
leher, lengan cedera akut nyeri dada,
kiri, punggung, miokard infark perubahan
atau adalah adanya elektro-
rahang.Pada elevasi kardiografi
pemeriksaan segmen ST (EKG) dan
fisik, biasanya (Patricia et all, peningkatan
tampak gelisah 2011). petanda
dan c. Landasan biokimia
distress.Mereka (Sargowo,
dalam
sering 2007).
perumusan
mengambil Diagnosa
suatu posisi diagnosa
untuk keperawat
keperawatan
meningkatkan an pada adalah
pernapasan dan
pasien frase atau
mengurangi
AMI
nyeri.Kulit
Dalam pernyataan
hangat dan
menegakkan yang
lembab.Pernap
diagnosa kita ringkas.Diagno
asan mungkin
cari sa
sulit dan
berdasarkan
cepat.Frekuensi keperawatan
data obyektif
jantung dapat menunjuk-kan
dan data
bervariasi dari
subyektif
bradikardia

43
kelompok batasan
karakteristik
yang gagal
memenuhi nilai
normal
yang
diharapkan.Pera
wat
mengidentifikasi
diagnosa kepera-
watan pada
daftar NANDA
yang
mencerminkan

perubahan
pada
status
klien.Diagnosa
keperawatan
memberikan
dasar untuk
membuat kriteria
hasil asuhan
keperawatan dan

menentukan

intervensi –
intervensi yang
diperlukan untuk
mencapai kriteria
hasil.
(Allen. 2009).

d. Intervensi
keperawatan
pada pasien
AMI
44
45
asian harus terus
Perencanaa
mendapatkan
n keperawatan
Akut Miokard aspirin dalam
dilakukan
pemberian waktu yang
sesuai Infark sebesar
tidak
kebutuhan 33%. Hal ini
terbatas.Mem
pasien dengan menunjukkan
obat seperti berikan terapi
memberikan
oksigen kanul
terapi cairan, aspirin
nasal karena
memberikan digunakan
hipoksemia
oksigen serta sering terjadi
pengkolaboras bahwa pada pasien
karena
ian pemberian yang
mengurangi
obat sesuai mengalami
advis dokter. miokard

insulin infark karena


Menurut
berpengaruh edema
paru.Jika
edema paru
berat terjadi
Luman dan pasien
dalam
mengalami
distress
(2007),
agregasi pernapasan,
menyebutkan
intubasi
mengurangi trombosit.Aspi
kejadian rin
bahwa
penyakit Akut terbukti

Miokard menurunkan
terapi Infark. angka
mortallitas
Pemberian
secara bebas
insulin pada pasien
terapi
menurunkan dengan akut
miokard
angka
cairan infark.Pasien
yang

kejadian didiagnosis
dan mengalami
pengkolabor miokard infark
46
mungkin mengurangi
nyeri menanga-
diperlukan.Berik
ni secara cepat
an nitrogliserin
serta memonitor
untuk membantu
kondisi pasien.
meningkatkan
Paula (2009)
vaso-dilatasi,
mengatakan
tetapi relatife
tindak- an
tidak efektif
keperawatan
dalam meredakan
dalam
nyeri pada tahap
penatalak-
awal miokard
sanaan AMI
infark.
yaitu
Nitrogliserin
mengurangi atau
intravena
menghilangkan
direkomen-
rasa nyeri serta
dasikan untuk
memonitor
24 sampai 48 jam
pertama untuk dan
pasien dengan
mencatat
akut miokard
karakteristik
infark dan gagal
nyeri.
jantung, infark
Hematologi dan
dinding anterior
kimia serum di
yang besar,
pantau.Ketika
iskemia menetap,
pasien dengan
atau hipertensi
kemungkinan
(Patricia, et all.
AMI tiba di unit
2011).
kedaruratan,
e. Prinsip
diagnosis dan
tindakan
keperawatan
pada pasien
AMI
Dalam
prinsip tindakan
keperawatan
pada pasien AMI
dengan
47
37
penatalaksanaa keefektifan tanda – tanda diperiksa
n awal pasien tahap – tahap vital pasien dengan sering
harus cepat proses akan dan monitor
karena manfaat keperawatan, jantung untuk
terapi reperfusi dan revisi atau pemantauan
paling besar terminasi segmen ST
jika terapi rencana terus dipasang
dimulai dengan asuhan pada pasien.
cepat (Ptricia et kepera- watan. Sadapan yang
all. 2011). Dalam dipilih untuk
f. Komponen pencapaian pemantauan
kriteria hasil harus
evaluasi
catatan berdasarkan
pada pasien
rencana pada lokasi
AMI. asuhan infark dan
Dari semua keperawatan irama yang
perencanaan dilihat mendasarinya.
dan mencapai kembali untuk EKG serial dan
fase evaluasi menentukan evaluasi serial
untuk pencapaian penanda
membuat kriteria jantung serum
dokumentasi hasil.Tujuan untuk

