Вы находитесь на странице: 1из 9

Karakterisasi: Limbah Cair Industri Tahu … Yudhistira et al.

KARAKTERISASI: LIMBAH CAIR INDUSTRI TAHU


DENGAN KOAGULAN YANG BERBEDA
(ASAM ASETAT DAN KALSIUM SULFAT)

Bara Yudhistira1), Martina Andriani1), Rohula Utami1)


1)
Program studi Ilmu dan Teknologi Pangan, Fakultas Pertanian, Universitas Sebelas Maret
email: barayudhistira@yahoo.co.id

Abstract
Tofu liquid waste can be further processed to produce some useful product. That can be kept
anaerobically to produce some organic acid. The purpose of this study to know the microbial growth
behavior characteristic of liquid tofu waste which produce with different production process, such as
specific growth rate (), doubling time (td), multiplication degree (n), product yield, and efficiency of
acetic acid production. This study is also aimed to identify the acid type which produce with different
production tofu process. The liquid waste which used for this study is obtained from tofu producer
which uses acetic acid and calcium sulfate to coagulate the tofu protein. Liquid tofu waste was
incubated 24 hour, in ambient temperature(30oC). analysis of total cell count, glucose concentration,
acetic acid concentration, and pH value was evaluated in certain interval, such 0, 2, 4, 6 8, 10, 12, 14
16, 18, 20, 22, 24 hour. Acid type identification was evaluated in some phase during fermentation
process. The observation result was plotted into a graphic which was shown the relationship of total
cell count, with glucose concentration, acetic acid concentration, and also fermentation time. From
the analysis of observation result, It can be concluded that, the specific growth rate of liquid tofu
waste with acetic acid as protein coagulator is 0,3015/hour, while the specific growth rate of liquid
tofu waste with calcium sulfate as protein coagulator is 0,2174/hour. The doubling time of liquid tofu
waste with acetic acid as protein coagulator are 2,2991 hours, while the doubling time of liquid tofu
waste with calcium sulfate as protein coagulator are 3,1877 hours. The multiplication degree of
liquid tofu waste with acetic acid as protein coagulator are 2,605 times, while the multiplication
degree of liquid tofu waste with calcium sulfate as protein coagulator are 1,880 times. The growth
yield constant (Y p/s) of liquid tofu waste with acetic acid and calcium sulfate as protein coagulator
respectively 8,1 x 109 cfu/mg and 8,1 x 107 cfu/mg. The product yield constant (Y p/s) of liquid tofu
waste with acetic acid and calcium sulfate as protein coagulator respectively 1,7237 and 0,0306. The
efficiency of acetic acid production during fermentation of liquid tofu waste with acetic acid and
calcium sulfate as protein coagulator respectively 15,1376% and 2,5699%. Acid type identification
shows that acid which was contained in liquid tofu waste recognized as Acetic acid.

Keywords: biogas, tofu, waste,


tahu dikarenakan biaya yang cukup mahal dan
PENDAHULUAN
kurangnya pengetahuan dalam pengelolaan
Tahu merupakan salah satu jenis makanan limbah.
yang sudah tidak asing lagi bagi masyarakat Limbah tahu adalah bahan atau materi
Indonesia. Umumnya tahu dikonsumsi sebagai buangan yang timbul akibat kegiatan produksi
lauk atau sebagai makanan ringan. Tahu tahu, yang sudah tidak dimanfaatkan lagi.
merupakan makanan yang terdiri dari bahan Limbah yang dihasilkan berupa limbah padat
dasar kacang kedelai yang telah dihancurkan dan cair. Limbah padat berupa ampas kedelai.
dan proteinnya digumpalkan serta dibentuk Limbah cair berupa sisa air perendaman, sisa
menjadi bentuk seperti kotak pada umumnya. air tahu yang tidak menggumpal, serta limbah
Produksi tahu yang terdapat di Indonesia cair keruh berwarna kuning muda keabu-abuan
sebagian besar dilakukan oleh masyarakat yang apabila dibiarkan akan berubah menjadi
yang termasuk golongan menengah ke bawah. hitam dan berbau busuk (Nurhasan dan
Produksi tahu yang dilakukan masih secara Pramudyanto, 1991).
tradisional, sehingga tidak adanya sistem yang Pada umumnya limbah padat tahu dapat
mengatur pembuangan limbah hasil dari dimanfaatkan untuk makanan ternak.
pembuatan tahu tersebut. Umumnya produsen Sedangkan, limbah tahu yang berbentuk cair
tahu tidak mengolah limbah hasil pembuatan

Caraka Tani – Journal of Sustainable Agriculture, Vol. 31 No. 2, Oktober 2016. Hal. 137-145 137
Karakterisasi: Limbah Cair Industri Tahu … Yudhistira et al.