dan menyusun penatalaksana memantau

rencana tindak an pada pasien infark dicatat


di unit (Patricia et all,
lanjut serta
perawatan 2011).
memonitorbko
intensif dan
ndisi pasien.
unit perawatan
4. KESIMPULA
Allen intermediate N
(2009), untuk terus Penelitian ini
mengatakan memaksimalk
dalam an curah
dapat
komponen jantung
tahap evaluasi sambal disimpulkan
meliputi meminimalka bahwa
pencapaian n kerja pengetahuan
jantung secara perawat dalam
kriteria
cermat. Untuk penanganan
tujuan ini,
hasil,
38
pasien berdasarkan
gawat komponen
evaluasi pada
pasien AMI.
darurat AMI
5. SARAN
dengan melakukan
tindakan a. Bagi
Perawat
keperawatan IGD
dalam

melakukan
pengkajian, untuk
memberikan hasil
pengkajian pada
pasien
AMI.Mengi-
dentifikasi

pengetahuan

perawat dalam

melakukan

perumusan
diagnosa
berdasarkan
landasan dalam
perumusan

diagnosa

keperawatan, serta

melakukan

intervensi
keperawatan
dengan prinsip
tindakan
keperawatan

39
40
Pe n pera-wat H tambahan
nelitian ini asil
dalam bila
diharapkan
penangana penelitian diadakan
dapat
n pada ini penelitian
dijadikan
perawat diharapkan
pasien lebih lanjut
sebagai
AMI di dapat khususnya
motivasi
ruang IGD. dijadikan bagi pihak
untuk lebih
baik lagi sebagai
c. Bagi lain yang
dalam Institusi referensi ingin
menjalanka Pendidika
n atau titik mempelajar
n tugasnya
sebagai Pe tolak i mengenai
perawat
nelitian ini pengeta-
khususnya
perawat diharapkan huan pera-
yang dapat wat dalam
bekerja di
menambah penanganan
IGD
pengetahu- pasien AMI
b. Bagi
Rumah an, dan di ruang
Sakit
wawasan IGD.
Pe
mengenai e.Bagi Peneliti
nelitian ini
penge-
Me
diharapkan
tahuan
nambah
dapat
perawat
pengalaman
digunakan
dalam
dan
sebagai
penangan-
wawasan
bahan
an pasien
peneliti
masukan
AMI di
dalam
bagi
ruang IGD.
keperawata
perawat
d. Bagi n tentang
terhadap Peneliti
Lain pengetahu-
pengetahua

41
an perawat

dalam

penanganan

pasien AMI

di ruang IGD

6. REFERNSI

Afiyanti, Y. &
Rachmawat
i, I.N.
(2014).Met
odelogi
Penelitian
Kualitatif
Dalam
Riset
Keperawat
an. Jakarta:
PT
Grafindo
Persada.

Allen, Carol Vestal.


2009.
Memahami
Proses
Keperawat
an. Jakarta:
Buku
Kedokteran
EGC

42
43
Asmadi. dan penangan
(2008).Kon Kedarura Praktek an
sep tan dalam
Keperaw pasien
Dasar Medis.
Keperawat Jakarta; atan,
gawat
an. Jakarta: EGC Jakarta:
darurat
EGC Salemba
Dinas Kesehatan Dengan
Medika.
Suliha, 2002. Kota gangguan
Pendidikan Semarang. Faridah VN. sistem
Kesehatan Profil Hubunga kardiovas
dalam Kesehatan
n kuler.Vol.
keperawatan, Kota
pengetah 2,No.IV,D
Jakarta: EGC Semarang
tahun 2010
uan es 2009
Baradero,M., Dayrit perawat (diunduh
[Internet].
mary
2010 dan 9 Januari
Wilfrid.,
[updated peran 2015).
Siswadi,Yak
Juli 2010; perawat
obus.
http://stike
cited 2012
(2008).Klien sebagai smuhla.ac.
Januari
Gangguan Pelaksan id/v2/wp-
27].
Kardiovasku
Available a dalam content/up
lar: seri loads/jurn
from:
asuhan
http://dink alsurya/no
keperawatan.
es- IV
Jakarta:
kotasemara
EGC /2.pdf
ng.go.id/
Eliastam,M., Farissa IP.
Bresler, Erfandi, F &
Komplika
Michael.J, Makhfudl
si pada
Strenbach, i 2009,
pasien
G,.J, Keperaw
infark
(1998) atan
miokard
Buku Kesehata
akut ST-
SakuPenu n
elevasi
ntun Komunit
(STEMI)
as Teori
44
yang Salemba
mendapatk Medika.
an maupun
Hasyim, M. Joko
tidak
Prasetyo et
mendapat
all. (2014).
terapi
Buku
reperfusi.20
Pedoman
12 (diunduh
Keperawat
4
an.
Desember Yogyakarta
2014). :
Tersediadari:
Indoleteras
URL:
i.
HYPERLIN
K Hidayat,A.
http://eprints.u
ndip.ac.id/375 Metode
55/1 Penelitian
/
Keperawat
Inne_pratiwi_
an dan
F.G2A00809
Teknik
7.KT I.pdf
Ferry, E & Analisa

Makhfudli. Data.Jakar

(2009). ta

Keperawat :Salemba

an Medika.

kesehatan 2007

Komuni-
tas Teori
dan
Praktek
dalam
Keperawat
an. Jakarta:

45
46
Heather, Keperawat Moleong, L.J.
an Gawat Ilmu
Herdman, Darurat. Perilaku. Metodolo
Jakarta: Jakarta :
T. (2012) Trans Info
gi
Rineka
Diagnosis Media Penelitian
Cipta.
Keperawa Luman, Adi. Kualitatif.
Notoatmodjo, S.
(2010).
tan; 2005. Bandung :
Diabetes
Definisi dan PT
Promosi
Penyakit
dan Kesehata Remaja
Kardiova
Klasifikas skuler. Rosdakary
n Teori
Medan:
i.Jakarta; dan aOffset.
FK
EGC. Aplikasi. 2002
USU
Kasron.(2012), Jakarta: Muhammad.
Medan. Rineka
Kelainan http//ww 2011.
dan w.ikappd Cipta. Deteksi
a.com
Penyakit Diakses Nurarif, A.H dan Dini dan
Jantung. 15 Pencegah
Septembe kusuma,
Yogyakart r 2015 K. an 7
a: Nuha 2013.Apl Penyakit
Notoadmodjo, S.
Medika ikasi Penye-
2010.
Nanda bab Mati
Kusnanto. Metodolo
Nic- Muda.Yog
(2004).Pr gi
Noc.Jilid yakarta:
ofesi Penelitia
1. MedPress
n
and Kesehata Mediacti Morton, Patricia
n. Jakarta on Gonce, et
Praktik
: Rineka Publishin all.
keperawat
Cipta. g. (2011).
an
Keperawa
profession Notoadmodjo, S.
2007. tan Kritis.
al.Jakarta;
Promosi
Jakarta:
EGC Kesehata
n EGC
Krisanty, Paula.
(2009). dan Oman, K.S, Jane,
Asuhan
K et all.
47
(2008).
Panduan 5
Belajar
Desember
Keperawat
2014).Ters
an
ediadari:U
Emergensi.
RL:HYPE
Jakarta:
R
EGC
LINKhttp:/
Priharjo, Robert. /eprints.un
(2008). dip.ac.id/3
Konsep dan 7
Perspektif 389/1/ARI
Praktik F_G2A008
Keperawat 030_LAP.
an
KTI.pdf
Profesional
.Edisi 2.
Jakarta:
EGC

Rahman A. Faktor-
faktor
risiko
mayor
aterosklero
sis pada
berbagai
penyakit
aterosklero
sis di RSUP
DR. Kariadi
Semarang.
2012
(diunduh

48
Sutopo, HB (2006), Metodologi
Penelitian Kualitatif
(Dasar Teori dan
Terapannya dalam
Penelitian), UNS Press,
Surakarta.

Sutopo, (2006).Metodelogi
Penelitian Kualitatif.
Surakarta: Universitas
Sebelas Maret.