dibuang ke perairan sehingga mengakibatkan Sampai saat ini penelitian tentang limbah
dampak buruk bagi kualitas air yaitu cair tahu lebih banyak ditujukan terhadap
mengakibatkan bau busuk pada sungai atau produktivitas dalam pembentukan produk yang
tempat disekitar pembuangan limbah cair tahu dihasilkan (terutama produk yang mengalami
tersebut. Keberadaan limbah cair dapat fase asidifikasi atau fase pengasaman seperti
memberikan nilai negatif terhadap suatu proses pembentukan biogas), belum ada yang
kegiatan industri. Namun limbah cair tahu juga mempelajari tentang perilaku kinetika
dapat memberikan nilai positif jika dapat pertumbuhan mikrobia yang terjadi pada
memaksimalkan berbagai potensi yang ada limbah cair tahu. Pada proses pembentukan
pada limbah cair industri serta melakukan biogas sendiri mengalami tahap asidifikasi
penanganan dengan teknologi yang tepat yaitu tahap pembentukan asam yang
(Wijaya, 2008). selanjutnya akan dirubah menjadi biogas (gas
Pengelolaan limbah dalam industri metana). Dengan diketahuinya parameter
pembuatan tahu merupakan salah satu dari kinetika pertumbuhan mikrobia yang memiliki
contoh teknik pengelolaan limbah secara waste produktivitas pembentukan asam yang tinggi
to product yaitu menggunakan kembali limbah maka dimungkinkan akan menghasilkan
industri tahu sebagai bahan baku produk baru biogas yang tinggi pula. Hal ini
yang memiliki nilai tambah. Upaya-upaya melatarbelakangi perlu dilakukan penelitian
yang dapat dilakukan adalah pengolahan mengenai pengaruh perbedaan proses
limbah cair tahu ini menjadi kecap tahu, pupuk pembuatan tahu sehingga dapat diketahui
cair, dan bahan bakar biogas serta dapat juga karakteristik dari masing-masing limbah cair
dilakukan untuk menghasilkan asam yang tersebut, dengan diketahuinya parameter-
dapat digunakan kembali untuk proses parameter kinetika pertumbuhan mikrobia
penggumpalan susu tahu atau biasa disebut dengan media limbah cair tahu meliputi
biang (Anonima, 2010). kecepatan pertumbuhan spesifik, waktu
Karakteristik limbah cair tahu penggandaan sel, derajat multipikasi, hasil
dipengaruhi oleh metode atau cara pada proses pertumbuhan, efisiensi pembentukan asam
pembuatan tahu. Proses pembuatan tahu serta jumlah asam yang diproduksi.
dibedakan menjadi dua yaitu dengan
penambahan CH3COOH (asam asetat) dan METODE PENELITIAN
CaSO4 (kalsium sulfat) pada proses Bahan utama yang digunakan penelitian
penggumpalan sari tahu (protein) menjadi ini adalah limbah cair yang berasal dari
tahu. Dengan adanya perbedaan bahan industri tahu yang menggunakan CH3COOH
tambahan tersebut dimungkinkan (asam asetat) dan CaSO4 (kalsium sulfat)
menghasilkan limbah cair tahu yang berbeda dalam proses pembuatan tahu.
pula. Limbah cair yang dihasilkan pada Bahan pembantu yang digunakan meliputi
industri tahu ini akan mengalami proses yang reagensia, indikator serta standar yang
dilakukan oleh mikrobia (secara spontan) meliputi analisa kadar gula: larutan glukosa
selama pembuangan, hal ini terjadi dengan standar (10 mg glukosa anhidrat/ 100 ml),
jalan menghidrolisis zat organik, seperti reagensia nelson A dan reagensia nelson B
protein, karbohidrat, dan lemak yang masih serta reagensia arsenomolibdat; analisa total
terkandung dalam limbah cair tahu, tahap ini asam: larutan NaOH dan indikator pp; analisa
disebut dengan tahap hidrolisis. Tahapan jumlah sel: media PCA, aquades; analisa jenis
selanjutnya yaitu tahap asidifikasi atau asam: standar asam asetat, asam butirat dan
pengasaman yaitu proses pembentukan asam- asam propionat (analisa GC).
asam organik dari zat organik yang telah Metode pelaksanaan penelitian ini yaitu
dihidrolisis pada tahap sebelumnya. Tahapan sampel diambil dari industri tahu setelah
terakhir yaitu tahap pembentukan biogas hasil proses produksi selesai dilakukan dengan
biokonversi dari asam organik yang menggunakan suatu wadah steril. Sampel yang
dihasilkan. Sehingga diperlukan karakterisasi telah diambil selanjutnya disaring dengan
limbah cair tahu dengan perbedaan proses menggunakan kain saring untuk memisahkan
pembuatan tersebut. Salah satu karakterisasi padatan serta kotoran yang ada pada limbah
yang dapat dilakukan diantaranya yaitu dengan cair tahu tersebut. Kemudian filtrat hasil
kinetika pertumbuhan mikrobia pada limbah saringan yang akan digunakan sebagai bahan
cair tahu untuk menghasilkan asam.

138 Caraka Tani – Journal of Sustainable Agriculture, Vol. 31 No. 2, Oktober 2016. Hal. 137-145
Karakterisasi: Limbah Cair Industri Tahu … Yudhistira et al.

untuk dilakukan penyimpanan (fermentasi) selama pengamatan. Dari kurva pertumbuhan


dan analisa. dapat diketahui fase lag, fase log dan fase
Penyimpanan dilakukan pada suhu ruang stasioner yang akan digunakan dalam
selama 24 jam dalam kondisi anaerob. Analisa penentuan atau perhitungan parameter-
kadar gula, pH, total asam, jumlah sel dan parameter pertumbuhan mikroba.
analisa jenis asam pada interval tertentu Faktor lingkungan sangat berpengaruh
dilakukan analisa kadar gula, analisa pH, pada pertumbuhan dan aktivitas antara lain:
analisa asam total, analisa jumlah sel dan 1. Suhu
analisa jenis asam. Pengamatan dilakukan Dalam penelitian ini, selama
pada jam ke: 0, 2, 4, 6, 8, 10, 12, 14, 16, 18, pengamatan berlangsung suhu diatur pada
20, 22, 24. Hasil pengamatan dibuat grafik suhu kamar (30 0C). Bakteri dapat bekerja
yang menunjukan hubungan antara jumlah sel, dengan baik pada suhu yang semakin tinggi
kadar substrat (gula) serta kadar produk yang sampai 40 0C . Bakteri juga akan bekerja
terbentuk (asam total) dengan waktu pada keadaan yang gelap dan tertutup
pengamatan. Masing-masing perlakuan (Sugiarto, 1987).
dilakukan 2 kali ulangan sampel. Untuk 2. pH
analisa kualitatif dan kuantitatif asam yang Pada penelitian ini pH awal limbah
dihasilkan diambil dari beberapa titik kinetika cair tahu dengan penggumpal asam asetat
pertumbuhan mikrobia yang selanjutnya (CH3COOH) yaitu 3,91 dan pH akhir
dilakukan dengan menggunakan kromatografi pengamatan 3,34 sedangkan untuk limbah
gas. cair tahu dengan penggumpal kalsium
sulfat (CaSO4) pH awal yaitu 6,97 dan pH
HASIL DAN PEMBAHASAN akhir pengamatan 5,12. Menurut
Damanhuri, et al (1997), limbah cair tahu
Pengaruh Perbedaan Penggumpal Tahu
memiliki keasaman yang cukup rendah
terhadap Jumlah Sel (cfu/ml), Kadar
yakni 3-4.
Glukosa (mg/ml), Kadar Asam Asetat
3. Substrat
(mg/ml), dan pH Limbah Cair Tahu
Dalam penelitian ini dilakukan Bakteri pembentuk asam bertugas
pengukuran perilaku kinetika pertumbuhan membentuk asam-asam organik seperti
mikrobia pada limbah cair tahu yang asam-asam butirat, propionat, laktat, asetat
menggunakan bahan penggumpal asam asetat dan alkohol dari subtansi-subtansi polimer
(CH3COOH) dan kalsium sulfat (CaSO4) serta kompleks seperti protein, lemak dan
sistem tertutup (batch process), karena tidak karbohidrat. Proses ini memerlukan
dilakukan lagi penambahan komponen substrat suasana yang anaerob. Tahap perombakan
ke dalam sampel dan dilakukan penyimpanan ini adalah tahap kedua dalam pembentukan
selama 24 jam. biogas atau sering disebut tahap asidogenik
Perilaku kinetika pertumbuhan mikrobia (Macklin, 2009).
pada masing-masing limbah cair tahu dengan Limbah Cair Tahu dengan Penggumpal
perbedaan penggumpal (koagulan) dapat asam asetat (CH3COOH)
diketahui dengan melakukan pengamatan Jumlah sel awal pada limbah cair tahu
terhadap jumlah sel, kadar glukosa, dan kadar dengan penggumpal asam asetat (CH3COOH)
asam asetat. Selanjutnya hasil pengamatan adalah 4,1x107cfu/ml. Untuk fase lag
aktivitas dari masing-masing limbah cair tahu berlangsung dari jam ke- 0 sampai jam ke-2,
yang berbeda disajikan dalam bentuk Grafik sedangkan untuk fase log dari jam ke-2 sampai
seperti pada gambar 1 dan gambar 2. Dari dengan jam ke-8. Fase pertumbuhan
hasil pengamatan tersebut kemudian akan maksimum dan stasioner berlangsung dari jam
dibahas lebih lanjut tentang parameter- 10 sampai dengan jam ke-16. Fase kematian
parameter kinetika pertumbuhan mikrobia dari jam 18 sampai dengan selesainya
yang meliputi kecepatan pertumbuhan spesifik pengamatan yaitu jam ke-24. Pada akhir fase
(µ), waktu penggandaan (td), derajat log laju pertumbuhan mengalami perlambatan
multiplikasi/banyak penggandaan (n), hasil atau telah memasuki akhir fase logaritmik
pertumbuhan (Growth Yield Constant) Y x/s , yang selanjutnya akan mencapai jumlah
pembentukan produk (Produk Yield Constant) maksimal sel dan setelah itu akan mengalami
Y p/s dan efisiensi pembentukan asam asetat fase stasioner dimana jumlah pertumbuhan sel

Caraka Tani – Journal of Sustainable Agriculture, Vol. 31 No. 2, Oktober 2016. Hal. 137-145 139
Karakterisasi: Limbah Cair Industri Tahu … Yudhistira et al.