Sugiyono, (2005).Memahami
Penelitian Kualitatif.
Bandung: Alfabeta

Sugiyono, (2012).Metode
penelitian kuantitatif,
Kualitatif dan R&D.
Bandung: Alfabeta.

Wawan, A & Dewi, M. (2011).Teori &


Pengukuran Pengetahuan
Sikap dan Perilaku Manusia.
Yogyakarta: Nuha Medika.

Widyawati,S.N (2012). Konsep


Dasar Keperawatan.
Jakarta: PT. Prestasi
Pusatakaraya.

41
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan
Infark miokardium adalah nekrosis miokard akibat gangguan aliran darah ke
otot jantung. Klinis sangat mencemaskan karena sering berupa serangan
mendadak umumya pada pria 35-55 tahun, tanpa gejala pendahuluan. Infark
miokard biasanya disebabkan oleh trombus arteri koroner; prosesnya mula-mula
berawal dari rupturnya plak yang kemudian diikuti oleh pembentukan trombus
oleh trombosit. Lokasi dan luasnya infark miokard tergantung pada jenis arteri
yang oklusi dan aliran darah kolateral. Adapun gejalanya seperti Nyeri hebat pada
dada kiri menyebar ke bahu kiri, leher kiri dan lengan atas kiri, kebanyakan
lamanya 30 menit sampai beberapa jam, sifatnya seperti ditusuk-tusuk, ditekan,
tertindik,Takhikardi, Keringat banyak sekali, Kadang mual bahkan muntah
diakibatkan karena nyeri hebat dan reflek vasosegal yang disalurkan dari area
kerusakan miokard ke trakus gastro intestinal, Dispnea.

B. Saran
Diharapkan kepada siswa lebih paham pada penyakit infark miokard,
beserta cara pencegahan dan pengobatannya, sehingga dapat menjalakan
penanganan awal apabila terjadi kasus penyakit ini disekitar kita, serta dalam hal
ini perawat harus selalu sigap dalam penanganan penyakit kardiovaskuler karena
akan menjadi fatal jika terlambat menaganinya. Selain itu perawat juga memberi
health ducation kepada klien dan keluarga agar mereka paham dengan
kardiovaskuler dan bagaimana pengobatan nya.

42
DAFTAR PUSTAKA

1. Baradero, M., Dayrit Mary Wilfrid., Siswadi, Yakobus. (2008) “klien


gangguan kardiovaskular : seri asuhan keperawatan”. Jakarta : EGC

2. Elizabeth, Corwin. 2007. Buku Saku Patofisoilogi. Jakarta : EGC.

3. Farissa, IP. (2012). Komplikasi pada pasien infark miokard akut ST-elevasi
(STEMI) yang mendapatkan maupun tidak mendapatkan terapi reperfusi (di
unduh 9 April 2019, 5.10) tersedia dari : URL : HYPERLINK
http://eprints.undip.ac.id/37555/1/InnePratiwiF.G2A008097.KTI.pdf

4. Faridah, 2009 “ Laporan Peendahuluan Pada Akut Miokard Infark” pada


http://scholar.unand.ac.id/42544/1/BAB%20I%20pendahuluan%20%281%29.pdf
diakses pada 20 April 2019

5. Muttaqin, Arif.2009.Pengantar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan


Sistem Kardiovaskuler. Jakarta : EGC.

6. Sjaifoellah, Noer.1993.Ilmu Penyakit Dalam Jilid 1 edisi 2. Jakarta : FKUI.

7. Udjianti, Wawan Juni.2010.Keperawatan Kardiovaskuler. Jakarta : Salemba


Medika.

8. Nova, I. 20015 “Laporan Pendahuluan Infark Miokard Akut (Ima)” dikutip


pada https://id.scribd.com/document/288284530/Laporan-Pendahuluan-IMA
9 April 2019

9. Ahmad mujiono, Wahyu Rima Agustin, Rufaina NurFitriana, 2015


“Pengetahuan Perawat Dalam Penanganan Pasien Gawat Darurat Dengan
Gangguan System Kardiovaskuler AMI Di RSUD Dr Soeha Di Projonegoro
Sragen” dikutip dari :
http://digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/26/01-gdl-ahmatmujio-
1276-1-artikel-s.pdf pada 10 April 2019

43

Вам также может понравиться