seimbang dengan jumlah sel yang mati atau Jumlah sel awal pada limbah cair tahu
cenderung konstan. Jumlah sel pada jam ke-24 dengan penggumpal kalsium sulfat (CaSO4)
sebesar 1,7x108 cfu/ml. adalah 3,3x107 cfu/ml, Jumlah sel paling tinggi
Kadar glukosa awal pada limbah cair tahu dicapai pada jam ke-12 dengan jumlah sel
dengan penggumpal asam asetat (CH3COOH) sebanyak 1,6x108 cfu/ml (Tabel 4), setelah jam
1,3263 mg/ml dan kadar glukosa setelah 24 ke-12 mencapai jumlah sel maksimum
jam sebesarr 0,2502 mg/ml. Kadar asam asetat sehingga jumlah selnya akan mengalami
awal menunjukkan 0,235 mg/ml dan mencapai penurunan. Jumlah sel pada jam ke- 24
kadar akhir sebesar 0,368 mg/ml. Peningkatan sebanyak 9,0x107 cfu/ml.
kadar asam asetat yang dihasilkan beriringan Pada gambar 2 dapat dilihat bahwa
dengan penurunan pH. Tingkat keasaman atau selama pengamatan terdapat hubungan dimana
pH awal menunjukkan 4,91 dan pH akhir 3,34. kadar glukosa dan pH akan terus mengalami
Pada gambar 3 dapat dilihat bahwa penurunan dan kadar asam asetat akan
selama 24 jam terjadi hubungan dimana kadar mengalami kenaikan. Kadar glukosa awal
glukosa yang dalam hal ini sebagai substrat 5,3038 mg/ml dan kadar akhir 3,3194 mg/ml.
untuk pertumbuhan mikrobia akan terus Kadar asam asetat pada awal pengamatan
mengalami penurunan dan kadar asam asetat 0,030 mg/ml dan pada akhir pengamatan 0,120
sebagai produk hasil metabolisme (metabolit) mg/ml. Pada awal pengamatan pH limbah cair
akan mengalami kenaikan. Secara umum kadar tahu dengan penggumpal kalsium sulfat
glukosa terus mengalami penurunan karena (CaSO4) menunjukkan pH 6,97 dan pada akhir
dimanfaatkan oleh sel untuk tumbuh dan untuk pengamatan mencapai pH 5,12. Pemberian zat
membentuk produk berupa asam asetat. penggumpal berupa CaSO4 juga akan
Semakin banyak kadar glukosa yang memberikan pengaruh pada keasaman limbah
dimanfaatkan maka kadar asam asetat akan cair yang dihasilkan. Limbah yang dihasilkan
semakin meningkat. Menurut Wibowo (1990), memiliki pH yang mendekati netral
bahwa komposisi kimia media cair mengalami (Santoso, 1993).
perubahan karena nutrien akan dikonsumsi dan Berdasarkan gambar 1 dan gambar 2,
zat-zat metabolit akan diproduksi. Hal ini telah dapat diketahui bahwa selama pengamatan
sesuai dengan teori dimana data hasil berlangsung (24 jam) terjadi peningkatan
penelitian menunjukkan pola pertumbuhan jumlah sel pada kedua sampel limbah cair tahu
sesuai dengan fase-fase pertumbuhan bakteri. yang diuji. Untuk jumlah sel awal terjadi
perbedaan jumlah sel pada sampel limbah cair
Limbah Cair Tahu dengan Penggumpal
tahu dengan penggumpal asam asetat
Kalsium Sulfat (CaSO4)
(CH3COOH) berbeda dengan limbah cair tahu
Pada limbah cair tahu dengan
dengan penggumpal kalsium sulfat (CaSO4)
penggumpal kalsium sulfat (CaSO4) akan
masing-masing sebesar 4,1x107 cfu/ml dan
dibahas hubungan antara parameter-parameter
3,3x107 cfu/ml. Polprasert (1989) dalam Uniek
pertumbuhan mikrobia selama 24 jam. Hasil
(1999), melaporkan jumlah bakteri dalam
penelitian limbah cair tahu dengan
limbah cair tahu berkisar 105 sampai dengan
penggumpal kalsium sulfat (CaSO4) dapat
108 cfu/ml. Jumlah sel maksimum untuk kedua
diketahui hubungan antara jumlah sel, kadar
sampel limbah cair tahu pada jam yang
glukosa, dan kadar asam asetat selama
berbeda yaitu untuk limbah cair tahu dengan
pengamatan dan digambarkan dalam bentuk
penggumpal asam asetat (CH3COOH) terjadi
grafik yang dapat dilihat pada gambar 2.
pada jam ke 10 sedangkan untuk limbah cair
Jumlah sel awal pada limbah cair tahu
tahu dengan penggumpal kalsium sulfat
dengan penggumpal kalsium sulfat (CaSO4)
(CaSO4) jumlah sel maksimum dicapai pada
adalah 3,3x107 cfu/ml. Untuk fase lag
jam ke 12. Secara umum pH optimum bakteri
berlangsung dari jam ke-0 sampai jam ke-4,
sekitar pH 7, sedangkan untuk bakteri
sedangkan untuk fase log dari jam ke-4 sampai
asidofilik obligat (Thiobacillus, Sulfolobus)
dengan jam ke-10. Fase pertumbuhan
tumbuh pesat pada pH 2. Pada umumnya
maksimum dan stasioner berlangsung dari jam
bakteri tumbuh seiring dengan turunnya pH
12 sampai dengan jam ke-14. Fase kematian
atau suasana medium menjadi asam yang
dari jam 16 sampai dengan selesainya
disebabkan terbentuknya produk (asam) dari
pengamatan yaitu jam ke-24.
kegiatan metabolisme. Tingkat keasaman (pH)
akan mempengaruhi aktivitas enzimatis

140 Caraka Tani – Journal of Sustainable Agriculture, Vol. 31 No. 2, Oktober 2016. Hal. 137-145
Karakterisasi: Limbah Cair Industri Tahu … Yudhistira et al.

mikrobia yaitu ionisasi kimiawi dan (Bitton, 2005).


transportasi nutrisi dan zat racun ke dalam sel

Keterangan gambar :
S = Substrat (glukosa) (mg/ml) = Log Jumlah Sel
P = Produk (asam asetat) (mg/ml) = Kadar Glukosa
X = Jumlah sel (cfu/ml) = Kadar Asam Asetat
Gambar 1. Hubungan antara log jumlah sel, kadar glukosa, kadar asam asetat selama 24 jam pada
limbah cair tahu dengan penggumpal asam asetat (CH3COOH).
Jumlah glukosa awal limbah cair tahu dilihat pada gambar 1 dan gamabr 2. Untuk
dengan penggumpal asam asetat (CH3COOH) limbah cair tahu yang digumpalkan dengan
1,3263 mg/ml lebih sedikit daripada jumlah asam asetat (CH3COOH) peningkatan kadar
glukosa awal pada limbah cair tahu dengan glukosa terjadi pada jam ke-0 sampai dengan
penggumpal kalsium sulfat (CaSO4) sebesar jam ke-8, sedangkan limbah cair tahu yang
5,3038 mg/ml. Sesuai penelitian Kuswardhani digumpalkan dengan kalsium sulfat (CaSO4)
(1985), kandungan glukosa pada limbah cair peningkatan kadar glukosa berlangsung dari
tahu yang digumpalkan dengan kalsium sulfat jam ke-0 sampai dengan jam ke-12.
(CaSO4) lebih tinggi dibandingkan Peningkatan kadar glukosa disebabkan karena
penggumpal dengan asam asetat (CH3COOH). adanya proses hidrolisis secara eksternal oleh
Pada kedua jenis limbah baik limbah cair enzim ekstraseluler mikroorganisme dari
tahu yang digumpalkan dengan asam asetat polisakarida menjadi monosakarida (glukosa)
(CH3COOH) dan limbah cair tahu yang (Amaru, 2004).
digumpalkan dengan kalsium sulfat (CaSO4)
mengalami peningkatan jumlah substrat
(glukosa) selama pengamatan 24 jam dapat

Caraka Tani – Journal of Sustainable Agriculture, Vol. 31 No. 2, Oktober 2016. Hal. 137-145 141
Karakterisasi: Limbah Cair Industri Tahu … Yudhistira et al.

Keterangan gambar :
S = Substrat (glukosa) (mg/ml) = Log Jumlah Sel
P = Produk (asam asetat) (mg/ml) = Kadar Glukosa
X = Jumlah sel (cfu/ml) = Kadar Asam Asetat
Gambar 2. Hubungan antara log jumlah sel, kadar glukosa, kadar asam asetat selama 24 jam pada
limbah cair tahu dengan penggumpal kalsium sulfat (CaSO4).
Proses yang terjadi pada limbah cair tahu metanol, gliserol, aseton), asetat, CO2 dan H2.
ini adalah fermentasi spontan secara anaerob. Sedangkan Bakteri asetogenik (bakteri yang
Terdapat beberapa jenis mikroorganisme yang memproduksi asetat dan H2) seperti
terdapat pada sistem ini, yaitu bakteri Syntrobacter wolinii dan Syntrophomonas
hidrolitik, bakteri asedogenik, serta bakteri wolfei merubah asam lemak (seperti asam
asetogenik. Bakteri hidrolitik memecah propionat, asam butirat) dan alkohol menjadi
molekul organik komplek (protein, selulosa, asetat, hidrogen, dan karbon dioksida, yang
lignin, lemak) menjadi molekul monomer yang digunakan oleh bakteri pembentuk metana
terlarut seperti asam amino, glukosa, asam (metanogen). Komponen - komponen
lemak, dan gliserol. Molekul monomer ini makromolekul akan dihidrolisis oleh ketiga
dapat langsung dimanfaatkan oleh kelompok jenis bakteri tersebut dan hasil akhirnya berupa
bakteri berikutnya. Bakteri asidogenik asam asetat (polisakarida menjadi sakarida)
(pembentuk asam) seperti Clostridium (Bitton, 2005).
merubah gula, asam amino, dan asam lemak Berdasarkan pembahasan diatas dapat
menjadi asam organik (seperti asam asetat, diketahui kesimpulan pengaruh jenis limbah
propionat, formiat, laktat, butirat, atau cair tahu terhadap kinetika pertumbuhan
suksinat), alkohol dan keton (seperti etanil, mikrobia ke dalam suatu bentuk tabel 1.
Tabel 1. Pengaruh jenis limbah cair terhadap parameter pertumbuhan mikrobia
Jenis limbah (µ) td n Y x/s Y p/s Efisiensi
Penggumpal asam asetat 0,3015 2,2991 2,605 8,1x109 1,7237 15,1376
Penggumpal kalsium
0,2174 3,1877 1,880 8,1x107 0,0306 2,5699
sulfat

142 Caraka Tani – Journal of Sustainable Agriculture, Vol. 31 No. 2, Oktober 2016. Hal. 137-145
Karakterisasi: Limbah Cair Industri Tahu … Yudhistira et al.

Tabel 2. Pengaruh jenis limbah cair tahu terhadap jenis asam yang dihasilkan
Jam Asam asetat Asam propionat Asam butirat
Jenis limbah
pengamatan (mg/ml) (mg/ml) (mg/ml)
0 0,93522 - -
2 1,13736 - -
Penggumpal asam asetat
8 1,89066 - -
24 1,90482 - -
0 0,33642 - -
4 0,63942 - -
Penggumpal kalsium sulfat
10 0,87324 - -
24 0,99552 - -

Analisis Jenis Asam Selama Pengamatan 0,63942 mg/ml; 0,87324 mg/ml dan 0,99552
24 Jam mg/ml.
Dari tabel 2, dapat diketahui secara Dari kedua sampel limbah cair tahu baik
kuantitatif asam yang dihasilkan dari limbah limbah cair tahu dengan penggumpal asam
cair tahu dengan penggumpal asam asetat asetat (CH3COOH) maupun limbah cair tahu
(CH3COOH) dan limbah cair tahu yang yang digumpalkan dengan kalsium sulfat
digumpalkan dengan kalsium sulfat (CaSO4) (CaSO4) mengalami peningkatan jumlah asam
dengan menggunakan kromatografi gas (GC). asetat pada jam yang dianalisa. Pada limbah
Analisa dilakukan pada jam tertentu selama cair tahu dengan penggumpal asam asetat
pengamatan, yaitu pada awal pengamatan, (CH3COOH) pada awal pengamatan jumlah
awal fase log, akhir fase log dan pada akhir asam asetat 0,93522 mg/ml meningkat menjadi
pengamatan untuk masing-masing sampel. 1,90482 mg/ml pada akhir pengamatan. Dari
Pada awal pengamatan untuk masing-masing Tabel 13, dapat dilihat pada sampel limbah
sampel yaitu pada jam ke-0, selanjutnya untuk cair tahu dengan penggumpal asam asetat
awal fase log pada sampel limbah cair tahu (CH3COOH) selama fase log (jam ke-2 sampai
dengan penggumpal asam asetat (CH3COOH) jam ke-8) mengalami peningkatan jumlah
dimulai pada jam ke-2 dan berakhir pada jam produksi asam asetat dari 1,13736 mg/ml
ke-8. Sedangkan pada limbah cair tahu yang sampai dengan 1,89066 mg/ml, peningkatan
digumpalkan dengan kalsium sulfat (CaSO4) ini sebesar 66,23%. Pembentukan asam asetat
fase log diawali pada jam ke-4 dan berakhir termasuk kedalam metabolit primer yang
pada jam ke-10. Akhir pengamatan selesai diproduksi selama fase pertumbuhan
pada jam ke-24 untuk kedua sampel. eksponensial (fase log), disebut juga sebagai
Hasil analisa jenis asam pada sampel trophophase (Sardjono, 1999). Begitu juga
limbah cair tahu dengan penggumpal asam untuk limbah cair tahu yang digumpalkan
asetat (CH3COOH) menunjukan hanya dengan kalsium sulfat (CaSO4) mengalami
terdeteksi jenis asam asetat, sedangkan untuk peningkatan jumlah asam asetat sebesar
asam propionat dan asam butirat tidak 36,57% selama fase log (jam ke-4 sampai jam
terdeteksi pada semua waktu pengamatan yang ke-10) yaitu asam asetat yang dihasilkan dari
sampelnya dianalisa. Adapun jumlah asam 0,63942 mg/ml menjadi 0,87324 mg/ml.
asetat sampel limbah cair tahu dengan Secara umum jumlah asam asetat yang
penggumpal asam asetat (CH3COOH) pada dihasilkan pada sampel limbah cair tahu
jam ke-0, jam ke-2, jam ke-8 dan jam ke-24 dengan penggumpal asam asetat (CH3COOH)
adalah berturut-turut yaitu 0,93522 mg/ml; lebih tinggi daripada limbah cair tahu yang
1,13736 mg/ml; 1,89066 mg/ml dan 1,90482 digumpalkan dengan kalsium sulfat (CaSO4).
mg/ml. Hal ini terjadi akibat pada limbah cair tahu
Pada sampel limbah cair tahu yang dengan penggumpal asam asetat (CH3COOH)
digumpalkan dengan kalsium sulfat (CaSO4) bakteri asetogenik bekerja lebih optimum
menunjukan hasil yang sama dengan limbah dibandingkan pada limbah cair tahu yang
cair tahu dengan penggumpal asam asetat digumpalkan dengan kalsium sulfat (CaSO4).
(CH3COOH) yaitu hanya terdeteksi jenis asam Pada umunya keadaan lingkungan sangat
asetat. Sedangkan untuk jumlah asam asetat berpengaruh pada pertumbuhan dan aktivitas
pada jam ke-0, jam ke-4, jam ke-10 dan jam mikrobia. Faktor yang pertama yaitu suhu,
ke-24 yaitu masing-masing 0,33642 mg/ml; untuk suhu pada kedua sampel baik limbah

Caraka Tani – Journal of Sustainable Agriculture, Vol. 31 No. 2, Oktober 2016. Hal. 137-145 143
Karakterisasi: Limbah Cair Industri Tahu … Yudhistira et al.

cair tahu dengan penggumpal asam asetat oleh baketri asetogenik dipengaruhi oleh tiga
(CH3COOH) maupun limbah cair tahu yang faktor yaitu suhu, pH dan substrat saling
digumpalkan dengan kalsium sulfat (CaSO4) berhubungan dan saling mempengaruhi dalam
dilakukan penyimpanan pada suhu yang sama aktivitas bakteri tersebut.
yaitu pada suhu ± 30 0C (suhu kamar). Jadi
untuk faktor suhu tidak terkait pada perbedaan KESIMPULAN
aktivitas (produksi metabolit/asam asetat) pada Kesimpulan dari penelitian besarnya nilai
kedua sampel. Selanjutnya faktor yang kedua kecepatan pertumbuhan spesifik (  ) pada
yaitu pH, seperti disampaikan Bitton (2005) limbah cair tahu dengan penggumpal asam
bahwa secara umum pH optimum bakteri asetat (CH3COOH) adalah 0,3015/jam dan
sekitar pH 7, sedangkan untuk bakteri pada limbah cair tahu dengan penggumpal
asidofilik obligat (Thiobacillus, Sulfolobus) kalsium sulfat (CaSO4) adalah 0,2174/jam.
tumbuh pesat pada pH 2. Pada umumnya Besarnya waktu penggandaan sel ( td )
bakteri tumbuh seiring dengan turunnya pH pada limbah cair tahu dengan penggumpal
atau suasana medium menjadi asam yang asam asetat (CH3COOH) adalah 2,2991 jam
disebabkan terbentuknya produk (asam) dari dan pada limbah cair tahu dengan penggumpal
kegiatan metabolisme. Setelah berakhirnya kalsium sulfat adalah (CaSO4) 3,1877 jam.
fase log produksi asam asetat cenderung stabil Besarnya derajat multiplikasi (n) pada
atau jikapun terjadi penambahan hanya sedikit. limbah cair tahu dengan penggumpal asam
Pada limbah cair tahu dengan penggumpal asetat (CH3COOH) adalah 2,605 kali dan pada
asam asetat (CH3COOH) mempunyai pH yang limbah cair tahu dengan penggumpal kalsium
rendah yaitu dengan pH awal pengamatan sulfat adalah (CaSO4) 1,880 kali.
sebesar 4,91 lebih rendah dibandingkan pH Besarnya Hasil Pertumbuhan (Yx/s) dan
awal pengamatan limbah cair tahu yang Pembentukan Produk (Yp/s) berurutan pada
digumpalkan dengan kalsium sulfat (CaSO4) limbah cair tahu dengan penggumpal asam
yaitu sebesar 8,97. Faktor yang ketiga yaitu asetat (CH3COOH) adalah 8,1 x 109 cfu/mg
substrat, untuk substrat pada limbah cair tahu dan 1,7237 serta pada limbah cair tahu dengan
yang digumpalkan dengan kalsium sulfat penggumpal kalsium sulfat (CaSO4) adalah
(CaSO4) mempunyai kandungan glukosa (gula 8,1 x 107 cfu/mg dan 0,0306.
reduksi) awal lebih tinggi (5,3038 mg/ml) Besarnya efisiensi pembentukan asam
daripada limbah cair tahu dengan penggumpal asetat selama fermentasi pada limbah cair tahu
asam asetat (CH3COOH) (1,3263 mg/ml). dengan penggumpal asam asetat (CH3COOH)
Meskipun limbah cair tahu yang digumpalkan adalah 15,1376 dan pada limbah cair tahu
dengan kalsium sulfat (CaSO4) mempunyai dengan penggumpal kalsium sulfat (CaSO4)
kandungan substrat awal lebih tinggi daripada adalah 2,5699.
limbah cair tahu dengan penggumpal asam Jenis asam yang terdeteksi adalah asam
asetat (CH3COOH), akan tetapi produk yang asetat, baik pada limbah cair tahu dengan
dihasilkan ternyata lebih besar pada limbah penggumpal asam asetat (CH3COOH) maupun
cair tahu dengan penggumpal asam asetat pada limbah cair tahu dengan penggumpal
(CH3COOH) daripada limbah cair tahu yang kalsium sulfat (CaSO4).
digumpalkan dengan kalsium sulfat (CaSO4). Jumlah asam asetat sampel limbah cair
Hal ini disebabkan karena faktor pH awal pada tahu dengan penggumpal asam asetat
limbah cair tahu dengan penggumpal asam (CH3COOH) pada jam ke-0, jam ke-2, jam ke-
asetat (CH3COOH) yaitu sebesar 4,91 8 dan jam ke-24 adalah berturut-turut yaitu,
mendekati pH optimum bakteri asetogenik 0,93522 mg/ml; 1,13736 mg/ml; 1,89066
yaitu pH 2. Sedangkan untuk limbah cair tahu mg/ml dan 1,90482 mg/ml. Sedangkan pada
yang digumpalkan dengan kalsium sulfat sampel limbah cair tahu yang digumpalkan
(CaSO4) mempunyai pH awal 8,97 yang dengan kalsium sulfat (CaSO4) jumlah asam
cenderung basa serta jauh dari pH 2. Dengan asetat pada jam ke-0, jam ke-4, jam ke-10 dan
demikian aktivitas bakteri untuk menghasilkan jam ke-24 yaitu masing-masing 0,33642
produk (asam asetat) pada limbah cair tahu mg/ml; 0,63942 mg/ml; 0,87324 mg/ml dan
dengan penggumpal asam asetat (CH3COOH) 0,99552 mg/ml.
lebih tinggi dibandingkan pada limbah cair
tahu yang digumpalkan dengan kalsium sulfat
(CaSO4). Jadi aktivitas pembentukan produk

144 Caraka Tani – Journal of Sustainable Agriculture, Vol. 31 No. 2, Oktober 2016. Hal. 137-145
Karakterisasi: Limbah Cair Industri Tahu … Yudhistira et al.

DAFTAR PUSTAKA (Bintari).http://www.menlh.go.id/usahake


Amaru, Kharistya. 2004. metana sebagai hasil cil/index-view.php?sub=7 (diakses pada 2
dari dekomposisi bahan organik di TPA Januari 2010).
dan lindi sebagai sumber pencemar air Nurhasan, Pramudyanto. 1991. Penanganan
tanah. air limbah tahu dalam uniek M.C.,Clara,
http://kharistya.wordpress.com/2005/12/ 1999. Pemanfaatan limbah cair tahu untuk
(diakses pada 1 Januari 2010). produksi enzimα-amilase dari Bacillus
Anonima. 2010. Penerapan prinsip waste to amyloliquefaciens. Skripsi jurusan TPHP,
product dalam pengolahan limbah pabrik Fakultas Teknologi Pertaian, UGM,
tahu. Yogyakarta.
http://onlinebuku.com/2009/01/03/waste- Polprasert, C. 1989. Organic wastes recycling.
to-product-dalam-pengelolaan-limbah- John Wiley & Sons. Chichester, UK.
pabrik-tahu/comment-page-1/. (diakses
pada 1 Januari 2010). Santoso, H. B. 1993. Pembuatan tempe dan
tahu kedelai bahan makanan bergizi.
Bitton, Gabriel. 2005. Waste water Penerbit Kanisius, Yogyakarta.
microbiology. A. Jhon Wiley & Sons.
Florida. Sardjono, Bambang Haryono dan Djoko
Wibowo. 1999. Teknologi Fermentasi.
Damanhuri, et.al. 1997. The role of Jurusan Teknologi Pengolahan Hasil
recirculation in increasing efficiency of Pertanian Fakultas Teknologi Hasil
anaerobic and aerobic wastewater Pertanian UGM. Yogyakarta.
treatment of tofu industry. Proceeding of
The Indonesian Biotechnology Sugiarto. 1987. Dasar-dasar Pengelolaan Air
Conference, Jakarta. Limbah. Universitas Indonesia, Jakarta.

Kuswardhani, I. 1985. Mempelajari Uniek M.C.,Clara. 1999. Pemanfaatan limbah


kemungkinan pemanfaatan limah cair cair tahu untuk produksi Enzimα-amilase
tahu sebagai media untuk memproduksi dari Bacillus amyloliquefaciens. Skripsi
enzim amiloglukosidase dari kapang yang jurusan TPHP,Fakultas Teknologi
diisolasi dari singkong (Manohot sp.). Pertaian, UGM, Yogyakarta.
Skripsi-S1. TPG-Fateta.IP. Bogor Wibowo, Djoko, dkk. 1990. Teknologi
Macklin, Boy. 2009. Limbah tahu cair Fermentasi. PAU Pangan dan Gizi UGM.
menjadi biogas. www.onlinebuku.com. Yogyakarta.
(diakses pada 29 Januari 2010). Wijaya, Bayu. 2008. Potensi Limah Cair Thau
Nurhasan dan Pramudyanto. 1991. untuk Produksi Biogas sebagai energi
Penanganan air limbah pabrik tahu. alternative. UGM. Yogyakarta.
Yayasan Bina Karya Lestari

Caraka Tani – Journal of Sustainable Agriculture, Vol. 31 No. 2, Oktober 2016. Hal. 137-145 145

Вам также может понравиться